PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem yang diterapkan untuk
mencegah terjadinya cedera akibat perawatan medis dan kesalahan pengobatan
melalui suatu sistem assesment resiko,identifikasi dan pengelolaan faktor risiko,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dan tindak lanjut dari insident
serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko (Dep Kes RI,
2006). Dengan semakin berkembangnya ilmu dan teknologi pelayanan kesehatan
khususnya di rumah sakit, sehingga membuat semakin kompleks prosedur
pelayanan kesehatannya dan berpotensi terjadinya KTD (kejadian tidak
diharapkan) atau adverse event ( Depkes, 2008). Dengan diterbitkannya peraturan
Menteri Kesehatan (Permenkes) nomor 1691 pada tahun 2011 tentang
Keselamatan Pasien di rumah sakit, mendorong upaya pelayanan kesehatan yang
aman bagi pasien. Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) juga mengembangkan
standar akreditasi rumah sakit yang mengadopsi badan akreditasi internasional JCI
(Joint Commission International) sehingga terbit standar Akreditasi Rumah Sakit
versi 2012 menggantikan standar akreditasi rumah sakit yang lama.
Kejadian pasien jatuh di rumah sakit merupakan masalah yang serius karena
dapat menyebabkan cedera ringan sampai kematian, serta memperpanjang lama
perawatan (length of stay/LOS) di rumah sakit dan biaya perawatan menjadi lebih
besar. Ada beberapa langkah untuk mencegah atau mengurangi risiko pasien jatuh
yaitu salah satunya dengan cara mengidentifikasi pasien yang mempunyai risiko
untuk jatuh dengan menggunakan skala jatuh Morse (Morse Fall Scale). Di RS
Bethesda Yogyakarta laporan insiden keselamatan pasien (IKP) tahun 2011 ada
11 kejadian pasien jatuh dari 54 IKP yang dilaporkan (20%) yang berakibat
cedera ringan (memar dan lecet). Prosentase meningkat pada tahun 2012 yaitu 27
% (11 kasus dari 41 IKP yang terlaporkan). Di RS Bethesda sejak tahun 2011
sudah diberlakukan standar prosedur operasional (SPO) Pencegahan Pasien Jatuh
dengan skala jatuh Morse (Mors Fall Scale), namun pada kenyataannya kejadian
jatuh pasien masih tinggi (27% dari laporan insiden keselamatan pasien yang
1
dilaporkan). Maka dari itu didalam makalah ini dibahas “sasaran keselamatan
pasien risiko jatuh”
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa defenisi dari keselamatan pasien dan risiko jatuh?
2. Apa factor yang menyebabkan pasien jatuh?
3. Bagaimana dampak yang ditimbulkan jika pasien jatuh?
4. Bagaimana peran perawat terhadap pasien dengan resiko jatuh?
1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi keselamatan pasien dan risiko jatuh.
2. Untuk mengetahui factor yang menyebabkan jatuh padda pasien.
3. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan jika pasien jatuh.
4. Untuk mengetahui peran perawat terhadap risiko jatuh.
1.4.Manfaat
1. Bagi perawat, meningkatkan kinerja perawat dalam melakukan pengkajian
setiap pasien di ruang rawat inap terhadap resiko jatuh sehingga kejadian
pasien jatuh bisa dicegah dan dikurangi.
2. Bagi pasien yang dirawat di Rumah Sakit dan keluarganya , akan merasa
aman bila kejadian pasien jatuh ini bisa dicegah.
3. Bagi masyarakat, akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan rumah sakit ,terutama keselamatan pasien di rumah
sakit.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
1) Potensi kerugian
2) Kemungkinan kerugian
3) Ketidakpastian
4) Penyimpangan kenyataan dari hasil yang diharapkan
5) Probabilitas bahwa suatu hasil berbeda dari yang diharapkan.
Jatuh adalah suatu kajadian dengan hasil seorang berbaring secara tidak
sengaja di tanah atau lantai atau permukaan yang lebih rendah (WHO 2004 dalam
Miake-Lye et al, 2013).Jatuh merupakan suatu yang dilaporkan penderita atau
saksi mata, yang melihat kejadian dengan akibat seseorang mendadak terbaring
atau duduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan
kesadaran atau luka (Darmojo, 2004).
3
Jatuh memiliki definisi sebagai kejadian jatuh yang tidak disengaja dengan
atau tidak terjadinya luka dengan hasil pasien terbaring dilantai atau terbaring
diatas permukaan lain, atau orang lain atau objek lain (Weinberg, J et al, 2011).
Apabila pasien jatuh dan berhasil berdiri atau kembali ketempat semula (tempat
tidur, kursi, atau commode) itu hanya dapat disebut kejadian jatuh bila pasien
terluka (Palomar Health, 2016).
1) Physiologic Falls
Jatuh yang disebabkan oleh satu atau lebih dari faktor intrinsik fisik,
dimana terdapat dua jenis Physiologic fall yaitu yang dapat dicegah seperti
dimensia, kehilangan kesadaran, kehilangan keseimbangan, efek obat,
delirium, postural hipertensi dan yang tidak dapat dicegah seperti stroke,
4
TIA (Transient Ischaemic Attack), MI (MyocardialInfarction), disritmia,
seizure.
2) Accidential Falls
Accidential falls terjadi bukan karena faktor fisikmelainkan akibat dari
bahaya lingkungan atau kesalahan penilaian strategi dan desain untuk
memastikan lingkungan aman bagi pasien (Jenice, 2009).Contoh hal-hal
yang menyebakan jatuh seperti terpeleset karena lantai licin akibat air atau
urin.
Pasien berisiko jatuh saat mengunakan Intravena sebagai pegangan saat
berjalan dapat juga pasien terjatuh saat mencoba naik ke tempat tidur atau
dapat terjadi saat pasien berusaha meraih barang yang ada disekatnya.
3) Unanticipated Falls
Jatuh yang masih berhubungan dengan kondisi fisik, tapi terjadi karena
kondisi yang tidak bisa diprediksi sebelumnya. Tindakan pencegahan pada
tipe ini hanya dapat dilakukan setelah terjadi jatuh, dengan cara
menganalisis dan mencari pencegahan yang tepat. Contoh dari kondisi
fisik yang tidak dapat diprediksi meliputi pingsan dan kondisi fraktur
patologis pada pinggul.
Kejadian jatuh seperti ini dapat terulang dengan kondisi dan sebab yang
sama, oleh karena itu perhatian perawat adalah dengan cara mencegah
jatuh untuk kedua kalinya atau mencegah pasien luka saat jatuh lagi
(Jenice, 2009).
4) Intentional Falls
Kejadian jatuh yang disengaja berdasakan alasan tertentu atau tujuan
tertentu contohnya jatuh untuk mendapatkan perhatian atau jatuh untuk
mengurangi nyeri atau berjongkok.
Chun Ruby (2017); Pearson & Andrew (2011), menyertakan bahwa faktor
risiko jatuh dibagi menjadi faktor intrinsik (Patient-related risk factors) dan faktor
ektrinsik (Healthcare factors related to falls) seperti yang dijelaskan berikut :
5
1. Faktor Intrinsik (Patient-Related Risk Factors)
Faktor risiko yang berasal dari dalam tubuh pasien biasanya berasal dari
penyakit yang menyertai pasien seperti:
a) Gangguan sensori dan Gangguan neurologi
Gangguan sensori dapat menurunkan kemampuan seseorang dalam
menilai dan mengantisipasi bahaya yang terdapat dilingkunganya.
Gangguan ini biasa terjadi pada golongan usia dewasa-tua dimana
perlemahan dan memburuknya pengelihatan karena usia secara signifikan
dapat meningkatkan risiko dari jatuh.Hasil studi yang dilakukan Skalska et
al., pada golongan umur responden (55-59 dan > 65 tahun) didapatkan
hasil insiden jatuh yang tinggi memiliki hubungan dengangangguan
pengelihatan dan pendengaran, dengan kata lain semakin tinggi gangguan
pengelihatan dan pendengaran yang dialami maka semakin tinggi pula
risiko jatuh yang terjadi. Pasien dengan ganggan neurologi seperti pingsan
dan penurunan kesadaran dapat menyebabkan pasien mendadak jatuh
sehingga pasien perlu pengawasan dan observasi khusus secara terus
menerus.
b) Gangguan kognitif
Dimensia, delirium, dan penyakit perkinson memiliki hubungan yang jelas
dengan risiko terjadinya jatuh terutama saat perilaku agitasi dan
berkeliaran muncul.Selain itu penurunan kognitif dan kognisi secara
umum dapat mempercepat risiko jatuh pada.pasien dewasa tua tanpa
penyakit delirium atau tanpa penyakit dimensia (Feil dan Gardner, 2012).
c) Gaya berjalan dan Gangguan keseimbangan
Gangguan berjalan dan keseimbangan sangat sering terjadi pada lansia
karena proses alami dari penuaan. Proses tersebut menyebabkan
penurunan kekuatan otot, gangguan keseimbangan, dan penurunan
kelenturan sendi. Selain proses penuaan riwayat berjalan berjongkok dan
mengunakan tongkat juga dapat meningkatkan risikodari jatuh, penyakit
stroke dapat menjadi salah satu penyebab gangguan keseimbangan, hal
tersebut karena pasien mengalami kelumpuhan sehingga mengakibatkan
pasien sulit berjalan atau bergerak.
6
d) Gangguan urinaria
Gangguan ini dapat menyebabkan pasien lebih sering keluar-masuk
menuju kamar mandi, sehingga meningkatkan risiko jatuh pada pasien.
Contoh gangguan urinaria adalah : menurunkan gejala saluran kemih pada
pria, inkontinesia urinaria yang bersifat neurologis, dan gejala saluran
kemih pada perempuan (NICE, 2017).
e) Pengobatan
Banyak pasien tidak memahami pemakaian berbagai macam obat dapat
meningkatkan risiko jatuh.Pasien dengan pemakaian obat antihipertensi
dan psikiatrik lebih sering terjadi jatuh (Majkusova & Jarosova,
2014).Pengobatan kardiovasikular seperti deutetik dan antihipertensi dapat
mengakibatkan efek samping hipotensi yang dapat menyebabkan pasien
jatuh.
2. Faktor Ektrinsik (Healthcare Factors Related to Falls)
Faktor ini sebagian besar terjadi karena kondisi bahaya dari lingkungan
atau tempat atau ruangan di mana pasien dirawat, seperti :
a) Kondisi lingkungan pasien
Pencahayaan ruangan yang kurang terang, lantai licin, tempat berpegangan
yang tidak kuat atau tidak stabil atau terletak dibawah, tempat tidur yang
tinggi, WC yang rendah atau berjongkok, obat-obatan yang diminum dan
alat-alat bantu berjalan dapat meningkatkan risiko dari jatuh (Darmojo,
2004).
b) Lampu panggilan dan Alarm kursi atau tempat tidur Lampu panggilan dan
alarm kursi atau tempat tidur berperan penting dalam pencegahan pasien
jatuh karena pasien yang ingin menuju kamar mandi dapat memberitahu
perawat melalui alarm yang tersedia untuk segera dibantu.
c) Tenaga profesional kesehatan dan sistem pelayanan Selain kondisi
lingkungan yang membahayakan pasien, sistem dari pelayanan kesehatan
juga berpengaruh terhadap terjadinya pasien jatuh. Severo et al (2014),
menyebutkan salah faktor ektrinsik jatuh adalah tatananrumah sakit dan
proses kesehatan profesional kesehatan khususnya dalam keperawatan.
7
2.3 Dampak pasien jatuh
Banyak dampak yang disebabkan karena insiden dari jatuh contoh dampak
pasien jatuh sebagai berikut :
1) Dampak Fisiologis
Dampak fisik yang disebabkan oleh jatuh berupa lecet, memar, luka
sobek, fraktur, cidera kepala, bahkan dalam kasus yang fatal jatuh
dapat mengakibatkan kematian.
2) Dampak Psikologis
Jatuh yang tidak menimbulkan dampak fisik dapat memicu dampak
psikologis seperti; ketakutan, anxiety, distress, depresi, dan dapat
mengurangi aktivitas fisik (Miake-Lye et al, 2013).
3) Dampak finansial
Pasien yang mengalami jatuh pada unit rawat inap dapat menambah
biaya perawatan, hal tersebut karena jatuh dapat menyebabkan luka
pada pasien.
8
NO PENGKAJIAN SKALA
terpasang infus? Ya 20
6. Status Mental
- klien menyadari kondisi dirinya 0
Total Nilai
9
Keterangan:
2. Pemasangan label segitiga merah untuk resiko tinggi dan segitiga kuning
untuk resiko rendah
3. Pemasangan gelang resiko jatuh dilakukan setelah penilaian MFS hasilnya
≥ 45.
4. Tempat tidur pasien
Tempat tidur pasien merupakan salah satu alat yang digunakan oleh
pasien. untuk mencegah resiko pasien jatuh dari tempat tidur, maka tempat
tidur dalam posisi rendah dan terdapat pagar pengaman/ sisi tempat tidur.
5. Penggunaan restrain sesuai prosedur
Restrain merupakan alat atau tindakan pelindung untuk membatasi gerakan
atau aktifitas pasien secara bebas. Untuk menghindari jatuh dapat
dimodifikasi dengan memodifikasi lingkungan yang dapat mengurangi
cedera seperti memberi keamanan pada tempat tidur (Potter dan perry,
1997).
10
1) Pakaikan gelang risiko jatuh berwarna kuning. Pasang tanda peringatan risiko
jatuh warna merah pada bed pasien
2) Strategi mencegah jatuh dengan penilaian jatuh yang lebih detil seperti analisa
cara berjalan sehingga dapat ditentukan intervensi spesifik seperti
menggunakan terapi fisik atau alat bantu jalan jenis terbaru untuk membantu
mobilisasi.
3) Pasien ditempatkan dekat nurse station.
4) Lantai kamar mandi dengan karpet anti slip/ tidak licin, serta anjuran
menggunakan tempat duduk di kamar mandi saat pasien mandi.
5) Dampingi pasien bila ke kamar mandi, jangan tinggalkan sendiri di toilet,
informasikan cara mengunakan bel di toilet untuk memanggil perawat, pintu
kamar mandi jangan dikunci.
6) Lakukan penilaian ulang risiko jatuh tiap shif.
11
e. Mengatur tinggi rendahnya tempat tidur sesuai dengan prosedur
pencegahan dan penanganan pasien jatuh.
f. Memastikan pagar pengaman tempat tidur selalu dalam keadaan terpasang
g. Pada pasien gelisah menggunakan restrain, kalau perlu menggunakan baju
Apollo dengan meminta ijin terlebih dahulu kepada keluarga.
12
13
DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT
RSPAD GATOT SOEBROTO
Nama :
Tanggal
Parameter Kriteria Skor
Di bawah 3 tahun 4
3 – 7 tahun 3
Umur
7 – 13 tahun 2
>13 tahun 1
Laki – laki 2
Jenis Kelamin
Perempuan 1
Kelainan Neurologi 4
Perubahan dalam oksigen (Masalah
Saluran Nafas, Dehidrasi, Anemia, 3
Diagnosa
Anoreksia, Sinkop / sakit kepala, dll)
Kelainan Psikis / Perilaku 2
Diagnosis Lain 1
Tidak sadar terhadap keterbatasan 3
Gangguan
Lupa keterbatasan 2
Kognitif
Mengetahui kemampuan diri 1
Riwayat jatuh dari tempat tidur saat bayi
4
anak
Faktor Pasien menggunakan alat bantu atau
3
Lingkungan box atau mebel
Pasien berada di tempat tidur 2
Di luar ruang rawat 1
Respon Dalam 24 jam 3
Terhadap
Operasi / Obat Dalam 48 jam Riwayat Jatuh 2
Penenang /
>48 jam 1
Efek Anestesi
Bermacam-macam obat yang
digunakan : Obat sedative (kecuali
pasien ICU yang menggunakan sedasi
3
Penggunaan dan paralisis), Hipnotik, Barbiturat,
Obat Fenotiazin, Antidepresan, Laksans /
Diuretika, Narkotik
Salah satu dari pengobatan di atas 2
Pengobatan lain 1
SKOR TOTAL
Initial Perawat
Resiko Rendah : 7-11 Resiko Tinggi : 12 - 23
CATATAN :
Nilai sesuai item yang telah disediakan dan beri angka pada kolom yang tersedia
Jumlahkan skor total (resiko rendah atau resiko tinggi)
Beri paraf jika sudah dilaksanakan
DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT
RSPAD GATOT SOEBROTO
Nama :
TANGGAL
KRITERIA PEMANTAUAN
Edukasi orangtua/keluarga
Resiko Tinggi : 12 - 23
CATATAN :
Beri tanda cheklist (√ ) jika pemantauan sudah dilaksanakan sesuai hasil penilaian
Beri paraf (initial ) jika sudah dilaksanakan sesuai kolom yang tersedia
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem yang diterapkan untuk
mencegah terjadinya cedera akibat perawatan medis dan kesalahan pengobatan
melalui suatu sistem assesment resiko,identifikasi dan pengelolaan faktor risiko,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dan tindak lanjut dari insident
serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko (Dep Kes RI,
2006). Jatuh merupakan suatu yang dilaporkan penderita atau saksi mata, yang
melihat kejadian dengan akibat seseorang mendadak terbaring atau duduk di lantai
atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka
(Darmojo, 2004). Ada lima pencegahan yang dapat dilakukan pada pasien reisko
jatuh yaitu: Morse Scale Fall/MFS, pemasangan label segitiga merah untuk resiko
tinggi dan segitiga kuning untuk resiko rendah , pemasangan gelang resiko jatuh
dilakukan setelah penilaian MFS hasilnya ≥ 45, tempat tidur pasien, penggunaan
restrain sesuai prosedur .
3.2.Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca dan perawat dapat mencegah
jatuh pada pasien risiko jatuh .
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. (2008). Panduan Nasional Keselamatan Pasien
Rumah Sakit(Patient Safety). Jakarta: Menteri Kesehatan Republik
Indonesia.
Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta2009
Miake-Lye IM Hempel S Ganz DA, andShekelle PG. 2013.Inpatient Fall
Prevention Programs as a Patient Safety Strategy: A Systematic Review.
Annals of Internal Medicine.; 158(5); 390-396.
Darmojo & Martono, 2004. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).
FKUI: Jakarta, 9, 22.
Setyarini, Elizabeth, dan Lusiana Lina Herlina. 2014. Kepatuhan Perawat
Melaksanakan Standar Prosedur Operasional: Pencegahan Pasien Resiko
Jatuh Di Gedung Yosef 3 Dago Dan Surya Kencana Rumah Sakit
Borromeus. Journal penelitian. 94 – 105.