Anda di halaman 1dari 16

1

A. Konsep Pencegahan Jatuh dan Cedera


1. Pengertian Jatuh dan Kaitannya dengan Cedera
Jatuh merupakan 90% jenis kecelakaan yang di laporkan dari seluruh kecelakaan yang
terjadi di rumah sakit. Resiko jatuh lebih besar di alami oleh klien lansia. Selain usia, riwayat
jatuh terdahulu, masalah pada sikap berjalan dan mobilisas, hipotensi postural, perubahan
sensorik, disfungsi saluran dan kandung kemih dan beberapa kategori diagnosa medis tertentu
seperti kanker, penyakit kardiovaskular, neurologi dan serebrovaskuler dapat meningkatkan
resiko ini (Potter & Perry, 2005 ; 1164).
Keamanan seringkali didefinisikan sebagai keadaan bebas dari cedera fisik dan
psikologis, adalah salah satu kebutuhan dasar manusia yang haru dipenuhi. Perawat harus
mengkaji bahaya yang mengancam keamanan pasien dan lingkungan, dan selanjutnya
melakukan intervensi yang diperlukan (Potter & Perry, 2005 ; 1155).
Lingkungan pasien mencakup semua faktor fisik dan psikososial yang mempengaruhi
atau bearkibat terhadap kehidupan dan kelangsungan hidup pasien. Lingkungan yang aman
adalah salah satu kebutuhan dasar yang terpenuhi, bahaya fisik akan berkurang, penyebaran
organism pathogen akan berkurang, sanitasi dapat dipertahankan, dan polusi dapat dikontrol
(Potter & Perry, 2005 ; 1155).
Pemenuhan kebutuhan dasar fisilogis manusia diperlukan untuk mencapai kebutuhan
keamanan dan keselamatan. Bahaya fisik yang ada didalam komunitas dan tempat pelayanan
kesehatan menyebabkan pasien berisiko mengalami cedera. Pencahayaan yang adekuat akan
mengurangi bahaya fisik dengan cara menerangi tempat pasien bergerak dan pekerja (Potter
& Perry, 2005 ; 1156).
Jatuh merupakan penyebab utama kematian akibat kecelakaan pada pasien yang
berusia 75 tahun atau lebih (Accident Facts, 1993 dalam Potter & Perry,2005 ; 1156). Lebih
dari 40% orang yang berusia 65 tahun mengalami jatuh sedikitnya 1 kali dalam setahun,
dengan 1% hingga 6% diantaranya menyebabkan cedera yang serius (Loew, 1993 dalam
Potter & Perry,2005 ; 1156).
Cedera yang terjadi dirumah seringkali disebabkan oleh berbagai benda, termasuk
keset yang ada di tangga dan di lantai, noda basah di lantai, kain yang kusut di samping,
lemari dinding, bagian atas kulkas dan lemari buku. Risiko jatuh karena berbagai penghalang
ini dapat di alami oleh seluruh kelompok usia tetapi risiko terbesar dialami oleh lansia. Jatuh
biasanya diakibatkan oleh kombinasi antara faktor intrinsik seperti penyakit, terapi obat, dan
penggunaan alkohol, dengan faktor ektrinsik atau lingkungan (Potter & Perry, 2005 ; 1157).
Otot tungkai yang lemah, lutut yang lemah, keseimbangan yang buruk, dan kurang
fleksibilitas menjadi faktor penyebab jatuh pada lansia. Perawat dapat menggunakan
2

instrument pengkajian, misalnya, uji Get Up and Go, di tatanan rumah sakit, tatanan subakut,
dan di rumah, Kimbell (2011) mendeskripsikan beberapa langkah pemeriksaan:
a. Amati postur tubuh pasien saat ia duduk di kursi dengan sandaran tegak.
b. Minta pasien untuk berdiri. Amati apakah pasien dapat berdiri hanya menggunakan otot
kakinya atau apakah ia perlu menggunakan tangannya untuk membantunya berdiri dari
kursi.
c. Saat pasien berdiri dengan nyaman, minta pasien untuk menutup matanya. Apakah ia
limbung?
d. Minta pasien membuka matanya, berjalan 3 meter, berputar, dan kembali ke kursi. Amati
gaya berjalan, keseimbangan, kecepatan, dan kestabilan pasien. Seberapa halus gerakan
berputar pasien?
e. Saat pasien kembali ke kursi, minta untuk berputar dan duduk. Amati seberapa halus
pasien melakukan gerakan itu.
2. Jatuh dan Cedera Sebagai Kesalahan Medis
Jatuh sangat berkaitan dengan kesalahan medis. Kegagalan tindakan yang
direncanakan yaitu kesalahan pelaksanaan atau penggunaan rencana yang salah untuk
mencapai tujuan, kesalahan penatalaksanaan merupakan kegagalan dalam melakukan
tindakan yang telah direncanakan seperti penempatan bel yang jauh dari jangkauan pasien.
Dalam lembaga pelayanan kesehatan kecelakaan terbagi atas:
a. Kecelakaan yang disebabkan oleh klien
Adalah selain jatuh dimana klien menjadi faktor penyebab utama. Contoh kecelakaan
yang disebabkan oleh klien yaitu jatuh ketika mengendarai sepeda motor sehingga
mengakibatkan cedera pada dirinya.
b. Kecelakaan yang di sebabkan pasien dapat terjadi akibat kejang
Kejang ditandai dengan tangisan, hilangnya kesadaran dengan gerakan ke atas, tonik
(kaku), dan klonik (menghentak). Klien mungkin mengalami napas dangkal, sianosis, dan
kehilangan kontrol berkemih dan defekasi. Setelah mengalami kejang, pasien akan
memasuki tahap postiktal, yaitu pasien mengalami amnesia, bingung, dan tertidur lelap.
Sebelum episode kejang, beberapa pasien mungkin melaporkan adanya aura, yaitu
peringatan atau perasaan akan mengalami kejang. Aura mungkin berupa cahaya sangat
terang, bau atau rasa. Kejang yang berakhir lebih dari 5 menit atau yang diikuti oleh
kejang berulang yang cepat disebut epileptikus. Kondisi ini merupakan kondisi
kegawatan medis dan memerlukan pengawasan dan tindakan pengobatan yang intensif.
c. Kecelakaan yang disebabkan oleh prosedur
Kecelakaan yang terjadi selama terapi. Hal ini meliputi kesalahan pemberian medikasi
dan cairan, dan kecelakaan karena cara melaksanakan prosedur yang tidak tepat.
Perawat dapat mencegah terjadinya kecelakaan yang disebabkan prosedur. Contohnya
dengan mengikuti prosedur pemberian obat secara tepat akan mencegah terjadinya
kesalahan obat. Pemberian cairan intravena yang tepat akan mencegah terjadinya
3

kelebihan dan defisit cairan. Potensi terjadinya infeksi akan berkurang bila teknik aseptik
digunakan saat mengganti balutan steril.
d. Kecelakaan yang disebabkan oleh peralatan
Ini dikarenakan alat yang digunakan tidak berfungsi, rusak, salah digunakan, atau
disebabkan karena bahaya akibat listrik. Untuk menghindari cedera, perawat tidak boleh
menjalankan peralatan monitor atau terapi tanpa petunjuk.

Dari hasil laporan kecelakaan pada pelayanan keperawatan akut yang digunakan oleh
American Nurses Association-National Database of Nursing Quality Indicators (ANA-
NDNQI), cedera yang diakibat oleh jatuh dapat dikategorikan sebagai berikut :

a. None: tidak adanya cedera sekunder akibat jatuh


b. Minor: mengindikasikan cedera tersebut memerlukan intervensi sederhana
c. Moderator: menunjukkan luka yang membutuhkan jahitan atau pembalutan
d. Major: cedera yang memerlukan operasi dan pemeriksaan lebih lanjut (misalnya, untuk
cedera neurologis)
e. Dead: mengacu pada hasil cedera berkelanjutan akibat jatuh.

Wilkinson (2000) dalam Kozier mendeskripsikan cedera secara lebih spesifik yang terdiri
dari 7 subkategoris, yaitu :
a. Resiko Keracunan
Resiko terpajan secara tidak sengaja dengan atau menelan, obat-obatan atau zat
berbahaya lain dalam dosis yang cukup untuk menyebabkan keracunan.
b. Resiko Sufokasi
Keadaan kurang oksigen akibat nafas yang terputus. Salah satu penyebabnya seperti
tercekik seperti makanan atau benda asing yang tersangkut ditenggorokan. Penyebab lain
adalah tenggelam, menghirup gas/ asap, apabila tidak segera menerima tindakan terhadap
sufokasi, nafas yang terputus-putus menyebabkan henti nafas dan henti jantung serta
kematian.
c. Resiko Trauma
Resiko cedera jaringan secara tidak sengaja (misalnya, luka bakar, atau fraktur).
d. Respon Alergi Terhadap Lateks
Respon alergi terhadap produk lateks alami.
e. Resiko Respon Alergi Terhadap Lateks
Beresiko mengalami respon alergi terhadap produk lateks alami
f. Resiko Aspirasi
Resiko masuknya sekresi dari saluran cerna, sekresi orofaring, benda padat, atau
cairan dalam saluran trakeobronkial.
g. Resiko Sidrom Disuse
Beresiko mengalami deterriorasi sistem tubuh akibat inaktivitas muskuloskeletal yang
diharuskan atau yang tidak dapat dihindari.

3. Pencegahan Jatuh dan Cedera


4

Pencegahan jatuh dan cedera merupakan fokus utama bagi institusi pelayanan kesehatan
baik perawatan akut maupun jangka panjang. Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas
pelayanan ini. Maka pelaporan terkait dengan kondisi pasien harus lebih ditingkatkan untuk
mengurangi potensi jatuh dan cedera terutama pada pasien yang sangat rentan.

Instrumen untuk mengidentifikasi pasien yang beresiko tinggi untuk jatuh dalam
perawatan akut telah dikembangkan oleh beberapa ahli (Currie, Melino, Cimino et al,2004;
Hendrich, Bender, Nyius, 2003; Morse,1997; Oliver, Daly, Martin et al, 2004) terdapat empat
instrumen penilaian risiko yang umum digunakan yaitu STRATIFY, Downton, Tullmanore,
dan Tinneti.

a. Instrumen STRATIFY
When transferring from a bed to chair

Answer Score
Unable 0
Needs major help 1
Needs minor help 2
Independent 3

Chosse one of the following options which best describes the resident’s level of mobility

Answer Score
Immobile 0
Independent with the aid of a wheelchair 1
Uses walking aid 2
Walks with the aid of one person 3
Independent 4

And answer the next question


1) Is the combined transfer and mobility score 3 or 4?

Answer Score
Yes 1
No 0

2) Has the resident had any falls in the last 3 months?

Answer Score
Yes 1
No 0
5

3) Is the resident visually impaired to the extent that everyday function is affected?

Answer Score
Yes 1
No 0

4) Is the resident agitated?

Answer Score
Yes 1
No 0

5) Do you think the resident is in need of especially frequent toileting?

Answer Score
Yes 1
No 0

Total of questions 1-5


0 = low risk 1= moderate risk 2 or above = high risk

Jatuh merupakan suatu yang umum terjadi pada lansia, orang sakit, atau orang cedera
yang sedang lemah. Untuk mencegah dan mengurangi resiko jatuh dan cedera di rumah sakit,
maka perawat bisa memaksimalkan penggunaan pagar tempat tidur dan restrain.
a. Pagar Tempat Tidur (Side Bed Rails)
Sisi pembatas tempat tidur juga mencegah klien yang tidak sadar jatuh dari tempat
tidur atau dari brankar. Biarkan pagar tetap naik bila klien klien ditinggal sendiri. Jika
menggunakan sisi pembatas, maka tempat tidur diatur pada posisi yang serendah mungkin
dan rodanya terkunci ketika tidak sedang melakukan tindakan sehingga klien dapat ke
tempat tidur atau meninggalkan tempat tidur dengan mudah.
Walaupun sepertinya menaikkan pagar tempat tidur merupakan cara yang efektif
untuk mencegah jatuh, namun penilitian menunjukkan bahwa orang yang mengalami
gangguan memori, diorientasi, perubahan kemampuan bergerak, nokturia, dan gangguan
tidur lainnya rentan terjebak di pagar tempat tidur dan sebenarnya lebih mungkin terjatuh
saat berusaha meninggalkan tempat tidur dengan pagar yang dinaikkan. (Capezuti et al,
1999 dalam Berman, A., Kozier, B., Snyder, S., Erb, G., 2009).
6

Gambar 1.1. Tempat Tidur Pasien Anak/ Bayi

Gambar 1.2. Tempat Tidur Pasien Dewasa dengan Pembatasnya

b. Restrain
Restrain merupakan alat pelindung yang digunakan untuk membatasi aktifitas fisik
pasien atau aktifitas bagian tubuh pasien. Restrain dapat diklasifikasikan menjadi restrain
fisik dan restrain kimia.
Restrain fisik adalah metode manual atau peralatan mekanik yang diikatkan ke tubuh
pasien sehingga pasien tidak dapat berpindah dengan mudah dan membatasi
kebebasannya untuk bergerak dan menyentuh tubuh seseorang. Alat restrain ini tidak
dapat dilepaskan dengan mudah dan alat ini membatasi gerakan pasien.
Restrain kimia adalah obat seperti: sediaan neuroleptik, ansiolitik, sedatif, dan
psikotropik yang digunakan untuk mengontrol perilaku sosial yang mengganggu. Tujuan
restrain ini adalah mencegah agar pasien tidak melukai dirinya sendiri atau orang lain.
Sebelum memilih restrain, perawat harus memahami tujuan penggunaan restrain
dengan jelas dan melakukan pemasangan restrain berdasarkan lima kriteia berikut, yaitu:
1) Restrain membatasi gerakan klien seminimal mungkin. Jika klien perlu restrain hanya
untuk satu tangannya saja, jangan lakukan restrain pada seluruh tubuhnya.
2) Usahakan agar restrain tersebut tidak terlihat oleh orang lain. Klien maupun para
penjenguk seringkali merasa malu karena tindakan restrain, walaupun mereka telah
mengerti alasan dilakukannya tindakan tersebut. Semakin restrain tidak terlihat, klien
dan orang lain akan semakin nyaman.
3) Hendaknya restrain tidak mengganggu terapi/ pengobatan klien atau memperberat
masalah kesehatan yang sedang dialaminya. Jika klien mempunyai sirkulasi darah
yang buruk ke tangan, lakukanlah restrain yang tidak akan memperparah masalah
sirkulasi darah tersebut.
7

4) Restrain mudah diganti. Restrain perlu diganti sesering mungkin, terutama jika telah
kotor. Pilih restrain yang dapat diganti dengan seminimal mungkin kepada klien.
5) Restrain hendaknya aman bagi klien tertentu. Pilih restrain yang tidak menyebabkan
klien terluka karenanya. Contohnya, jika pergelangan tangan klien terikat pada rangka
tempat tidur, klien dapat mengalami cedera ketika mencoba meninggalkan tempat
tidur dengan menaiki pagarnya. Restrain jaket akan mengendalikan klien secara lebih
aman.

Ada beberapa jenis restrain, restrain yang paling banyak digunakan adalah:
1) Restrain Jaket (Restrain Rompi)
Yaitu pakaian yang menyilang atau menutupi punggung klien.

Gambar 1.3. Restrain Jaket

2) Restrain Sabuk (Ikat Pinggang Restrain)


Yaitu alat yang mengamankan klien di atas brankar/ tempat tidur.

Gambar 1.4. Restrain Sabuk

3) Restrain Sarung Tangan


Yaitu sarung tangan pengikat tanpa jari-jari.

Gambar 1.5. Restrain Sarung Tangan


4) Restrain Ekstremitas (Pergelangan Tangan dan Pergelangan Kaki)
Yaitu alat yang dirancang untuk membatasi mobilisasi salah satu atau seluruh
ekstremitas.

Gambar 1.6. Restrain Pergelangan Tangan

Gambar 1.7. Restrain Pergelangan Kaki


8

5) Restrain Siku
Yaitu kain berpetak yang didalamnya terdapat potongan bahan keras sehingga sendi
siku tetap kaku.

Gambar 1.8. Restrain Siku


6) Restrain Mumi
Yaitu selimut atau selembar kain dibentangkan di tempat tidur atau tempat tidur bayi
dimana salah satu sudutnya ditekuk ke bagian dalam. Anak diletakkan di atas selimut
dengan bahu pada posisi yang berlawanan dengan sudut. Tangan kanan anak
dilekukkan ke bawah terhadap tubuh, bagian kanan selimut ditarik kuat melewati
bahu kanan dan dada, dan sudut kain dimasuk ke bawah tubuh bagian kiri. Tangan kiri
diluruskan pada samping kiri tubuh, dan bagian kiri selimut ditarik melewati bahu dan
dada lalu dimasukkan ke tubuh bagian kanan bawah. Sudut bagian bawah selimut
dilipat dan diselipkan atau dikencangkan dengan aman menggunakan jepitan.

Gambar 1.9. Restrain Mumi

7) Kursi “Geriatri” dan Kursi Roda


Digunakan untuk membatasi aktifitas klien juga dapat dianggap sebagai restrain.

Gambar 1.10. Kursi “Geriatri”


9

Gambar 1.11. Kursi Roda

4. Proses Keperawatan pada Pasien dengan Risiko Jatuh dan Cedera


a. Pengkajian
Menurut Patricia A. Potter dan Perry A. G (2005 ; 1158) Pengkajian difokuskan pada
berbagai faktor risiko yang dihadapi dalam komunitas dan lembaga pelayanan kesehatan
untuk memastikan lingkungan yang aman dan mengkaji berbagai ancaman terhadap
keamanan pasien dan lingkungan.
Pengkajian terhadap pasien yang beresiko terhadap kecelakaan dan cedera meliputi:
1) Menentukan indikator penting dalam riwayat keperawatan dan pemeriksaan fisik
a) Riwayat Keperawatan
Jenis dasar resiko terhadap keamanan klien di dalam lingkungan pelayanan
kesehatan adalah jatuh, kecelakaan yang disebabkan klien, kecelakaan yang
disebabkan prosedur dan kecelakaan yang disebabkan penggunaan alat.
b) Pengkajian Fisik
(1) Perubahan muskuloskeletan:
(a) Kekuatan dan fungsi otot menurun
(b) Sendi menjadi kurang dapat digerakkan
(c) Postur berubah, umumnya menjadi kifosis
(d) Rentang gerakan terbatas
(2) Perubahan sistem saraf:
(a) Seluruh reflek volunter menjadi lebih lambat
(b) Penurunan kemampuan berespon terhadap stimulus dalam jumlah yang
banyak
(c) Panca indra menjadi kurang efesien
(3) Perubahan sensorik
(a) Penglihatan perifer dan akomodasi lensa menurun
(b) Lensa berubah menjadi opasitas
(c) Ambang stimulus terhadap cahaya dan nyeri meningkat
(d) Gangguan pandengaran karena nada frekuensi tinggi kurang dapat
dipersepsi
(4) Genitauria
(a) Peningkatan nokturia
(b) Peningkatan terjadinya inkontinensia

Faktor Resiko Tindakan Pencegahan


Penglihatan buruk a. Pastikan bahwa kacamata klien berfungsi dengan baik
b. Pastikan pencahayaan tepat
10

c. Tandai jalan ke arah pintu dan tepi anak tangga jika perlu
d. Pertahankan keteraturan lingkungan
Disfungsi kognitif a. Buat batasan aktifitas yang aman
(bingung, disorientasi, b. Singkirkan benda yang membahayakan
gangguan daya ingat
atau hambatan
pembuatan keputusan)
Ganguan gaya berjalan a. Gunakan sandal atau sepatu yang pas dikaki dengan sol
atau keseimbangan antiselip
atau kesulitan berjalan b. Gunakan alat bantu ambulasi jika perlu (tongkat, kruk, walker,
karena disfungsi rungkup/ penompang kursi roda)
ekstermitas bawah c. Dorong olahraga dan aktifitas sesuai toleransi untuk
(mis: arthritis) mempertahankan kekuatan otot, fleksibilitas sendi dan
keseimbangan
d. Pastikan kerapian lingkungan dengan karpet yang terpasang
baik
Kesulitan untuk a. Dorong klien untuk meminta bantuan
berdiri dan duduk di b. Pertahankan posisi tempat tidur dalam posisi yang rendah
kursi atau bangkit dari c. Lengkapi dinding kamar mandi dengan susur tangan
d. Naikkan dudukan toilet
dan ke tempat tidur
Hipotensi ortostatik a. Minta klien untuk berdiri secara perlahan dari posisi berbaring
ke posisi duduk, kemudian ke posisi berdiri, diam di tempat
selama beberapa detik sebelum mulai berjalan
Sering berkemih atau a. Sediakan kursi buang air di tempat tidur
menggunakan diuretic b. Bantu pasien berkemih secara teratur dan terjadwal
Kelemahan akibat a. Dorong klien untuk meminta bantuan
proses penyakit atau b. Pantau toleransi aktifitas klien
terapi
Regimen pengobatan a. Naikkan pagar tidur
saat ini yang meliputi b. Pertahankan pagar tempat tidur tetap terpasang walaupun
penggunaan sedatif, posisi tempat tidur rendah
hipnotik, obat c. Pantau orientasi dan status kewaspadaan
d. Diskusikan bagaimana alc\kohol dapat menyebabkan cedera
penenang, narkotik,
jatuh
analgesik dan diuretik
e. Dorong peninjauan terhadap semua obat resep setiap tahun
atau lebih sering

2) Komunitas
Kemampuan individu untuk melindungi dirinya sendiri dari cedera dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu :
a) Tahap Perkembangan
(1) Bayi, toddler, dan prasekolah
Cedera merupakan penyebab terbesar kematian anak-anak yang berusia lebih
dari 1 tahun. Sifat cedera yang dialami berhubungan erat dengan perilaku
11

pertumbuhan dan perkembangan normal. Misalnya keracunan. Jadi


pencegahan kecelakaan memerlukan pendidikan kesehatan untuk para orang
tua dan penghilangan bahaya sebisa mungkin.
(2) Anak usia sekolah
Saat seorang anak masuk sekolah: lingkungannya meluas sampai ke
lingkungan sekolah, perjalanan pergi dan pulang dari sekolah, dan aktifitas
setelah pulang sekolah. Melalui orang tua, guru, perawat harus memberikan
intruksi pada anak untuk mengikuti kegiatan sekolah atau bermain dengan cara
yang aman.
Karena pada usia tersebut anak lebih sering berpartisipasi dalam kegiatan yang
ada di lingkungannya, maka mereka lebih berisiko cedera yang disebabkan
oleh orang asing. Maka dari itu anak harus diperingati berulang kali untuk
tidak menerima permen, makanan, hadiah dari orang asing.
(3) Remaja
Ketika anak memasuki usia remaja, mereka mempunyai kemandirian yang
lebih besar dan mulai mengembangan identitas dan nilai yang mereka miliki.
Remaja secara emosional mulai terpisah dari keluarganya, dan temen
sekelompok yang sebaya mulai memiliki pengaruh yang lebih kuat terhadap
dirinya.
Ketika terjadi pertentangan indentitas menyebabkan remaja merasa malu,
takut, dan cemas sehingga merasa dirinya tidak berfungsi di lingkungan
keluarga maka dia akan mengalihkan rasa stresnya ke obat-obatan ataupun
mengkonsumsi alkohol yang dapat menyebabkan kecelakaan ketika
mengendarai sepeda motor dan cedera yang akan ditimbulkan bisa saja
kematian.

(4) Orang dewasa


Ancaman terhadap keamanan orang dewasa biasanya berhubungan dengan
kebiasaan gaya hidup. Contohnya: klien yang mengkonsumsi alkohol secara
berlebihan akan mengakibatkan kecelakaan kendaraan bermotor.
(5) Lansia
Perubahan fisiologis yang terjadi selama proses penuaan meningkatkan risiko
klien untuk jatuh. Klien lansia mengalami kemungkinan jatuh itu lebih besar,
yang paling sering terjadi saat pindah dari tempat tidur, bangku, dan toilet
dikarenakan adanya perubahan muskuloskeletal yaitu kekuatan dan fungsi otot
menurun, sendi menjadi kurang dapat digerakkan, postur berubah, dan rentang
gerakan terbatas.
12

b) Gaya Hidup
Gaya hidup meningkatkan resiko keamanan. Orang yang beresiko cedera lebih
besar adalah mereka yang mengemudi atau menjalankan mesin saat berada di
bawah pengaruh substansi kimia.
c) Mobilisasi
Perubahan mobilisasi akibat kelemahan, kelumpuhan, dan koordinasi atau
keseimbangan yang buruk merupakan faktor utama yang menyebabkan klien
jatuh.
d) Kerusakan Sensorik
Klien yang mengalami gangguan visual, pendengaran atau komunikasi lebih
beresiko cedera di komunitas. Klien seperti ini tidak mampu merasakan bahaya
yang mungkin terjadi dan tidak mampu mengungkapkan kebutuhan mereka untuk
mendapatkan bantuan.
e) Kesadaran Kognitif
Merupakan kemampuan untuk merasakan stimulus lingkungan dan reaksi tubuh
serta untuk berespon secara tepat lewat proses pikir dan tindakan. Klien yang
mengalami gangguan kesadaran meliputi individu yang kurang tidur, individu
yang tidak tahu di mana mereka berada atau apa yang harus mereka lakukan untuk
menolong diri sendiri. dan individu yang mengalami hambatan penilaian akibat
proses penyakit atau pengobatan, seperti narkotika, obat penenang.
f) Status Emosi
Status emosi yang ekstrem dapat mengganggu kemampuan untuk merasakan
bahaya yang terdapat dalam lingkungan. Situasi yang penuh tekanan dapat
menurunkan tingkat konsentrasi individu, menyebabkan kesalahan penilaian, dan
penurunan kesadaran terhadap stimulus eksternal. Individu yang mengalami
depresi dapat berpikir dan bereaksi terhadap stimulus lingkungan lebih lambat
daripada biasanya.
g) Kemampuan Komunikasi
Individu yang mengalami hambatan kemampuan untuk menerima dan
menyampaikan informasi termasuk klien afasia. Individu dengan hambatan
bahasa, dan mereka yang tidak dapat membaca juga beresiko terhadap cedera.
Contoh individu yang tidak dapat menerjemahkan tanda “dilarang merokok”
oksigen sedang digunakan dapat menyebabkan ledakan atau pun kebakaran.
h) Kesadaran Terhadap Keamanan
Beberapa klien tidak menyadari tindakan pencegahan untuk keamanan, misalnya
menyimpan obat-obatan jauh dari jangkauan anak-anak atau membaca tanggal
kadaluarsa pada bahan makanan. Pengkajian keperawatan lengkap yang
mencakup inspeksi rumah harus dapat membantu perawat mengidentifikasi
13

tingkat pengetahuan klien tentang keamanan rumah sehingga berbagai kekurangan


yang ada dapat diperbaiki dalam rencana keperawatan individu.
i) Faktor Lingkungan
Keamanan area luar rumah, seperti kolam renang, harus terjaga dan terpelihara.
Pencahayaan yang adekuat, baik di dalam maupun di luar, meminimalkan
kemungkinan terjadi kecelakaan.

3) Lembaga Pelayanan Kesehatan


Jenis dasar risiko terhadap keamanan pasien didalam lingkungan pelayanan
adalah jatuh, kecelakaan yang disebabkan oleh pasien, kecelakaan yang disebabkan
prosedur dan kecelakaan yang disebabkan penggunaan alat (Potter & Perry, 2005 ;
1162).
a) Jatuh
Jatuh merupakan 90% jenis kecelakaan yang dilaporkan ari seluruh
kecelakaan yang terjadi di rumah sakit. Selain usia, riwayat jatuh terdahulu,
masalah pada sikap berjalan dan mobilisasi, hipotensi postural, perubahan
sensorik, disfungsi saluran kemih dan beberapa kategori diagnosa medis tertentu
kanker, penyakit kardiovaskular, neurologi, dan serebrovaskuler dapat
meningkatkan risiko.
b) Kecelakaan yang disebabkan oleh pasien
Kecelakaan yang disebabkan pasien antara lain luka, cedera dan luka bakar
yang disebabkan oleh diri sendiri, menelan atau menyuntikkan substansi asing,
memotong atau bakar diri, dan jari yang terjepit pada laci atau pintu.
c) Kecelakaan yang di sebabkan pasien dapat terjadi akibat kejang
Kejang ditandai dengan tangisan, hilangnya kesadaran dengan gerakan ke atas,
tonik (kaku), dan klonik (menghentak). Klien mungkin mengalami napas dangkal,
sianosis, dan kehilangan kontrol berkemih dan defekasi. Setelah mengalami
kejang, pasien akan memasuki tahap postiktal, yaitu pasien mengalami amnesia,
bingung, dan tertidur lelap. Sebelum episode kejang, beberapa pasien mungkin
melaporkan adanya aura, yaitu peringatan atau perasaan akan mengalami kejang.
Aura mungkin berupa cahaya sangat terang, bau atau rasa. Kejang yang berakhir
lebih dari 5 menit atau yang diikuti oleh kejang berulang yang cepat disebut
epileptikus. Kondisi ini merupakan kondisi kegawatan medis dan memerlukan
pengawasan dan tindakan pengobatan yang intensif.
d) Kecelakaan yang disebabkan prosedur
Kecelakaan yang disebabkan prosedur terjadi selama terapi. Hal ini meliputi
kesalahan pemberian medikasi dan cairan, penggunaan peralatan eksternal yang
14

tidak tepat, dan kecelakaan karena cara melaksanakan prosedur yang tidak tepat
seperti saat mengganti balutan.
Perawat dapat mencegah terjadinya kecelakaan yang disebabkan prosedur.
Contohnya dengan mengikuti prosedur pemberian obat secara tepat akan
mencegah terjadinya kesalahan obat. Pemberian cairan intravena (IV)yang tepat
akan mencegah terjadinya kelebihan atau defisit cairan. Penggunaan mekanika
tubuh dan teknik pemindahan pasien yang benar akan mengurangi risiko cedera
saat menggerakkan dan mengangkat pasien.
e) Kecelakaan yang disebabkan penggunaan alat
Kecelakaan yang disebabkan peralatan terjadi karena alat yang digunakan
tidak berfungsi, rusak atau salah digunakan, atau disebabakan karena bahaya
akibat listrik. Untuk menghindari terjadinya cedera, perawat tidak boleh
menjalankan peralatan monitor atau terapi tanpa petunjuk.

b. Diagnosa
Tabel Diagnosa dan intervensi

Diagnosa : Risiko cedera yang b.d pencahayaan yang buruk dan lingkungan rumah yang
kacau.
Definisi : Risiko cedera adalah keadaan individu berisiko mengalami cedera karena
interaksi kondisi lingkungan dengan adaptasi dan sumber pertahanan individu.
Hasil yang
Tujuan Intervensi Rasional
diharapkan
Pasien akan Pada akhir sesi Berikan sesi Konseling dan prngajaran
mempunyai pengajaran ketiga, pengajaran ketiga meningkatkan
lingkungan yang pasien akan selama 20 menit kewaspadaan pasien
aman dalam 6 membuat daftar tentang terhadap bahaya.
bulan. bahaya yang ada mengidentifikasi dan
dirumah. menghindari bahaya
atau jatuh dan cedera,
dan meningkatkan
keamanan.

Setelah 3 bulan, Meminta pasien Pemeriksaan yang


pasien akan melengkapi daftar menyuluruh terhadap
memodifikasi keamanan dirumah potensial terjadinya
50% bahaya yang untuk mengidentifikasi bahaya dapat
ada. adanya potensi risiko meningkatkan
terhadap keamanan. pengetahuan pencegahan
risiko.

Setelah 6 bulan. Amankan pegangan Pegangan dan permukaan


Pasien pada bak mandi dan yang tidak licin
15

memodifikasi area pancuran. mengurangi resiko jatuh.


100% bahaya
yang ada.
Tempatkan sedikitnya Pencahayaan yang baik
lampu sebesar 75watt akan mengurangi bahaya
pada seluruh ruangan. pada lingkungan dan
mengurangi risiko jatuh.
Sumber : Potter dan Perry (2005 ; 1166)

c. Implementasi Sesuai Tumbang


1) Bayi, Toddler, dan Prasekolah
a) Memberikan pendidikan kesehatan untuk para orang tua
b) Menghilangkan bahaya sebisa mungkin
2) Anak usia sekolah
a) Mengintruksikan pada anak untuk mengikuti kegiatan sekolah atau bermain
dengan cara yang aman
b) Mengingatkan anak untuk tidak menerima permen, makanan, hadiah, atau naik
kendaraan bersama dengan orang asing
c) Menjelaskan pada anak apa yang harus dilakukan bila didekati oleh orang asing
d) Perawat berkolaborasi dengan pihak sekolah atau lingkungan rumah untuk
melindungi anak-anak
e) Menganjurkan kiat-kiat yang aman dengan cara mengharuskan anak-anak
menggunakan alat pelindung saat olahraga
f) Mengajari peraturan di jalan raya dan memperingati untuk tidak melakukan gaya
atau aktifitas yang berbahaya saat mengendarai sepeda
3) Remaja
a) Menganjurkan remaja untuk mendaftar pada kursus mengemudi mobil
b) Memberikan informasi tentang penggunaan alkohol dan obat-obatan
c) Memberikan pendidikan seks, tekankan praktek seks yang aman
4) Orang dewasa
a) Memberikan rujukan kepada pasien untuk mengikuti kursus manajemen stres dan
berikan petunjuk perubahan gaya hidup
5) Lansia
a) Membantu pasien menilai bahaya yang ada di rumah
b) Menganjurkan pasien untuk memeriksakan penglihatan dan pendengaran secara
teratur
c) Menganjurkan pasien untuk mendaftarkan diri pada kursus olahraga dan menjaga
diri tetap aktif.
d. Evaluasi

Tujuan Tindakan Evaluatif Hasil yang diharapkan


Pasien akan mempunyai Minta pasien untuk Pada akhir sesi pengajaran
lingkungan rumah yang menentukan bahaya yang ketiga, pasien akan
16

aman dalam 6 bulan mungkin terjadi. membuat daftar bahaya


yang ada dirumah.
Periksa keamanan
Setelah 3 bulan, pasien akan
penggunaan alat-alat listrik,
memodifikasi 50% bahaya
obat-obatan dan alat-alat
yang ada.
kesehatan yang digunakan
pasien.
Setelah 6 bulan. Pasien
Observasi lingkungan
memodifikasi 100% bahaya
rumah setelah intervensi
yang ada.

Potter P.A., & Perry, A. G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan
Praktik. Eds 4 Volume 2. Jakarta : EGC (halaman 1155-1181)

Kozier, Barbara. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 7.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai