instrument pengkajian, misalnya, uji Get Up and Go, di tatanan rumah sakit, tatanan subakut,
dan di rumah, Kimbell (2011) mendeskripsikan beberapa langkah pemeriksaan:
a. Amati postur tubuh pasien saat ia duduk di kursi dengan sandaran tegak.
b. Minta pasien untuk berdiri. Amati apakah pasien dapat berdiri hanya menggunakan otot
kakinya atau apakah ia perlu menggunakan tangannya untuk membantunya berdiri dari
kursi.
c. Saat pasien berdiri dengan nyaman, minta pasien untuk menutup matanya. Apakah ia
limbung?
d. Minta pasien membuka matanya, berjalan 3 meter, berputar, dan kembali ke kursi. Amati
gaya berjalan, keseimbangan, kecepatan, dan kestabilan pasien. Seberapa halus gerakan
berputar pasien?
e. Saat pasien kembali ke kursi, minta untuk berputar dan duduk. Amati seberapa halus
pasien melakukan gerakan itu.
2. Jatuh dan Cedera Sebagai Kesalahan Medis
Jatuh sangat berkaitan dengan kesalahan medis. Kegagalan tindakan yang
direncanakan yaitu kesalahan pelaksanaan atau penggunaan rencana yang salah untuk
mencapai tujuan, kesalahan penatalaksanaan merupakan kegagalan dalam melakukan
tindakan yang telah direncanakan seperti penempatan bel yang jauh dari jangkauan pasien.
Dalam lembaga pelayanan kesehatan kecelakaan terbagi atas:
a. Kecelakaan yang disebabkan oleh klien
Adalah selain jatuh dimana klien menjadi faktor penyebab utama. Contoh kecelakaan
yang disebabkan oleh klien yaitu jatuh ketika mengendarai sepeda motor sehingga
mengakibatkan cedera pada dirinya.
b. Kecelakaan yang di sebabkan pasien dapat terjadi akibat kejang
Kejang ditandai dengan tangisan, hilangnya kesadaran dengan gerakan ke atas, tonik
(kaku), dan klonik (menghentak). Klien mungkin mengalami napas dangkal, sianosis, dan
kehilangan kontrol berkemih dan defekasi. Setelah mengalami kejang, pasien akan
memasuki tahap postiktal, yaitu pasien mengalami amnesia, bingung, dan tertidur lelap.
Sebelum episode kejang, beberapa pasien mungkin melaporkan adanya aura, yaitu
peringatan atau perasaan akan mengalami kejang. Aura mungkin berupa cahaya sangat
terang, bau atau rasa. Kejang yang berakhir lebih dari 5 menit atau yang diikuti oleh
kejang berulang yang cepat disebut epileptikus. Kondisi ini merupakan kondisi
kegawatan medis dan memerlukan pengawasan dan tindakan pengobatan yang intensif.
c. Kecelakaan yang disebabkan oleh prosedur
Kecelakaan yang terjadi selama terapi. Hal ini meliputi kesalahan pemberian medikasi
dan cairan, dan kecelakaan karena cara melaksanakan prosedur yang tidak tepat.
Perawat dapat mencegah terjadinya kecelakaan yang disebabkan prosedur. Contohnya
dengan mengikuti prosedur pemberian obat secara tepat akan mencegah terjadinya
kesalahan obat. Pemberian cairan intravena yang tepat akan mencegah terjadinya
3
kelebihan dan defisit cairan. Potensi terjadinya infeksi akan berkurang bila teknik aseptik
digunakan saat mengganti balutan steril.
d. Kecelakaan yang disebabkan oleh peralatan
Ini dikarenakan alat yang digunakan tidak berfungsi, rusak, salah digunakan, atau
disebabkan karena bahaya akibat listrik. Untuk menghindari cedera, perawat tidak boleh
menjalankan peralatan monitor atau terapi tanpa petunjuk.
Dari hasil laporan kecelakaan pada pelayanan keperawatan akut yang digunakan oleh
American Nurses Association-National Database of Nursing Quality Indicators (ANA-
NDNQI), cedera yang diakibat oleh jatuh dapat dikategorikan sebagai berikut :
Wilkinson (2000) dalam Kozier mendeskripsikan cedera secara lebih spesifik yang terdiri
dari 7 subkategoris, yaitu :
a. Resiko Keracunan
Resiko terpajan secara tidak sengaja dengan atau menelan, obat-obatan atau zat
berbahaya lain dalam dosis yang cukup untuk menyebabkan keracunan.
b. Resiko Sufokasi
Keadaan kurang oksigen akibat nafas yang terputus. Salah satu penyebabnya seperti
tercekik seperti makanan atau benda asing yang tersangkut ditenggorokan. Penyebab lain
adalah tenggelam, menghirup gas/ asap, apabila tidak segera menerima tindakan terhadap
sufokasi, nafas yang terputus-putus menyebabkan henti nafas dan henti jantung serta
kematian.
c. Resiko Trauma
Resiko cedera jaringan secara tidak sengaja (misalnya, luka bakar, atau fraktur).
d. Respon Alergi Terhadap Lateks
Respon alergi terhadap produk lateks alami.
e. Resiko Respon Alergi Terhadap Lateks
Beresiko mengalami respon alergi terhadap produk lateks alami
f. Resiko Aspirasi
Resiko masuknya sekresi dari saluran cerna, sekresi orofaring, benda padat, atau
cairan dalam saluran trakeobronkial.
g. Resiko Sidrom Disuse
Beresiko mengalami deterriorasi sistem tubuh akibat inaktivitas muskuloskeletal yang
diharuskan atau yang tidak dapat dihindari.
Pencegahan jatuh dan cedera merupakan fokus utama bagi institusi pelayanan kesehatan
baik perawatan akut maupun jangka panjang. Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas
pelayanan ini. Maka pelaporan terkait dengan kondisi pasien harus lebih ditingkatkan untuk
mengurangi potensi jatuh dan cedera terutama pada pasien yang sangat rentan.
Instrumen untuk mengidentifikasi pasien yang beresiko tinggi untuk jatuh dalam
perawatan akut telah dikembangkan oleh beberapa ahli (Currie, Melino, Cimino et al,2004;
Hendrich, Bender, Nyius, 2003; Morse,1997; Oliver, Daly, Martin et al, 2004) terdapat empat
instrumen penilaian risiko yang umum digunakan yaitu STRATIFY, Downton, Tullmanore,
dan Tinneti.
a. Instrumen STRATIFY
When transferring from a bed to chair
Answer Score
Unable 0
Needs major help 1
Needs minor help 2
Independent 3
Chosse one of the following options which best describes the resident’s level of mobility
Answer Score
Immobile 0
Independent with the aid of a wheelchair 1
Uses walking aid 2
Walks with the aid of one person 3
Independent 4
Answer Score
Yes 1
No 0
Answer Score
Yes 1
No 0
5
3) Is the resident visually impaired to the extent that everyday function is affected?
Answer Score
Yes 1
No 0
Answer Score
Yes 1
No 0
Answer Score
Yes 1
No 0
Jatuh merupakan suatu yang umum terjadi pada lansia, orang sakit, atau orang cedera
yang sedang lemah. Untuk mencegah dan mengurangi resiko jatuh dan cedera di rumah sakit,
maka perawat bisa memaksimalkan penggunaan pagar tempat tidur dan restrain.
a. Pagar Tempat Tidur (Side Bed Rails)
Sisi pembatas tempat tidur juga mencegah klien yang tidak sadar jatuh dari tempat
tidur atau dari brankar. Biarkan pagar tetap naik bila klien klien ditinggal sendiri. Jika
menggunakan sisi pembatas, maka tempat tidur diatur pada posisi yang serendah mungkin
dan rodanya terkunci ketika tidak sedang melakukan tindakan sehingga klien dapat ke
tempat tidur atau meninggalkan tempat tidur dengan mudah.
Walaupun sepertinya menaikkan pagar tempat tidur merupakan cara yang efektif
untuk mencegah jatuh, namun penilitian menunjukkan bahwa orang yang mengalami
gangguan memori, diorientasi, perubahan kemampuan bergerak, nokturia, dan gangguan
tidur lainnya rentan terjebak di pagar tempat tidur dan sebenarnya lebih mungkin terjatuh
saat berusaha meninggalkan tempat tidur dengan pagar yang dinaikkan. (Capezuti et al,
1999 dalam Berman, A., Kozier, B., Snyder, S., Erb, G., 2009).
6
b. Restrain
Restrain merupakan alat pelindung yang digunakan untuk membatasi aktifitas fisik
pasien atau aktifitas bagian tubuh pasien. Restrain dapat diklasifikasikan menjadi restrain
fisik dan restrain kimia.
Restrain fisik adalah metode manual atau peralatan mekanik yang diikatkan ke tubuh
pasien sehingga pasien tidak dapat berpindah dengan mudah dan membatasi
kebebasannya untuk bergerak dan menyentuh tubuh seseorang. Alat restrain ini tidak
dapat dilepaskan dengan mudah dan alat ini membatasi gerakan pasien.
Restrain kimia adalah obat seperti: sediaan neuroleptik, ansiolitik, sedatif, dan
psikotropik yang digunakan untuk mengontrol perilaku sosial yang mengganggu. Tujuan
restrain ini adalah mencegah agar pasien tidak melukai dirinya sendiri atau orang lain.
Sebelum memilih restrain, perawat harus memahami tujuan penggunaan restrain
dengan jelas dan melakukan pemasangan restrain berdasarkan lima kriteia berikut, yaitu:
1) Restrain membatasi gerakan klien seminimal mungkin. Jika klien perlu restrain hanya
untuk satu tangannya saja, jangan lakukan restrain pada seluruh tubuhnya.
2) Usahakan agar restrain tersebut tidak terlihat oleh orang lain. Klien maupun para
penjenguk seringkali merasa malu karena tindakan restrain, walaupun mereka telah
mengerti alasan dilakukannya tindakan tersebut. Semakin restrain tidak terlihat, klien
dan orang lain akan semakin nyaman.
3) Hendaknya restrain tidak mengganggu terapi/ pengobatan klien atau memperberat
masalah kesehatan yang sedang dialaminya. Jika klien mempunyai sirkulasi darah
yang buruk ke tangan, lakukanlah restrain yang tidak akan memperparah masalah
sirkulasi darah tersebut.
7
4) Restrain mudah diganti. Restrain perlu diganti sesering mungkin, terutama jika telah
kotor. Pilih restrain yang dapat diganti dengan seminimal mungkin kepada klien.
5) Restrain hendaknya aman bagi klien tertentu. Pilih restrain yang tidak menyebabkan
klien terluka karenanya. Contohnya, jika pergelangan tangan klien terikat pada rangka
tempat tidur, klien dapat mengalami cedera ketika mencoba meninggalkan tempat
tidur dengan menaiki pagarnya. Restrain jaket akan mengendalikan klien secara lebih
aman.
Ada beberapa jenis restrain, restrain yang paling banyak digunakan adalah:
1) Restrain Jaket (Restrain Rompi)
Yaitu pakaian yang menyilang atau menutupi punggung klien.
5) Restrain Siku
Yaitu kain berpetak yang didalamnya terdapat potongan bahan keras sehingga sendi
siku tetap kaku.
c. Tandai jalan ke arah pintu dan tepi anak tangga jika perlu
d. Pertahankan keteraturan lingkungan
Disfungsi kognitif a. Buat batasan aktifitas yang aman
(bingung, disorientasi, b. Singkirkan benda yang membahayakan
gangguan daya ingat
atau hambatan
pembuatan keputusan)
Ganguan gaya berjalan a. Gunakan sandal atau sepatu yang pas dikaki dengan sol
atau keseimbangan antiselip
atau kesulitan berjalan b. Gunakan alat bantu ambulasi jika perlu (tongkat, kruk, walker,
karena disfungsi rungkup/ penompang kursi roda)
ekstermitas bawah c. Dorong olahraga dan aktifitas sesuai toleransi untuk
(mis: arthritis) mempertahankan kekuatan otot, fleksibilitas sendi dan
keseimbangan
d. Pastikan kerapian lingkungan dengan karpet yang terpasang
baik
Kesulitan untuk a. Dorong klien untuk meminta bantuan
berdiri dan duduk di b. Pertahankan posisi tempat tidur dalam posisi yang rendah
kursi atau bangkit dari c. Lengkapi dinding kamar mandi dengan susur tangan
d. Naikkan dudukan toilet
dan ke tempat tidur
Hipotensi ortostatik a. Minta klien untuk berdiri secara perlahan dari posisi berbaring
ke posisi duduk, kemudian ke posisi berdiri, diam di tempat
selama beberapa detik sebelum mulai berjalan
Sering berkemih atau a. Sediakan kursi buang air di tempat tidur
menggunakan diuretic b. Bantu pasien berkemih secara teratur dan terjadwal
Kelemahan akibat a. Dorong klien untuk meminta bantuan
proses penyakit atau b. Pantau toleransi aktifitas klien
terapi
Regimen pengobatan a. Naikkan pagar tidur
saat ini yang meliputi b. Pertahankan pagar tempat tidur tetap terpasang walaupun
penggunaan sedatif, posisi tempat tidur rendah
hipnotik, obat c. Pantau orientasi dan status kewaspadaan
d. Diskusikan bagaimana alc\kohol dapat menyebabkan cedera
penenang, narkotik,
jatuh
analgesik dan diuretik
e. Dorong peninjauan terhadap semua obat resep setiap tahun
atau lebih sering
2) Komunitas
Kemampuan individu untuk melindungi dirinya sendiri dari cedera dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu :
a) Tahap Perkembangan
(1) Bayi, toddler, dan prasekolah
Cedera merupakan penyebab terbesar kematian anak-anak yang berusia lebih
dari 1 tahun. Sifat cedera yang dialami berhubungan erat dengan perilaku
11
b) Gaya Hidup
Gaya hidup meningkatkan resiko keamanan. Orang yang beresiko cedera lebih
besar adalah mereka yang mengemudi atau menjalankan mesin saat berada di
bawah pengaruh substansi kimia.
c) Mobilisasi
Perubahan mobilisasi akibat kelemahan, kelumpuhan, dan koordinasi atau
keseimbangan yang buruk merupakan faktor utama yang menyebabkan klien
jatuh.
d) Kerusakan Sensorik
Klien yang mengalami gangguan visual, pendengaran atau komunikasi lebih
beresiko cedera di komunitas. Klien seperti ini tidak mampu merasakan bahaya
yang mungkin terjadi dan tidak mampu mengungkapkan kebutuhan mereka untuk
mendapatkan bantuan.
e) Kesadaran Kognitif
Merupakan kemampuan untuk merasakan stimulus lingkungan dan reaksi tubuh
serta untuk berespon secara tepat lewat proses pikir dan tindakan. Klien yang
mengalami gangguan kesadaran meliputi individu yang kurang tidur, individu
yang tidak tahu di mana mereka berada atau apa yang harus mereka lakukan untuk
menolong diri sendiri. dan individu yang mengalami hambatan penilaian akibat
proses penyakit atau pengobatan, seperti narkotika, obat penenang.
f) Status Emosi
Status emosi yang ekstrem dapat mengganggu kemampuan untuk merasakan
bahaya yang terdapat dalam lingkungan. Situasi yang penuh tekanan dapat
menurunkan tingkat konsentrasi individu, menyebabkan kesalahan penilaian, dan
penurunan kesadaran terhadap stimulus eksternal. Individu yang mengalami
depresi dapat berpikir dan bereaksi terhadap stimulus lingkungan lebih lambat
daripada biasanya.
g) Kemampuan Komunikasi
Individu yang mengalami hambatan kemampuan untuk menerima dan
menyampaikan informasi termasuk klien afasia. Individu dengan hambatan
bahasa, dan mereka yang tidak dapat membaca juga beresiko terhadap cedera.
Contoh individu yang tidak dapat menerjemahkan tanda “dilarang merokok”
oksigen sedang digunakan dapat menyebabkan ledakan atau pun kebakaran.
h) Kesadaran Terhadap Keamanan
Beberapa klien tidak menyadari tindakan pencegahan untuk keamanan, misalnya
menyimpan obat-obatan jauh dari jangkauan anak-anak atau membaca tanggal
kadaluarsa pada bahan makanan. Pengkajian keperawatan lengkap yang
mencakup inspeksi rumah harus dapat membantu perawat mengidentifikasi
13
tidak tepat, dan kecelakaan karena cara melaksanakan prosedur yang tidak tepat
seperti saat mengganti balutan.
Perawat dapat mencegah terjadinya kecelakaan yang disebabkan prosedur.
Contohnya dengan mengikuti prosedur pemberian obat secara tepat akan
mencegah terjadinya kesalahan obat. Pemberian cairan intravena (IV)yang tepat
akan mencegah terjadinya kelebihan atau defisit cairan. Penggunaan mekanika
tubuh dan teknik pemindahan pasien yang benar akan mengurangi risiko cedera
saat menggerakkan dan mengangkat pasien.
e) Kecelakaan yang disebabkan penggunaan alat
Kecelakaan yang disebabkan peralatan terjadi karena alat yang digunakan
tidak berfungsi, rusak atau salah digunakan, atau disebabakan karena bahaya
akibat listrik. Untuk menghindari terjadinya cedera, perawat tidak boleh
menjalankan peralatan monitor atau terapi tanpa petunjuk.
b. Diagnosa
Tabel Diagnosa dan intervensi
Diagnosa : Risiko cedera yang b.d pencahayaan yang buruk dan lingkungan rumah yang
kacau.
Definisi : Risiko cedera adalah keadaan individu berisiko mengalami cedera karena
interaksi kondisi lingkungan dengan adaptasi dan sumber pertahanan individu.
Hasil yang
Tujuan Intervensi Rasional
diharapkan
Pasien akan Pada akhir sesi Berikan sesi Konseling dan prngajaran
mempunyai pengajaran ketiga, pengajaran ketiga meningkatkan
lingkungan yang pasien akan selama 20 menit kewaspadaan pasien
aman dalam 6 membuat daftar tentang terhadap bahaya.
bulan. bahaya yang ada mengidentifikasi dan
dirumah. menghindari bahaya
atau jatuh dan cedera,
dan meningkatkan
keamanan.
Potter P.A., & Perry, A. G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan
Praktik. Eds 4 Volume 2. Jakarta : EGC (halaman 1155-1181)
Kozier, Barbara. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 7.
Jakarta: EGC