TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Konsep Resiko Jatuh
a. Pengertian
Risiko jatuh merupakan suatu kejadian yang baru akan
terjadi yang dapat menyebabkan seseorang terjatuh ke tanah yang
terjadi berlawanan dengan kehendak mereka. Seseorang bisa
terjatuh ke lantai atau tanah, atau jatuh dan menghantam suatu
objek seperti kursi atau tangga yang menyebabkan seseorang
beristirahat secara tidak sengaja di tanah atau tingkat yang lebih
rendah lainnya. Meningkatnya risiko jatuh merupakan
permasalahan yang sering terjadi pada lansia akibat dari terjadinya
perubahan fungsi organ, penyakit, dan lingkungan. Sekitar 30%
sampai dengan 40% lansia yang berusia lebih dari 65 tahun
memiliki risiko jatuh dan mengalami jatuh setiap tahunnya. Insiden
jatuh terus meningkat dari usia menengah dan puncak pada orang
yang berusia lebih dari 80 tahun.1
Jatuh adalah kejadian yang mengakibatkan seseorang
mendadak berbaring atau terduduk dilantai atau tempat yang lebih
rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka. salah
satu tes untuk gaya berjalan dan keseimbangan adalah the time go
test. lansia di minta bangkit dari kursi, berjalan tiga meter, ber
balik, dan jalan, lalu duduk kembali, tanpa di bantu orang lain,
tetapi diperbolehkan memakai alat bantu yang biasa dipakai,
misalnya tongkat. skor waktu lebih dari 30 detik menunjukan
gangguan berjalan dengan mempunyai risiko jatuh.
b. Etiologi Resiko Jatuh
Risiko jatuh itu sendiri adalah peningkatan kemungkinan
untuk jatuh yang dapat menyebabkan cedera fisik. Risiko jatuh
adalah pasien yang berisiko untuk jatuh yang umumnya disebabkan
oleh faktor lingkungan dan fisiologis yang dapat berakibat cedera.
Kategori risiko jatuh terbagi tiga, yaitu risiko jatuh rendah, risiko
jatuh sedang, dan risiko jatuh tinggi.2
Penyebab terjadinya risiko jatuh bisa disebabkan oleh faktor
intrinsik berupa riwayat jatuh sebelumnya, penurunan ketajaman
penglihatan, perilaku dan sikap berjalan, sistem muskuloskeletal,
status mental, penyakit akut, dan penyakit kronik. Dari segi faktor
ekstrinsik bisa berupa pengobatan, kamar mandi, desain bangunan,
kondisi permukaan lantai, kurang pencahayaan.2
2. Aktifivas Fisik
a. Pengertian
Aktivitas fisik merupakan kegiatan atau aktivitas yang
menyebabkan peningkatan penggunaan energi atau kalori oleh
tubuh, aktivitas fisik dalam kehidupan sehari – hari dapat
dikategorikan ke dalam pekerjaan, olahraga, kegiatan dalam rumah
tangga atau pun kegiatan lainnya. Namun proses penuaan yang
terjadi berdampak pada keterbatasan lansia dalam melakukan
aktivitas yang mempengaruhi kemandirian lansia sehingga lansia
menjadi mudah bergantung pada bantuan orang lain keterbatasan
lansia melakukan aktivitas fisik juga menyebabkan penurunan
tingkat kesehatan5.
Aktivitas fisik adalah suatu proses berlatih secara sistematis
yang dilakukan secara berulang-ulang dengan beban latihan yang
kian bertambah. Pada prinsipnya latihan adalah memberikan
tekanan fisik secara teratur, sistematik, berkesinambungan
sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan kemampuan fisik di
dalam melakukan aktivitas. seseorang dengan aktivitas fisik yang
rendah memiliki risiko lebih tinggi terhadap berbagai gangguan
kesehatan dan merupakan faktor risiko untuk penyakit kronis dan
secara keseluruhan menyebabkan kematian secara global 5.
3. Lanjut Usia
Lanjut usia menurut UU Nomor 13 Tahun 1998 adalah seseorang
yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. Penduduk
lanjut usia terus mengalami peningkatan seiring kemajuan di bidang
kesehatan yang ditandai dengan meningkatnya angka harapan hidup
dan menurunnya angka kematian. Perkembangan demografi ini dapat
membawa dampak di bidang kesehatan, ekonomi, dan sosial. Untuk itu
diperlukan data terkait ke lanjut usia sebagai bahan pemetaan dan
strategi kebijakan sehingga pertumbuhan jumlah penduduk lansia
menjadi potensi yang turut membangun bangsa.
Dalam waktu hampir lima dekade, persentase lansia Indonesia
meningkat sekitar dua kali lipat (1971-2020), yakni menjadi 9,92
persen (26 juta-an) di mana lansia perempuan sekitar satu persen lebih
banyak dibandingkan lansia laki-laki (10,43 persen berbanding 9,42
persen). Dari seluruh lansia yang ada di Indonesia, lansia muda (60-69
tahun) jauh mendominasi dengan besaran yang mencapai 64,29 persen,
selanjutnya diikuti oleh lansia madya (70-79 tahun) dan lansia tua (80+
tahun) dengan besaran masing-masing 27,23 persen dan 8,49 persen.
Pada tahun ini sudah ada enam provinsi yang memiliki struktur
penduduk tua di mana penduduk lansianya sudah mencapai 10 persen,
yaitu: DI Yogyakarta (14,71 persen), Jawa Tengah (13,81 persen),
Jawa Timur (13,38 persen), Bali (11,58 persen), Sulawesi Utara (11,51
persen), dan Sumatera Barat (10,07 persen).
Meningkatnya jumlah lansia beriringan dengan peningkatan
jumlah rumah tangga yang dihuni oleh lansia. Persentase rumah tangga
lansia tahun 2020 sebesar 28,48 persen, dimana 62,28 persen di
antaranya dikepalai oleh lansia. Hal yang menarik dari keberadaan
lansia Indonesia adalah ketersediaan dukungan potensial baik ekonomi
maupun sosial yang idealnya disediakan oleh keluarga. Data Susenas
2020 menunjukkan bahwa 9,80 persen lansia tinggal sendiri, di mana
persentase lansia perempuan yang tinggal sendiri hampir tiga kali lipat
dari lansia laki-laki (14,13 persen berbanding 5,06 persen).
Dibutuhkan perhatian yang cukup tinggi dari seluruh elemen
masyarakat terkait hal ini, karena lansia yang tinggal sendiri
membutuhkan dukungan dari lingkungan sekitar mereka mengingat
hidup mereka lebih berisiko, terlebih pada lansia perempuan yang
cenderung ter marginalkan.
c) Batasan Usia
Ada beberapa pendapat para ahli mengenai batasan lanjut usia
diantaranya11 :
a. Menurut World Health Organization (WHO), ada empat
tahapan lanjut usia yaitu:
d) Karakteristik Lansia
Lansia memiliki karakteristik yang berusia lebih dari 60 tahun,
kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai
sakit, kebutuhan bio psikososial dan spiritual, kondisi adaptif
hingga kondisi maladaptif.14
e) Klasifikasi Lansia
Klasifikasi lansia terdiri dari15:
Pralansia yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
Lansia ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
Lansia risiko tinggi ialah seseorang yang berusia 60 tahun lebih
dengan masalah kesehatan
Lansia potensial ialah lansia yang masih mampu melakukan
pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau
jasa
Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari
nafkah sehingga hidupnya tergantung pada bantuan orang lain
b. Sistem Integumen
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak
elastiskering dan berkerut. Kulit akan kekurangan
cairan sehingga menjadi tipis danberbercak. Kekeringan
kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula
sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit
dikenal dengan liver spot.
c. Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: Jaringan
penghubung (kolagendan elastin), kartilago, tulang, otot
dan sendi. Kolagen sebagai pendukungutama kulit,
tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat
mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak
teratur.
d. Sistem kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah
massa jantungbertambah, ventrikel kiri mengalami
hipertropi sehingga peregangan jantungberkurang, kondisi
ini terjadi karena perubahan jaringan ikat. Perubahan
inidisebabkan oleh penumpukan lipofusin, klasifikasi SA
Node dan jaringankonduksi berubah menjadi jaringan ikat.
e. Sistem Respirasi
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru,
kapasitas total parutetap tetapi volume cadangan paru
bertambah untuk mengkompensasi kenaikanruang paru,
udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada
otot,kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan
pernapasan terganggu dankemampuan peregangan toraks
berkurang.
f. Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti
penurunan produksisebagai kemunduran fungsi yang nyata
karena kehilangan gigi, indra pengecap menurun, rasa
lapar menurun (kepekaan rasa lapar menurun), liver (hati)
makinmengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, dan
berkurangnya aliran darah.
g. Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan.
Banyak fungsi yangmengalami kemunduran, contohnya
laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi olehginjal.
h. Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan
atropi yang progresifpada serabut saraf lansia. Lansia
mengalami penurunan koordinasi dankemampuan dalam
melakukan aktifitas sehari-hari.
i. Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan
menciutnya ovary dan uterus,terjadi atropi payudara.pada
laki laki terus masih dapat memproduksi permatozoa
,meskipun adanya penurunan secara berangsur angsur.
2) Perubahan Kognitif
Daya Ingat (Memory)
IQ (Intellegent Quotient)
Kemampuan Belajar (Learning)
Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Pengambilan Keputusan (Decision Making)
Kebijaksanaan (Wisdom)
Kinerja (Performance)
Motivasi (Motivation)
3) Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental
a) Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat
meninggal terutama jikalansia mengalami penurunan
kesehatan, seperti menderita penyakit fisik berat, gangguan
mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran.
b) Duka cita (Bereavement)
Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan
hewan kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa
yang telah rapuh pada lansia. Hal tersebutdapat memicu
terjadinya gangguan fisik dan kesehatan.
c) Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan
kosong, lalu di ikuti dengan keinginan untuk menangis
yang berlanjut menjadi suatu episode depresi. Depresi juga
dapat disebabkan karena stres lingkungan dan menurunnya
kemampuan adaptasi.
d) Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan
cemas umum, gangguan stres setelah trauma dan gangguan
obsesif kompulsif, gangguan-gangguan tersebut merupakan
kelanjutan dari dewasa muda dan berhubungandengan
sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping
obat, atau gejalapenghentian mendadak dari suatu obat.
e) Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan
waham (curiga), lansia sering merasa tetangganya mencuri
barang- barangnya atau berniat membunuhnya. Biasanya
terjadi pada lansia yang terisolasi/diisolasi atau menarik diri
dari kegiatan sosial.
DAFTAR PUSTAKA
1. Paramitha PAS, Purnawati S. Hubungan Kemampuan Fungsional Dengan
Risiko Jatuh Pada Lansia Di Posyandu Lansia Puskesmas Abiansemal II
Bandung. J Med. 2017;1(2).
2. Julimar. Faktor-Faktor Penyebab Resiko Jatuh Pada Pasien Di Bangsal
Neurologi Rsup Dr. M Djamil Padang. J Sain dan Kesehat. 2018;8(2):133–
41.
3. Noorratri ED, Mei Leni AS, Kardi IS. Deteksi Dini Resiko Jatuh Pada
Lansia Di Posyandu Lansia Kentingan, Kecamatan Jebres, Surakarta. J
Pengabdi Kpd Masy. 2020;4(2):128.
4. Nurhasanah A, Nurdahlia. Edukasi Kesehatan Meningkatkan Pengetahuan
Dan Keterampilan Keluarga Dalam Pencegahan Jatuh Pada Lansia. Jkep.
2020;5(1):84–100.
5. Sumarta NH. Hubungan Aktivitas Fisik Sehari-Hari Dengan Derajat
Hipertensi Pada Lansia Di Kota Batu. Hub Akt Fis Sehari-Hari Dengan
Derajat Hipertens Pada Lansia Di Kota Batu. 2020;7–8.
6. Musdalifah. Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dan Kualitas Tidur
Penderita Penyakit Jantung Di Komunitas Peduli Jantung Dan Pembuluh
Darah Kota Malang. Fak Ilmu Kesehat Univ Muhammadiyah Malang.
2017;8–25.
7. Nafidah N. Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dengan Tingkat Kognitif
Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna
Jakarta Selatan [Internet]. Repositori Uinjkt. Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta; 2015. Tersedia pada:
repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25628/1/NUR
NAFIDAH - fkik.pdf
8. Oktavianti F. Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dengan Kualitas Tidur
Pada Lansia Di Komunitas Sasana Arjosari Malang. Universitas
Muhammadiyah Malang; 2020.
9. Washburn RA, Smith KW, Jette AM, Janney CA. The physical activity
scale for the elderly (PASE): Development and evaluation. J Clin
Epidemiol. Februari 1993;46(2):153–62.
10. Ismail N, Hairi F, Choo WY, Hairi NN, Peramalah D, Bulgiba A. The
Physical Activity Scale for the Elderly (PASE): Validity and reliability
among community-dwelling older adults in Malaysia. Asia-Pacific J Public
Heal. 2015;27(July 2016):62S-72S.
11. Ahmadi N. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intellectul capital
Disclousure”. Accounting Analysis journal. Account Anal J. 2012;1 (2).
12. Fatimah. Merawat Manusia Lanjut Usia Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan Gerontik. jakarta. 2010;
13. 2016 PKI. Profil Kesehatan Indonesia.
14. Maryam S. Menengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika; 2008.
15. RI D. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI; 2013.
16. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2015. 2015.
17. Azizah LM. Keperawatan Lanjut Usia. edisi 1. Yogyakarta : Graha Ilmu;