Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEPERAWATAN GERONTIK I
“ GANGGUAN KEBUTUHAN NUTRISI, CAIRAN
PADA LANSIA & BALANCE EXERCISE ”

Disusun oleh :

KELOMPOK

SUCI PUTRI ANGGRAINI 2720160047

ANANDA FITRA S 2720160053

HAYU PANGESTU LESTARI 2720160057

MUTHMAINNAH 2720160063

DEVI DWI SETYAMUKTI 2720170070

NAUFILATUN 2720160083

UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

2019/2020
A. BALANCE EXERCISE
1. Definisi Balance Exercise
Balance Exercise adalah aktifitas fisik yang dilakukan untuk meningkatkan
kestabilan tubuh dengan meningkatkan kekuatan otot ekstremitas bawah (Glenn,
2007).
2. Manfaat Balance Exercise
Balance Exercise bemanfaat untuk meningkatkan keseimbangan postural
(Nyman, 2007). Balance Exercise juga bermanfaat untuk menurunkan terjadinya
resiko jatuh pada lansia. Balance Exercise memberikan efek peningkatan kekuatan
otot ekstremitas bawah (Glenn, 2007). Olahraga/latihan yang melibatkan kontraksi
otot dapat meningkatkan kekuatan otot hingga lebih dari 100 %. Penurunan ukuran
dan kekuatan otot pada lansia akibat degenerasi dapat dikurangi dengan
latihan/olahraga teratur. Penelitian menunjukkan bahwa Exercise dapat meningkatkan
kekuatan otot (Tilarso, 2008).
3. Otot-otot yang di Pengaruhi Balance Exercise
Menurut Glenn (2007) Balance Exercise terdiri dari 5 macam gerakan, dan otot -
otot yang dipengaruhi sebagai berikut :
a. Plantar Flexion
Otot-otot yang dipengaruhi :
1) Otot lateralis betis
2) Otot dorsal betis bagian permukaan
3) Otot dorsal betis bagian dalam
b. Hip Flexion
Otot-otot yang dipengaruhi :
1) Otot ventral pangkal paha
2) Otot ventral paha
3) Otot medial paha atas
4) Otot dorsal panggul
c. Hip Extention
Otot-otot yang dipengaruhi :
1) Otot medial paha atas
2) Otot dorsal pinggul
d. Knee Flexion
Otot-otot yang dipengaruhi :
1) Otot ventral paha
1
2) Otot medial paha
3) Otot dorsal pinggul
4) Otot dorsal betis bagian permukaan
5) Otot dorsal betis bagian dalam
e. Side leg Raise
Otot-otot yang dipengaruhi :
1) Otot ventral paha
2) Otot dorsal pinggul
4. Pelaksanaan Balance Exercise
Latihan keseimbangan akan menghasilkan perubahan atau manfaat bagi lansia
jika dilakukan 1-3 kali seminggu (Darmojo, 2004). Senam keseimbangan bagi lansia
dapat dilakukan 3 kali seminggu (Tilarso, 2008). Penelitian telah membuktikan bahwa
protein kontraktil otot (aktin dan miosin) dapat di ganti secara total sesingkat 2
minggu. Dalam penelitian ini peneliti akan memberikan balance exercise 3 kali
seminggu selama 4 minggu dengan durasi 15 menit. Menurut Glenn (2007) Gerakan
Balance Exercise terdiri dari 5 macam, yaitu plantar flexion, hip flexion, hip extention,
knee flexion dan side leg raise.
a. Plantar flexion
1) Berdiri tegak dengan salah satu tangan berpegangan
pada kursi.
2) Perlahan angkat tumit ke atas (berdiri dengan ujung
kaki).
3) Pertahankan posisi.
4) Kembalikan kaki pada posisi semula.
5) Gerakan dilakukan sebanyak 10 x.

Gambar 2.2 Pelaksanaan Plantar Flexion


b. Hip flexion
2
1) Berdirir tegak dengan salah satu tangan berpegangan
pada kursi.
2) Angkat lutut kanan ke atas tanpa menggerakkan atau
menekuk pinggang.
3) Pertahankan posisi.
4) Perlahan turunkan lutut dan kembali ke posisi semula.
5) Ulangi dengan menggunakan lutut kiri.
6) Gerakan dilakukan sebanyak 10 x.

Gambar 2.3 Pelaksanaan Hip Flexion


c. Hip extention
1) Berdiri dengan jarak ± 30 cm dari kursi.
2) Perlahan gerakkan kaki kanan kearah belakang (sampai
pinggang dalam keadaan lurus).
3) Pertahankan posisi.
4) Perlahan kembalikan kaki pada posisi semula.
5) Ulangi dengan menggunakan kaki kiri.
6) Gerakan dilakukan sebanyak 10 x.

Gambar 2.4 Pelaksanaan Hip Extention


d. Knee flexion

3
1) Berdiri tegak dengan salah satu tangan berpegangan
pada kursi.
2) Perlahan tekuk lutut kanan kearah belakang sehingga
kaki kanan terangkat dibelakang tubuh.
3) Pertahankan posisi.
4) Perlahan kembalikan kaki kanan pada posisi semula.
5) Ulangi dengan menggunakan kaki kiri.
6) Gerakan dilakukan sebanyak 10 x.

Gambar 2.5 Pelaksanaan Knee Flexion


e. Side leg raise
1) Berdiri tegak dengan salah satu tangan berpegangan
pada kursi.
2) Perlahan angkat kaki kanan kearah samping (sampai
pinggang dalam keadaan lurus).
3) Pertahankan posisi.
4) Perlahan kembalikan kaki kanan pada posisi semula.
5) Ulangi dengan menggunakan kaki kiri
6) Gerakan dilakukan sebanyak 10 x.

Gambar 2.6 Pelaksanaan Side Leg Raise


5. Pengaruh Balance Exercise terhadap Keseimbangan Postual Lansia
4
Lansia yang merupakan kelompok penduduk yang usianya lebih dari 60 tahun ke
atas, merupakan sekelompok orang yang menjalani suatu proses kehidupan yang
mempunyai waktu lebih lama untuk beradaptasi dengan berbagai stres lingkungan
sehingga sangat berpotensi terjadi penurunan semua kemampuan tubuh. Lebih lanjut,
akan menimbulkan berbagai permasalahan yang akan mempengaruhi berbagai
kelompok penduduk lainnya, termasuk keluarganya (Ceranski, 2006). Lamanya
permasalahan yang dialami oleh lansia merupakan proses degenerasi yang akan
menyebabkan kemunduran dan perubahan pada semua semua sistem. Khususnya
perubahan sistem neuromuskular akan mempengaruhi perubahan fungsional otot, yaitu
penurunan kekuatan dan kontraksi otot, elastisitas dan fleksibiliatas otot serta
kecepatan dan waktu reaksi. Adanya penurunan fungsi ini mengakibatkan penurunan
keseimbangan, termasuk keseimbangan postural. Gangguan keseimbangan postural
pada lansia ini juga disebabkan karena faktor penuaan terkait dengan proses
degenerasi (Avers, 2007).
Salah satu solusi untuk mengatasi dan mencegah adanya gangguan
keseimbangan ini adalah upaya pemberian latihan, salah satunya adalah balance
exercise. Disampaikan oleh Nyman tahun 2007 bahwa latihan balance exercise adalah
suatu aktivitas fisik yang dilakukan untuk meningkatkan kestabilan tubuh dengan cara
meningkatkan kekuatan otot anggota gerak bawah. Sedangkan Madureira (2006),
mengungkapkan bahwa latihan keseimbangan sangat efektif untuk meningkatkan
keseimbangan fungsional dan statis serta mobilitas lansia. Latihan keseimbangan ini
juga akan menurunkan frekuensi jatuh pada lansia, bila dilakukan dengan frekuensi
optimal 3 kali dalam seminggu selama 5 minggu. Melihat hal di atas sangat menarik
untuk mengatahui lebih lanjut fenomena yang terjadi pada keseimbangan postural
lansia setelah diberikan balance exercise.
Balance exercise merupakan serangkaian gerak yang dirancang untuk
meningkatkan keseimbangan postural, baik untuk keseimbangan statis maupun
keseimbangan dinamis. Pada saat dilakukan serangkaian gerakan ini ada suatu proses
di otak, yang disebut dengan central compensation, yaitu otak akan berusaha
menyesuaikan adanya perubahan sinyal sebagai akibat dari rangkaian gerakan ini
untuk beradaptasi (Kaesler, 2007). Pengaruh balance exercise yaitu untuk
meningkatkan keseimbangan postural. Bentuk-bentuk balance exercise yang
digunakan untuk meningkatkan keseimbangan ini terdiri dari reformer leg press,
theraband pada kaki posisi duduk dengan hip abduksi/adduksi, trapeze table untuk
lateral flexi lumbal, trapeze table side leg springs, theraband pada posisi duduk dengan
5
kaki lurus, berjalan dengan satu kaki selama 30 detik, bergantian dengan kaki yang
lain, berdiri satu kaki kemudian ayunkan tubuh ke depan, ke belakang, dan ke
samping, duduk tegak lalu rotasi lumbal yang diikuti rotasi bahu, eve’s lunge,
theraband di injak pada satu kaki di tarik dengan tangan yang berlawanan dengan
posisi extensi, duduk tegak bersandar bola dan melakukan squats, latihan
keseimbangan berdiri dengan satu kaki bergantian. Fungsi dari latihan ini mampu
memberikan perubahan fisiologis pada tubuh manusia yang lebih lanjut akan
meningkatkan volume oksigen maksimum dan penurunan asam laktat, pengaruh
lainnya yaitu untuk sistem muskular pada anggota gerak bawah adalah meningkatkan
maximal muscular power yaitu meningkatnya kekuatan kontraksi otot, meningkatnya
penampang luas otot, asupan nutrisi ke dalam otot serta memberikan efek
pemeliharaan daya tahan (Kaesler, 2007). Adanya peningkatan kekuatan otot pada
lansia ini akan membuat tubuh semakin kokoh dalam menopang badan, demikian pula
akan kokoh dalam mempertahankan gerakannya. Hal ini yang akan membuat lansia
semakin seimbang posturnya.
B. GANGGUAN KEBUTUHAN NUTRISI DAN CAIRAN PADA LANSIA
1. Nutrisi
Kebutuhan nutrisi lansia tidak sama dengan kebutuhan orang dewasa atau yang
lebih muda. Pemahaman tentang kebutuhan nutrisi lansia sangat penting untuk
memberikan asuhan keperawatan yang baik. Untuk menilai kecukupan nutrisi dan
memilih intervensi yang baik, perawat harus memiliki pengetahuan tentang nutrisi
dasar dan terapi diet.
Penelitian telah menunjukkan mayoritas lansia di Amerika percaya bahwa nutrisi
penting untuk kesehatan. Tapi mereka tidak selalu mengkonsumsi nutrisi yang baik.
Informasi dari The National Council Aging mengungkapkan bahwa lansia memiliki
resiko tinggi mengalami gizi buruk yang memberikan efek negatif pada kesehatan
mereka. Perkiraan lansia yang menderita gizi buruk berkisar dari 15% menjadi 50%
dengan resiko kekurangan gizi yang lebih tinggi. Data yang dikumpulkan dari the
Elderly Nutrition Programs of the Older Americans mengungkapkan bahwa sekitar
75% dari lansia memiliki resiko sedang sampai tinggi untuk terkena gizi buruk.
Kebutuhan gizi klien lanjut usia perlu dipenuhi secara adekuat untuk
kelangsungan proses pergantian sel dalam tubuh,mengatasi proses menua, dan
memperlambatusia biologis. Kebutuhan kalori pada klien lanjut usia berkurang karena
berkurangnya kalori dasar akibat kegiatan fisik. Kebutuhan kalori klien lanjut usia
tidak melebihi 1700 kalori.
6
a. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan kelompok famili dari zat gula dan pati. Karbohidrat
terbagi menjadi dua jenis yaitu karbohidrat kompleks dan sederhana. Karbohidrat
sederhana lebih mudah digunakan karena mereka memiliki ikatan yang lemah
sehingga mudah untuk dipecah dan digunakan oleh tubuh. Karbohidrat tersebut
misalnya gula, madu, sirup dan permen. Karbohidrat kompleks harus dipecah
menjadi karbohidrat sederhana sebelum digunakan oleh tubuh. Pemecahan tersebut
membutuhkan waktu dan energi. Contoh makanan yang mengandung karbohidrat
komplek adalah sayuran, padi-padian dan buah. Makanan yang mengandung
karbohidrat kompleks biasanya juga mengandung nutrisi yang lain seperti mineral
dan vitamin yang lebih banyak dibandingkan pada makanan yang mengandung
karbohidrat sederhana. Karbohidarat kompleks biasanya mengandung lebih
banyak erat yang larut dalam air. Menurut The American Health Association
merekomendasikan sekitar 55-60 % kalori dalam tubuh berasal dari karbohidrat
kompleks. Rekomendasi lebih ditujukan untuk lansia.
Diet tinggi karbohidrat kompleks direkomendasikan untuk mengontrol
terjadinya proses penyakit. Serat yang larut dalam karbohidrat dapat menyerap
kolesterol jahat dalam darah yang membantu individu yang memiliki resiko
penyakit arteri korener. Karbohidrat kompleks juga memiki peranan penting
mengontrol diabetes karena efektivitasnya dalam menghasilkan energi tanpa
menyebabkan peningkatan glukosa dalam darah.
b. Protein
Protein terdiri dari asam amino yang penting untuk perbaikan jaringan. RDA
protein untuk wanita diatas 50 tahun adalah 50 gram per hari, sedangkan untuk
pria diatas 50 tahun, RDA proteinnya adalah 65 gram per hari. Data dari The
National Health and Nutrition Examination Survey mengungkapkan bahwa 10 % -
25 % wanita diatas 55 tahun mengonsumsi kurang dari setengah jumlah harian
protein yang disarankan. Konsumsi protein pada lansia dapat dipengaruhi oleh
banyak factor termasuk kemampuan untuk mendapatkan dan menyiapkan
makanan, bahkan kemampuan untuk mengunyah makanan yang mengandung
protein tinggi.
Beberapa makanan yang tinggi protein seperti steak, ham, jeroan, kuning
telur, dan susu juga mengandung banyak lemak. Konsumsi protein dengan
kandungan lemak tinggi yang berlebihan dapat meningkatkan kolesterol dalam
darah dan trigliserida, yang pada gilirannya berkontribusi terhadap pembentukan
plak aterosklerotik dan perubahan dalam pembuluh darah. Oleh karena itu, banyak

7
dokter dan ahli gizi merekomendasikan bahwa makanan protein dengan lemak
tinggi perlu dibatasi. Orang yang melakukan diet lemak harus mengonsumsi
protein rendah lemak seperti ikan dan unggas tanpa lemak serta protein dari
sumber tanaman seperti kacang polong dan kacang-kacangan.

c. Lemak
Lansia disarankan mengkonsumsi lemak sekitar 25 % sampai 30 % dari total
asupan kalori harian. Saran ini berlaku untuk semua umur. Lemak diperlukan
dalam diet untuk membantu dalam penyerapan vitamin yang larut dalam lemak
dan memberikan jumlah yang cukup. Lemak dibutuhkan karena dapat memberikan
rasa kenyang setelah makan.
Ketika mempertimbangkan asupan lemak dalam makanan , penting untuk
memilih jenis lemak yang ingin dikonsumsi. Tubuh menggabungkan lemak
menjadi zat yang disebut lipoprotein, yang mengandung kolesterol dan protein .
Ada tiga jenis penting dari lipoprotein : high density lipoprotein (HDL), low
density lipoprotein (LDL) , dan very low density lipoprotein (VLDL).
LDL terdiri dari kolesterol dan diyakini berkontribusi terhadap penyakit
pembuluh darah. VLDL terdiri dari trigliserida dan dapat berkontribusi untuk
penyakit pembuluh tetapi tidak signifikan seperti halnya LDL. HDL, yang disebut
lemak sehat, terdiri dari protein yang muncul untuk melindungi diri terhadap
penyakit pembuluh darah . Beberapa orang yang telah makan makanan kolesterol
tinggi selama hidupnya akan susah untuk mengubah kebiasaan makan mereka
dengan bertambahnya usia mereka. Mereka mungkin merasa sulit atau tidak suka
untuk berbelanja dan menyiapkan makanan dengan cara baru. Namun ada
beberapa orang yang berhasil dapat mengubah diet mereka.
d. Vitamin
1) Vitamin yang larut dalam lemak :
a) Vitamin A : Ditemukan pada susu, mentega, keju, hati, sayur-sayuran hijau
dan kuning, dan buah. Banyak orang tua mungkin kekurangan
vitamin A karena kondisi kronis yang mengganggu
penyerapan lemak seperti penyakit kandung empedu dan
radang usus
b) Vitamin D : Ditemukan pada susu dan margarin, minyak ikan kod, lemak
ikan, dan telur.Vitamin D mendorong penyerapan kalsium.
c) Vitamin E : Ditemukan pada jagung dan minyak safflower, margarin, biji-
bijian, kacang- kacangan, sayuran berdaun hijau. Vitamin E
mendorong integritas sel darah merah

8
d) Vitamin K : Dapat ditemukan pada sayuran berdaun hijau dan hati, sintesis
bakteri di usus. Vitamin K penting untuk pembentukan
protrombin, yang diperlukan untuk pembekuan darah.
2) Vitamin yang larut dalam air :
a) Vitamin B1 : Ditemukan pada jeroan, kacang-kacangan, dan biji-bijian.
Vitamin B1 penting untuk metabolisme karbohidrat
b) Vitamin B2 : Ditenukan pada susu, keju, telur, jeroan, kacang-kacangan,
sayuran berdaun hijau. Vitamin B2 penting untuk
pemeliharaan jaringan dan produksi air mata
c) Niacin : Ditemukan pada daging tanpa lemak, hati, biji-bijian, kacang-
kacangan. Niacin penting untuk melepaskan energi dari
lemak, karbohidrat, dan protein
d) Vitamin B6 : Ditemukan pada biji-bijian, sayur-sayuran, kacang-kacangan,
daging dan pisang . Vitamin B6 bertindak dalam proses
sintesis protein dan metabolisme asam amino, dapat
berinteraksi dengan levodopa oleh pasien dengan penyakit
Parkinson
e) Asam folat : Ditemukan pada gandum, kacang-kacangan, dan sayuran
hijau. Asam folat penting dalam sintesis hemoglobin dan
metabolisme asam amino
f) Vitamin B12 : Ditemukan dalam otot dan daging, telur, kerang, dan
susu. Vitamin B12 dibutuhkan untuk pematangan sel darah
merah. Kekurangan umumnya terlihat dengan defisiensi
asam folat.
g) Vitamin C : Ditemukan pada buah jeruk, tomat, kubis, melon,
stramberry, paprika hijau sayuran berdaun hijau. Vitamin C
penting penting dalam pembentukan dan pemeliharaan
struktur kolagen jaringan ikat, mendorong penyembuhan
dan elastisitas dinding kapiler
e. Air
Sekitar 60% dari rata-rata tubuh orang dewasa terdiri dari air. Laki-laki
dewasa memiliki cairan tubuh yang sedikit lebih banyak dari perempuan. Lansia
biasanya memiliki cairan tubuh yang kurang dibandingkan orang dewasa muda.
Jumlah total cairan tubuh berkurang sekitar 8% pada lansia. Jumlah air dalam
aliran darah tetap relatif konstan, tetapi orang dewasa yang lebih tua cenderung
memiliki cairan kurang dalam ruang intraseluler dan interstitial daripada orang
yang lebih muda. hasil penurunan cairan hilangnya turgor kulit dan menyebabkan
penampilan keriput yang umum dengan penuaan. cairan menurun meningkatkan

9
risiko ketidakseimbangan cairan seperti dehidrasi. kebanyakan orang dewasa
membutuhkan 2.000-3.000 ml cairan setiap hari. Lebih banyak konsumsen yang
mengonsumsi air dalam bentuk teh, kopi, dan jus.
Air biasanya dikeluarkan melalui, keringat, pernapasan, dan defekasi.
Kehilangan cairan yang abnormal biasanya terjadi pada diare, muntah, diaphoresis,
penyedotan lambung, dan drainase luka, mineral penting sering hilang bersama
dengan air. Jumlah cairan yang masuk kedalam tubuh harus seimbang dengan
jumlah dieliminasi dari tubuh, ini mengacu pada keseimbangan sebagai cairan.
Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Lanjut Usia :
1) Berkurangnya kemampuan mencerna makanan ( akibat kerusakan gigi/
ompong)
2) Berkurangnya cita rasa
3) Berkurangnya koordinasi otot
4) Keadaan fisik yang kurang baik
5) Faktor ekonomi dan social
6) Faktor penyerapan makanan ( daya absorpsosi )
7) Berat badan (lemak tubuh) cenderung meningkat dengan bertambahnya usia,
sedangkan sel-sel lemak mengandung sedikit air, sehingga komposisi air dalam
tubuh lansia kurang dari manusia dewasa yang lebih muda atau anak-anak dan
bayi
8) Fungsi ginjal menurun dengan bertambahnya usia. Terjadi penurunan
kemampuan untuk memekatkan urin, mengakibatkan kehilangan air yang lebih
tinggi.
9) Terdapat penurunan asam lambung, yang dapat mempengaruhi individu untuk
mentoleransi makanan-makanan tertentu. Lansia terutama rentan terhadap
konstipasi karena penurunan pergerakan usus. Masukan cairan yang terbatas,
pantangan diit, dan penurunan aktivitas fisik dapat menunjang perkembangan
konstipasi. Penggunaan laksatif yang berlebihan atau tidak tepat dapat
mengarah pada masalah diare.
10) Lansia mempunyai pusat haus yang kurang sensitif dan mungkin mempunyai
masalah dalam mendapatkan cairan ( misalnya gangguan dalam berjalan ) atau
mengungkapkan keinginan untuk minum (misalnya pasien stroke).
Proses Penuaan Normal Pada Saluran Gastrointestinal
Proses penuaan memberikan pengaruh pada setiap bagian dalam saluran
gastrointestinal dalam beberapa derajat. Namun karena luasnya persoalan fisiologis
pada system gastrointestinal hanya sedikit masalah-masalah yang berkaitan dengan
usia yang dilihat dalam kesehatan lansia. Banyak masalah-masalah gastrointestinal
yang dihadapi oleh lansia lebih erat dihubungkan dengan gaya hidup mereka.
a. Rongga mulut

10
Penampilan fisik, kemampuan berkomunikasi dan asupan nutrisi ditingkatkan oleh
bersiham mukosa mulut dan keutuhan gigi. Walaupun tanggalnya gigi bukan suatu
konsekuensi dasar dari proses penuaan, banyak lansia mengalami penanggalan gigi
sebagai akibat dari hilangnya tulang penyokong pada permukaan periosteal dan
periodontal. Mukosa mulut tampak merah dan mengkilat pada lansia karena
adanya atrofi. Bibir dan gusi tampak tipis karena epithelium telah meyusut dan
menjadi lebih mengandung keratin. Aliran air liur tetap normal pada lansia yang
sehat dan tidak mendapatkan pengobatan yang akan dapat menyebabkan mulut
menjadi kering.
b. Esofagus, lambung dan usus
Motilitas esophagus tetap normal meskipun esophagus mengalami sedikit dilatasi
seiring penuaan. Sfingter esophagus bagian bawah (kardiak) kehilangan tonus.
Reflex muntah pada lansia akan melemah. Kesulitan dalam mencerna makanan
adalah akibat dari atrofi mukosa lambung dan penurunan motilitas lambung. Atrofi
mukosa lambung merupakan akibat dari penurunan sekresi asam hidroklorit
(hipoklohidria), dengan pengurangan absorbs zat besi, kalsium, dan vitamin B12.
Motilitas gaster biasanya menurun dan melambatnya gerakan dari sebagian
makanan yang dicerna keluar dari lambung terus melalui usus halus dan usu besar.
c. Saluran empedu, hati, kandung empedu dan pancreas
Kapasitas fungsional hati dan pancreas dalam rentang normal karena adanya
cadangan fisiologis dari hati dan pancreas. Setelah usia 70 tahun ukuran hati dan
pancreas akan mengecil, terjadi penurunan kapasitas menyimpan dan kemampuan
mensintesis protein dan enzim-enzim pencernaan. Proses penuaan telah mengubah
proporsi lemak empedu tanpa perubahan metabolism asam empedu yang
signifikan. Factor ini mempengaruhi peningkatan sekresi kolesterol
Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pengkajian Nutrisi Pada Lansia
a. Memastikan asupan kalsium yang adekuat
1) Kalsium terdapat di produk susu, tahu, sayuran hijau, tiram, salmon dan sarden
sangat penting untuk mepertahankan densital tulang dan mencegah
osteoporosis.
2) Anjurkan pasien untuk makan makanan yang mangandung kalsium setiap
harinya.
3) Serat tyang adekuat penting dalammeningkatkan defekasi teratur dan dapat
mencegah kanker colon. Sumber seratyang baik bagi tubuh pada sereal
gandum utuh dan roti, buah dengan kulit, sayuran, kacang-kacangan. Makana
inangat bauik dikonsumsi setipa harinya
b. Mencegah interaksi obat dengan makanan

11
Obat dapat mempengaruhui status nitrisi pasiendengan cara merubah absorbs
nutrisi,metabolism, pemakaina atau sekresi. Demekian juga berbagai makanan,
minuman dan suplemen mineral atau vitamin dapat mempengaruhi absorbs dan
keefektifan obat-obatan. Interaksi ini harus diperhatikan ketika melakukan evaluasi
regimen pengobatan pada pasien.
Masalah Gizi Pada Lansia
a. Gizi berlebih
Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan kota-kota besar.
Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebih,
apalai pada lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas fisik.
Kebiasaan makan itu sulit untuk diubah walaupun disadari untuk mengurangi
makan. Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya :
penyakit jantung, kencing manis, dan darah tinggi.
b. Gizi kurang
Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan juga
karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang
dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai
dengan kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat
diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun,
kemungkinan akan mudah terkena infeksi.
c. Kekurangan vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah dengan
kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan
menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat.
Pemantauan Status Nutrisi
a. Penimbangan Berat Badan
1) Penimbangan BB dilakukan secara teratur minimal 1 minggu sekali, waspadai
peningkatan BB atau penurunan BB lebih dari 0.5 Kg/minggu. Peningkatan BB
lebih dari 0.5 Kg dalam 1 minggu beresiko terhadap kelebihan berat badan dan
penurunan berat badan lebih dari 0.5 Kg /minggu menunjukkan kekurangan
berat badan.
2) Menghitung berat badan ideal pada dewasa :
Rumus : Berat badan ideal = 0.9 x (TB dalam cm – 100)
Catatan untuk wanita dengan TB kurang dari 150 cm dan pria dengan TB
kurang dari 160 cm, digunakan rumus :
Berat badan ideal = TB dalam cm – 100
Jika BB lebih dari ideal artinya gizi berlebih
Jika BB kurang dari ideal artinya gizi kurang
b. Kekurangan kalori protein
Waspadai lansia dengan riwayat : Pendapatan yang kurang, kurang bersosialisasi,
hidup sendirian, kehilangan pasangan hidup atau teman, kesulitan mengunyah,

12
pemasangan gigi palsu yang kurang tepat, sulit untuk menyiapkan makanan, sering
mangkonsumsi obat-obatan yang mangganggu nafsu makan, nafsu makan
berkurang, makanan yang ditawarkan tidak mengundang selera. Karena hal ini
dapat menurunkan asupan protein bagi lansia, akibatnya lansia menjadi lebih
mudah sakit dan tidak bersemangat.
c. Kekurangan vitamin D
Biasanya terjadi pada lansia yang kurang mendapatkan paparan sinar matahari,
jarang atau tidak pernah minum susu, dan kurang mengkonsumsi vitamin D yang
banyak terkandung pada ikan, hati, susu dan produk olahannya.
2. CAIRAN
Manusia perlu minum untuk mengganti cairan tubuh yang hilang setelah
melakukan aktivitas. Air sangat besar artinya bagi tubuh kita, karena air membantu
menjalankan fungsi tubuh, mencegah timbulnya berbagai penyakit disaluran kemih
seperti kencing batu, batu ginjal, dll. Air juga sebagai pelumas bagi fungsi tulang dan
sendi. Manfaat lain dari minum air putih adalah mencegah sembelit karena untuk
mengolah makanan dalam usus sangat dibutuhkan air, tentu saja tanpa air yang cukup
kerja usus tidak dapat maksimal dan timbullah sembelit. Air mineral atau air putih
lebih baik daripada kopi, teh kental, softdrink, alkohol, es, maupun sirup dan
dianjurkan minimal kita minum air putih 1.5 sampai dengan 2 liter/hari. Minuman
seperti kopi, teh kental, softdrink, alkohol, es, maupun sirup bahkan tidak baik untuk
kesehatan dan harus dihindari terutama bagi para lansia yang mempunyai penyakit-
penyakit tertentu seperti kencing manis, darah tinggi, obesitas, dan jantung.

Hal yang harus diperhatikan :


Mencegah dehidrasi
a. Nasehati pasien untuk mengurngi munuman yang mengandung alcohol dan kafein
b. Pantau asupan dan keluaran, pastikan asupan cairan minimal 1500 ml/oral dan
haluaran urine sampai 1500 ml/24 jam.
c. Mengkaji turgor kulit dan membrane mukosa
d. Mengkaji TTV dan hasil laboratorium
e. Menimbang berat bdan pasien pada waktu yang sama setiapa harinya
f. Jika pasien tidak dapat menerima cairan secara per oral maka programkan pasien
untukmendapatkancairan melalui IV

Pemantauan Status Cairan Pada Lansia


a. Tanda-tanda kekurangan cairan
1) Tanda – tanda vital
a) Terjadi peningkatan suhu tubuh
b) Dapat terjadi peningkatan frekuensi pernafasan dan kedalaman pernafasan
(normal : 14 – 20 x/mnt)
13
c) Peningkatan frek. denyut nadi (normal : 60-100 x/mnt), nadi lemah, halus
d) Tekanan darah menurun
2) Pemeriksaan Fisik :
a) Kulit kering dan agak kemerahan
b) Lidah kering dan kasar
c) Mata cekung
d) Penurunan BB yang terjadi scr tiba2/drastic
e) Turgor kulit menurun (Lansia kurang akurat)
3) Perilaku :
a) Penurunan kesadaran
b) Gelisah
c) Lemah
d) Pusing
e) Tidak nafsu makan
f) Mual dan muntah
g) Kehausan (pada lansia kurang signifikan)
4) Terjadi penurunan jumlah urin
b. Tanda-tanda kelebihan cairan
1) Tanda –tanda vital
a) Terjadi penurunan suhu tubuh
b) Dapat terjadi sesak nafas
c) Denyut nadi teraba kuat dan frekuensinya meningkat
d) Tekanan darah meningkat
2) Pemeriksaan fisik :
a) Turgor kulit meningkat (lansia kurang akurat)
b) Edema
c) Peningkatan BB secara tiba-tiba
d) Kulit lembab
3) Perilaku :
a) Pusing
b) Anoreksia / tidak nafsu makan
c) mual muntah
4) Peningkatan jumlah urin (jika ginjal masih baik)
3. GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN PADA LANSIA
a. Dispagia
Dispagia adalah kesulitan menelan akibat beberapa penyebab yaitu gangguan
neuromuscular (misalnya stroke, multiple sclerosis dan penyakit parkinson),
gangguan struktur kerongkongan ( misalnya tumor, divertikula, dan striktur),
gangguan pembuluh darah (misalnya aneurismia aorta), radang tenggorokan
(infeksi sekunder dan obat ) tumor leher dan tiroid.
Dispagia di kelompokan menjadi 2 bagian yaitu dispagia orofaringeal dan
esophagus. Dispagia orofaringeal memiliki tanda seperti kesulitan menelan dan
transfer makan cepat pada spinter esophagus bagian atas. Dispagia esophagus
merupakan hasil aktivitas peristaltic esophagus yang teratur dan obstruksi spinter
esophagus bagian bawah. Dispagia terjadi setelah menelan, di ikuti batuk dan
tersedak. Kelaparan, dehidrasi, dan aspirasi pneumonia merupakan akibat dari
dispagia.
14
Tanda dan gejala dispagia biasanya di tandai dengan adanya keluhan
menelan, sering tersedak, perubahan suara, pneumonia berulang, nyeri ulu hati, air
liur, kelemahan otot atau massa di tenggorokan, napas tidak normal terdengar
suara sekunder pneumonia/ pneumonitis, abnormal sualar vascular (bising) dapat
dikaitkan adanya dispagia.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan oleh perawat :
1) Anjurkan klien untuk sering mengkonsumsi makanan untuk mengurangi perut
kembung
2) Meningkatkan asupan cairan saat makan ( memfasilitasi transfer bolus dari
mulut ke kerongkongan )
3) Anjurkan klien untuk menghidari berbaring setelah makan ( agar tidak terjadi
refluks karena dapat mengiritasi esophagus bawah)
4) Pantau efek samping obat yang dikonsumsi klien ( obat obat anti inflamasi
nonsteroid dan antibiotik tertentu dapat mengiritasi kerongkongan )
5) Perhatikan keadaan organ hati klien untuk menentukan respon klien terhadap
dispagia
6) Amati klien pada saat makan
7) Perhatikan bagaiman klien mengelola cairan dan makanan dari konsistensi
yang berbeda
8) Kaji kemampuan produksi air liur klien
9) Amati penurunan berat badan dan tanda-tanda dehidrasi
10) Perhatikan pola bicara dan kelainan nada hypernasal

Cara menilai kemampuan reflex menelan klien adalah sebagai berikut :


1) Minta pasien untuk menempatkan nya lidah terhadap langit-langit mulut.
Gerakan ini diperlukan untuk mendorong makanan ke dalam tenggorokan.
2) Lengkungan tonsil pasien dan langit-langit di letakkan kapas lembab dan
tanyakan apakah bisa dirasakan. Beberapa dorongan diperlukan untuk menelan
.
3) Uji kontrasi faring dengan merangsang lengkungan tonsi dengan kapas basah.
Kapas basah harus dapat melembab dengan air lemon dingin untuk diperoleh
kontrasi otot faring.

Setelah teridentifikasi memilki disfagia sekunder terhadap gangguan


neuromuscular maka perawat lebih berfokus pada strategi untuk mengurangi
resiko aspirasi.

Diagnosa Tujuan/ criteria hasil Intervensi


perubahan dalam klien atau pengasuh 1. Kaji kemampuan klien untuk
pola makan menunjukkan ukuran menelan
15
(disfagia) untuk mengurangi 2. Posisi klien dengan nyaman dalam
aspirasi posisi tegak
3. anjurkan klien kepala fleksibel ke
depan
4. Memberikan dan menyiapkan
peralatan hisap
5. Periksa mulut klien adanya lendir
dan suction jika diperlukan.
6. Mendorong klien makanan sedikit
demi sedikit g pada suatu waktu.
Menggunakan sendok teh atau
jarum suntik jika diperlukan..
7. Letakkan makanan di dekat molar
belakang pasien.
8. Periksa sisa makanan dalam mulut
di akhir makan.
9. Jika tersedak , tempatkan dagu
klien dada dan Fleksikan tubuhnya
di bagian pinggang. Suction
makanan dari mulut
10. Biarkan clien duduk tegak selama
30 menit setelah makan.

b. Gangguan usus kecil


Ganggaun paling umum dari usus kecil pada lansia adalah penyerapan
makanan yang buruk ( malabsorpsi ). Malabsorpsi di sebabkan kurangnya sekresi
asam lambung, penggunaan antasida jangka panjang, dan obat –obatan
antikolinergik dan narkotik dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri.
Malabsorpsi pada lansia mungkin akan mengakibatkan inskemia , Ketika
aliran darah ke usus terganggu, efisiensi usus yang berkurang, sehingga
menyebabkan malabsorpsi. Kontaminasi usus halus oleh bakteri perut (sindrom
blind loop) juga dapat menyebabkan malabsorpsi. Bakteri menyerang empedu,
merusak fungsi penyerapan lemak. malabsorpsi paling sering dihubungkan dengan
usus kecil dan stasis setelah gastrektomi parsial.
Tanda dan gejala malabsorpsi :
1) Peradangan usus
2) Diare
3) Sakit perut
4) Perdarahan anus
16
5) Kurus, membrane mukosa pucat dan turgor kulit kering
6) DemamTekanan darah rendah

Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan oleh perawat yaitu :


1) Kaji penggunaan antasida yang berlebihan
2) Anjarkan klien untuk memilih makan yang harus dihindari seperti susu dan
produk susu
3) Diskusikan dengan anggota keluarga untuk memberikan dorongan makan
makanan sehat bagi klien
4) Anjurkan keluarga klien untuk memberikan makanan yang mudah dicerna
5) Kaji pola eliminasi dan asupan makanan
6) Kaji tanda-tanda dan gejala dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit
7) Kaji diet yang pernah dilakukan sebelumnya
c. Gangguan Usus Besar
Penyakit yang terdapat pada usus besar adalah penyakit divertikular, kanker,
sembelit, dan diare.
1) Penyakit diverticular
Penyakit diverticular merupakan kekuatan mukosa kolon dalam
menanggapi peningkatan tekanan intrluminal. Penyakit divertikular di
sebabkan oleh makanan yang diproses, obesitas dan diet rendah serat.
Tanda dan gejala penyakit divertikular tidak menunjukan gelaja tetapi
beberapa orang akan mengalami sembelit, kembung, ketidaknyamanan dan
distensi perut. Komplikasi dari diverculosis muncul ketika ada imflammations
akut (diverticulitis, pecahnya satu atau lebih divertikula), perdarahan, atau
obstruksi. Divertikulitis terjadi ketika ada microforporation dan kebocoran isi
usus ke dalam jaringan sekitarnya yang menyebabkan peradangan. pasien akan
mengalami rasa sakit, nyeri perut, demam, dan massa teraba.
Ketika divertikulum pecah merupakan sebuah ancaman maka dilakukan
kolostomi. Pada lansia penyakit divertikulum/ obstruksi usus adalah penyebab
kematian terbanyak pada lansia.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut ;
a) Berikan pendidikan kesehatan mengenai tanda-tanda kanker usus besar dan
factor
resiko
b) Kaji kebiasaan buang air besar, pola makan dan rasa sakit
c) Kaji cairan dan elektrolit yang hilang
2) Sembelit
Masalah umum yang disebabkan kurang aktivitas dan diet rendah serat.
Lansia mengalami sembelit karena penurunan sensasi saraf, pengosongan usus,
dan gagal menerima sinyal defekasi. Penurunan frekuensi BAB
berkepanjangan.
Pencegahan yang dapat dilakukan :
a) Berikan penkes mengenai eliminasi dan cara mengurangi sembelit
17
b) Berikan asupan cairan yang cukup
c) Anjurkan untuk rajin olahraga
d) Tentukan jenis sembelit melalui usus
e) Mengidentifikasi faktor-faktor yang menakibatkan pasien pada risiko tinggi
untuk sembelit
f) Isolasi dan memodifikasi elemen yang berpengaruh pada masalah sembelit

DAFTAR PUSTAKA

Wold, Gloria.1999.Basic Geriatric Nursing ed.2. St.Louis : Mosby


Stanley,Mickey dkk.2005.Gerontoligal Nursing. America

18

Anda mungkin juga menyukai