KEPERAWATAN KRITIS
"INTOKSIKASI"
2019/2020
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................
2.1. Definisi...................................................................................................................................
2.3. Patofisiologi...........................................................................................................................
BAB V PENUTUP.......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
2.1. Definisi
Keracunan atau intoksikasi adalah keadaan patologik yang disebabkan oleh obat,
serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik. Keracunan juga merupakan
kondisi atau keadaan fisik yang terjadi jika suatu zat,dalam jumlah relatif sedikit,
terkena zat tersebut pada permukaan tubuh, termakan, terinjeksi, terisap atau
terserap serta terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung sifatnya pada tulang,
hati, darah atau organ lainnya sehingga akan menghasilkan efek yang tidak
diinginkan dalam jangka panjang yang selanjutnya akan menyebabkan kerusakan
struktur/gangguan fungsi tubuh.
Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk ke dalam tubuh melalui mulut,
hidung (inhalasi), suntikan dan absorpsi melalui kulit atau digunakan terhadap
organisme hidup dengan dosis relatif kecil akan merusak kehidupan atau
mengganggu dengan serius fungsi satu atau lebih organ tubuh atau jaringan (Mc.
Graw Hill Nursing Dictionary).
Menurut Taylor racun adalah setiap bahan atau zat yang dalam jumlah relatif
kecil bila masuk kedalam tubuh akan menimbulkan reaksi kimiawi yang akan
menyebabkan penyakit atau kematian . Baygon termasuk kedalam salah satu jenis
racun, yaitu racun serangga (insektisida).
2.2. Klasifikasi
1. Mencerna (menelan) racun
Tindakan yang dilakukan adalah menghilangkan atau menginaktifkan racun
sebelum diabsorbsi, untuk memberikan perawatan pendukung, untuk
memelihara system organ vital, menggunakan antidote spesifik untuk
menetralkan racun, dan memberikan tindakan untuk mempercepat eliminasi
racun terabsorbsi.
Penatalaksanaan umum :
Dapatkan control jalan panas, ventilasi, dan oksigensi. Pada keadaan tidak
ada kerusakan serebral atau ginjal, prognosis pasien bergantung pada
keberhasilan penatalaksanaan pernapasan dan sisitem sirkulasi.
Coba untuk menentukan zat yang merupakan racun, jumlah, kapan waktu
tertelan, gejala, usia, berat pasien dan riwayat kesehatan yang tepat.
Tangani syok yang tepat.
Hilangkan atau kurangi absorbsi racun.
Berikan terapi spesifik atau antagonis fisiologik secepat mungkin untuk
menurunkan efek toksin.
Dukung pasien yang mengalami kejang. Racun mungkin memicu system
saraf pusat atau pasien mungkin mengalami kejang karena oksigen tidak
adekuat.
Bantu dalam menjalankan prosedur untuk mendukung penghilangan zat
yang ditela, yaitu:
a. Diuresis untuk agens yang dikeluarkan lewat jalur ginjal.
b. Dialisis
c. Hemoperfusi (proses melewatkan darah melalui sirkuit ekstrakorporeal
dan cartridge containing an adsorbent [karbon atau resin], dimana setelah
detoksifikasi darah dikembalikan ke pasien.
Pantau tekanan vena sentral sesuai indikasi.
Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit.
Menurunkan peningkatan suhu.
Berikan analgesic yang sesuai untuk nyeri.
Bantu mendapatkan specimen darah, urine, isi lambung dan muntah.
Berikan perawatan yang konstan dan perhatian pada pasien koma.
Pantau dan atasi komplikasi seperti hipotensi, disritmia jantung dan
kejang.
Jika pasien dipulangkan, berikan bahan tertulis yang menunjukan tanda
dan gejala masalah potensial dan prosedur untuk bantuan ulang.
2. Keracunan melalui inhalasi
Penatalaksanaan umum :
Bawa pasien ke udara segar dengan segera; buka semua pintu dan jendela.
Longgarkan semua pakaian ketat.
Mulai resusitasi kardiopulmonal jika diperlikan.
Cegah menggigil; bungkus pasien dengan selimut.
Pertahankan pesien setenang mungkin.
Jangan berikan alcohol dalam bentuk apapun.
3. Keracunan makanan.
Keracunan makanan adalah penyakit yang tiba-tiba dan mengejutkan yang
dapat terjadi setelah menelan makanan atau minuman yang terkontaminasi.
Pertolongan Pertama Pada Keracunan Makanan.
Untuk mengurangi kekuatan racun, berikan air putih sebanyak-banyaknya
atau diberi susu yang telah dicampur dengan telur mentah.
Agar perut terbebas dari racun, berikan norit dengan dosis 3-4 tablet
selama 3 kali berturut-turut dalam setia jamnya.
Air santan kental dan air kelapa hijau yang dicampur 1 sendok makan
garam dapat menjadi alternative jika norit tidak tersedia.
Jika penderita dalam kondisi sadar, usahakan agar muntah. Lakukan
dengan cara memasukan jari pada kerongkongan leher dan posisi badan
lebih tinggi dari kepala untuk memudahkan kontraksi
Apabila penderita dalam keadaan pingsan, bawa segera ke rumah sakit
atau dokter terdekat untuk mendapatkan perawatan intensif.
4. Keracunan akibat gigitan binatang.
Kondisi lingkungan dipedesaan memungkinkan berbagai jenis bintang
peliharaan maupun binatang liar dapat hidup berdampingan dengan
masyarakatnya walaupun binatang peliharaan kita sudah jinak namun bahaya
dari binatang ini perlu di waspadai.
Pada kondisi tertentu jenis binatang berdarah panas seperti pada anjing,
kucing, dan monyet yang terkena rabies dapat membahayakan kesehatan
masyarakat. Demikian pula jenis binatang melata yang memiliki racun seperti
ular, kalajengking, dan lipan (kelabang) yang masih banyak terdapat dialam
pedesaan. Binatang-binatang tersebut akan menggigit siapa saja yang ada
didekatnya bila mereka akan merasa terganggu. Bila hal ini terjadi maka
gigitan tersebut akan meninggalkan racun dalam tubuh orang yang digigitnya.
5. Gigitan ular.
Bisa (racun) ular terdiri dari terutama protein yang mempunyai efek
fisiologik yang luas atau bervariasi. Sisitem multiorgan, terutama neurologic,
kardiovaskuler, sisitem pernapasan mungkin terpengaruh.
Bantuan awal pertama pada daerah gigitan ular meliputi mengistirahatkan
korban, melepaskan benda yang mengikat seperti cincin, memberikan
kehangatan, membersihkan luka, menutup luka dengan balutan steril, dan
imobilisasi bagian tubuh dibawah tinggi jantung. Es atau torniket tidak
digunakan. Evaluasi awal di departemen kedaruratn dilakukan dengan cepat
meliputi :
Menentukan apakah ular berbisa atau tidak.
Menentukan dimana dan kapan gigitan terjadi sekitar gigitan.
Menetapkan urutan kejadian, tanda dan gejala (bekas gigi, nyeri, edema,
dan eritema jaringan yang digigit dan didekatnya).
Menentukan keparahan dampak keracunan.
Memantau tanda vital.
Mengukur dan mencatat lingkar ekstremitas sekitar gigitan atau area pada
beberapa titik.
Dapatkan data laboratorium yang tepat (mis. HDL, urinalisi, dan
pemeriksaan pembekuan).
6. Sengatan serangga.
Manifestasi klinis bervariasi dari urtikaria umum, gatal, malaise, ansietas,
sampai edema laring, bronkhospasme berat, syok dan kematian. Umumnya
waktu yang lebih pendek diantara sengatan dan kejadian dari gejala yang berat
merupakan prognosis yang paling buruk.
Penatalaksanaan umum:
Berikan epineprin (cair) secara langsung. Masase daerah tersebut untuk
mempercepat absorbsi.
Jika sengatan pada ekstermitas, berikan tornikuet dengan tekanan yang
tepat untuk membendung aliran vena dan limfatik.
Instruksikan pasien untuk hal-hal berikut:
a. Injeksi segera dengan epineprin
b. Buang penyengat dengan garukan cepat kuku jari
c. Bersihkan area dengan sabun air dan tempelkan es
d. Pasang tornikuet proksimal terhadap sengatan
Laporkan pada fasilitas perawatan kesehatan terdekat untuk pemeriksaan
lebih lanjut.
2.3. Patofisiologi
Efek toksis terpenting dari hidrokarbon adalah pneumonitis aspirasi. Studi
pada binatang menunjukkan toksisitas pada paru > 140 x dibanding pada saluran
pencernaan. Aspirasi umumnya terjadi akibat penderita batuk atau muntah. Akibat
viskositas yang rendah dan tekanan permukaan, aspirat dapat segera menyebar
secara luas pada paru.
Penyebaran melalui penetrasi pada membran mukosa, merusak epithel jalan
napas, serta alveoli, dan menurunkan jumlah surfactan sehingga memicu
terjadinya perdarahan, edema paru, ataupun kolaps pada paru. Jumlah < 1 ml dari
aspirasi pada paru dapat menyebabkan kerusakan yang bermakna. Kematian dapat
terjadi karena aspirasi sebanyak + 2,5 ml pada paru (pada lambung + 350 ml).
Selain itu, jumlah 1 ml/kg BB hidokarbon dapat menyebabkan depresi CNS
ringan–sedang, karditis, kerusakan hepar, kelenjar adrenal, ginjal, dan
abnormalitas eritrosit. Namun efek sistemik tersebut jarang karena tidak
diabsorbsi dalam jumlah banyak pada saluran pencernaan. Hidrokarbon juga
diekskresikan lewat urin.
3. Keracunan Arsenikum
a. Gejala: mulut kering, kulit merah, rasa tercekik, sakit menelan,
kolik usus, muntah, diare, perdarahan, oliguri, syok.
b. Tindakan:
1). Bilas lambung dengan Natrium karbonat/sorbitol
2). Atasi syok dan gangguan elektrolit
3). Beri BAL (4-5 Kg/BB) setiap 4 jam selama 24 jam
pertama. Hari kedua sampai ketiga setiap 6 jam (dosis sama).
Hari keempat s/d ke sepuluh dosis diturunkan.
6. Keracunan Ikan
a. Gejala: panas sekitar mulut, rasa tebal pada anggota badan,
mual, muntah, diare, nyeri perut, nyeri sendi, pruritus, demam,
paralisa otot pernafasan.
b. Tindakan: Emesis, bilas lambung dan beri pencahar.
7. Keracunan Jamur
a. Gejala: air mata, ludah dan keringat berlebihan, mata miosis,
muntah, diare, nyeri perut, kejang, dehidrasi, syok sampai
koma.
b. Tindakan:
1). Emesis, bilas lambung dan beri pencahar.
2). Injeksi Sulfas Atropin 1 mg / 1-2 jam
3). Infus Glukosa.
8. Keracunan Jengkol
a. Gejala: kolik ureter, hematuria, oliguria–anuria, muncul gejala
Uremia.
b. Tindakan:
1). Infus Natrium bikarbonat
2). Natrium bicarbonat tablet : 4 x 2 gr/hari
9. Keracunan Singkong
a. Gejala: Mual, nyeri kepala, mengantuk, hipotensi, takikardi,
dispneu, kejang, koma (cepat meninggal dalam waktu 1-15
menit).
b. Tindakan:
1). Beri 10 cc Na Nitrit 5 % iv dalam 3 menit
2). Beri 50 cc Na Thiosulfat 25 % iv dalam 10 menit.
2.5. Penatalaksanaan
Harus diingat bahwa obat yang dapat menimbulkan muntah di kontra
indikasikan pada intoksikasi minyak tanah ini. Juga sebaiknya
dihindarkan mengingat bahaya inhalasi yang dapat ditimbulkan.
Pemakaian adrenalin sebaiknya dihindarkan, mengingat miokardium yang
sudah sensitive terhadap intoksikasi minyak tanah. Alkohol dan minyak
mineral jangan diberikan sebab mempermudah absorbs minyak tanah.
Terapi yang sebaiknya adalah sebagai berikut:
Terapi suportif
Pemberian O2
Pemberian oksigen kalau ada tanda-tanda distres nafas atau kalau
berat bisa dilakukan intubasi dan pemberian nafas buatan dengan
ventilator.
Kalau perlu lakukan i.v.f.d.
Antibiotika sebagai profilaksis
Pemberian antibiotika masih merupakan kontroversi pada intoksikasi
hidrokarbon. Antibiotika hanya diberikan bila keadaan penderita
memang sangat berat, membutuh kan bantuan pernafasan dengan alat
atau anak-anak dengan immunocompromized. Bila gejala depresi
susunan syaraf pusat jelas terlihat, dapat diberikan kafein 200-500
mg dengen intra muskuler.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Identitas Pasien : nama, usia (bisa terjadi pada semua usia), jenis kelamin,
alamat, agama, pekerjaan Pekerjaan yang berhubungan dengan (sering
terjadi pada orang renang, penyelam), pendidikan.
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan, berapa lama diketahui
setelah keracunan,ada masalah lain sebagi pencetus keracunan dan sindroma
toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda-tanda vital
a) Distress pernapasan
b) Sianosis
c) Takipnoe, dispnea
d) Hipoksia
2) Neurologi
IFO menyebabkan tingkat toksisitas lebih tinggi, efek-efeknya termasuk
letargi, peka rangsangan, pusing, stupor & koma.
3) Sirkulasi
Tanda : Nadi lemah (hipovolemia), takikardi, hipotensi (pada kasus
berat), aritmia jantung, pucat, sianosis, keringat banyak.
4) GI Tract
Iritasi mulut, rasa terbakar pada selaput mukosa mulut dan esofagus,
mual dan muntah.
5) Kardiovaskuler
Disritmia.
b. Pada pemeriksaan ADL (Activity Daily Living) data yang mungkin muncul
adalah sebagai berikut :
1) Aktifitas dan istirahat
Keletihan,kelemahan,malaise, kelemahan, hiporefleksi
2) Makanan Cairan
Dehidrasi, mual , muntah, anoreksia, nyeri uluhati, perubahan turgor
kulit/kelembaban, berkeringat banyak.
3) Eliminasi
Perubahan pola berkemih, distensi vesika urinaria, bising usus menurun,
kerusakan ginjal, perubahan warna urin contoh kuning pekat, merah,
coklat.
4) Nyaman/ nyeri
Nyeri tubuh, sakit kepala, perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah.
5) Keamanan
Penurunan tingkat kesadaran, koma, syok, asidemia.
c. Sedangkan pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil sebagai berikut :
1) Eritrosit menurun
2) Proteinuria
3) Hematuria
4) Hipoplasi sumsum tulang
2. Diagnosa Keperawatan
a. Tidak efektifnya pola napas berhubungan dengan depresi pernapasan akibat
efek langsung dari intoksikasi baygon.
b. Penurunan kesadaran berhubungan dengan depresi sistem saraf pusat.
c. Resiko gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan output yang
berlebihan.
3. Intervensi
a. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan depresi pernapasan akibat
efek langsung dari toksisitas baygon.
Tujuan : Mempertahankan keefektifan pola nafas.
Kriteria hasil : RR dalam batas normal, jalan nafas bersih, sputum tidak ada.
Intervensi Rasional
Pantau tingkat, irama Efek insektisida mendepresi SSP yang
pernapasan & suara napas mungkin dapat mengakibatkan
serta pola pernapasan hilangnya kepatenan aliran udara atau
depresi pernapasan, pengkajian yang
berulang kali sangat penting karena
kadar toksisitas mungkin berubah-
ubah secara drastis.
Tinggikan kepala tempat Menurunkan kemungkinan aspirasi,
tidur diafragma bagian bawah untuk
menigkatkan inflasi paru.
Dorong untuk batuk/ nafas Memudahkan ekspansi paru &
dalam mobilisasi sekresi untuk mengurangi
resiko atelektasis/pneumonia.
Auskultasi suara napas Pasien beresiko atelektasis
dihubungkan dengan hipoventilasi &
pneumonia.
Berikan O2 jika dibutuhkan Hipoksia mungkin terjadi akibat
depresi pernapasan
Kolaborasi untuk sinar X Memantau kemungkinan munculnya
dada, Blood Gas Analysis komplikasi sekunder seperti
atelektasis/pneumonia, evaluasi
kefektifan dari usaha pernapasan.
b. Penurunan kesadaran berhubungan dengan depresi sistem saraf pusat
Tujuan : Tingkat kesadaran klien dapat dipertahankan
Kriteria hasil :
1) Kesadaran composmentis (GCS : 15)
2) Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi Rasional
Monitor vital sign tiap 15 Bila ada perubahan yang bermakna
menit merupakan indikasi penurunan
kesadaran
Observasi tingkat kesadaran Penurunan kesadaran sebagai indikasi
pasien penurunan aliran darah otak
Kaji adanya tanda-tanda Gejala tersebut merupakan manifestasi
distress pernapasan, nadi dari perubahan pada otak, ginjal,
cepat, sianosis dan kolapsnya jantung dan paru.
pembuluh darah
Monitor adanya perubahan Tindakan umum yang bertujuan untuk
tingkat kesadaran keselamatan hidup, meliputi
resusitasi : Airway, breathing,
sirkulasi
Kolaborasi dengan tim medis Anti dotum (penawar racun) dapat
dalam pemberian anti dotum membantu mengakumulasi
penumpukan racun
BAB IV
CONTOH KASUS PADA KLIEN DENGAN INTOKSIKASI
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. K
Umur : 34 tahun
Alamat : Kutisari Indah 92 Surabaya
Agama : Islam
Dx. Medis : Intoksikasi IFO (Insektisida Fosfat Organik) baygon
No Reg : 10 16 0138
MRS : 17 Mei 2002 jam 04.20
Tanggal Pengkajian : 18 Mei 2002 jam 07.30
B. Riwayat Kesehatan
Alasan MRS : Minum baygon + ¼ gelas, tenggorokan terasa panas seperti
terbakar.
Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang di RS X jam 03.00 dengan keluhan
minum ¼ gelas baygon karena ada masalah keluarga, tenggorokan terasa panas,
mulut berbuih, kemudian kesadaran mulai menurun mencret (-), kencing (-),
kemudian pasien langsung dibawa oleh suaminya ke RS Katholik dan mendapat
pertolongan pertama di UGD RS tersebut, kemudian dibawa ke RSUD Dr. Soetomo
Surabaya.
Riwayat penyakit dahulu : Pasien tidak pernah menderita penyakit yang serius yang
sampai op name dirumah sakit dan juga tidak ada riwayat penyakit hypertensi,
alaergi.
Riwayat penyakit keluarga : Pasien tidak ada mempunyai keluarga yang mempunyai
penyakit menurun /genetik.
Upaya yang telah dilakukan di RS Katholik :
- Kumbah lambung
- Pemberian infus Dex 5 %
- Injeksi SA 10 iv ampul bulus, dengan perincian 2 ampul iv tiap 5 menit 4 x, tiap 10
menit 3 x.
Upaya yang telah dilakukan dan keadaan di IRD RSUD Dr. Soetomo Surabaya :
- TD 110/80 mmHg
- Nadi 84 x/menit
- Respirasi 24 x/menit
- Kesadaran komposmentis
- Pupil isokor diameter 2 mm
- Periksa cito lab : elektrolit, DL/UL, Thorax PA, BGA,
D. Pemeriksaan Penunjang
- Hb : 14,4 gr % - SGOT : 25
- Leukosit : 15,0 - Urea N darah : 10,5
- Trombosit : 409 - Kreatinin serum : 0,55
- PCV : 0,42
- GDA : 111
- Kalium : 3,82
- Natrium : 142
E. Therapi
- Infus Dex 5 %
- S A 0,5 ml/ 3 jam diteruskan 0,5 ml/ 6 jam
F. ANALISA DATA
Data Kemungkinan penyebab Masalah
DS: Pasien mengatakan Baygon - Resiko tinggi Pola nafas tidak
bahwa telah minum efektif
baygon sebanyak ¼ - Gangguan pemenuhan
gelas, perut agak Saluran pencernaan nutrisi
sakit, tenggorokan Eritasi mukosa saluran
terasa panas dan pencernaan/tengorokan
sakit.
DO:
Peradangan saluran
RR : 20 x/menit
pencernaan &tenggorokan
Nadi : 88 x/menit
Temp 37,6 C
Perifer /akral
hangat
TD 90/60 mmHg -Koping tidak efektif
Infus terpasang -Resiko merusak diri
Dex 5 %20
tts/menit Gg pola nafsu
DS : Pernapasan makan
Pasien Kurangnya
mengatakan bahwa perhatian
dirinya tidak pernah keluarga
diperhatikan oleh Depresi
suaminya.
DO :
Pasien banyak
diam dan jarang Mencari perhatian keluarga
berkomunikasi yang salah
dengan suaminya.
Kerentanan pribadi
menghadapi masalah
Merusak diri Gg
koping
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko pola napas tidak efektif berhubungan dengan efek langsung toksisitas IFO,
proses inflamasi.
2. Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang berhubungan dengan iritasi mukosa saluran
pencernaan atas oleh zat korosif (baygon).
3. Koping keluarga tidak efektif (tidak mampu) berhubungan dengan kerentanan
pribadi anggota keluarga, krisis situasi, sosial.
4. Resiko tinggi terhadap tindak kekerasan pada diri sendiri (berulang) berhubungan
dengan perpanjangan depresi/tingkah laku ingin bunuh diri.
Diagnosa Keperawatan. 1
Resiko pola napas tidak efektif berhubungan dengan efek langsung toksisitas IFO,
proses inflamasi.
Hasil yang diharapkan :
- Pola napas efektif
- RR normal : 14 – 20 x/menit
- Alan napas bersih, sputum tidak ada
Intervensi :
1. Pantau tingkat, irama pernapasan & suara napas serta pola pernapasan
Rasional : Efek IFO mendepresi SSP yang mungkin dapat mengakibatkan hilangnya
kepatenan aliran udara atau depresi pernapasan, pengkajian yang berulang kali sangat
penting karena kadar toksisitas mungkin berubah-ubah secara drastis.
2. Tinggikan kepala tempat tidur
Rasional : Menurunkan kemugkinan aspirasi, diagfragma bagian bawah untuk untuk
menigkatkan inflasi paru.
3. Dorong untuk batuk/ nafas dalam
Rasional : Memudahkan ekspansi paru & mobilisasi sekresi untuk mengurangi resiko
atelektasis/pneumonia.
4. Auskultasi suara napas
Rasional : Pasien beresiko atelektasis dihubungkan dengan hipoventilasi &
pneumonia.
5. Berikan O2 jika dibutuhkan
Rasional : Hipoksia mungkin terjadi akibat depresi pernapasan
6. Kolaborasi untuk sinar X dada, GDA
Rasional : Memantau kemungkinan munculnya komplikasi sekunder seperti
atelektasis/pneumonia, evaluasi kefektifan dari usaha pernapasan.
Diagnosa Keperawatan . 2
Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang berhubungan dengan iritasi mukosa saluran
pencernaan atas oleh zat korosif (baygon).
Hasil yang diharapkan :
- Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
- Berat badan normal (sesuai tinggi badan).
- Iritasi mukosa saluran pencernaan dapat sembuh
Intervensi :
1. Berikan makanan yang mudah dicerna tapi sering dan dapat ditoleransi
Rasional : Dapat menurunkan distres, mungkin juga dapat meningkatkan masukan
dan toleransi terhadap nutrisi. Karena nafsu makan dan toleransi untuk
mengkonsumsi makanan meningkat, maka diet sebaiknya diadaptasikan untuk
memberikan jumlah kalori dan nutrisi yang diperlukan bagi perbaikan restorasi
penyimpanan energi.
2. Anjurkan untuk menghindari makanan yang dapat mengiritasi saluran pencernaan
seperti yang pedas dan asam, dll.
Rasional : Makanan yang pedas dan asam dapat menyebabkan iritasi pada mukosa
saluran pencernaan sehingga akan memperparah peradangan dan menghambat proses
penyembuhan saluran pencernaan.
3. Rujuk pada ahli gizi untuk mendukung kerja tim.
Rasionjal : Sangat berguna untuk menegakkan program nutrisi individu.
4. Tingkatkan diet tinggi kalori dan protein yang dibutuhkan .
Rasional : Dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan energi dan regenerasi sel,
terutama dalam proses perbaikan jaringan yang rusak pada saluran pencernaan.
5. Berikan obat-obatan sesuai indikasi seperti antasida, vitamin
Rasional : Menurunkan iritasi mukosa lambung dan efek stimulasi simpatis.
Menggantikan kekurangan /kehilangan vitamin.
Diagnosa Keperawatan .3
Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kerentanan pribadi, kesulitan
dalam keterampilan koping menangani masalah pribadi.
Tujuan : Koping individu efektif, tidak terjadi kerusakan perilaku adaptif
dalam pemecahan masalah.
Hasil yang diharapkan :
- Klien mampu mengungkapkan kesadaran tentang penyalahgunaan bahan
insektisida.
- Mampu menggunakan keterampilan koping dalam pemecahan masalah
- Mampu melakukan hubungan /interaksi sosial.
Intervensi :
1. Pastikan dengan apa pasien ingin disebut/dipanggil.
Rasional : Menunjukkan penghargaan dan hormat
2. Tentukan pemahaman situasi saat ini & metode koping sebelumnya terhadap
masalah kehidupan.
Rasional : Memberi informasi tentang derajar menyangkal, mengidentifikasi koping
yang digunakan pada rencana perawatan saat ini
3. Tetap tidak bersikap tidak menghakimi
Rasional : Konfrontasi menyebabkan peningkatan agitasi yang menurunkan
keamanan pasien.
4. Berikan umpan balik positif
Rasional : Umpan balik yang positif perlu untuk meningkatkan harga diri dan
menguatkan kesadaran diri dalam perilaku
5. Pertahankan harapan pasti bahwa pasien ikut serta dalam terapi
Rasional : Keikut sertaan dihubungkan degan penerimaan kebutuhan terhadap
bantuan, untuk bekerja.
6. Gunakan dukungan keluarga/teman sebaya untuk mendapatkan cara-cara koping.
Rasional : Dengnan pemahaman dan dukungan dari keluarga /teman sebaya dapat
membantu menngkatkan kesadaran.
7. Berikan informasi tentang efek meneguk insektisida
Rasional : Agar klien mengetahui efek samping yang berakibat fatal pada organ-
organ vital bila menelan insektisida (baygon)
8. Bantu pasien untuk menggunakan keterampilan relaksasi
Rasional : Relaksasi adalah pengembangan cara baru menghadapi stress.
Diagnosa Keperawatan. 4
Resiko tinggi terhadap tindak kekerasan pada diri sendiri (berulang) berhubungan
dengan perpanjangan depresi/tingkah laku ingin bunuh diri.
Hasil yang diharapkan :
- Tidak terjadi tindakan ulang kekerasan pada diri sendiri
- Mengutarakan pemehaman tingkah laku & faktor-faktor yang mempengaruhi.
- Mencapai tahap hilangnya rasa takut & realitas situasi.
- Menunjukkan kontrol diri.
Intervensi :
1. Kurangi ransangan, berikan ruangan yang tenang atau tempatkan pada ruangan
yang stimulasinya dikurangi dibawah pengawasan.
Rasional : Menurunkan kreativitas dan menngkatkan rasa tenang.
2. Izinkan orang-orang yang penting bagi pasien untuk tetap tinggal di dalam ruangan
selama prosedur dilakukan jika dimungkinkan.
Rasional : Dapat memberikan efek ketenangan jika melihat seseorang yang dikenal
oleh pasien dan memberikan penenangan.
3. Pindahkan barang-barang yang berpotensi membahayakan pasien dari
lingkungannya.
Rasional : Menurunkan kemungkin pasien mencelakai orang lain atau melakukan ide
bunuh diri.
4. Berikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan agresif secara verbal.
Rasional : Memberikan jalan yang baru dalam mengekspresikan perasaan akan
membentuk pasien belajar mengembangkan kemampuan memecahkan masalah yang
baik.
5. Bantu pasien mengidentifikasi apa yang dapat menyebabkan pasien menjadi
marah.
Rasional : Kesadaran akan reaksi merupakan tahap pertama dari belajar untuk
berubah
6. Berikan jalan keluar untuk mengekspresikan diri meliputi aktiivitas fisik.
Rasional : Dengan mengaktifkan fisik didalam menciptakan lingkungan yang aman
dapat menurunkan dorongan untuk melakukan tindakan agresif.
Tindakan Keperawatan
Tanggal Diagnosa Tindakan Keperawatan
17/4/02 1 Memantau tingkat, irama pernapasan dan suara napas serta
pola pernapasan.
Memberikan posisi dengan meninggikan kepala pasien
dengan mengganjal 2 bantal.
Melatih dan meganjurkan pasien untuk batuk dan napas
dalam.
Melakukan pemeriksaan auskultasi suara napas.
Melakukan kolaborasi untuk pemeriksaan sinar X dada dan
pemeriksaan GDA.
2
Memberikan diet nasi lembik TKTP 3 /hari.
Anjurkan untuk menghindari makanan yang dapat
mengiritasi saluran pencernaan seperti yang pedas dan asam.
Memberikan makanan ekstra untuk pasien 2 kali/hari.
Mengobservasi nafsu makan pasien terhadap diet yang
3 diberikan.
18/4/02 1 Memantau tingkat, irama pernapasan dan suara napas serta
pola pernapasan.
Memberikan posisi dengan meninggikan kepala pasien
dengan mengganjal 2 bantal.
Melatih dan meganjurkan pasien untuk batuk dan napas
dalam.
Melakukan pemeriksaan auskultasi suara napas.
Melakukan kolaborasi untuk pemeriksaan sinar X dada dan
2 pemeriksaan GDA.
Memberikan diet nasi lembek TKTP 3 /hari.
Anjurkan untuk menghindari/mengurangi makanan yang
dapat mengiritasi saluran pencernaan seperti yang pedas dan
asam.
3 Memberikan makanan ekstra untuk pasien 2 kali/hari.
Mengobservasi nafsu makan pasien terhadap diet yang
diberikan.
Melakukan pendekatan persuasif terhadap pasien.
Melakukan pengkajian tentang pemahaman situasi saat ini
dan metode koping sebelumnya.
Memberikan suasana kondusif dan mengikut sertakan
pasien dalam perawatan.
Memberikan informasi efek dari minum baygon terhadap
tubuh.
Mengajarkan tekhnik relaksasi
4 Menyediakan waktu untuk menjadi mendengarkan
keluhan-keluhan pasien
Mengikut sertakan keluarga dan teman terdekat pasien
dalam perawatan.
Menciptakan suasana tenang dan mengurangi stimulan
Membatasi jumlah pengunjung.
Memberikan kesempatan orang terdekat pasien untuk tetap
tinggal di ruangan /mendampingi pasien.
Memberikan kesempatan pasien untuk mengekspresikan
perasaannya.
Memberikan jalan keluar untuk mengekspresikan diri
meliputi aktivitas fisik, mendekatkan diri kepada Tuhan .
Mendiskusikan konsekuensi dari perilaku agresif
Menganjurkan untuk membina hubungan saling terbuka
dan percaya dengan keluarga.
- Membina hubungan saling percaya antara pasien dan
perawat.
19/5/02 Jam Pasien Pulang perawatan di ECU selesai
10.25
EVALUASI
TANGGAL DIAGNOSA EVALUASI
17/4/2002 1. Resiko pola napas : Pasien mengatakan bahwa telah minum baygon
tidak efektif sebanyak ¼ gelas, perut agak sakit,
berhubungan dengan tenggorokan terasa panas dan sakit.
efek langsung O:
toksisitas IFO, Temp 37,6 C
proses inflamasi. Perifer /akral hangat
2. Gangguan TD 90/60 mmHg
pemenuhan nutrisi : RR 20 x/menit
kurang berhubungan Infus terpasang Dex 5 %20 tts/menit
dengan iritasi A: masalah tidak terjadi
mukosa saluran P: rencana tindakan dilanjutkan.
pencernaan atas oleh
zat korosif
(baygon).
3. Koping keluarga
tidak efektif (tidak
mampu)
berhubungan dengan Pasien mengatakan bahwa dirinya tidak pernah
kerentanan pribadi diperhatikan oleh suaminya.
anggota keluarga, Pasien banyak diam dan jarang berkomunikasi
krisis situasi, sosial. dengan suaminya.
4. Resiko tinggi A: masalah tidak terjadi
terhadap tindak rencana tindakan dilanjutkan.
kekerasan pada diri
sendiri (berulang)
berhubungan dengan
perpanjangan
depresi/tingkah laku
ingin bunuh diri.
18/5/02 1. Resiko pola napas : Pasien mengatakan bahwa telah minum baygon
tidak efektif sebanyak ¼ gelas, perut agak sakit,
berhubungan dengan tenggorokan terasa panas dan sakit.
efek langsung O:
toksisitas IFO, Temp 37,6 C
proses inflamasi. Perifer /akral hangat
2. Gangguan TD 90/60 mmHg
pemenuhan nutrisi : RR 20 x/menit
kurang berhubungan Infus terpasang Dex 5 %20 tts/menit
dengan iritasi A: masalah tidak terjadi
mukosa saluran P: rencana tindakan dilanjutkan.
pencernaan atas oleh
zat korosif
(baygon).
3. Koping keluarga
tidak efektif (tidak
mampu)
berhubungan dengan Pasien mengatakan bahwa dirinya tidak pernah
kerentanan pribadi diperhatikan oleh suaminya.
anggota keluarga, Pasien banyak diam dan jarang berkomunikasi
krisis situasi, sosial. dengan suaminya.
4. Resiko tinggi A: masalah tidak terjadi
terhadap tindak rencana tindakan dilanjutkan.
kekerasan pada diri
sendiri (berulang)
berhubungan dengan ,
perpanjangan
depresi/tingkah laku
ingin bunuh diri.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keracunan juga merupakan kondisi atau keadaan fisik yang terjadi jika suatu
zat,dalam jumlah relatif sedikit, terkena zat tersebut pada permukaan tubuh,
termakan, terinjeksi, terisap atau terserap serta terakumulasi dalam organ tubuh,
tergantung sifatnya pada tulang, hati, darah atau organ lainnya sehingga akan
menghasilkan efek yang tidak diinginkan dalam jangka panjang yang selanjutnya
akan menyebabkan kerusakan struktur/gangguan fungsi tubuh.
Insektisida ini bekerja dengan menghambat dan menginaktivasikan enzim
asetilkolinesterase. Enzim ini secara normal menghancurkan asetilkolin yang
dilepaskan oleh susunan saraf pusat, gangglion autonom, ujung-ujung saraf
parasimpatis, dan ujung-ujung saraf motorik.
B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan dan ilmu
mengenai keracunan dan penanganannya, apalagi kita sebagai calon pendidik harus
mengetahui apa saja penyebab dan solusi dari keracunan ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/2011/03/askep-dengan-intoksikasi-
insektisida.html?m=1
https://www.academia.edu/29224505/Askep_intoksikasi
Abadi, Nur. 2008. Buku Panduan Pelatihan BC & TLS (Basic Cardiac & Trauma
Life Support). Jakarta : EMS 119
Blantan, Kamanti Indriyani. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan
Keracunan Insektisida. (Online : http://id.scribd.com/doc/94941402/ASKEP-
Intoksikasi-Baygon) Diakses tanggal 1 Desember 2016
https://www.scribd.com/doc/310135281/keracunan-baygon Diakses tanggal 1
Desember 2016