Anda di halaman 1dari 12

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN OPEN

REDUCTION EXTERNAL FIXATION (OREF)


EKSTREMITAS BAWAH DI RS ORTOPEDI
PROF.DR.R.SOEHARSO SURAKARTA

SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh:
Sri Yuliati
NIM ST181051

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2019

1
GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN OPEN REDUCTION
EXTERNAL FIXATION (OREF) EKSTREMITAS BAWAH DI RS
ORTOPEDI PROF.DR.R.SOEHARSO SURAKARTA

Sri Yuliati1), Setiyawan 2), Irna Kartina 3)


1)
Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Email: yulidarman96@gmail.com
2)
Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Email: info@stikeskusumahusada.ac.id
3)
Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

ABSTRAK

Kecelakaan lalu lintas sangat tinggi di Indonesia, kecelakaan dapat mengakibatkan


fraktur ekstremitas bawah sebanyak 67,9% (RISKESDAS, 2018). Penanganan fraktur salah
satunya adalah Open reduction external fixation (OREF). OREF ekstremitas bawah yang
ukuran besar dan implan terlihat diluar sering membuat pasien merasa malu, nyeri, tidak
leluasa beraktiftas, tingkat ketergantungan tinggi dalam pemenuhan kebutuhan dasar harian.
Masalah yang dialami pasien OREF ekstremitas bawah meliputi fisik, psikologi, hubungan
sosial maupun hubungan dengan lingkungan, kondisi tersebut bisa berpengaruh pada tingkat
kualitas hidup pasien. Kualitas hidup yang buruk dapat mengakibatkan tingkat isolasi sosial
yang tinggi dan distress emosional, yang berkaitan dengan rendahnya ketidakmampuan
fungsi fisik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kualitas hidup pasien OREF
ekstreimtas bawah di Rumah Sakit Ortopedi Prof.Dr.R Soeharso Surakarta.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan survey
menggunakan kuesioner yang sudah baku WHOQOL-BREF untuk mengukur kualitas hidup.
Teknik sampling yang digunakan yaitu total sampling dengan jumlah responden sebanyak 45
responden. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas hidup pasien OREF domain fisik
kategori buruk sebanyak 37,8%, kategori sedang 42,2% pada domain psikologis, kategori
buruk 42,2% pada domain sosial, dan 40,0% kategori sedang pada domain lingkungan. Dari
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar kualitas hidup pasien OREF berada
dalam kategori buruk dan sedang.
Kata kunci : Fraktur Ekstremitas Bawah, Kualitas Hidup, dan OREF.

2
BACHELOR’S DEGREE PROGRAM IN NURSING
KUSUMA HUSADA COLLEGE OF HEALTH SCIENCES OF SURAKARTA
2020

4)
Sri Yuliati1), Setiyawan 2), Irna Kartina 3), Isnaini Rahmawati
1)
Student of Bachelor’s Degree Program in Nursing, Kusuma Husada College of Health Science of
Surakarta
Email: yulidarman96@gmail.com
2) 3) 4)
Lecturers of Bachelor’s Degree Program in Nursing, Kusuma Husada College of Health Science
of Surakarta
Email: info@stikeskusumahusada.ac.id

Description of Quality of Life of Lower Extremity Open Reduction External Fixation


(OREF) Patients at Prof. Dr. R. Soeharso Orthopedic Hospital of Surakarta

ABSTRACT

The rate of traffic accidents is very high in Indonesia. They caused lower extremity
fractures up to 67.9% (RISKESDAS, 2018). The fractures can be handled with OREF. Its
installation whose form is unique, whose size is big, and whose implant is visible outside
makes patients feel ashamed, painful, not free to do activities, and highly dependable on
others for fulfillment of their daily basic needs. The problems encountered by the patients
include physical, psychological, social relation, and environmental relation problems which
lead to bad quality of life that can cause high social isolation and emotional distress, thereby
inducing low physical functions. The objective of this research is to investigate description of
quality of life of lower extremity OREF patients.
This research used the quantitative survey research method. Total sampling was used
to determine its samples. They consisted of 45 respondents. Their quality of life was
measured with WHOQOL-BREF questionnaire. The data of the research were analyzed by
using the univariate analysis.
The result of the research shows that 37.8% of the respondents had a bad quality of
life in the physical domain, 42.2% had a moderate quality of life in the psychological domain,
42.2% had a bad quality of life in the social domain, and 40.0% had a moderate quality of
life in the environmental domain. Thus, in majority the quality of life of the lower extremity
OREF patients was bad and moderate.
Keywords: Lower extremity fracture, quality of life, OREF.
References: 59 (1996 – 2019)

3
I. PENDAHULUAN dari besi yang dilengkapi dengan pin/kawat dan
dimasukkan ke dalam jaringan lunak dan
Menurut data Kepolisian di Indonesia,
menembus ke dalam tulang dan dihubungkan
rata-rata 3 orang meninggal setiap jam akibat
dengan rigid external frame (Aryani, Nurhaeni,
kecelakaan lalu lintas. Data tersebut juga
& Dinarti, 2014)
menyatakan bahwa besarnya jumlah kecelakaan
tersebut disebabkan oleh beberapa hal, 61% Pemasangan external fixation akan berdampak
kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia pada empat aspek kepada pasien, yaitu aspek
yaitu yang terkait dengan kemampuan serta fungsional, fisik, psikologi, dan sosial
(Patterson, 2015). Aspek fungsional yang akan
karakter pengemudi (Depkes, 2017).
terjadi pada pasien dengan external fixation
Kecelakaan lalu lintas juga banyak akan mengalami perubahan dalam melakukan
mengakibatkan cedera, menurut Riset aktivitas sehari-hari. Pasien akan kehilangan
kemandirianya sehingga membutuhkan bantuan
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018,
orang lain dalam melakukan perawatan
populasi penduduk yang pernah mengalami sederhana sampai perawatan diri (Patterson,
cedera dalam 1 tahun terakhir dan 2015). Keluhan fisik paling umum dirasakan
pasien adalah nyeri atau infeksi pada area
mengakibatkan kegiatan sehari-hari terganggu,
insersi pin. Infeksi terjadi karena adanya port
untuk proporsi bagian tubuh yang terkena de entry mikroorganisme dari lingkungan luar
cedera yang menunjukkan angka paling banyak melalui celah-celah insersi, dan nyeri terjadi
yaitu 67,9 % adalah anggota gerak bawah karena respon dari terputusnya jaringan yang
akan merangsang resptor nyeri (Wayan, 2017).
(RISKESDAS, 2018). Aspek sosial yang dialami, pasien akan
dipandang rendah, tidak disukai, dan reaksi
Penanganan fraktur pada ekstremitas negatif dari masyarakat pada umumnya (Limb,
bisa dilakukan dengan tindakan konservatif 2014). Dampak psikologis yang terjadi seperti
maupun dengan tindakan operatif, jika tidak depresi karena belum bisa menerima kondisi,
cemas terhadap keberhasilan tindakan, dan
diberikan penatalaksanaan yang semestinya
gangguan body image dimana pasien akan
maka akan berdampak pada permasalahan selalu menutupi external fixation (Aryani,
tungkai dan bahkan dapat mengancam Nurhaeni, & Dinarti, 2015). Pemasangan OREF
juga berdampak pada aspek lingkungan pasien
kehidupan pasien (Sellei et al, 2015). Adapun
karena membutuhkan biaya perawatan yang
tindakan operatif dalam penanganan fraktur ada tinggi,kurang leluasa berekreasi ataupun
dua macam disesuaikan dengan tingkat berkendara (Aryani, Nurhaeni, & Dinarti,
2015). Menurut pengamatan peneliti selama
keparahannya yaitu Open Reduction Internal
bekerja di pelyanan pemasangan OREF
Fixation (ORIF) diindikasikan untuk fraktur ekstremitas bawah yang bentuknya unik,ukuran
tertutup dan Open Reduction External fixation besar dan implan terlihat diluar sering membuat
(OREF) untuk fraktur yang lebih parah ( pasien merasa malu, nyeri, tidak leluasa
beraktiftas, tingkat ketergantungan tinggi dalam
Solomin, 2018). External fixation adalah salah
pemenuhan kebutuhan dasar harian dan bahkan
satu metode mengatasi fraktur dengan karena kondisi tersebut pasien sering
memasukkan pin ke dalam jaringan kulit, kehilangan pekerjaan.

jaringan lunak dan tulang, alat tersebut terbuat

1
Berdasarkan data yang peneliti peroleh pertanyaan, dimensi hubungan sosial 3
dari rekam medik RS Ortopedi Prof. Dr. R. pertanyaan dan dimensi hubungan dengan
Soeharso Surakarta tahun 2018 diperoleh data lingkungan 8 pertanyaan. Dalam Arifah (2015)
sebesar 787 kasus pada ekstremitas bawah yang disebutkan instrumen WHOQOL-BREF adalah
terbagi dalam kategori fraktur tertutup alat ukur yang valid (r=0.89-0.95) dan reliabel
sebanyak 588 atau sebesar 74,7 % dan fraktur (R=0.66-0.87).
terbuka sebanyak 199 atau sebesar 25,3 %. Dan Analisis univariate pada penelitian ini
dari sebanyak 199 fraktur terbuka yang meliputi karakteristik responden yaitu usia,
dilakukan tindakan pemasangan external jenis kelamin, status pernikahan, status
fixation sebanyak 156 kasus atau sebesar 78,4 pekerjaan, tingkat pendidikan, lama
%. Adapun dari kasus ekstremitas bawah masih pemasangan OREF dan kualitas hidup disajikan
terbagi juga pada 2 daerah yaitu fraktur terbuka dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan
daerah femur atau tungkai atas sebanyak 55 persentase (Notoatmodjo, 2012).
kasus atau sebesar 27,6 % dan fraktur daerah
cruris atau tungkai bawah sebanyak 144 kasus III. HASIL DAN PEMBAHASAN
atau sebesar 72,4 % . Fraktur daerah cruris atau 1. Karakteristik responden
tungkai bawah sering mengakibatkan fraktur Table 1. Karakteristik responden
terbuka dikarenakan daerah tersebut periosteum Karakteristik Responden N %
yang melapisi tulang tibia agak tipis terutama Usia :
27 60
1. 18 – 40 Tahun
daerah depan yang hanya dilapisi kulit sehingga 18 40
2. 41 – 60 Tahun
45 100
tulang mudah patah dan biasanya fragmen Total
Jenis Kelamin :
frakturnya bergeser karena berada langsung 1. Perempuan 15 33,3
dibawah kulit (Wayan, 2017). 2. Laki-laki 30 66,7
Total 45 100
II. METODOLOGI Status Pernikahan :
1. Menikah 19 42,2
Jenis penelitian ini merupakan 2. Belum Menikah 23 51,1
3. Duda 2 4,4
penelitian deskriptif kuantitatif, pada 45 pasien 4. Janda 1 2,2
OREF ektremitas bawah, tehnik sampling Total 45 100
Pendidikan Terakhir :
menggunakan total sampling. Penelitian ini 1. SD 8 17,8
dilakukan di Poliklinik dan Rawat Inap Rumah 2. SMP 11 24,4
3. SMA 14 31,1
Sakit Ortopedi Prof DR. R. Soeharso. 4. Perguruan Tinggi/Akademi 12 26,7
Instrumen penelitian yang digunakan Total 45 100

yaitu kuesioner kualitas hidup pada peneltiam Pekerjaan :


ini dengan menggunakan WHOQOL-BREF. 1. Belum/Tidak Bekerja 14 31,1
2. Buruh/Petani 6 13,3
Kuesioner terdiri dari 26 pertanyaan, terdiri 3. Wirausaha/Swasta/Dagang 20 44,4
dari 4 dimensi kualitas hidup yaitu 7 4. PNS 5 11,1
Total 45 100
pertanyaan dimensi fisik, dimensi psikologis 6

5
Lama Pemasangan OREF ini belum menikah sebanyak 23 responden
32 71,1
1. < 6 Bulan
13 28,9 (51,1%). Hal ini sama dengan penelitian yang
2. > 6 Bulan
45 100
Total dilakukan oleh Sulistyaningsih (2016) yang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa karakristik status
sebagaian besar responden pada penelitian ini pernikahan didapatkan responden belum
adalah usia 18 – 40 tahun sebanyak 27 menikah lebih banyak yaitu 21 responden
responden (60%). Noorisa (2017) kasus yang (52,5%). (Aryani, Nurhaeni, & Dinarti, 2015)
terjadi paling umum pada fraktur yaitu terjadi pasien yang bercerai atau yang tidak memiliki
pada usia dewasa awal (produktif), dikarenakan pasangan hidup cenderung memiliki nilai
pada usia tersebut sebagian memiliki mobilitas kesehatan fisik dan psikologis rendah serta
yang cukup tinggi untuk beraktivitas diluar rentan terhadap depresi dibandingakan pasien
ruangan. Dalam sudut pandang peneliti, ini yang menikah, dikarenakan belum adanya
karena sebagian besar pasien yang diteliti dukungan dari pasangan dan anak. Dalam sudut
berada di usia muda yang secara budaya pandang peneliti pasien yang belum menikah
memiliki lebih banyak akses untuk keluar dari terutama remaja dan dewasa muda
rumah dan lebih terlibat dalam aktivitas dengan memperlihatkan aktifitas yang berlebih,kurang
tingkat mobilitas yang sangat tinggi. kontrol diri dan kurang kehati-hatian serta
Berdasarkan jenis kelamin pada belum ada atau tidak adanya tanggung jawab
penelitian ini yaitu sebagian besar responden moral
pada penelitian ini adalah berjenis kelamin laki- Pendidikan terakhir pada penelitian ini
laki sebanyak 30 responden (66,7%). Hal ini yaitu sebagian besar responden pada penelitian
sama dengan penelitian yang dilakukan oleh ini adalah berpendidikan SLTA sebanyak 14
Prasetyo (2014) tetang Integrasi konsep diri responden (31,1%). Hal ini sesuai dengan
stuart sebagai dimensi efektor dalam model Wong, Chan dan Chair (2017) yang
adaptasi roy pada pasien dengan pemasangan menemukan bahwa 96% pasien dengan
fiksasi eksternal di mana responden jenis pemasangan fiksasi eksternal memiliki tingkat
kelamin laki-laki lebih dominan. Sjamsuhidajat pendidikan dasar dan menengah. Hamdani
dan Jong (2010) menyebutkan bahwa laki-laki (2015) bahwa hasil penelitiannya menunjukkan
lebih sering mengalami fraktur dan kejadian Tingkat pendidikan SLTA merupakan masa
fraktur tersebut berkaitan dengan kegiatan dimana seseorang masih belum memiliki
olahraga, pekerjaan dan kecelakaan. Dalam kontrol diri yang afektif dan merupakan fase
sudut pandang peneliti ini karean laki-laki pencarian jati diri, sehingga seseorang akan
memiliki tingkat aktivitas yang tinggi, melakukan hal-hal yang beresiko tinggi.
pekerjaan yang berat, dan tingkat mobilitas Jenis pekerjaan pada penelitian ini
yang cukup tinggi. yaitu sebagian besar responden pada penelitian
Status pernikahan pada penelitian ini ini adalah bekerja sebagai wirausaha sebanyak
yaitu sebagian besar responden pada penelitian 20 responden (44,4%). Hal ini berbeda dengan

6
hasil penelitian yang dilakukan oleh penelitian ini adalah keterbatasan lingkup gerak
Pujiningrum dan Niniek (2017) di mana sendi, penurunan kekuatan otot, penurunan
responden tidak bekerja lebih dominan kemampuan fungsionalnya (functional
dibandingan responden yang bekerja yaitu limitation), serta nyeri di area bekas operasi dan
sebanyak 28 responden (70%). Lukman & infeksi. Keluhan fisik didefiniskan responden
Ningsih (2015) menyebutkan bahwa kejadian seperti terganggunya aktivitas fisik sehar-hari,
fraktur lebih seing terjadi karena berhubungan ketergantungan pada terapi obat dan bantuan
dengan pekerjaan. Dalam sudut pandang medis, kelelahan, nyeri dan ketidaknyamanan,
peneliti bahwa kejadian fraktur lebih sering gangguan tidur dan istirahat.
terjadi pada responden yang bekerja sebagai
Penelitian Patterson (2016)
wirausaha disebabkan pekerjaan wirausaha
menyebutkan bahwa keluhan fisik seperti pegal
membutuhkan tingkat mobilitas yang tinggi.
(stiffness) atau nyeri yang dialami responden
Lama pemasangan OREF pada merupakan salah satu komplikasi yang
penelitian ini yaitu sebagian besar responden mungkin timbul pada klien yang terpasang
pada penelitian ini adalah pemasangan < 6 OREF, selain kontraktur otot, injuri vaskuler
bulan sebanyak 31 responden (71,1%), hal ini dan dystrophy. Terkait dengan infeksi di tempat
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan penusukan pin merupakan dampak yang fisik
(Aryani, Nurhaeni, & Dinarti, 2015) yang yang paling dominan ditemukan pada
mengatakan bahwa responden dengan penelitian-penelitian yang melibatkan klien
pemasangan OREF dominan pada kategori dengan pemasangan external fication.
responden dengan pemasangan < 6 bulan. penelitian yang dilakukan Sim dan Saleh
(2016) dengan pemasangan OREF hasil
2. Karakteristik kualitas hidup domain fisik
penelitian tersebut menunjukkan bahwa 72%
Table 2. Karakteristik kualitas hidup domain
klien mendapatkan infeksi grade II, maka dapat
fisik
disimpulkan bahwa perawatan luka dengan
Presentase
Kategori Frekuensi memperhatikan teknik aseptic sangat
(%)
Sangat Buruk 6 13,3 mempengaruhi keberhasilan kesebmbuhan
Buruk 17 37,8
Sedang
luka.
13 28,9
Baik 8 17,8
3. Karakteristik kualitas hidup domain
Sangat Baik 1 2,2
Total 45 100 psikologis
Table 3. Karakteristik kualitas hidup domain
Hasil penelitian ini menunjukkan psikologis
sebagaian besar pada kategori buruk sebanyak Presentase
Kategori Frekuensi
17 responden (37,8%). Ketidaknyamanan fisik (%)
Sangat Buruk 3 6,7
yang dirasakan responden yang mengalami Buruk 16 35,6
fraktur dengan pemasangan OREF pada Sedang 19 42,2

7
Baik 6 13,3 Table 4. Karakteristik kualitas hidup domain
Sangat Baik 1 2,2 sosial
Total 45 100
Presentase
Kategori Frekuensi
(%)
Hasil penelitian ini menunjukkan Sangat Buruk 2 4,4
bahwa sebagaian besar pada kategori sedang Buruk 19 42,2
Sedang 15 33,3
sebanyak 19 responden (42,2%). Dimensi
Baik 8 17,8
psikologis dari kualitas hidup terdiri dari Sangat Baik 1 2,2
perasaan negatif, perasaan positif, spiritual, Total 45 100
cara berfikir, belajar dan konsentrasi. Respon
Hasil penelitian ini menunjukkan
psikologis yang dirasakan partisipan yang
bahwa sebagaian besar pada kategori buruk
mengalami fraktur dengan pemasangan OREF
sebanyak 19 responden (42,2%). Menurut
pada penelitian ini adalah timbulnya rasa stress
Prasetyo (2014) perubahan yang dapat
dan berduka. Rasa stress responden
mempengaruhi kualitas hidup pada pasien
diekspresikan dengan timbulnya rasa khawatir,
paska OREF yaitu permasalahan pada interaksi
bingung, sedih, dan trauma (Aryani, Nurhaeni,
sosial dengan masyarakat sekitar serta
& Dinarti, 2015) Didapatkannya kualitas hidup
ketidakmampuan untuk menjalani rekreasi,
yang sedang pada domain ini menunjukkan
tidak mampu bekerja dengan baik, berolahraga,
sebagian besar psikologis pasien terganggu dan
dan belajar dengan baik. Hal tersebut
cenderung memiliki perasaan negatif.
diakibatkan karena kecemasan serta stress akan
Walker (2018) dalam penelitian perubahan pada tubuhnya.
deskriptif analitiknya mengungkapkan bahwa
Respon sosial dalam penelitian ini
klien dengan pemasanagan OREF akan
responden merasa malu dengan lingkungan
mengalami stres, walupun terdapat pula klien
mereka bekerja, bersekolah, dan berkehidupan
yang mempunyai koping yang baik terhadap
bermasyarakat,dan kegiatan social masyarakat
pemasangan OREF. Patterson (2016)
karena dengan adanya OREF yang membuat
kecemasan merupakan salah satu respon
responden tidak dapat melakukan aktivitas
psikologis yang paling umum terjadi pada klien
sosial seperti layaknya orang tanpa pemasanagn
yang terpasang OREF. Menurut (Aryani,
OREF. Hal ini sama dengan penelitian yang
Nurhaeni & Dinarti, 2015) kualitas hidup
dilakukan oleh (Aryani, Nurhaeni & Dinarti,
mencakup reaksi emosional seseorang dalam
2015) yang menunjukkan hasil bahwa
setiap kejadian yang ada di kehidupan individu,
responden penelitiannya mengalami penurunan
disposisi, rasa kepuasan atas terpenuhinya
dalam melakukan aktivitas bersosial dengan
hidup yang diinginkan, dan kepuasan dengan
masyarakat. Dukungan sosial adalah pertukaran
pekerjaan dan hubungan pribadi.
antara individu di mana satu orang memberikan
4. Karakteristik kualitas hidup domain sosial bantuan kepada orang yang lain (Taylor,

8
Peplau, & Sears, 2015). Landy and Conte tinggal di lingkunganya, kenal dengan anggota
(2017) menambahkan dimana dukungan sosial komunitas lainya, maka hal tersebut akan
adalah kenyamanan, bantuan atau informasi meningkatkan kepuasan responden terhadap
yang diterima oleh seseorang melalui kontak kondisi tempat tinggalnya (Sekarwiri, 2016).
formal maupun informal dengan individu atau Responden yang mengalami fraktur dengan
kelompok. pemasangan OREF menyatakan bahwa mereka
harus megeluarkan dana yang besar, baik untuk
5. Karakteristik kualitas hidup domain
biaya perawatan ataupun biaya transportasi ke
lingkungan
pelayanan kesehatan ketika melakukan kontrol
Table 5. Karakteristik kualitas hidup domain
ulang (Aryani, Nurhaeni & Dinarti 2015).
lingkungan
Presentase IV. SIMPULAN
Kategori Frekuensi
(%)
1. Hasil penelitian gambaran kualitas hidup
Sangat Buruk 2 4,4
Buruk 11 24,4 pada pasien OREF ekstremitas bawah di
Sedang 18 40,0 Rumah Sakit Prof. DR. R Soeharso
Baik 12 26,7 Surakarta berdasarkan karakteristik respon
Sangat Baik 2 4,4
Total 45 100 menunjukkan bahwa, sebagian besar adalah
usia 18 – 40 tahun sebanyak 27 responden
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (60%). Distribusi responden berjenis
sebagaian besar pada kategori sedang sebanyak kelamin laki-laki yaitu sebanyak 30
18 responden (40,0%). Menurut WHOQOL responden (66,7%). Distribusi responden
BREF, domain hubungan dengan lingkungan belum menikah sebanyak 23 responden
meliputi sumber keuangan; kebebasan, (51,1%). Responden pendidikan SLTA
keselamatan fisik dan keamanan; kesehatan dan sebanyak 14 responden (31,1%). Responden
kepedulian sosial (aksesibilitas dan kualitas); bekerja sebagai wirausaha/swasta/dagagng
lingkungan rumah; peluang untuk memperoleh sebanyak 20 responden (44,4%), dan
informasi dan keterampilan baru; partisipasi Responden pemasangan OREF < 6 Bulan
dan kesempatan dalam olahraga maupun sebanyak 32 responden (71,1%).
rekreasi; lingkungan fisik (polusi/suara/lalu 2. Hasil penelitian gambaran kualitas hidup
lintas/iklim) dan transportasi. pada pasien OREF ekstremitas bawah di
Rumah Sakit Prof. DR. R Soeharso
Semakin tinggi persepsi responden
Surakarta menunjukkan bahwa; kualitas
terhadap lingkungan dan shared emotional
hidup responden berdasarkan domain fisik
conection yang dirasakan pada lingkungannya
sebagian besar mengalami kualitas hidup
maka akan semakin tinggi pula persepsinya
buruk sebanyak 37,8. Domain psikologi
terhadap lingkunganya. Subjek yang memiliki
sebagaian besar mengalami kualitas hidup
keakraban dengan sesamanya di lingkunganya,
sedang sebesar 42,2%. Berdasarkan domain
akan merasa nyaman, penting dan berharap

9
sosial sebagaian besar mengalami kualitas 4. Peneliti
hidup buruk sejumlah 42,2% dan Peneliti akan lebih memahami tentang
berdasarkan domain lingkungan sebagian gambaran kualitas hidup pasien OREF dan
besar mengalami kualitas hidup sedang bisa menemukan strategi dan inovasi untuk
sebesar 40,0 % meningkatkan asuhan keperawatan secara
V. SARAN komprehensif dalam upaya membantu
1. Responden meningkatkan kualitas hidup pasien OREF
Dengan mengetahui gambaran kualitas ekstremitas bawah.
hidup sedang dan buruk, responden 5. Peneliti selanjutnya
diharapkan mampu menggali potensi yang Bagi peneliti selanjutnya hasil penelitian ini
dimiliki dibantu oleh petugas sehingga bisa diharapkan dapat sebagai acuan untuk
melakukan kehidupan yang lebih baik mengembangkan penelitian lanjutan
secara komprehensif yang meliputi domain mengenai kualitas hidup pada pasien Open
fisik, psikologis, sosial dan lingkungan Reduction External Fixation (OREF)
sehingga bisa meningkatkan kualitas ekstremitas bawah misalnya untuk
hidupnya. mengetahui hubungan variabel kualitas
2. Institusi pelayanan Rumah Sakit hidup pada pasien Open Reduction External
Petugas kesehatan dapat memberikan Fixation dengan variabel lain dan
edukasi dan intervensi yang komprehensif menganalisa faktor-faktor yang
tetang tindakan external fixation, sehingga mempengaruhi kualitas hidup pada pasien
pasien yang terpasang external fixation Open Reduction External Fixation
dapat menerima secara fisik, psikologis, ekstremitas bawah.
sosial, dan lingkungan. Dengan mengetahui
gambaran kualitas hdup pasien OREF VI. DAFTAR PUSTAKA
ektremitas bawah, dan sebagai dasar dalam Astuti. (2016). Perkembangan Fisik dan
Kognitif Masa Dewasa Awal. Fakultas
pemberian pelayanan, sehingga bisa
Psikologis UIN Ar-Ramiry Banda Aceh.
memperbaiki kualitas hidup pasien.
Austin T.Fragoemn & S.Robert Rozbruch.
3. Institusi Pendidikan (2015). The Mechanics of External
Hasil penelitian ini menunjukkan gambaran Fixation. New York USA. Hospital for
Special Surgery, Weill Medical College
kualitas hidup pada pasien OREF of Cornel University.
ekstremitas bawah dengan hasil buruk dan
Aryani Ratna, Nurhaeni & Dinarti (2015). Body
sedang. Institusi pendidikan bisa menyusun Image Klien Akibat Pemasangan Fiksasi
modul pembelajaran medikal bedah khusus Eksternal Ekstremitas Bawah . Jakarta :
Jurusan Keperawatan Politeknik
tentang permasalahan OREF, sehingga bisa Kementrian Kesehatan RI Jakarta.
menyiapkan anak didik dalam pemberian Available from
https://www.researchgate.net.publication
pelayanan dan bisa berperan membantu pada tanggal 14 April 2019.
pasien untuk meningkatkan kualitas hidup.

10
Aviana Gita Lara & Atik Choirul Hidajah. Hamdani. (2016). Hubungan Gambaran Diri
(2016). Hubungan Pendidikan, Dengan Perawatan Diri pad Pasien
Kebiasaan Olahraga, dan Pola Makan Pasca Operasi Fraktur Ekstremitas
dengan Kualitas Hidup Lansia di Bawah dengan Open Reduction Interna
Puskesmas Wonokromo Surabaya. Fixation di Bangsal Melati RSUD
Surabaya. Departemen Epidemiologi Panembahan Senopati Bantul.
Fakultas Kesehatan Universitas
Airlangga. Kaiser Ahmed. (2016). Review of Medical
Microbiology and Immunology 10th ed.
Buckley, R. (2014). Aspek Biomolekuler dalam Mc Graw
Proses Penyembuhan Luka. Jakarta.
EGC Kelana Kusuma Dharma. (2018).
Pemberdayaan Keluarga,
Brunner & Suddarth. (2013). Buku Ajar Mengoptimalkan Kualitas Hidup Paisen.
Keperawatan Medikal-bedah Edisi 8. Yogyakarta. Deepublish
Jakarta. EGC.
Landy & Conte. (2017). People in culture
Charles. M, Heckman, James D, McQueen, Social. The Jurnal of Psychology
Margaret, Ricci, William M & Tornetta
III, Paul (2015) Rockwood and Green’s Limb M. (2014). Psychosocial Issue Relating to
Fractures in Adults Vol 1 Eighth Edition. External Fixation of Fracture. School of
Philadelphia : Wolters Kluwer. Nursing and Midwifery, University of
Sheffield
David H & Bambang P. (2012). Unilateral
External Fixtation Frame And Modified Lippinscott, Williaams , Wikins (2015).
Bilateral External Fixtation Frame Smektzer SC. Brunner & Suddarth’s
Using Model Of Tibia Fraktur Of A Java Medical Surgical Nursing Tweltf Edition.
Goast. Malang : Medical Faculty Of Philadelphia.
Airlangga University.
Lukman & Ningsih. (2015). Analisis Factor-
Departemen Kesehatan RI (2017). Tiga Orang Faktor Yang Berhubungan Dengan
Meninggal Setiap Jam di Jalan. Status Fungsional Paska Open
Available from: www.depkes.go.id pada Reduction Internal Fixation (ORIF)
tanggal 14 Maret 2019 Ektsremitas Bawah. Jurnal Keperawatan
Medikal Bedah.
Egol, K.; Koval, J.K. and Zuckerman, D.J.
(2017): Handbook of fractures, 4th ed., Mohamed Asmaa Khorais, Mona Nadr
Lippincott Williams& Wilkins, USA, Ebraheim, Asmaa Hafez Afefe Barakat.
New York, (2018). Self Care Program : Quality of
Life and Statisfacation among Patients
Ford & Roberts. (2015). Bone Loss and with External Skletal Fixation. Egypt.
Deficient Fracture Callus Formation in Lecturer of Medical Surgical Nursing
Rats with Complete. University and Department Faculty of Nursing/Ain
Hospital School. Brazil Shams University

Glance At a. (2007). Surgery at a Glance. Edisi Notoatmodjo (2012). Metodologi Penelitian


3. Jakarta. Erlanga Medical Series Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Grace & Borley (2007). At a Glance Ilmu Noorisa, Riswanda. (2017). The Characteristic
Bedah.. Jakarta : Erlangga of Patients with Femoral Fracture in
Department of Orthopedic and
Hadeed Andrew, Ryan L, Matthew Varacallo. Traumalogy. Universitas Airlangga.
(2019). External Fixation Priciples and Surabaya
Overview. Department of Orthopaedic
Surgery, University of Kentucky Scgool Patterson Mikki. (2015). Impact of External
of Medicine Fixation on Adolescent: an Integrative
Reaearch Review. University of

11
Massachusetts Graduate School of Solomon L, Warwick D & Nayagam S (2010).
Nursing, Deapartment of Orthopedics, Apley’s System of Orthopaedics and
UMass Memorial Medical Center Fractures 9th Edition. Malaysian
Orthopaedic
Pujiningrum Dwi Lintang dan Niniek
Ritianingsih. (2017). Gambaran Kualitas Taylor SE, Peplau, & Sears. (2015). Social
Hidup Pasien Pasca Open Reduction Psychology. Ed 10th. New York.
Internal Fixation (ORIF) di RSUD Kota
Bogor. Prodi Keperawatan Bogor Velnar T, Bailey, V Smrkolj, (2016), The
Poltekkes Kemenkes Bandung Wound Healing Process : an Overview
of Cellular and Molecular Mechanism,
Prasetyo Budi. (2014). Kesiapan Peningkatan The J of International Medical Research,
Koping Pasien Fraktur dengan p.1528-42.
Perubahan Harga Diri dan Performa
Peran di RSO Prof.Dr.R Soeharso Walker,J.A. (2018). Evidance for Skeletal Pin
Surakarta. Majapahit Hospital. Site Care. Nursing Standart

Riset Kesehatan Dasar (2018). Pokok-Pokok Wayan, Desak. (2017). Pin Site Care Using
Hasil RISKESDAS 2018. Available on : Chlorhexidin. Case Studi Report Jurnal
www.depkes.go.id pada tanggal 14 Jumantik Vol 2 no 1. Available from :
Maret 2019 https://ojs.unud.ac.id.article.view pada
tanggal 14 Maret 2019.
Sekarwiri Putri. (2016). Pengaruh Terapi
Kelompok terhadap Kemampuan Remaja Werner S, G. R. (2015). Regulation of wound
dalam Beradaptasi dengan Lingkungan. healing by growth factor and cytokines.
Universitas Muhammadiyah Malang. Physiol Rev 83, 835-870.

Sim & Saleh. (2016). External Fixation – The Wildestein. (2015). Genral Princiles Fracture
Incidence of Pin Site Infections : a in Adult.Canada University.
Prspective Audit. Orthopaedic Nursing
Wong, M.E.; Chan, W. and Chair, S. (2017):
Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong. (2010). Buku Effectiveness of an educational
Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: EGC. intervention on levels of pain, anxiety,
and self-efficacy for patients with
Sulistyaningsih (2016). Gambaran Kualitas musculoskeletal trauma, Journal of
Hidup pada Pasien Pasca Open Advanced Nursing.
Reduction Internal Fixation (ORIF)
Ekstremitas Bawah di Poli RS Ortopedi World Health Organization Quality of Life.
Prof DR R Soeharso Surakarta. (1996). Whoqol-Bref Introduction,
(Skripsi). Semarang :Universitas Administration, Scoring And Generic
Diponegoro. Version Of The Assessment.
http://www.who.int/mental_health/media
Sellei RM, Kobbe, Dadgar A, Pfeifer R, /en/76.pdf
Behrens M (2015). External Fixation
Desaign Evolution Enhances
Biomechanical Frame Performance.
Germany. Departement of Orthopaedic
Uiniversity Medical Centre.

Slutsky. (2009). Fractures and Injuries to The


Distal Radius and Carpus The Cutting
Edge. Philadephia : Saunders Elsevier

12

Anda mungkin juga menyukai