Anda di halaman 1dari 8

PENERAPAN IMAJINASI TERBIMBING: GUIDE IMAGERY TERHADAP

PENURUNAN NYERI PADA PASIEN POST OPERASI ORIF (OPEN REDUCTION


INTERNA FIXATION) FRAKTUR DI RUANG EDELWEIS RSUD BAYU ASIH
PURWAKARTA 2023
1)NesshaSeftiyani Rahayu,
2)Meilati, 3)Emy Salmiyah, 4)Ratna Wulan Hardian
1)Mahasiswa DIII Keperawatan STIKes Budi Luhur Cimahi
2),3),4) Dosen STIKes Budi Luhur Cimahi

Abstrak
Latar Belakang: Nyeri adalah perasaan sensorik, emosional yang tidak sedap dipandang, terkait
dengan kerusakan jaringan nyata atau kapasitas, nyeri dapat diatasi dengan farmakologis dan
non-farmakologis salah satunya yaitu imajinasi terbimbing: guide imagery adalah terapi dengan
melibatkan semua panca indra. Tujuan: Penerapan imajinasi terbimbing dapat membantu pasien
fraktur pasca operasi mengalami lebih sedikit rasa sakit, mengurangi kecemasan dan
memberikan rasa nyaman. Metode: Dalam penulisan laporan tugas akhir ini adalah studi kasus.
Adapun alat ukur yang digunakan penulis adalah pengkajian, wawancara, observasi, untuk
mengukur skala nyeri NRS (Numeric Rate Scale) dan Standar Operasional Prosedur (SOP).
Berdasarkan hasil: Selama Studi Kasus di ruang edelweiss RSUD Bayu Asih Purwakarta
selama 3 hari pada pasien post operasi ORIF (Open Reduction Interna Fixation) fraktur yang
memiliki nyeri akut adanya perbedaan skala nyeri sebelum dilakukan dan sesudah dilakukan
teknik imajinasi terbimbing: guide imagery. Simpulan dan saran: Nyeri berkurang dari skala nyeri
6 dari (0-10) menjadi 1 dari (0-10). Sehingga imajinasi terbimbing: guide imagery yang dilakukan
dapat diterapkan oleh tenaga Kesehatan sebagai terapi nonfarmakologi untuk menurunkan skala
nyeri.

Kata Kunci : Patah tulang, ORIF (Open Reduction Interna Fixation), Nyeri, Guide Imagery

THE APPLICATION OF GUIDED IMAGINATION: GUIDE IMAGERY TO REDUCE


PAIN IN PATIENTS MR. I POST OPERATION ORIF (OPEN REDUCTION INTERNA
FIXATION) IN THE EDELWEISS ROOM OF BAYU ASIH HOSPITAL PURWAKARTA
2023

Abstract
Background: Pain is an unsightly sensory, emotional feeling, associated with real tissue damage
or capacity, pain can be treated by pharmacological and non-pharmacological one of which is
guide imagination: guide imagery. Guide Imagery is a therapy involving all five senses. Purpose:
The application of guided imagination can help postoperative fracture patients for having less
pain, reduce anxiety and provide a sense of comfort. Method: In writing this research paper is a
case study. The measuring instrument used by the author are assessment, interview, observation,
to meansure the NRS (Numeric Rate Scale) pain scale and Standard Operating Procedures
(SOP). Based on the results: During of this case study in the edelweiss room of Bayu Asih
Purwakarta Hospital for 3 days in postoperative patients ORIF (Open Reductions Interna Fixation)
fractures who had acute pain there was a difference in pain scale before and after guided
imagination technique. Conclusions and suggestions: Pain reduced from a pain scale of 6 from
(0-10) to 1 from (1-10). So that the guide imagery can be applied by health workers as
nonpharmacological theraphy to reduce pain scales.

Keywords : Fracture, ORIF (Open Reduction Interna Fixation), Pain, Guide Imagery

Korespondensi:
Nessha Seftiyani Rahayu
DIII Keperawatan STIKes Budi Luhur Cimahi
Jl. Kerkof No. 243, Leuwigajah, Kec. Cimahi Sel., Kota Cimahi, Jawa Barat 40532
Mobile: 082120017438
Email: nesshaseftr@gmail.com

1 JKBL, Volume 0 Nomor 0 Bulan Tahun


Pendahuluan

Kesehatan didefinisikan sebagai kondisi kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang
lengkap dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau infeksi. Sesuai dengan pedoman yang
berlaku kesehatatan dibagi menjadi tiga domain termasuk kesejahteraan fisik, mental dan sosial.
Salah satu kondisi atau factor yang sering di temukan yaitu tingginya tingkat aktifitas manusia. [1]

Tingkat aktivitas dan pergerakan manusia memengaruhi seberapa baik orang


melakukannya secara fisik, mental, dan sosial. Di Indonesia, negara yang sedang berkembang
dengan tingkat mobilitas dan aspirasi yang tinggi, manajemen waktu menjadi tantangan yang tak
terhindarkan karena waktu yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kewajiban dan kebutuhan
yang harus dipenuhi, sehingga menimbulkan kesibukan dan kecerobohan dalam bertindak. Ini
sering mengakibatkan kecelakaan kerja atau kecelakaan mobil yang menyebabkan tabrakan atau
kecelakaan hingga terjadi cedera. [2]

Cedera adalah hasil dari pihak ketiga yang merugikan tubuh atau pikiran seseorang.
Cedera juga merupakan salah satu penyebab utama penyakit dan kematian di seluruh dunia.
Tingkat cedera meningkat dari 7,5% pada tahun 2021 menjadi 8,5% pada tahun 2022.
Sistematiks yang sering menemukan kondisi muskuloskeletal akibat kecelakaan ini, seperti
tendinitis, osteoarthritis, dan patah tulang. [3]

Selama sepuluh tahun terakhir bahwa salah satu dari 10 ancaman kesehatan dunia
adalah penyakit dan diberi julukan “The Bone and Joint Decade”. [4] Cedera adalah kondisi
seseorang yang mengalami gangguan fisik termasuk kehilangan sebagian atau tidak
berfungsinya anggota tubuh karena trauma yang dialami. [5]

Trauma adalah cedera atau cidera yang dapat melukai secara fisik maupun psikis.
Trauma jaringan lunak muskuloskeletal dapat berupa luka (vulnus), perdarahan, memar
(contusion), tekanan sebagian atau sobekan (sprain), pecah atau robek (avulsion atau ruptur),
gangguan pembuluh darah dan gangguan saraf. Cedera pada tulang menyebabkan patah tulang
dan dislokasi. Fraktur adalah istilah untuk hilangnya kontinuitas tulang, baik secara keseluruhan
maupun sebagian. Patah tulang karena trauma dan dapat timbul karena tekanan yang berlebihan
dibandingkan dengan kemampuan tulang untuk menahan tekanan tersebut. [6]

Terdapat lebih dari 13 juta kasus patah tulang secara global pada tahun 2018, dengan
tingkat kejadian 2,7%. Berbeda dengan tahun 2019, ketika ada sekitar 18 juta individu dan tingkat
kejadian 4,2%. Dengan tingkat kejadian 3,5% pada tahun 2020, jumlah orang yang terkena
dampak meningkat menjadi 21 juta. Patah tulang ini dapat berkembang sebagai akibat dari
kecelakaan, cedera olahraga, kebakaran, bencana alam, dan lainnya.[7]

Fraktur dapat terjadi di Indonesia akibat trauma jatuh, benturan dan trauma fisik. Pada
tahun 2018, terdapat 45.987 kasus jatuh, dan 1.775 kasus (3,8%) mengakibatkan patah tulang.
Terdapat 20.829 kasus kecelakaan lalu lintas, dan dari 14.127 kasus luka tajam/tumpul, 236
orang (1,7%) mengalami kerusakan tulang. [5]

Hingga akhir tahun 2022, terdapat 347 kejadian kecelakaan dengan 146 kematian yang
dilaporkan di Kabupaten Purwakarta saja. Kesalahan manusia adalah salah satu penyebab dari
sejumlah besar cedera ini. Kompatibilitas mobil dan infrastruktur jalan adalah dua elemen lain
yang mempengaruhi kasus kecelakaan lalu lintas. Namun, unsur-unsur tersebut hanya
merupakan bagian kecil dari penyebab kecelakaan, yang ternyata merupakan kelalaian
pengemudi itu sendiri. [8]

2
Hasil data di RSUD Bayu Asih Purwakarta tahun 2022 dari bulan Januari sampai
Desember di ruangan edelweis kasus post operasi frakture termasuk kedalam 20 besar diagnosa
terbanyak mencapai sebanyak 33 orang yang mengalami fraktur atau setara dengan 3,42%, dan
kasus post operasi fraktur merupakan kasus ke 11 dari 20 besar diagnosa terbanyak yang di
sebabkan oleh cidera seperti terjatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma benda tajam/tumpul.

Kekuatan, aktifitas, dan energi, serta kesehatan jaringan lunak dan tulang di sekitarnya,
semuanya memengaruhi kemungkinan terjadinya patah tulang. Patah tulang terbuka dan patah
tulang tertutup adalah dua jenis patah tulang berbeda yang bergantung pada bagaimana tulang
dan jaringan di sekitarnya terhubung. Fraktur tertutup adalah fraktur yang tidak ada hubungan
antara fragmen tulang dan dunia luar, sedangkan fraktur terbuka merusak jaringan kulit
sedemikian rupa sehingga ada hubungan antara fragmen tulang dan dunia luar. Edema atau
pembengkakan, ketidaknyamanan, penurunan perawatan diri, penurunan kekuatan otot dan nyeri
adalah masalah yang sering mempengaruhi individu dengan patah tulang yang menerima
perawatan medis di institusi contohnya seperti tindakan pembedahan. [9]

Meskipun nyeri pasca operasi adalah masalah fisiologis, ini adalah salah satu situasi yang
paling ditakuti pasien pasca operasi. Nyeri yang diinduksi secara mekanis pada luka yaitu insisi,
dimana insisi akan mengaktifkan zat-zat yang menghasilkan nyeri, seperti histamin, bradikinin,
dan prostaglandin, yang dapat membuat reseptor nyeri menjadi lebih sensitif. [10]

Nyeri adalah perasaan sensorik dan emosional yang tidak sedap dipandang yang terkait
dengan kerusakan jaringan nyata atau kapasitas, atau menggambarkan kondisi di mana
kerusakan itu terjadi. Rasa sakit memang sangat menegangkan dan sulit bagi banyak manusia
dibandingkan dengan penyakit lainnya. Ada dua klasifikasi nyeri, yaitu nyeri akut dan nyeri kronis.
Nyeri akut biasanya datang atau perlahan, mulai dari intensitas ringan hingga ekstrim, dengan
perhentian yang diharapkan atau dapat diprediksi dan berlangsung kurang dari enam bulan. nyeri
kronis biasanya memiliki onset yang tidak terduga atau lambat dari intensitas ringan hingga
ekstrim, konsisten atau kebiasaan tanpa perhentian yang diharapkan atau diprediksi dan
berlangsung lebih lama dari 6 bulan nyeri yang terkait dengan patah tulang sangat ekstrim dan
dapat dikurangi melalui pergerakan fragmen tulang dan sendi di sekitar fraktur. [10]

Cara mengkontrol nyeri telah mengalami banyak perubahan dalam dekade ini. Ada dua
cara yang dapat digunakan dalam pengendalian nyeri yaitu farmakologi dan non farmakologi.
Penggunaan strategi nonfarmakologi memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap
pengendalian nyeri pada orang yang mengalami nyeri. Penggunaan teknik nonfarmakologis
untuk mengatasi masalah nyeri lebih realistis dan dapat dilakukan melalui perawat. Kontrol
farmakologis adalah penatalaksanaan obat yang dapat meredakan nyeri. Bersamaan dengan
kontrol nonfarmakologis yaitu kontrol untuk meredakan nyeri melalui penggunaan strategi yaitu
pemberian kompres dingin atau panas, aromaterapi, relaksasi, terapi hipnotis, terapi imaji
terbimbing, terapi lagu dan massage. [11]

Guide imagery juga merupakan teknik non-farmakologis. Manfaat guided imagery adalah
sebagai intervensi perilaku untuk mengatasi ketegangan, tekanan dan nyeri. Hal tersebut karena
guide imagery dapat memicu nyeri parasimpatis. guide Imagery melibatkan indra penglihatan,
peraba, pendengaran, pengecapan dan penciuman, tujuan memberikan bimbingan imajinasi
terbimbing dapat membantu pasien fraktur pasca operasi mengalami lebih sedikit rasa sakit untuk
menenangkan dan memberikan rasa nyaman pada pasien. [12]

Berdasarkan fenomena tersebut, maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan Laporan
Studi Kasus tentang “ PENERAPAN IMAJINASI TERBIMBING: GUIDE IMAGERY TERHADAP
PENURUNAN NYERI PADA Tn. I PASIEN POST OPERASI ORIF ( OPEN REDUCTION

3
INTERNA FIXATION ) FRAKTUR DI RUANG EDELWEIS RSUD BAYU ASIH PURWAKARTA
2023 “.

Metode

Laporan tugas akhir ini berbentuk studi kasus untuk mengeksplorasi Penerapan Imajinasi
Terbimbing : Guide Imagery Terhadap Penurunan Nyeri Pada Tn. I Pasien Post Operasi ORIF
(Open Reduction Interna Fixation ) Fraktur di Ruang Edelweis RSUD Bayu Asih Purwakarta 2023.

Subjek dalam laporan studi kasus ini yaitu pasien yang mengalami nyeri setelah post
operasi fraktur ORIF ( Open Reduction Interna Fixation ) di ruang Edelweis RSUD Bayu Asih
Purwakarta. Fraktur adalah rusaknya kontinuitas struktur tulang yang mengakibatkan pergeseran
fragmen tulang hingga deformitas. Pada luka fraktur serta luka insisi bisa terjadi edema serta
nyeri yang menyebabkan keterbatasan lingkup gerak sendi, serta keterbatasan klien dalam
menumpu berat badannya sehingga tak jarang klien mengalami gangguan mobilitas fisik. [24]

Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan dengan
kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan sebagai suatu kerusakan; awitan
yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas dari ringan hingga berat. [24]

Guided imagery adalah salah satu dari terapi komplementer yang paling efektif di Inggris
dan telah menjadi salah satu yang paling sukses dan tidak berbahaya dalam perawatan klien.

Instrument studi kasus adalah alat ukur yang digunakan seperti pedoman wawancara dan
pedoman observasi yang digunakan penulis untuk mengumpulkan data dalam suatu studi kasus.
Adapun alat ukur yang digunakan penulis adalah lembar pengkajian. observasi, wawancara, dan
Standar Operasional Prosedur (SOP) pengukuran skala nyeri metode yang digunakan untuk
memeriksa intensitas nyeri.[24]

Studi kasus dilakukan di Ruang Edelweis RSUD Bayu Asih Kabupaten Purwakarta,
kurang lebih dari mulai dari bulan Desember 2022 sampai bulan Februari 2023.

Studi kasus ini telah mendapatkan keterangan laik etik pada tanggal 25 Februari 2023
dari Komisi Etik Studi Kasus Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Budi Luhur Cimahi dan
terdaftar di Komisi Etik Studi Kasus Dan Pengembangan Kesehatan Nasional ( KEPPN) dengan
nomor surat: 40/D/KEPK-STIKes/II/2023.

Hasil

Pengumpulan data dimulai tanggal 01 Maret 2023 pukul 09.00 WIB, di Ruang Edelweiss
RSUD Bayu Asih Purwakarta, menggunakan tahap pengkajian melalui wawancara, observasi
dan pemeriksaan fisik. Hasil nyeri berada di skala 6 dari (0-10) sebelum di lakukan teknik imajinasi
terbimbing:guide imagery dan setelah dilakukan tindakan keperawatan teknik imajinasi
terbimbing: guide imagery selama 3 hari maka skala nyeri menjadi 1 dari (0-10).

a. Skala nyeri pada pasien sebelum diberikan teknik imajinasi terbimbing: guide imagery.
Sebelum pemberian teknik imajinasi terbimbing: guide imagery terhadap nyeri, terlebih
dahulu peneliti melakukan komunikasi untuk menumbuhkan hubungan saling percaya
antara responden dengan peneliti. Setelah itu peneliti melakukan pengukuran skala nyeri
pada pasien dengan menggunakan NRS (Numeric Rate Scale). Hasil penelitian sebelum
diberikan imajinasi terbimbing: guide imagery menunjukkan bahwa skala nyeri pasien
adalah 6 dari ( 1 – 10 ).

4
b. Skala nyeri pada pasien sesudah diberikan teknik imajinasi terbimbing: guide imagery.
Berdasarkan tabel dibawah hasil observasi pada pasien TN. I dengan masalah nyeri akut
di Ruang Edelweis RSUD Bayu Asih Purwakarta 3 Maret 2023 terdapat penurunan skala
nyeri setelah diberikan Imajinasi Terbimbing: Guide Imagery disebabkan karena pasien
kooperatif, mengikuti pelaksanaan teknik dengan baik dari awal sampai akhir, mempunyai
konsentrasi yang baik, dan lingkungan yang nyaman.

Tabel 4.1 Hasil Observasi Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah


Dilakukan Imajinasi Terbimbing: Guide Imagery

Skala Nyeri
Sebelum dilakukan Setelah dilakukan
No Tanggal/ imajinasi imajinasi
waktu terbimbing: guide terbimbing: guide
imagery imagery
1. Rabu, 01 Skala nyeri 6 dari ( 0 Skala nyeri 5 dari ( 0
Maret 2023 – 10 ) – 10 )
09.00
Rabu, 01 Skala nyeri 5 dari ( 0 Skala 4 dari ( 0 – 10 )
Maret 2023 – 10 )
18.00
2. Kamis, 02 Skala nyeri 4 dari ( 0 Skala nyeri 3 dari ( 0
Maret 2023 – 10 ) – 10 )
09.00
Kamis, 02 Skala nyeri 3 dari ( 0 Skala nyeri 2 dari ( 0
Maret 2023 – 10 ) – 10 )
18.00
3. Jum’at, 03 Skala nyeri 2 dari ( 0 Skala nyeri 1 dari ( 0
Maret 2023 – 10 ) – 10 )
09.00

Pembahasan

Berdasarkan hasil studi kasus pada TN. I usia 35 tahun dengan diagnosa post operasi
ORIF (Open Reduction Interna Fixation) fraktur di ruang edelweiss RSUD Bayu Asih Purwakarta
didapatkan hasil data sebelum dilakukan teknik imajinasi terbimbing: guide imagery skala nyeri
pasien 6 dari (0-10), klien mengeluh nyeri di bagian post operasi. Setelah dilakukan teknik
imajinasi terbimbing: guide imagery selama 3 hari skala nyeri menurun menjadi 1 dari (0-10).
Teknik imajinasi terbimbing: guide imagery diberikan selama 3 hari dari mulai Rabu
tanggal 01 Maret 2023 pukul 09.00 WIB yang dilaksanakan 2 kali dalam 1 hari selama 15 menit.
Hasil penerapan imajinasi terbimbing: guide imagery cukup baik diimplementasikan dalam
pengobatan non-pharmakologi dan terbukti skala nyeri pasien menurun.

Simpulan dan Saran


Pada sub bab ini, penulis akan memberikan kesimpulan dari hasil studi kasus Penerapan
Imajinasi Terbimbing: Guide Imagery Terhadap Penurunan Nyeri Pada Pasien Tn. I Post Operasi
ORIF ( Open Reduction Interna Fixation ) Fraktur Di Ruang Edelweis RSUD Bayu Asih
Purwakarta bahwa TN. I yang beralamat Kp. Mekarsari Rt 15 Rw 04, Kelurahan Cibinong,
Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat. Pasien mengalami fraktur

5
digitus medius dextra dan telah dilakukan ORIF ( Open Reduction Interna Fixation ) pada awal
pemeriksaan skala nyeri dengan menggunakan NRS ( Numeric Rating Scale ). Setelah diberikan
penerapan imajinasi terbimbing: guide imagery selama 3 hari terjadi menurunnya skala nyeri
pada TN. I skala nyeri TN. I berawal dari 6 dari ( 0 – 10 ) menjadi 1 dari ( 0 – 10 ).

Jadi dapat disimpulkan bahwa penerapan imajinasi terbimbing: guide imagery tersebut
efektif untuk menurunkan skala nyeri TN. I skala nyeri menurun disebabkan karena kondisi pasien
yang kooperatif, memiliki konsentrasi yang bagus, mengikuti terapi dengan baik dari awal sampai
akhir, dan didukung oleh lingkungan yang tenang, sehingga penerapan imajinasi terbimbing:
guide imagery terhadap penurunan skala nyeri. Berdasarkan Studi Kasus penulis, penerapan
imajinasi terbimbing: guide imagery menjadi salah satu terapi yang direkomendasikan dalam
penurunan skala nyeri.

6
Daftar Pustaka

[1] T. N. Utami, "Tinjauan Literatur Mekanisme Zikir Terhadap Kesehatan: Respons Imunitas,"
Jurnal JUMANTIK, p. 100, 2017.
[2]W. P. Ririn Purwanti, "Pengaruh latihan Range Of Motion (ROM) aktif pada pasien post
operastif fraktur humerus," vol. 10, no. 2, p. 42–52, 2017.
[3] D. Hastuti, "Hubungan Pengetahuan Tentang Antisipasi Cedera Dengan Praktik Pencegahan
Cedera Pada Anak Usia Toddler Di Rw 01 Kelurahan Manggahang Wilayah Puskesmas
Jelekong Kabupaten Bandung," Jurnal Keperawatan Komprehensif, vol. 3, no. 1, p. 52,
2017.
[4] Ramadhani, "Hubungan Jenis Kecelakaan dengan Tipe Fraktur pada Fraktur Tulang Panjang
Ekstremitas Bawah," Jurnal Integrasi Kesehatan & Sains, vol. 22, no. 1, p. 32–35, 2019.
[5] K. RI, "Laporan Nasional Riskesdas," Kemenkes RI, 2018.
[6] R. Anjaswati Buana, "Deskripsi Pengetahuan Pasien Fraktur tentang perawatan selama
penyembuhan di Poli Bedah," vol. 10, no. 1, 2019.
[7] Djamal, "Pengaruh Terapi Musik Terhadap Skala Nyeri Pada Pasien Fraktur Di Irina a Rsup
Prof. Dr. R.D. Kandou Manado," Jurnal Keperawatan UNSRAT, vol. 3, no. 2.
[8] A. Mulyana, "Angka Kecelakaan Lalulintas Sepanjang 2021 di Kabupaten Purwakarta," Lensa
Purwakarta.Com, Purwakarta, 2022.
[9] A. &. K. H. Nurarif Huda, "Aplikasi askep berdasarkan NANDA NIC-NOC.," MediAction., 2015.
[10] Aini, "Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap Penurunan Nyeri pada Pasien
Fraktur," vol. 9, no. 2013, p. 262–266, 2018.
[11] Prasetyo, Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.
[12] A. N. D and R. C. A, Pengaruh Terapi Guide Imagery Terhadap Nyeri pada Pasien Post
Operasi Fraktur di Ruang di Bougenvil RSUD Dr. R Koesma Tuban, 2018.
[13] Perry., Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi.7., Jakarta: Salemba Medika, 2013.
[14] B. &. Suddarth., Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 2, Jakarta : EGC, 2014.
[15] Smeltzer & Bare, Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 12. Alih Bahasa,
Devi Yulianti,Amelia Kimi, Jakarta: EGC, 2017.
[16] E. D. Pertiwi, "Asuhan Keperawatan Pada Post Operasi Fraktur Cruris Dengan Masalah
Keperawatan Nyeri Akut.," 2018.
[17] Z. Noor, Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal Edisi 2, Jakarta: Salemba Medika., 2016.
[18] A. A. H. &. MusrifahUliyah, Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia, Surabaya: Healt Books
Publishing., 2013.
[19] Abd.wahid., Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal., Jakarta: CV
Sangung Seto. Ana, zakiah. 2015., 2013.
[20] L. Carpenito, Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis. Edisi 9, Jakarta: Erlangga,
2017.
[21] PPNI, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik., Jakarta:
Dewan Pengurus PPNI, 2017.
[22] d. Mubarak Wahit Iqbal, Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar (Buku 1), Jakarta: Salemba
Medika, 2015.
[23] A. Zakiyah, Konsep Nyeri dan Penatalaksanaan Dalam Praktik eperawatan Bebasis Bukti.
Jilid 1, Jakarta: Salemba Medika, 2015.
[24] Prasetyo, Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.
[25] Novriyenti, Pengaruh Relaksasi Guide Imagery Terhadap Nyeri Post appendictomy di Ruang
Inap Bedah RSUD Solok, Andalas: Universitas Andalas, 2015.
[26] Y. Rahmayati, Pengaruh guide imagery terhadap tingkat kecemasan pada pasien
Skizoafektif di RSJ Surakarta, 2010.
[27] V. Ardian, Asuhan Keperawatan Pra operatif pada Pasien Close Fraktur Femur, 2015.

7
[28] C. C. DEWI, ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA
PASIEN FRAKTUR EKSTREMITAS BAWAH DI RUANG BEDAH RSUD JENDRAL
AHMAD YANI METRO TAHUN 2020, Poltekkes Tanjungkarang, 2020.
[29] Supratti, "2018," Jurnal Kesehatan Manarang, Pendokumentasian Standar Asuhan
Keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Mamuju.
[30] Trise, "RSUD SLEMAN Siti Arifah & Ida Nuriala Triase Poltekes Kemenkes Semarang Prodi
Keperawatan Magelang Rumah Sakit," 2015.
[31] PPNI, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Defnisi dan TindakanKeperawatan Edisi 1,
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI., 2017.
[32] C. WULANDARI, "PENGARUH GUIDED IMAGERY TERHADAP PERSEPSI NYERI PADA
PASIEN POST ORIF DI RSUD dr.R GOETHENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA,"
2015.
[33] N. D. Astuti, "Pengaruh Terapi Guide Imagery Terhadap Nyeri pada Pasien Post Operasi
Fraktur di Ruang Bougenvil RSUD Dr. R. Koesma Tuban," 2018.
[34] Candra Kusuma Negara, "GUIDED IMAGERY USING CLASSICAL MUSIC ON THE
REDUCTION IN PAIN LEVEL OF FRACTURE PATIENTS," GUIDED IMAGERY USING
CLASSICAL MUSIC ON THE REDUCTION IN PAIN LEVEL OF FRACTURE PATIENTS,
2019.
[35] Y. S. Vitri Rokhima, "Hubungan Intensitas Nyeri dengan Strategi Manajemen Nyeri pada
Fraktur Post Operasi ORIF RSU Setia Budi," Jurnal Of Vocational Health Science, vol. 1,
no. 1, pp. 25-23, 2022.
[36] Arisandi, "Analisa Asuhan Keperawatan pada Pasien Fraktur Multiple Pasca Orif dengan
Penerapan Intervensi Teknik Guide Imagery Teknik Nafas Dalam di Ruang
Mangunkusumo Jakarta," Tugas Akhir, 2021.
[37] Janice Oktaviani, "Asuhan Keperawatan pada Pasien Pasca Operasi Fraktur Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman," Jurnal KTI, 2021.
[38] Ayu, "EFEKTIFITAS TERAPI AUDIO RECORDED GUIDED IMAGERY DENGAN NAFAS
DALAM TERHADAP PENURUNAN NYERI PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR,"
Jurnal Keperawatan, vol. 7, no. 2, 2017.
[39] Tri Ratno Timur, "EFEKTIFITAS TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGINARY TERHADAP
PENURUNAN NYERI," 2019.
[40] Pambajeng Wahyu Wijayanti, "Studi Kasus pada Pasien Pasca Operasi Orif Fraktur Tibia
Terbuka Tn. S di Ruang Anggrek RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga,"
Seminar Nasional Studi Kasus dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 2021.
[41] Epi Rustiawati, "Efektifitas Teknik Relaksasi Napas dan Imajinasi Terbimbing terhadap,"
Faletehan Health Journal, vol. 9, no. 3, pp. 262 - 269, 2022.

Anda mungkin juga menyukai