Anda di halaman 1dari 69

Asuhan KeperawatanPost Op Fraktur Cruris

05.33 Keigo Sikawa

Asuhan Keperawatan

Post Op Fraktur Cruris

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Fraktur adalah putusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai


tipe dan luasnya. Fraktur terjadi ketika tulang diberikan stres lebih
besar dari kemampuannya untuk menahan (Sapto Harnowo, 2002).
Umumnya fraktur disebabkan oleh trauma atau aktivitas fisik di
mana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang. Fraktur lebih
sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan umur
dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga,
pekerjaan atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan
bermotor. Jumlah korban kecelakaan lalu lintas di Indonesia
cenderung turun, yaitu 47.401 orang pada tahun 1989 menjadi
32.815 orang pada tahun 1995. Rasio jumlah korban cedera sebesar
16,80 per 10.000 penduduk dan rasio korban meninggal sebesar 5,63
per 100.000 penduduk. Angka kematian tertinggi berada di wilayah
Kalimantan Timur yaitu 11,07 per 100.000 penduduk dan terendah
di Jawa Tengah, yaitu sebesar 2,67 per 100.000 penduduk (Lukman,
2009).

Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat tahun 2005 terdapat lebih


dari 7 juta orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan
sekitar 2 juta orang mengalami kecacatan fisik. Salah satu insiden
kecelakaan yang memiliki prevalensi cukup tinggi yakni insiden
fraktur ekstremitas bawah yakni sekitar 46,2% dari insiden
kecelekaan yang terjadi. Fraktur merupakan suatu keadaan dimana
terjadi diistegritas tulang, penyebab terbanyak adalah insiden
kecelakaan, tetapi faktor lain seperti proses degeneratif juga dapat
berpengaruh terhadap kejadian fraktur (Depkes RI, 2007).

Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI tahun 2007


didapatkan sekitar delapan juta orang mengalami kejadian fraktur
dengan jenis fraktur yang berbeda dan penyebab yang berbeda, dari
hasil survey tim depkes RI didapatkan 25% penderita fraktur yang
mengalami kematian, 45 mengalami cacat fisik, 15% mengalami
stress psikologis karena cemas dan bahkan depresi, dan 10%
mengalami kesembuhan dengan baik. Respon cemas (ansietas) adalah
reaksi normal terhadap ancaman stress dan bahaya. Ansietas
merpakan reaksi emosional terhadap persepsi adanya bahaya, baik
yang nyata maupun yang dibayangkan. respon cemas merupakan
reaksi umum yang terjadi terhadap perubahan status kesehatan yang
dirasakan sebagai ancaman: ancaman umum terhadap kehidupan,
kesehatan dan keutuhan tubuh, pemajanan dan rasa malu,
ketidaknyaman akibat nyeri dan keterbatasan gerak.

Di Sumatera Selatan berdasarkan data dinas Kesehatan Provinsi


Sumatera Selatan tahun 2007 didapatkan sekitar 2700 orang
mengalami insiden fraktur, 56% penderita mengalami kecacatan fisik,
24% mengalami kematian, 15% mengalami kesembuhan dan 5%
mengalami gangguan psikologis atau depresi terhadap adanya
kejadian fraktur (Dinkes Pemrov Sumsel, 2008). Sementara itu pada
tahun yang sama di Rumah Sakit Umum Kota Prabumulih tercatat
terdapat 676 kasus fraktur dengan distribusi 86,2% fraktur jenis
terbuka dan 13,8% fraktur jenis tertutup. Berdasarkan catatan rekam
medik RSUD Kota Prabumulih diketahui 68,14% jenis fraktur yang
terjadi adalah fraktur ektremitas bawah (Medikal Record RSUD Kota
Prabumulih, 2008).

Data yang diperoleh dari Medikal Record Rumah Sakit RK Charitas


jumlah penderita fraktur pada tahun 2008 sebanyak 51 orang, tahun
2009 sebanyak 51 orang dan dari bulan Januari sampai dengan Juni
2010 sebanyak 11 orang

Dari latar belakang diatas dapat diketahui bahwa fraktur memiliki


prevalensi yang cukup tinggi. Apabila dilihat data prevalensi yang
diperoleh dari Rumah Sakit RK Charitas, Sebagai perawat tentunya
akan berusaha semaksimal mungkin memberikan perawatan
terhadap penderita fraktur/ patah tulang secara menyeluruh proses
pemulihan dan penyembuhan dapat lebih cepat tanpa adanya
komplikasi dari penyakit tersebut. Untuk itulah penulis memberikan
asuhan keperawatan kepada klien dengan fraktur cruris dalam
sebuah karya tulis ilmiah yang berjudul, "Asuhan Keperawatan pada
Tn."M" dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal; Post Op Fraktur
Cruris di Pavilyun Lukas Kamar 8-2 Rumah Sakit RK Charitas
Palembang.

1. Ruang Lingkup Penulisan


Mengingat peran dan fungsi sebagai calon perawat serta karena
keterbatasan waktu yang penulis miliki maka dalam penulisan karya
tulis ilmiah ini penulis membatasi ruang lingkup masalah hanya pada
Asuhan Keperawatan Tn."M" dengan gangguan sistem
Muskuloskeletal; Post Op Fraktur Cruris.

Pengkajian ini hanya terbatas hanya pada satu orang klien saja yang
dikaji selama tiga hari dari tanggal 14 Juli 2010 sampai dengan
tanggal 15 Juli 2010 di Paviliun Lukas kamar 8-2 Rumah Sakit RK.
Charitas Palembang.

2. Tujuan Penulisan
3. Tujuan Umum

Penulisan karya tulis ilmiah ini bertujuan agar penulis


menerapkan suatu konsep tentang Asuhan Keperawatan secara
langsung kepada klien dengan gangguan sistem Muskuloskeletal;
Post Op Fraktur Cruris dengan metode pendekatan proses
keperawatan.

4. Tujuan Khusus

Penulis diharapkan mampu :

5. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan


gangguan sistem Muskuloskeletal; Post Op Fraktur Cruris.
6. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan
gangguan sistem Muskuloskeletal; Post Op Fraktur Cruris.

7. Menyusun rencana keperawatan pada klien dengan gangguan


sistem Muskuloskeletal; Post Op Fraktur Cruris

8. Melakukan pelaksanaan keperawatan pada klien dengan


gangguan sistem Muskuloskeletal; Post Op Fraktur Cruris.

9. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan gangguan


sistem Muskuloskeletal; Post Op Fraktur Cruris.

1. Metode Penulisan

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, metode penulisan yang penulis
gunakan adalah metode deskriptif yaitu metode yang sifatnya
menggambarkan secara objektif dimulai dari pengumpulan sampai evaluasi
dan selanjutnya menyajikan dalam bentuk narasi. Dalam penyusunan
Karya tulis ilmiah ini penulis mendapatkan data melalui :

1. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data subjektif dengan


menggunakan pertanyaan terbuka atau tertutup, penulis bertanya
langsung kepada klien dengan demikian akan memudahkan penulis untuk
mengetahui masalah keperawatan klien dengan gangguan sistem
Muskuloskeletal; Post Op Fraktur Cruris.

1. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah inspeksi, palpasi , perkusi,


dan auskultasi, dilakukan untuk melengkapi data yang sudah ada.

1. Observasi

Penulis melakukan pengamatan untuk mendapatkan data yang objektif


dilakukan langsung terhadap klien secara nyata, selanjutnya penulis
melakukan tindakan keperawatan berdasarkan pengamatan sehingga data
yang didapatkan menjadi lengkap.

1. Studi Dokumentasi

Penulis menggunakan berbagai sumber buku sebagai referensi yang


membahas tentang gangguan sistem Muskuloskeletal; Post Op Fraktur
Cruris

1. Metode Kepustakaan

Untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini maka penulis


mengumpulkan data-data dengan menggunakan berbagai buku
sumber.

1. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan karya tulis ilmiah ini terdiri dari 5 BAB,


masing-masing BAB berisi tentang :

BAB I :     PENDAHULUAN

            Bab ini terdiri dari latar belakang masalah,


ruang lingkup penulisan, tujuan penulisan, metode
penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II :     TINJAUAN TEORI

            Bab ini terdiri dari konsep dasar medis yang


terdiri dari: pengertian, anatomi fisiologi, patofisiologi,
etiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan diagnostik, dan
penatalaksanaan, sedangkan secara asuhan keperawtan
yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana
keperawatan, pelaksanaan keperawatan, evaluasi
keperawatan, discharge planning, dan patoflow diagram.

BAB III :     TINJAUAN KASUS

            Merupakan penerapan dari tindakan Asuhan


Keperawatan yang terjadi pada klien secara langsung
dengan pendekatan proses keperawatan antara lain,
pengkajian keperawatan, patoflow kasus, analisa data,
diagnosa keperawatan, rencana keperawatan,
pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

BAB IV :     PEMBAHASAN

            Berisi tentang pembahasan yang membahas


adanya kesenjangan-kesenjangan yang ditemukan pada
pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,
rencana keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan
evaluasi keperawatan.

BAB V :         PENUTUP    

            Terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Konsep Dasar Medik


1. Pengertian

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan


ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Smeltzer, 2002).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya
kontinuitas jaringau tulang dan/atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Sjamsuhidayat,
2005), Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang
(Doengoes, 2000). Fraktur adalah setiap retak atau patah
pada tulang yang utuh (Reeves, 2001).
Fraktur adalah putusnya kontinuitas tulang dan
ditentukan sesuai tipe dan luasnya. Fraktur terjadi ketika
tulang diberikan stres lebih besar dari kemampuannya
untuk menahan (Sapto Harnowo, 2002).

Fraktur Tibia Proksimal disebut juga bumper fracture


atau fraktur tibia plateau. Fraktur tibia proksimal
biasanya terjadi akibat trauma langsung dari arah
samping lutut dengan kaki yang masih terfiksasi tanah
(Arif Mansjoer, 2000)

Berdasarkan batasan di atas dapat disimpulkan bahwa,


fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau
patahnya tulang yang utuh, yang biasanya disebabkan
oleh trauma/rudapaksa atau tenaga fisik yang
ditentukan jenis dan luasnya trauma.

2. Anatomi Fisiologi

Gambar 2.1 Struktur tulang panjang

(sumber :
http://ephie2.wordpress.com/2009/12/16/kinesiologi/)

Tulang
Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25%
berat badan dan otot menyusun kurang lebih 50%. Kesehatan
dan fungsi sistem muskuloskeletal sangat bergantung pada
sistem tubuh yang lain. Struktur tulang memberi perlindungan
terhadap organ vital, termasuk otak, jantung, dan pare.
Kerangka tulang merupakan kerangka yang kuat untuk
menyangga struktur tubuh. Otot yang melekat ke tulang
memungkinkan tubuh bergerak.

Pembagian skeletal, yaitu:

 Axial skeleton terdiri dari kerangka tulang kepala dan leher,


tengkorak, kolumna vertebrae, tulang iga, tulang hioid sternum.
 Apendikular skeleton terdiri dari:

1. Kerangka tulang lengan dan kaki

2. Ekstremitas atas (skapula, klavikula, humerus, ulna, radial)


dan tangan (karpal, metakarpal, falang)

3. Ekstremitas bawah (tulang pelvils, femur, patela, tibia, fibula)


dan kaki (tarsal, metatarsal, falang).

Ada empat jenis tulang, yaitu tulang panjang, tulang pendek, tulang pipih,
dan tulang tidak beraturan.

1. Tulang panjang

Tulang panjang (misalnya femur, humerus) bentuknya silindris


dan berukuran panjang seperti batang (diafisis) tersusun atas
tulang kompakta, dengan kedua ujungnya berbentuk bulat
(epifisis) tersusun atas tulang kanselus.

2. Tulang pendek

Tulang pendek (misalnya falang,carpal) bentuknya hampir


sama dengan tulang panjang, tetapi bagian distal lebih kecil
daripada bagian proksimal, serta berukuran pendek dan kecil.

3. Tulang pipih

Tulang pipih (misalnya sternum, kepala, skapula, panggul)


bentuknya gepeng, berisi sel-sel pembentuk darah, dan
melindungi organ vital dan lunak di bawahnya. Tulang pipih
terdiri atas dua lapisan tulang kompakta dan di bagian
tengahnya terdapat lapisan spongiosa. Tulang ini juga dilapisi
oleh periosteum yang dilewati oleh dua kelompok pembuluh
darah menembus tulang untuk menyuplai tulang kompakta
dan tulang spongiosa.
4. Tulang tidak beraturan

Tulang tidak beraturan (misalnya; vertebra, telinga tengah)


mempunyai bentuk yang unik sesuai fungsinya. Tulang tidak
beraturan terdiri dari tulang spongiosa yang dibungkus oleh
selapis tipis tulang kompakta. Tulang ini diselubungi
periosteum kecuali pada permukaan sendinya seperti tulang
pipih. Periosteum ini memberi dua kelompok pembuluh darah
untuk menyuplai tulang kompakta dan spongiosa.

1. Klasifikasi Fraktur

Beberapa klasifikasi fraktur menurut beberapa ahli. Fraktur tertutup


(fraktur simpel) adalah fraktur yang tidak menyebabkan robeknya
kulit atau kulit tidak dirembus oleh fragmen tulang. Sedangkan
fraktur, terbuka (fraktur komplikata/kompleks/compound)
merupakan fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa
sampai ke patahan tulang. Konsep penting yang harus diperhatikan
pada fraktur terbuka adalah apakah terjadi kontaminasi oleh
lingkungan pada tempat terjadinya fraktur tersebut.

Jenis fraktur antara lain

1. Fraktur tidak komplet (Incomplete, patah hanya terjadi pada


sebagian dari baris tengah tulang.
2. Fraktur komplet (Complete), patah pada seluruh garis tulang
dan biasanya mengalami pergeseran (dari yang normal).

3. Fraktur Tertutup, patah tulang, tidak menyebabkan robeknya


kulit.

4. Fraktur Terbuka, patah yang membus kulit dan tulang


berhubungan dengan dunia luar.

5. Fraktur Kominitif, fraktur dengan tulang pecah menjadi


beberapa gragmen.

6. Fraktur Green stick,


fraktur yang salah satu sisi tulang patah sedang satu sisi
lainnya membengkok.

7. Fraktur kompresi : fraktur dengan tulang mengalami kompresi


(tulang belakang).

8. Fraktur depresi, fraktur yang fragmen tulangnya terdorong ke


dalam (tulang tengkorak dan wajah)
 

1. Etiologi
1. Trauma/ kecelakaan

2. Gerakan pintir mendadak

3. Kontraksi otot ekstem

1. Patofisiologi

Fraktur disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan


puntir mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem (Smeltzer,
2002). Umunmya fraktur disebabkan oleh trauma di mana terdapat
tekanan yang berlebihan pada tulang. Fraktur cenderung terjadi pada
laki-laki, biasanya fraktur terjadi pada umur di bawah 45 tahun dan
sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan, atau luka yang
disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor. Sedangkan pada
orang tua, perempuan lebih sering mengalami fraktur daripada laki-
laki yang berhubungan dengan rneningkatnya insides osteoporosis
yang terkait dengan perubahan hormon pada menopause (Reeves,
2001).

Komplikasi awal setelah fraktur adalah syok, yang bisa berakibat fatal
dalam beberapa jam setelah cedera; emboli lemak, yang dapat terjadi
dalam 48 jam atau lebih; dan sindrom kompartemen, yang berakibat
kehilangan fungsi ekstremitas permanen jika tidak ditangani segera.
Komplikasi awal lainnya yang herhubungan dengan fraktur adalah
infeksi, tromboemboli, (emboli paru), yang dapat menyebabkan
kematian beberapa minggu setelah cedera; dan koagulopati
intravaskuler diseminata (KID).

2. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas,


pemendekan ekstremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan
perubahan warna (Smeltzer, 2002). Gejala umum fraktur menurut
Reeves (2001) adalah rasa sakit, pembengkakan, dan kelainan
bentuk.

Tanda dan gejala yang umum ditemukan antara lain :


1. Nyeri terus-menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen
tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur
merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk
meminimalkan gerakan antarfragmen tulang.
2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian yang tak dapat
digunakan dan cenderung bergerak secara tidak alamiah
(gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid seperti normalnya.
Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai
menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas
yang bisa diketahui dengan membandingkan ekstremitas
normal. Ekstremitas tak dapat berfungsi dengan baik karena
fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat
melengketnya otot.

3. Pada fraktur tulang panjang, terjadi pemendekan tulang yang


sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat di atas dan
bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu
sama lain sampai 2,5-5 cm (1-2 inchi).

4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik


tulang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara
fragmen satu dengan lainnya. Uji krepitus dapat
mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.

5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi


sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.

1. Komplikasi
1. Syok Hipovolemik

2. Sindrom emboli lemak

3. Infeksi

4. Nekrosis Tulang

2. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Rontgen: menentukan lokasi/luasnya
fraktur/trauma, dan jenis fraktur.

2. Scan tulang, tomogram, CT Scan/MRI: memperlihatkan tingkat


keparahan fraktur, juga dapat untuk mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak.
3. Arteriogram: dilakukan bila dicurigai adanya kerusakan
vaskular.

4. Hitung darah lengkap: Ht mungkin meningkat


(hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna pada
sisi fraktur atau organ jauh pada multipel trauma).
Peningkatan jumlah SDP adalah proses stres normal setelah
trauma.

5. Kreatinin: trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk


klirens ginjal.

6. Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan


darah, tranfusi multipel atau cedera hati.

3. Penatalaksanaan
1. Non Operatif

Untuk fraktur yang tidak mengalami dislokasi dapat


ditanggulangi dengan beberapa cara, antara lain;

 Perban elastic (Teknik Robert Jones)


 Memasang gips (Long leg plaster)

 Traksi skeletal menurut cara Appley, klien tidur terlentang,


pada tibia 1/3 proximal dipasang Steinmann pin, langsug
ditarik dengan beban yang cukup (> 6 Kg) sementara dilakukan
tarksi, lutut klien yang cidera dapat digerakkan.

1. Operatif

Apabila terjadi dislokasi yang cukup lebar atau permukaan sendi


tibia amblas lebih dari 2 mm, dilakukan reduksi terbuka dan
dipasang fiksasi interna1dengan batress plate dan cancellous
screw.

 Konsep Dasar Keperawatan


o Pengkajian

Segera setelah menerima klien dari kamar operasi, perawat


memeriksa klien berdasarkan status pemeriksaan
kewaspadaan meliputi tanda vital, irama jantung, kecepatan
dan efisiensi pernapasan, saturasi oksigen, patensi intravena,
serta kondisi saat pembedahan. Khusus pembedahan ortopedi,
perawat mengkaji ulang kebutuhan klien berkaitan dengan
nyeri, perfusi jaringan, promosi kesehatan, mobilitas, dan
konsep diri.

Trauma skelet dan pembedahan yang dilakukan pada tulang,


otot, dan sendi dapat mengakibatkan nyeri. Perfusi jaringan
harus dipantau karena edema dan perdarahan ke dalam
jaringan dapat memperburuk peredaran darah dan
mengakibatkan sindrom kompartemen. Anestesi umum,
analgesik dapat menyebabkan kerusakan fungsi dari berbagai
sistem. Pengkajian Beberapa masalah kolaborasi atau risiko
komplikasi yang dapat terjadi pada klien pascaoperasi ortopedi
adalah syok hipovolemia, atelektasis, pneumonia, retensi urine,
infeksi, dan trombosis vena profunda. Penyakit tromboembolik,
merupakan salah satu dari semua komplikasi yang paling
sering dan paling berbahaya pada klien pascaoperasi ortopedi.
Usia lanjut, hemostasis, pembedahan ortopedi ekstremitas
bawah, dan imobilisasi merupakan faktor-faktor risiko.
Pengkajian tungkai bawah harus dilakukan setiap hari, dari
adanya nyeri tekan, panas, kemerahan, dan edema pada betis
serta tanda Homan positif. Temuan abnormal harus dilaporkan
pada tim medis. Juga perlu dikaji terjadinya emboli lemak,
yang ditandai adanya perubahan pola napas, tingkah laku, dan
penurunan tingkat kesadaran klien.

Peningkatan suhu dalam 48 jam pertama sering kali


berhubungan dengan atelektasis atau masalah pernapasan
lain. Peningkatan suhu pada beberapa hari kemudian, sering
berhubungan dengan infeksi saluran kemih. Infeksi superfisial
memerlukan sekitar lima sampai sembilan hari kemudian.

o Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan yang dapat ditemukan pada klien


pascaoperasi ortopedi adalah sebagai berikut.

1. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan,


pembengkakan, dan imobilisasi.
2. Risiko perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
pembengkakan, alat yang mengikat, gangguan peredaran darah.

3. Perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan


kehilangan kemandirian.

4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri,


pembengkakan, prosedur pembedahan, adanya alat imobilisasi
(misal bidai, traksi, gips).
5. Perubahan konsep diri; citra diri, harga diri dan peran diri
berhubungan dengan dampak masalah musculoskeletal

6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya prosedur


invasive.

 Rencana Keperawatan

Rencana asuhan keperawatan pada klien postoperatif ortopedi


disusun seperti berikut ini meliputi diagnosis keperawatan, tindakan,
dan kriteria

o Diagnosis Keperawatan: Nyeri berhubungan dengan prosedur


pembedahan, pembengkakan, dan imobilisasi.

Hasil yang diharapkan :

1. Klien melaporkan nyeri berkurang/ hilang:


2. Menggunakan berbagai pendekatan untuk mengurangi nyeri.

3. Kadang menggunakan obat per oral untuk mengontrol


ketidaknyamanan.

4. Meninggikan ekstremitas untuk mengontrol pembengkakan dan


ketidaknyamanan.

5. Bergerak dengan lebih nyaman

Intervensi :

1. Lakukan pengkajian nyeri meliputi skala, intensitas, dan jenis


nyeri.

Rasional     :     Untuk mengetahui karakteristik


nyeri agar dapat menentukan diagnosa
selanjutnya.

2. Kaji adanya edema, hematom, dan spasme otot.

Rasional     :    Adanya edema, hematom dan


spasme otot menunjukkan adanya penyebab nyeri

3. Tinggikan ekstremitas yang sakit.


Rasional     :    Meningkatkan aliran balik vena
dan mengurangi edema dan mengurangi nyeri.

4. Berikan kompres dingin (es).

Rasional     :     Menurunkan edema dan pembentukan


hematom

5. Ajarkan klien teknik relaksasi, seperti distraksi, dan imajinasi


terpimpin.

Rasional     :     Menghilangkan / mengurangi


nyeri secara non farmakologis

6. Laporkan kepada tim medik, bila nyeri tidak terkontrol.

Rasional     :    Agar dapat menentukan terapi yang tepat

7. Berikan obat-obatan analgetik sesuai order.

Rasional     :     Pemberian rutin mempertahankan


kadar analgesic darah secara adekuat, mencegah
fluktuasi dalam menghilangkan nyeri.

 Diagnosis Keperawatan: Risiko perubahan perfusi jaringan perifer


berhubungan dengan pembengkakan, alat yang mengikat,
gangguan peredaran darah.

Hasil yang diharapkan :

1. Klien memperlihatkan perfusi jaringan yang adekuat:


2. Warna kulit normal.

3. Kulit hangat.

4. Respons pengisian kapiler normal (c 3 detik).

5. Perasaan dan emosi normal.

6. Memperlihatkan pengurangan pembengkakan.

Intervensi :

1. Kaji status neurovaskular (misal warna kulit, suhu, pengisian


kapiler, denyut nadi, nyeri, edema, parestesi, gerakan).

Rasional     :    Untuk menentukan intervensi selanjutnya


2. Tinggikan ekstremitas yang sakit.

Rasional    :    Meningkatkan aliran balik vena dan


mengurangi edema dan mengurangi nyeri.

3. Balutan yang ketat harus dilonggarkan.

Rasional    :    Untuk memperlancar peredaran darah.

4. Anjurkan klien untuk melakukan pengesetan otot, latihan


pergelangan kaki, dan "pemompaan" betis setiap jam untuk
memperbaiki peredaran darah.

Rasional    :    Latihan ringan sesuai indikasi


untuk mencegah kelemahan otot dan
memperlancar peredaran darah.

5. Laporkan kepada tim medis jika peredaran darah mengalami


gangguan

Rasional    :    Agar dapat menentukan intervensi yang tepat.

 Diagnosis Keperawatan: Perubahan pemeliharaan kesehatan


berhubungan dengan kehilangan kemandirian

Hasil yang diharapkan :

1. Klien memperlihatkan upaya memperbaiki kesehatan.


2. Mengubah posisi sendiri untuk menghilangkan tekanan pada
kulit.

3. Menjaga hidrasi yang adekuat.

4. Berhenti merokok.

5. Melakukan latihan pernapasan.

6. Bergabung dalam latihan penguatan otot.

Intervensi :

1. Bantu klien untuk merubah posisi setiap 2 jam.

Rasional     :    Untuk mencegah tekanan pada


kulit sehingga terhindar pada luka decubitus.

2. Pantau adanya luka akibat tekanan.


Rasional    :    Untuk mengetahui tindakan
selanjutnya.

3. Lakukan perawatan kulit, lakukan pemijatan dan minimalkan


tekanan pada penonjolan tulang.

Rasional    :    Untuk menjaga kulit tetap elastic


dan hidrasi yang baik.

4. Kolaborasi kepada tim gizi; pemberian menu seimbang dan


pembatasan susu.

Rasional    :    Untuk membantu mempercepat proses


penyembuhan.

 Diagnosis Keperawatan: Kerusakan mobilitas fisik berhubungan


dengan nyeri, pembengkakan, prosedur pembedahan, adanya alat
imobilisasi (misal bidai, traksi, gips)

Hasil yang diharapkan :

1. Klien memaksimalkan mobilitas dalam batas terapeutik.


2. Meminta bantuan bila bergerak.

3. Meninggikan ekstremitas yang bengkak setelah bergeser.

4. Menggunakan alat imobilisasi sesuai petunjuk.

5. Mematuhi pembatasan pembebanan sesuai anjuran

Intervensi :

1. Bantu klien menggerakkan bagian cedera dengan tetap


memberikan sokongan yang adekuat.

Rasional    :    Agar dapat membantu mobilitas secara bertahap

2. Ekstremitas ditinggikan dan disokong dengan bantal.

Rasional    :    Meningkatkan aliran balik vena dan


mengurangi edema dan mengurangi nyeri

3. Nyeri dikontrol dengan bidai dan memberikan obat anti-nyeri


sebelum digerakkan.
Rasional    :    Mengurangi nyeri sebelum latihan mobilitas

4. Ajarkan klien menggunakan alat bantu gerak (tongkat, walker,


kursi roda), dan anjurkan klien untuk latihan.

Rasional    :    Alat bantu gerak membantu


keseimbangan diri untuk latihan mobilisasi

 Diagnosis Keperawatan: Perubahan konsep diri; citra diri, harga


diri, dan peran diri berhubungan dengan perubahan penampilan
diri.

Hasil yang diharapkan :

1. Klien memperlihatkan konsep diri yang positif:


2. Mendiskusikan perubahan sementara atau menetap terhadap
perubahan citra tubuh.

3. Mendiskusikan kinerja peran.

4. Mempunyai pandangan diri dan mampu menerima tanggung


jawab.

5. Berpartisipasi aktif dalam merencanakan perawatan dan dalam


program terapeutik.

Hasil yang diharapkan :

1. Dorong klien mengungkapkan perasaan dan rasa ketakutan,


mengenai perubahan konsep diri.

Rasional     :    Ekspresi emosi membantu pasien


mulai menerima kenyataan dan realitas hidup

2. Bantu klien dalam penerimaan perubahan citra diri sesuai


kebutuhan klien.

Rasional    :    Agar pasien dapat memahami


perubahan citra diri dengan proses rekonstruksi
perbaikan pada dirinya.
3. Jelaskan setiap kesalahpahaman yang di alami klien, untuk
membantu penyesuaian terhadap perubahan kapasitas fisik dan
konsep diri.

Rasional    :    Salah memberikan informasi akan


berakibat salah persepsi.

4. Susun sasaran dan tujuan yang akan dicapai bersama klien.

Rasional    :    Agar proses penyampaian informasi


tersusun sesuai rencana.

5. Anjurkan dan motivasi klien untuk melakukan perawatan diri


sendiri mandiri sesuai kemampuan.

Rasional    :    Perawatan diri secara mandiri dapat


menambah kepercayaan dalam diri klien.

6. Berikan dukungan dan pujian terhadap upaya klien.

Rasional    :    Dukungan bantuan orang terdekat


memotivasi dan membantu proses rehabilitasi.

7. Anjurkan keluarga/orang terdekat untuk mendukung


penyembuhan klien dengan dampak masalah muskuloskeletal.

Rasional    :    Keluarga merupakan orang terdekat


yang dapat membantu proses penyembuhan
penyakit klien.

 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.

Hasil yang diharapkan :

Tidak terjadi Infeksi

Intervensi :

1. Kaji respon pasien terhadap pemberian antibiotik

Rasional    :    Untuk menentukan antibiotic yang tepat untuk


pasien

2. Pantau tanda-tanda vital


Rasional    :    Peningkatan suhu tubuh di atas normal
menunjukkan adanya tanda-tanda infeksi

3. Pantau luka operasi dan cairan yang keluar dari luka

Rasional    :    Adanya cairan yang keluar dari luka


menunjukkan adanya tanda infeksi dari luka.

4. Pantau adanya infeksi pada saluran kemih

Rasional    :    Retensi urine sering terjadi setelah pembedahan

 Pelaksanaan Keperawatan

Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan yang telah


ditentukan, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara
optimal. Pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan keperawatan
berdasarkan rencana keperawatan yang telah disusun.

 Evaluasi
o Nyeri berkurang sampai dengan hilang

o Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan perifer

o Pemeliharaan kesehatan terjaga dengan baik

o Dapat melakukan mobilitas fisik secara mandiri.

o Tidak terjadi perubahan konsep diri; citra diri, harga diri dan
peran diri

BAB III

TINJAUAN KASUS

 
1. Pengkajian Keperawatan

Nama Mahasiswa yang Mengkaji    :     Mediyanto     NIM :


10.01.07.0813

Progran Studi     :     D III Keperawatan

Unit : Penyakit Bedah     Tanggal Pengkajian    : 14 Juli 2010

Ruang/Kamar : Lukas 1 / 8 - 2     Waktu Pengkajian : 08.00 WIB

Tanggal Masuk RS : 12 Juli 2010     Auto Anamnese     : Klien

Tanggal operasi    : 13 Juli 2010 jam 10.00WIB Allo Anamnese     :


Keluarga

1. Identifikasi
1. Klien

    Nama Initial    :     Tn."M"

    Tempat / Tanggal Lahir (Umur) :     (18 Tahun)

    Jenis Kelamin    :     Laki-laki

    Status Perkawinan    :     Belum kawin

    Agama / Suku    :     Islam / Melayu

    Warga Negara    :     Indonesia

    Bahasa yang Digunakan    :     Indonesia         

    Pendidikan    :     Perguruan tinggi

    Pekerjaan    :     Mahasiswa

    Alamat Rumah    :     Jl. Jenderal Sudirman


(Pahlawan)

b.     Penanggung jawab

    Nama    :     Ny. "K"

    Alamat    :     Jl. Jenderal Sudirman (Pahlawan)


    Hubungan dengan Klien    :     Orang Tua

2. Data Medik

Klien dikirim oleh UGD dengan diagnosa medik saat masuk


klien mengalami Fraktur Cruris Dextra dan saat pengkajian
Post Op fraktur Cruris Dextra.

3. Keadaan Umum
1. Keadaan Sakit

Klien tampak sakit sedang karena klien tampak berbaring


lemah, klien terpasang selang cateter. Terpasang infuse
asering 20 tts/mnt.

1. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama

Klien mengatakan nyeri dikaki sebelah kanan karena luka


operasi pemasangan pen di kaki sebelah kanan.

2. Riwayat kesehatan sekarang

Klien mengatakan pada tanggal 12 Juli 2010 klien mengalami


kecelakaan antara motor dengan motor, kecelakaan terjadi
pada malam hari, sekitar jam 20.00 WIB di Kambang Iwak lalu
klien di bawa ke bagian gawat darurat Rumah sakit Charitas
kemudian dianjurkan opname oleh dr."T" karena menggalami
fraktur pada kaki kanan. Kemudian klien dirawat di Pavilyun
Lukas I bagian bedah. Klien dianjurkan oleh dokter untuk
operasi, operasi dilakukan pada hari Selasa tanggal 13 Juli
2010 pukul 10.00 WIB. Saat pengkajian tanggal 14 Juli 2010
klien mengatakan nyeri dikaki kanan, tampak kaki sebelah
kanan terbalut elastis perban, kaki tampak bengkak, kaki
kanan baru di operasi pemasangan pen; plat 8, hole 1 dan
screw 8 buah.

3. Riwayat kesehatan masa lalu

Klien mengatakan tidak pernah mengalami sakit dimasa lalu.


2. Tanda-tanda Vital
1. Kesadaran

Kesadaran     klien secara kualitatif yaitu compos mentis dan


secara kuantitatif berdasarkan Skala Coma Glasgow diperoleh
hasil; respon motorik dengan skala 6, respon bicara dengan
skala 5, respon membuka mata dengan skala 4 sehingga
berjumlah 15 dengan kesimpulan klien sadar penuh/tidak
koma. Flapping Tremor negatif

2. Tekanan Darah    : mmHg, MAP : mmHg

Kesimpulan        : Perfusi ginjal memadai

3. Suhu : 36,5ºC
4. Pernafasan     klien 18x/menit dengan irama teratur dan jenis
dada dan perut.

5. Nadi : 86 x/menit

1. Pengukuran

Tinggi Badan    klien 175 cm dan berat badan 65 kg sehingga IMT klien


adalah

Kesimpulan : berat badan ideal.

 
 

1. Genogram

1. Kajian Pola Persepsi Kesehatan dan Pemeliharaan Kesehatan


1. Riwayat Penyakit yang Pernah Dialami

Klien belum pernah di rawat di rumah sakit

1. Data Subyektif
1. Keadaan Sebelum Sakit

Klien menyatakan sebelum sakit, klien hanya


seorang pelajar/ mahasiswa Perguruan Tinggi.
Klien mengatakan kalau sakit demam hanya
berobat ke dokter umum dan sembuh.
Kebiasaan mandi sehari 3 kali.

2. Keadaan Sejak Sakit

Klien mengatakan sejak sakit tidak dapat


menjalani aktivitasnya sehari-hari karena kaki
sebelah kanan patah. Klien selalu minum obat
yang diberikan oleh perawat. Mandi hanya dilap
saja di tempat tidur.

2. Data Obyektif
1. Keadaan rambut bersih, kulit kepala bersih
tidak ada ketombe dan, rongga mulut bersih
tidak ada sisa makanan maupun bau mulut,
kebersihan genetalia bersih, kebersihan anus
bersih.

 
1. Kajian Pola Nutrisi Metabolik
1. Data Subyektif

2. Keadaan Sebelum Sakit

Klien mengatakan makan 3x/hari (jenis ; nasi, lauk-pauk, dan


sayur), klien, klien minum 7-8 gelas sehari dengan jenis air
putih dan teh.

1. Keadaan Sejak Sakit

Klien mengatakan makan 3x/hari, (jenis ; nasi, lauk-pauk,


sayur, dan buah), klien dapat menghabiskan porsi makan yang
disediakan Rumah Sakit, minum 6 gelas sehari dengan jenis air
teh dan air putih klien tidak ada gangguan pada pola
makannya.

2. Data Obyektif
3. Observasi

Klien tampak menghabiskan 1 porsi makanan yang disediakan


di Rumah sakit.

1. Pemeriksaan Fisik

Keadaan nutrisi rambut bersih,berwarna hitam, hidrasi kulit


elastic dan lembab, palpebrae anedema, conjungtiva an anemis,
selera an ikterik, rongga mulut bersih tidak ada stomatitis, gusi
bersih, berwarna merah muda, gigi geligi utuh tidak ada gigi
palsu,klien mampu mengunyah buah apel, lidah bersih
berwarna merah muda, tonsil T1 tidak ada pembesaran,
pharing tidak ada pembesaran, kelenjar parotis dan tyroid tidak
ada pembesaran.

Abdomen inspeksi bentuk simetris, bayangan vena tidak


ditemukan, benjolan masa tidak ditemukan, auskultasi
peristaltik 16x/menit, pada palpasi tidak ditemukan adanya
nyeri tekan,masa tidak ada hidrasi kulit elastis, perkusi
tympani ascites negative, kelenjar limfe inguninal tidak teraba
ada pembesaraan.

Kulit tidak ditemukan uremic frost, edema, icteric, dan tanda-


tanda radang terdapat luka operasi difomur dan tibia.

4. Kajian Pola Eliminasi


1. Data Subyektif
5. Keadaan Sebelum Sakit

Klien mengatakan BAB 1x sehari, dengan konsistensi


bentuk lembek, warna kuning, BAK 4-5x sehari dengan
warna kuning jernih.

6. Keadaan Sejak Sakit

Klien mengatakan sejak dirawat di rumah sakit, klien


BAB ditempat tidur, dibantu oleh keluarga dan BAK
menggunakan selang kateter , lancar dan urine berwarna
kuning jernih.

1. Data Obyektif
7. Observasi

Klien tampak terpasang selang kateter.

8. Pemeriksaan Fisik

Pada palpasi suprapubika kandung kemih teraba kosong,


nyeri ketuk ginjal kiri dan kanan negative, mulut Urethra
bersih, anus tidak ditemukan Peradangan dan Hemoroid

1. Kajian Pola Aktivitas dan Latihan


1. Data Subyektif

2. Keadaan Sebelum Sakit

Klien mengatakan aktifitas sehari-hari klien


seorang mahasiswa di sebuah perguruan tinggi,
klien mengatakan biasanya melakukan aktivitas
secara mandiri. Seperti, mandi, makan,
berpakaian, BAB dan BAK.

3. Keadaan Sejak Sakit

Klien mengatakan sejak sakit hanya berbaring di


tempat tidur,klien mengatakan semua
aktifitasnya dibantu oleh keluarga dan perawat.
Kaki kanan nyeri bila digerakan.

4. Data Obyektif
9. Observasi
Klien tampak dalam beraktivitas seperti makan, mandi,
berpakaian, kerapian, mobilasasi ditempat tidur dan
ambulasi dalam skala 2 (dengan bantuan orang), BAB
dan BAK dalam skala 3 (dengan bantuan orang dan
alat), postur tubuh atau gaya jalan klien tegap ada
anggota gerak yang cacat yaitu kaki sebelah kanan
patah.

Pemeriksaan Fisik

Perfusi pembuluh perifer kuku tidak sianosis, Pada


inspeksi tampak bentuk thorak simetris, vocal fremitus
isokor, perkusi sonor, batas paru hepar di ICS 4
dekstra, auskultasi suara nafas vesikuler, suara ucapan
jelas, suara tambahan tidak ada, pada palpasi jantung
Ictus Cordis di ICS 5 di Linea Medio Clvikularis Sinistra,
tidak menggunakan alat pacu jantung, perkusi batas
atas jantung di ICS 2-3, batas kanan jantung pada linea
sternalis dekstra, batas kiri jantung pada medio
clavikularis simistra, tidak ditemukan atrofi otot,
rentang gerak terbatas, tidak ditemukan adanya mati
sendi dan kaku sendi, uji kekuatan otot kiri skala 5 dan
otot kaki sebelah kanan tidak dikaji karena dilakukan
operasi fraktur cruris ditandai dengan adanya luka
operasi dan kaki tampak bengkak, reflek fisiologik
positif pada tendon, pada columna vertebralis tidak
ditemukan kelainan bentuk.

1. Kajian Pola Tidur dan Istirahat

10. Data Subyektif

1) Keadaan sebelum sakit     

Klien mengatakan biasa tidur pada pukul 22.00 WIB


dan bangun pukul 07.00 WIB, klien tidak terbiasa tidur
siang, klien tidak mengkonsumsi obat-obatan untuk
tidur.

11. Keadaan sejak sakit    

Klien mengatakan sejak sakit, klien mulai tidur malam


pukul 21.00 WIB dan bangun pukul 05.00 WIB, siang
hari klien sering tertidur kerena tidak ada kegiatan yang
dilakukan.
1. Data Obyektif
1. Observasi     

Klien tidak menunjukkan ekspresi wajah


mengantuk, palpebra klien

tidak tampak bewarna gelap.

2. Kajian Pola Persepsi Kognitif dan Perseptual

a. Data Subyektif    

2. Keadaan sebelum sakit     

Klien mengatakan menggunakan kacamata tidak ada


ganguan pendengaran, penghiduan, dan pengecapan.

3. Keadaan sejak sakit    

Klien mengatakan sejak sakit masih menggunakan kaca


mata tidak ada gangguan pendengaran, penghiduan
dan pengecapan.

4. Data Obyektif
5. Observasi

Klien tampak menggunakan kaca mata, klien mampu


menghidu, klien masih mampu merasakan manisnya
air teh yang dihidangkan pagi hari.

6. Pemeriksaan Fisik

Pada cornea tidak ada strabismus, pupil isokor kiri dan


kanan sama besar, lensa mata jernih tidak ada katarak,
pina simetris, canalis bersih tidak cairan yang keluar,
membran tympani utuh, pendengaran dilakukan
dengan gesekan jari perawat dan pendengaran klien
baik.
 

7. Kajian Pola Persepsi Diri / Konsep Diri


8. Data Subyektif

1. Keadaan sebelum sakit

Klien mengatakan seorang anak dari 5


bersaudara, klien malu dengan keadaannya saat
ini, klien berharap penyakitnya cepat sembuh dan
bisa segera pulang.

2. Keadaan sejak sakit

Klien mengatakan kegiatan sehari-harinya


terganggu karena dirawat di rumah sakit, klien
mengatakan tubuhnya sekarang terasa lemah,
Klien tampak termenung dan memikirkan
keadaannya.

9. Data Obyektif

Saat pengkajian klien tampak bersedih dan sering


termenung.

1. Kajian Pola Peran dan Hubungan dengan


Sesama
12.Data Subyektif
1. Keadaan sebelum sakit     

Klien mengatakan hubungan dengan keluarga maupun


lingkungan baik, klien tinggal serumah bersama orang
tua, klien merasa senang dengan perannya dan tidak
merasa kecewa.

2. Keadaan sejak sakit    


Klien mengatakan sejak sakit, klien suka ngobrol
dengan klien di sebelahnya.hubungan dengan keluarga
baik.

3. Data Obyektif
1. Observasi

Saat pengkajian klien ditemani oleh orang tuanya, klien


tidak mengalami gangguan dalam berkomunikasi
verbal.

4. Kajian Pola Reproduksi - Seksualitas

a. Data Subyektif

5. Keadaan sebelum sakit     

Klien mengatakan berjenis kelamin laki-laki, klien tidak


mengalami gangguan dalam masalah seksualitas.

6. Keadaan sejak sakit    

Klien mengatakan tidak ada ganguan dalam masalah


seksualitas.

b. Data Obyektif

7. Observasi

Pada saat pengkajian klien tidak tampak menunjukkan


adanya kelainan perilaku seksual, klien tampak
memakai baju laki-laki, tampak pada genetalia
terpasang dawer cateter.

1. Kajian Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap


Stress

a. Data Subyektif

1. Keadaan sebelum sakit     


Keluarga mengatakan bila ada masalah selalu bercerita dengan orang tua
nya.

1. Keadaan sejak sakit    

Klien mengatakan jika klien membutuhkan bantuan klien meminta


bantuan kepada keluarga atau perawat.

1. Data Obyektif
1. Observasi

Ekspresi wajah klien saat pengkajian tampak tenang.

2. Kajian Pola Sistem Nilai Kepercayaan / Keyakinan

a. Data Subyektif

1. Keadaan sebelum sakit

Klien mengatakan menganut agama islam, klien menjalankan sholat


berjamaah di masjid.

1. Keadaan sejak sakit

Klien mengatakan selalu berdoa kepada Allah supaya cepat


diberi kesembuhan, klien hanya berdoa saja di tempat tidur.

1. Data Obyektif
1. Observasi

Klien tampak mengucapkan "Bismillahhirrohmannirrohim"


sebelum makan dan minum obat.

 
 

Tanda Tangan Mahasiswa Yang


Mengkaji

( MEYDIANTO )

1. Hasil Pemeriksaan Lab

Pemeriksaan Laboratorium tanggal 12 /7/2010

Result / Hasil
Tes Unit / Reference range /
Out of Within
Pemeriksaan Satuan Nilai rujukan
range range
Hematologi I        
Darah Rutin        
Hemoglobin 13,5 g/dl 13 – 18
 
Leukosit 11.000   sel/µl 4.000 – 10.000
LED/BSE   10 mm 0 – 15
Basofil   0 % 4,5 – 6,5
Eosinofil   1 % 1–3
Neutrofil Staff   2 % 2–6
Neutrofil   70 % 50 -70
Limfosit 14   % 20 - 40
Monosit   7 % 2-8
Darah Khusus        
Golongan
  A    
darah
Resus Faktor   Positif    
BT (Bleding
  3 Mnt <6
time)
Kimia Darah        
SGOT / ASAT   25 µ/l 10-34
SGPT/ALAT   17 µ/l 9 – 43
Faal Ginjal        
Ureum   11 Mg/dl 10-50
Creatinin   0,8 Mg/dl 0,6-1,5
BSS   148 Mg/dl 70 – 180
         

Rontgen Radiologi tanggal 12 Juli 2010

Kesan : Fraktur Cruris Dekstra

Fraktur tulang tibia dan fibula dekstra 1/3 tengah

Dengan angulasi ringan

Rontgen Radiologi tanggal 14 Juli 2010

Kesan : Fraktur Cruris Dekstra

Fraktur tulang tibia dan fibula dekstra 1/3 tengah

Dengan angulasi ringan

Terpasang plat 8, hole 1 buah dan screw 8 buah

Tampak posisi tulang baik

1. Daftar obat yang diberikan pada klien

Nama/ Umur        : Tn 'M' / 18 tahun


Ruang/ Kamar        : Lukas / 8-2

1. Nama obat            : Mefinal


2. Klasifikasi obat    :     Analgesik

1. Dosis Umum    :     Dewasa dan anak di


atas 14 tahun : Dosis awal yang
dianjurkan 500 mg kemudian dilanjutkan
250 mg tiap 6 jam

2. Dosis untuk klien     :     3 x 1 @ 500mg

Yang bersangkutan

3. Cara pemberian obat    :     Oral


1. Mekanisme kerja dan     :     Mefinal
mengandung Asam Mefenamat

    fungsi obat     yang berguna sebagai


penekan rasa sakit

2. Alasan pemberian obat :             Untuk


menghilangkan nyeri akut dan kronik,
ringan sampai sedang sehubungan
dengan sakit kepala, sakit gigi, dismenore
primer, termasuk nyeri karena trauma,
nyeri sendi, nyeri otot, nyeri sehabis
operasi, nyeri pada persalinan.
3. Kontra indikasi     :         Pada penderita
tukak lambung, radang usus, gangguan
ginjal, asma dan hipersensitif terhadap
asam mefenamat.Pemakaian secara hati-
hati pada penderita penyakit ginjal atau
hati dan peradangan saluran cerna

4. Side effect obat     :     Dapat terjadi


gangguan saluran cerna, antara lain iritasi
lambung, kolik usus, mual, muntah dan
diare, rasa mengantuk, pusing, sakit
kepala, penglihatan kabur, vertigo,
dispepsia.

1. Nama obat    :      Cefspan 100 mg


2. Klasifikasi obat    :      Antibiotik

3. Dosis umum    :      Sefiksim 50 mg;


100 mg/kapsul; 100 mg/5 ml sirop.
4. Dosis untuk klien yang     :     3x1
tab    

5. Cara pemberian obat    :      oral

6. Mekanisme kerja dan     :     


Pyogenes; bronkitis akut dan kronik
yang disebabkan oleh Streptococcus
Pneumoniae dan dan Haemophilus
Enfluenzae.

7. Alasan pemberian obat :      Infeksi


saluran kemih yang disebabkan
Escherichia Coli dan Proteus
mirabilis, otitis media yang
disebabkan oleh Haemophilus
Influenzae, faringitis, tonsilitis yang
disebabkan Streptococcus Pyogenes;
bronkitis akut dan kronik yang
disebabkan oleh Streptococcus
Pneumoniae dan dan Haemophilus
Enfluenzae

1. Nama obat    :      Extrace

1. Klasifikasi obat    :      Multi vitamin

1. Dosis umum    :      Dewasa 100-200 mg


1-2x sehai, Anak-anak 100-300 mg
sehari dalam dosis bagi

2. Dosis untuk klien yang     :     1 x 1 vial

3. Cara pemberian obat    :      Injeksi IV

4. Mekanisme kerja dan     :      Pengobatan


defisiensi vitamin C.

5. Alasan pemberian obat :      Pengobatan


defisiensi vitamin C, bila pemberian
secara per oral dikontraindikasikan.

1. Nama obat    :     Cravit IV

1. Klasifikasi obat    :     Antibiotik


1. Dosis umum    :     Dewasa 100-200 mg
1-2x sehai, Anak-anak 100-300 mg
sehari dalam dosis bagi

2. Dosis untuk klien yang     :     1 x 1 vial

3. Cara pemberian obat    :     Injeksi IV

4. Mekanisme kerja dan     :     Kadar


hambat minimum Cravit terhadap
kuman-kuman tersebut Sangat rendah
ditambah Efek ekuitas Artikel Baru pasca
antibiotik, menjadikan Cravit efektif
untuk Artikel eradikasi kuman-kuman
tersebut. Profil farmakokinetik Cravit
memungkinkan Cravit diberikan sekali
sehari sehingga meningkatkan
kepatuhan pasien.

5. Alasan pemberian obat :     Cravit


diindikasikan pada infeksi dengan
mikroorganisme rentan, seperti sinusitis
maksilaris akut, eksaserbasi bakteri akut
dari bronkitis kronis, Komunitas
diperoleh pneumoniae, rumit dan
struktur kulit infeksi kulit, infeksi
saluran kemih yang rumit, termasuk
pielonefritis akut ®. Iv Cravit Hanya
diberikan kepada pasien yang tidak dapat
menggunakan bentuk lisan.

1. Nama obat    :     Dynastat

1. Klasifikasi obat    :     Analagesik

1. Dosis umum    :     Dosis adalah 40 mg


rcommended diberikan secara intravena
(IV) atau intramuskular (IM), diikuti
setiap 6 sampai 12 jam dengan 20 mg
atau 40 mg sebagaimana diperlukan,
tidak untuk unggul 80 mg / hari. The
injeksi IV bolus dapat diberikan dengan
cepat dan langsung ke pembuluh darah
atau ke infus yang ada. IM injeksi harus
diberikan perlahan-lahan dan dalam-
dalam otot.

2. Dosis untuk klien yang     :     1 x 1 vial


3. Cara pemberian obat    :      Injeksi IV

4. Mekanisme kerja dan     :     Jangka


pendek pengobatan nyeri pasca operasi.

5. Efek samping    :    Sistem saraf otonom


Gangguan : hipertensi, hipotensi. Tubuh
sebagai Whole - Gangguan Umum : nyeri
punggung, edema perifer. Sentral dan
perifer Nervous System Disorders :
hypoaesthesia. Gastro-intestinal
Gangguan Sistem : osteitis alveolar (soket
kering), dispepsia, perut kembung.
Gangguan metabolik dan Gizi :
peningkatan kreatinin, hipokalemia.
Gangguan Jiwa : agitasi, insomnia.
Gangguan sel darah merah : anemia
pasca-operasi. Gangguan Pernapasan :
faringitis, insufisiensi pernafasan.
Gangguan kulit dan pelengkap : pruritus.
Sistem urin Gangguan : Oliguria

6. Pantozol IV
2. Klasifikasi obat    :      Antipasmodik

1. Dosis umum    :     Tiap vial mengandung


Pantoprazole sodium 42.3 mg

2. Dosis untuk klien yang     :     1 x 1 vial

3. Cara pemberian obat    :      Injeksi IV

4. Mekanisme kerja dan     :


Menghilangkan gejala dan untuk terapi
jangka pendek gangguan gaster dan
intestinal yang memerlukan pengurangan
sekresi asam lambung, ulkus duodenal,
ulkus gaster, refluks esofagitis sedang
dan bera

5. Efek samping    :    Sakit kepala, diare,


Jarang, mual, nyeri perut bagian atas,
kembung, ruam kulit, pruritus, pusing

6. Alasan pemberian obat :      Untuk nyeri


lambung dan muntah
 

1. ANALISA DATA

Nama / Umur    : Tn.'M' / 18 Tahun

Ruang / Kamar    : Lukas I / 8-2

No. Data Etiologi Masalah


1. Data Subyektif : Adanya luka Nyeri
insisi bedah
 Klien mengatakan nyeri pada
  bagian kaki sebelah kanan yang  
patah dengan skala nyeri 5  

  Data Obyektif :  
 
 Klien tampak meringis kesakitan
  dan kaki sebelah kanan dibalut  
perban elastis  
 Klien telah dilakukan operasi
  pemasangan pen; plat 8, hole 1  
buah dan screw 8 buah.  

   Klien tampak meringis menahan  


nyeri  
 Tanda-tanda Vital :     
   
        TD =     120/80 mmHg  

   
    S     =     36,5ºC
 
      N     =     86 x/mnt

    P     =     18x/mnt  


 

   
   

   
   
Data Subyektif :
 
   Keluarga mengatakan kaki  
kanan terasa nyeri dan sulit
untuk digerakkan.  
   
Data Obyektif :
 
   Klien tampak/dimandikan  
dengan cara dilap oleh keluarga
 Klien tampak baring lemah di  
  tempat tidur  
 Tampak aktivitas seperti makan,  
  dan berpakaian, imobilisasi, dan  
ambulasi dengan skala 2
(bantuan orang lain)  
   
 BAK dan BAB dibantu oleh
orang dan alat (Skala 3)
2.  
 Tanda-tanda Vital :       
Kerusakan
          TD =     120/80 mmHg Prosedur mobilitas
pembedahan fisik
    S     =     36,5ºC
 
    N     =     86 x/mnt  

      P     =     18x/mnt


No. Data Etiologi Masalah
3. Data Subyektif : Adanya Luka Resiko tinggi
insisi bedah infeksi
 Klien mengatakan kaki sebelah
kanan patah dan bengkak
   
Data Obyektif :

 Tampak kaki sebelah kanan    


klien terbalut dengan perban
elastic karena luka operasi.
 Kaki tampak bengkak
 
 Balutan perban tampak kering
dan bersih

 Tanda-tanda Vital :         

        TD =     120/80 mmHg


   
    S     =     36,5ºC

    N     =     86 x/mnt    

     P     =     18x/mnt


 
Hasil lab leukosit = 11.000 sel/µl
Data Subyektif :

 Klien mengatakan pasrah


dengan keadaannya sekarang
karena kaki sebelah kanannya Perubahan
patah. Gangguan
4 penampilan
citra diri
diri
Data Obyektif :

 Klien tampak diam dan sering


termenung

 
 

1. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama / Umur    : Tn.'M' / 18 Tahun

Ruang / Kamar    : Lukas I / 8-2

Tanggal DP Diagnosa keperawatan Nama


14/7/2010 I Nyeri berhubungan dengan adanya luka insisi Meidi
bedah

Data Subyektif :

 Klien mengatakan nyeri pada bagian kaki


sebelah kanan yang patah dengan skala
nyeri 5
Data Obyektif :

 Klien tampak meringis kesakitan dan kaki


sebelah kanan dibalut perban elastis
 Klien telah dilakukan operasi pemasangan
pen; plat 8, hole 1 buah dan screw 8 buah.

 Klien tampak meringis menahan nyeri

 Tanda-tanda Vital :     

        TD =     120/80 mmHg

    S     =     36,5ºC

    N     =     86 x/mnt

     P =     18x/mnt
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan
prosedur pembedahan

Data Subyektif :

 Keluarga mengatakan kaki kanan terasa


nyeri dan sulit untuk digerakkan.

Data Obyektif :

 Klien tampak/dimandikan dengan cara


dilap oleh keluarga
 Klien tampak baring lemah di tempat tidur

14/7/2010 II  Tampak aktivitas seperti makan, dan Meidi


berpakaian, imobilisasi, dan ambulasi
dengan skala 2 (bantuan orang lain)

 BAK dan BAB dibantu oleh orang dan alat


(Skala 3)

 Tanda-tanda Vital :     

        TD =     120/80 mmHg

    S      =     36,5ºC

    N =     86 x/mnt

P =     18x/mnt
14/7/2010 III Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya Meidi
luka insisi bedah

Data Subyektif :

 Klien mengatakan kaki sebelah kanan patah


dan bengkak

Data Obyektif :

 Tampak kaki sebelah kanan klien terbalut


dengan perban elastic karena luka operasi.
 Kaki tampak bengkak

 Balutan perban tampak kering dan bersih

 Tanda-tanda Vital :     

        TD =     120/80 mmHg

    S     =     36,5ºC

    N     =     86 x/mnt

     P     =     18x/mnt

Hasil lab leukosit = 11.000 sel/µl


Gangguan citra diri berhubungan dengan
perubahan penampilan diri

Data Subyektif :

 Klien mengatakan pasrah dengan


14/7/2010 IV Meidi
keadaannya sekarang karena kaki sebelah
kanannya patah.

Data Obyektif :

 Klien tampak diam dan sering termenung

1. PRIORITAS MASALAH
 

Nama / Umur    : Tn.'M' / 18 Tahun

Ruang / Kamar    : Lukas I / 8-2

Tanggal DP Diagnosa keperawatan Nama


Nyeri berhubungan dengan adanya luka insisi
14/7/2010 I Meidi
bedah
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan
14/7/2010 II Meidi
prosedur pembedahan
Gangguan citra diri berhubungan dengan
14/7/2010 III Meidi
perubahan penampilan diri
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya
14/7/2010 IV Meidi
luka insisi bedah

1. RENCANA KEPERAWATAN

Nama / Umur    : Tn.'M' / 18 Tahun

Ruang / Kamar    : Lukas I / 8-2

Diagnosa
N Hasil yang Rencana Na
Keperawat Rasional
o. diharapkan tindakan ma
an
1. Nyeri Tujuan 1. Lakukan 1. Untuk Med
berhubung jangka pengkajian mengetahui i
an dengan panjang : nyeri karakteristi
  adanya meliputi k nyeri
luka insisi Nyeri skala, agar dapat  
bedah berkurang intensitas, menentuka
  sampai dan jenis n diagnosa
DS : dengan nyeri. selanjutnya  
hilang. .
   Klien
meng Tujuan
ataka
n jangka      
  nyeri pendek :
pada 2. Untuk
bagia Dalam 3x24   mengetahui  
  n jam tanda-
kaki 2. Mengobser tanda vital
sebel Klien dapat vasi  
  ah bertoleransi keadaan
kana terhadap umum  
n nyeri yang klien  
  yang ditandai 3. Adanya
patah dengan : edema,
deng   hematom  
  an  Nyeri dan
skala berkur 3. Kaji spasme
nyeri ang adanya otot  
  5 sampa edema, menunjukk
i hamatom, an adanya
DO : hilang dan penyebab  
   Ekspr spasme nyeri
 Klien esi otot.
tamp wajah  
  ak klien  
meri tampa  
ngis k 4. Meningkatk  
  kesa rileks an aliran
kitan   balik vena
dan  
dan Tanda vital
  4. Tinggikan mengurang
kaki dalam batas
sebel normal ekstremita i edema
s yang dan  
ah
  sakit. mengurang
kana TD = 140/90
n mmHg i nyeri.
dibal
ut S = 36ºC  
perba  
n N = 70-75
elasti x/menit   1. Menurunka
s n edema
 Klien P = 15- 20 5. Berikan dan
telah x/menit kompres pembentuk
dilak dingin (es). an
ukan hematom
opera
si  
pema  
sang
an
 
pen;
plat  
8,  
hole
1  
6. Ajarkan
buah klien
dan 2. Menghilang
teknik
screw kan /
relaksasi,
8 mengurang
seperti
buah i nyeri
distraksi,
. secara non
dan
farmakologi
imajinasi
 Klien s
terpimpin.
tamp
ak
tegan  
 
g
3. Agar dapat
Klien 7. Laporkan
 menentuka
tamp kepada tim
n terapi
ak medik, bila
yang tepat
gelisa nyeri tidak
h terkontrol.
 
 Tand
a-  
tanda  
Vital 8. Kolaborasi
:      dengan tim 4. Pemberian
medis rutin
    TD     = dalam mempertah
120/80 memberika ankan
mmHg n obat- kadar
obatan analgesic
S     = analgetik. darah
36,5ºC secara
adekuat,
N     =  
mencegah
86 x/mnt fluktuasi
dalam
P     =  
menghilang
18x/mnt kan nyeri.
 

 
 

Diagnosa
N Hasil yang Rencana Na
Keperawata Rasional
o. diharapkan tindakan ma
n
2. Kerusakan Tujuan 1. Kaji 1. Untuk Mey
mobilitas jangka kemampu mengetahui di
fisik panjang : an tingkat
berhubung aktivitas kerusakan
an dengan Klien dapat klien mobilitas
prosedur melakukan dan dapat
pembedaha mobilitas menentuka
n. fisik secara   n intervensi
umum selanjutnya
ditandai
dengan : Tujuan   2. Untuk
jangka mengetahui
Data pendek keadaan
Subyektif : dalam waktu   umum
3 x 24 jam klien
 Klien dengan 2. Observasi
3. Agar dapat
kaki kriteria hasil tanda-
membantu
sebela : tanda
mobilitas
h vital
secara
kanan Tidak terjadi
bertahap
patah penurunan
dan kekuatan  
baru otot ditandai  
di dengan ; 3. Bantu
opera klien
4. Meningkatk
si  Dapat menggera
an aliran
mobili kkan
balik vena
Data sasi bagian
dan
Obyektif : secara cedera
mengurangi
bertah dengan
edema dan
 Klien ap tetap
mengurangi
tampa  Dapat memberik
nyeri
k melak an
5. Mengurangi
merin ukan sokongan
dan
gis latihan yang
menekan
kesak gerak adekuat.
efek nyeri
itan denga 4. Ekstremit
sebelum
dan n as
latihan
kaki mengg ditinggika
sebela unaka n dan
h n alat disokong mobilitas
kanan bantu dengan
dibalu gerak bantal. 6. Alat bantu
t gerak
perba  Klien membantu
n tampa   keseimbang
elastis k an diri
 Klien rileks untuk
telah   latihan
 Klien
dilaku mobilisasi
tampa
kan 5. Nyeri
k
opera dikontrol
tenang
si dengan
pema  Tanda bidai dan
sanga vital memberik
n pen; dalam an obat
plat batas anti-nyeri
8, normal sebelum
hole 1 digerakka
buah TD = n.
dan 140/9
screw 0 6. Kolaboras
8 mmHg i dengan
buah. tim terapi
S= dalam
 Klien 36ºC mengajar
tampa kan klien
k N= menggun
tegan 70-75 akan alat
g x/men bantu
it gerak
 Tanda
(tongkat,
-
P = 15- walker,
tanda
20 kursi
Vital :
x/men roda), dan
it anjurkan
TD =
klien
120/8
untuk
0
latihan.
mmH
g

S=
36,5ºC

    N =
86 x/mnt

P=
18x/mnt

Diagnosa
N Hasil yang Rencana Nam
Keperawata Rasional
o. diharapkan tindakan a
n
3. Gangguan Tujuan jangka 1. Dorong 1. Ekspresi Mey
citra diri panjang : klien emosi di
berhubung mengung membant
an dengan Dapat kapkan u pasien
perubahan menerima perasaan mulai
penampilan perubahan dan rasa menerim
diri dalam ketakuta a
ditandai penampilan n, kenyataa
dengan : diri mengenai n dan
perubaha realitas
Data Tujuan jangka n konsep hidup
Subyektif : pendek dalam diri.
waktu 1 x 24
 Klien Jam klien  
meng dapat  
ataka menerima 2. Agar
n keadaan 2. Bantu pasien
malu dirinya yang klien dapat
denga ditandai dalam memaha
n dengan : penerima mi
keada an perubaha
annya  Klien perubaha n citra
sekar memperli n citra diri
ang hatkan diri dengan
karen konsep sesuai proses
a kaki diri yang kebutuha rekonstr
sebel positif n klien. uksi
ah  Klien perbaika
kana mampu n pada
nnya menerim   dirinya.
patah a
. keadaan
nya    
Data
Obyektif :  Klien 3. Jelaskan
tidak setiap  
 Klien malu kesalahp
tamp dengan ahaman 3. Salah
ak kakinya yang di memberi
diam yang alami kan
dan klien, informasi
sering patah untuk akan
terme membant berakibat
nung  Klien u salah
tampak penyesua persepsi.
tenang ian
dan terhadap
rileks perubaha  
n
kapasitas
fisik dan  
konsep
diri.
4. Susun  
sasaran
dan
tujuan  
yang
akan 4. Agar
dicapai proses
bersama penyamp
klien. aian
informasi
5. Anjurkan tersusun
dan sesuai
motivasi rencana.
klien 5. Perawata
untuk n diri
melakuka secara
n mandiri
perawata dapat
n diri menamb
sendiri ah
mandiri kepercay
sesuai aan
kemampu dalam
an. diri klien.

   

6. Berikan
dukunga  
n dan
pujian 6. Dukunga
terhadap n
upaya bantuan
klien. orang
terdekat
memotiva
 
si dan
membant
u proses
 
rehabilita
si.
 
 
7. Anjurkan
keluarga/
7. Keluarga
orang
merupak
terdekat
an orang
untuk
terdekat
menduku
yang
ng
dapat
penyemb
membant
uhan
u proses
klien
penyemb
dengan
uhan
dampak
penyakit
masalah
klien.
muskulos
keletal.

Diagnosa
N Hasil yang Rencana Na
Keperawata Rasional
o. diharapkan tindakan ma
n
4. Resiko Tujuan 1. Kaji 1. Untuk Mey
tinggi jangka adanya menentu di
infeksi panjang : tanda- kan
berhubunga tanda antibiotic
n dengan Infeksi tidak infeksi yang
adanya luka terjadi seperti tepat
insisi bedah rabas, untuk
ditandai Tujuan kemeahan, pasien
dengan : jangka bengkak,
pendek : 2. Peningkat
Resiko tinggi 2. Mengobser an suhu
infeksi Dalam waktu vasi tanda- tubuh di
berhubunga 3x 24 jam tanda vital atas
n dengan tanda-tanda normal
adanya luka infeksi tidak menunju
insisi bedah terjadi   kkan
dengan adanya
Data kriteria tanda-
Subyektif : hasil:   tanda
infeksi.
 Klien  Bengk
menga ak di  
takan kaki  
sebela 3. Pantau
kaki
h luka 3. Adanya
sebela
kanan operasi dan cairan
h
mulai cairan yang yang
kanan
berkur keluar dari keluar
patah
ang luka dari luka
dan
bengk sampai menunju
ak denga kkan
  adanya
n
Data hilang tanda
4. Pantau infeksi
Obyektif :  Kulit
adanya dari luka.
disekit
infeksi 4. Retensi
 Tamp ar
pada urine
ak baluta
saluran sering
kaki n
kemih terjadi
sebela perban
h elastic setelah
kanan tidak pembeda
  han
klien tampa
terbal k
ut kemer
   
denga ahan
n dan
perba bersih  
n  
elastic  Tanda
karen
a luka
operas vital
i. dalam
 Kaki batas
tampa normal
k
bengk TD =
ak 140/9
0
 Baluta mmHg
n
perba S=
n 36ºC
tampa
k N= 5. Antibiotik
kering 70-75 dapat
5. Kolaborasi
dan x/men menekan
dengan tim
bersih it perkemba
medis
ngan
 Tanda dalam
P = 15- mikroorg
-tanda pemberian
20 anisme
Vital : terapi
x/men yang
antibiotik
it merugika
    TD = n
120/80 Hasil
mmHg lab
dalam
S= batas
36,5ºC normal
:
N =     86
x/mnt Leukos
it :
P =      4.000
18x/mnt –
Hasil lab 10.000
leukosit = sel/µl
11.000
sel/µl

1. Pelaksanaan Keperawatan

 
Nama/Umur     : Tn. "M" / 18 Th

Ruang/Kamar : Lukas 8-2

Nama
Tanggal DP Waktu Pelaksanaan Keperawatan
Jelas
Mengkaji tingkat nyeri, lokasi,
karakteristik, intensitas (skala 0-10).
Memperhatikan petunjuk nyeri
nonverbal (perubahan tanda vital dan
14/7/2010 I 07.30 emosi/prilaku) Meydi
(Nyeri pada kaki sebelah kanan dengan
skala 5, kaki tampak bengkak, intensitas
hilang timbul, klien tampak meringis
menahan nyeri)
Mengobservasi tanda-tanda vital

TD : 120/80 mmHg

  I 07.45 N : 86 x/mnt Meydi

S : 36,5 OC

P : 18 x/mnt
Klien diberi makan pagi
  I 08.00 (Klien makan habis 1 porsi yang Meydi
disediakan rumah sakit)
Menganjurkan klien untuk istirahat
tirah baring
  I 08.15 Meydi
(Klien tampak tirah baring dan
meninggikan ekstremitas yang sakit)
Memberikan klien posisi yang nyaman
  I 08.30 Meydi
(Klien diberi posisi terlentang)
Memberikan obat injeksi Extrace 1 x1
  I 09.00 vial, Cravit 1x1 vial, Dynastat 1x1 vial Team
dan pantozol 1x1 vial
Memberikan klien obat oral
  I 09.15 (Klien dapat obat cefspan 3 x 1 tab, Team
mefinal 3 x1 tab)
  I 11.00 Mengajarkan klien teknik relaksasi tarik Meydi
nafas dalam bila nyeri timbul

(Klien tampak mengikuti teknik yang


diajarkan yaitu menarik nafas dalam
apabila nyeri timbul)
Mengevaluasi keadaan klien

Klien mengatakan nyeri pada kaki


sebelah kanan, nyeri pada skala 5

Klien tampak tegang menahan sakit.


  I 13.00 Meydi
TD : 120/80 mmHg

N : 86 x/mnt

S : 36,5 OC

P : 18 x/mnt
Mengkaji klien

  I 13.39 Klien mengatakan nyeri daerah operasi, Tim


klien dianjurkan tarik napas dalam bila
nyeri timbul, keluarga dilibatkan.
Mengobservasi klien tampak K/U sakit
  I 14.00 sedang, klien sedang istirahat, klien Tim
dianjurkan banyak minum.
Mengevaluasi klien tampak sakit sedang,
  I 20.00 klien mengatakan nyeri pada luka Tim
operasi masih ada
Klien tampak sakit sedang, malam
  I 21.00 Tim
tampak tidur baring.
Klien tirah baring didamping oleh
  I 24.00  
keluarga, tetesan infuse lancar.
Mengkaji keadaan umum klien

(Keadaan klien sakit sedang, klien tidak


14/7/2010 II 07.00 dapat bergerak bebas pada kaki sebelah Meydi
kanan karena baru dilakukan operasi
fraktur, semua aktivitas dibantu
keluarga)
Mengobservasi keadaan klien

  II 07.45 TD : 120/80 mmHg Meydi

N : 86 x/mnt S : 36,5 OC, P : 18 x/mnt


Menganjurkan keluarga untuk
  II 08.15 membantu dan mendampingi klien Meydi
(Keluarga tampak mendampingi klien.)
  II 08.30 Menganjurkan klien untuk beraktivitas Meydi
sesuai kemampuan untuk mencegah
terjadi kelemahan fisik

(Klien tampak mengikuti anjuran yang


diberikan yaitu miring kiri dan kanan)
Menganjurkan klien untuk banyak
  II 08.40 minum. Meydi
(Klien mulai banyak minum)
Memberikan obat injeksi Extrace 1 x1
  I 09.00 vial, Cravit 1x1 vial, Dynastat 1x1 vial Team
dan pantozol 1x1 vial
Memberikan klien obat oral
  II 09.15 (Klien dapat obat cefspan 3 x 1 tab, Team
mefinal 3 x1 tab)
11.15

Menganjurkan klien untuk memenuhi


  II   kebutuhan nutrisi dengan makan Meydi
makanan yang disukai sesuai indikasi.

 
Mengevaluasi keadaan klien

Klien mengatakan tidak bisa


menggerakkan kakinya yang patah.
  II 13.00 Meydi
Tampak kaki Klien yang patah terbalut
perban

Tanda-tanda vital TD : 120/80 mmHg


Klien mengatakan belum bisa
beraktivitas dan perlu dibantu oleh
  II 13.39 keluarga. Tim

(Aktivitas klien masih dibantu keluarga)


Mengobservasi klien tampak K/U sakit
sedang, klien sedang istirahat, klien
  II 14.00 Tim
dianjurkan untuk aktivitas secara
bertahap, miring kiri miring kanan
Mengevaluasi klien tampak sakit sedang,
  II 20.00 klien mengatakan badan masih lemas Tim
dan kaki sebelah kanan sulit digerakkan
Klien tampak sakit sedang, tampak kaki
  II 21.00 Tim
sebelah kanan terbalut perban.
Klien tirah baring didampingi keluarga,
  II 24.00 Tim
tetesan infuse lancar
14/7/2010 III 07.25 Mengkaji keadaan umum klien Meydi
Klien sakit sedang, klien mengatakan
sedih karena ada kekurangan pada
dirinya yaitu kakinya yang patah,
dimana aktivitas sehari-harinya sebagai
mahasiswa tidak dapat dilakukannya.
Mengobservasi keadaan klien

TD : 120/80 mmHg
  III 07.45 Meydi
N : 86 x/mnt S : 36,5 C
O

P : 18 x/mnt
Memberikan klien penjelasan tentang
perawatan luka operasi dan pentingnya
  III 08.30 latihan sesuai indikasi untuk mencegah Meydi
kelemahan otot.

(klien tampak mengerti)


Menjelaskan kepada klien bahwa luka
patah tulang tersebut akan kembali
menyatu dan sembuh apabila mengikuti
anjuran dari dokter dan
  III 09.05 memeriksakannya secara rutin kepada Meydi
tim kesehatan.

(Klien tampak mengerti penjelasan yang


diberikan)
Menganjurkan klien untuk semangat
dalam usaha memulihkan kembali
  III 10.15 kakinya baik dengan latihan Meydi
menggunakan alat bantu secara
bertahap
Mengevaluasi keadaan klien

(Klien mengatakan sudah mengerti


  III 13.00 tentang penyakit yang dialaminya dan Meydi
tampak menerima keadaan yang
dialaminya dan tabah)
Klien tampak sakit sedang, istirahat
  III 21.00 Tim
tenang didampingi keluarga
Klien tirah baring ditemani keluarga,
  III 24.00  
tetesan infuse lancar.
Mengkaji keadaan umum klien .

(Tampak ada luka bekas operasi pada


14/7/2010 IV 07.15 kaki sebelah kanan dan dibalut perban, Meydi
balutan perban elastic tampak bersih,
tidak basah dan kulit sekitar balutan
tidak kemerahan, kaki tampak bengkak)
Mengobservasi keadaan klien

TD : 120/80 mmHg
  IV 07.45 Meydi
N : 86 x/mnt S : 36,5 CO

P : 18 x/mnt
Menganjurkan keluarga untuk menjaga
kebersihan tangan dengan mencucinya
sebelum dan sesudah melakukan
  IV 07.35 tindakan pada luka Meydi
(Keluarga dan klien mengerti dan
melakukan prosedur cuci tangan
sebelum melakukan tindakan pada luka)
Memberikan penjelasan kepada klien
pentingnya menjaga kebersihan balutan
luka agar tetap kering.

(Klien tampak mengangguk dan mengerti


)

  IV 08.15 Meydi
 

 
Mengevaluasi keadaan klien :

Klien mengatakan kaki sebelah kanan


bengkak.
  IV 13.00  
Tampak balutan luka bersih, kulit
sekitar balutan tidak tampak
kemerahan, S : 36,5 OC
Mengkaji keadaan klien :

Keadaan umum klien tampak sakit


15/7/2010 I 06.00 sedang, malam bisa tidur, klien Tim
mengatakan nyeri luka operasi
berkurang.
Dr. "S" periksa klien, hari ini boleh
  I 07.45 Tim
pulang
Keadaan Umum Klien baik, klien
  I 09.31 Tim
istirahat baring
  I 13.00 Mengevaluasi klien Meydi
KU klien membaik, klien hari ini boleh
pulang
Adm lunas, klien pulang beres, surat
  I 14.00 control dan obat sudah diberikan pada Meydi
keluarga
Mengkaji keadaan klien :

Keadaan umum klien tampak sakit


15/7/2010 II 06.00 sedang, klien sudah dapat beraktivitas Tim
secara mandiri, tampak klien
menggunakan tongkat untuk berjalan.
Dr. "S" periksa klien, hari ini boleh
  II 07.45 Tim
pulang
Mengobservasi keadaan pasien
  II 09.31 Keadaan umum klien baik, klien Tim
istirahat baring
Mengevaluasi klien
  II 13.00 KU klien membaik, klien hari ini boleh Meydi
pulang
Adm lunas, klien pulang beres, surat
  II 14.00 control dan obat sudah diberikan pada Meydi
keluarga
Mengkaji keadaan umum pasien

15/7/2010 IV 06.00 Pasien tampak membaik, sudah dapat Tim


menerima keadaannya, ekspresi wajah
tampak rileks.
Dr. "S" periksa klien, hari ini boleh
  IV 07.45 Tim
pulang
Keadaan Umum Klien baik, klien
  IV 09.31 Tim
istirahat baring
Mengevaluasi klien
  IV 13.00 KU klien membaik, klien hari ini boleh Meydi
pulang
Adm lunas, klien pulang beres, surat
  IV 14.00 control dan obat sudah diberikan pada Meydi
keluarga

 
 

G. EVALUASI KEPERAWATAN

Nama/Umur     : Tn. "M" / 18 Th

Ruang/Kamar : Lukas 8-2

Tanggal DP Evaluasi Keperawatan Nama


14/07/2010 S    :     Klien mengatakan nyeri pada
kaki sebelah kanan, nyeri pada skala 5
13.00
O    :     Klien tampak tegang menahan
Meyd
I sakit
i
 
A     :     Masalah belum teratasi

  P    :     Rencana tindakan 1-7diteruskan


S    :     Klien mengatakan tidak bisa
bergerak bebas pada daerah kakinya
yang patah.

O    :     Tampak kaki Klien yang patah


terbalut perban
14/07/2010 Meyd
II
13.00             Tanda-tanda vital TD : 120/80 i
mmHg

A     :     Masalah belum teratasi

P    :     Rencana 1-4, tindakan


diteruskan
14/07/2010 III S    :     Klien mengatakan sudah Meyd
mengerti mengerti tentang penyakitnya i
13.00 dan keadaan dirinya

O    :     klien tampak menerima keadaan


yang dialaminya dan tetap tabah ,
ekspresi wajah relaks dan bersemangat

A     :     Masalah teratasi


P    :     Rencana tindakan dihentikan
S    :     Klien mengatakan kaki sebelah
kanan bengkak.
14/07/2010
O    :     Tampak balutan luka bersih,
13.00
kulit sekitar balutan tidak tampak
kemerahan, S : 36,5 OC Meyd
IV
i
 
A     :     Tanda-tanda infeksi tidak
terjadi
 
P    :     Rencana tindakan 1-6
diteruskan
S    :     Klien mengatakan nyeri sudah
berkurang, sudah dapat tidur nyenyak

O    :     K/U klien membaik, dr. "S"


15/07/2010 periksa klien hari ini boleh pulang, klien Meyd
I
14.00 dapat bertoleransi dengan rasa nyeri. i

A     :     Masalah teratasi

P    :     Rencana distop


S    :    Klien mengatakan sudah dapat
berjalan dengan menggunakan tongkat

O    :    Klien tampak berjalan


menggunakan tongkat, K/U klien
15/07/2010 membaik, dr. "S" periksa klien hari ini Meyd
II
14.00 boleh pulang i

A     :     Masalah belum teratasi

P    :     Rencana 1,2,3,4,5,6 tindakan


diteruskan dirumah
S    :     Klien mengatakan luka dikaki
sebelah kanan masih dibalut perban

15/07/2010 O    :     K/U klien membaik, dr. "S"


Meyd
IV periksa klien hari ini boleh pulang
14.00 i
A     :     Masalah teratasi sebagian

P    :     Intervesi dilanjutkan di rumah

 
 

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis secara khusus membahas tentang pencapaian yang
telah diperoleh setelah memberikan asuhan keperawatan pada Tn. "M"
Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal; Fraktur Cruris. Bab ini juga
terdapat kesenjangan-kesenjangan yang terjadi dilihat dari konteks teori
dan hasil penerapan secara nyata pada klien. Hal ini disebabkan karena
kemungkinan respon dan daya tahan klien dalam menghadapi penyakitnya
berbeda-beda. Adapun pembahasan terhadap Asuhan Keperawatan pada
Tn. "M" dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal; Fraktur Cruris adalah :

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dalam


pengkajian penulis memperoleh data mengunakan wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik secara sistematik dan melihat data-data
penunjang melalui catatan keperawatan dan status klien. Pada
pengkajian klien dengan gangguan system Muskuloskeletal; Fraktur
Cruris secara teoritis ditemukan tanda dan gejala sebagai berikut;
keterbatasan gerak, kehilangan fungsi motorik pada bagian yang
terkena, adanya kesulitan dalam istirahat tidur, hilang gerak/
sensasi, spasme otot, nyeri tiba-tiba saat cidera, kerusakan tulang,
laserasi kulit, perdarahan dan pembengkakan lokal sedangkan tanda
dan gejala yang ditemukan pada klien antara lain; nyeri pada kaki
sebelah kanan, kelemahan, kaki bengkak dan gangguan citra diri,
Sedangkan kesenjangan yang terjadi dikarenakan semua tanda dan
gejala yang ada pada teori kemungkinan telah teratasi sebelum
penulis melakukan pengkajian, karena klien telah dirawat selama dua
hari di rumah sakit dan telah diberikan tindakan untuk mengurangi
keluhan klien.
Adapun data lain yang penulis tidak temukan pada teori namun
muncul pada saat dilakukan pengkajian yaitu gangguan citra diri, hal
ini penulis angkat karena klien tampak malu karena kaki sebelah
kanannya cacat.

1. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan teori yang ada perumusan diagnosa keperawatan


merupakan proses pemikiran melalui tanda dan gejala klinik
menurut perubahan patofisiologi, respon klien maupun keluarga.
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul berdasarkan teoritis
pada kasus Fraktur Cruris adalah :

2. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan,


pembengkakan, dan imobilisasi.
3. Risiko perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
pembengkakan, alat yang mengikat, gangguan peredaran
darah.

4. Perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan


kehilangan kemandirian.

5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri,


pembengkakan, prosedur pembedahan, adanya alat imobilisasi
(misal bidai, traksi, gips).

6. Perubahan konsep diri; citra diri, harga diri dan peran diri
berhubungan dengan dampak masalah musculoskeletal

7. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya prosedur


invasife.

Dan penulis menambahkan dua diganosa keperawatan diluar dari


teori Risiko tinggi trauma tambahan berhubungan dengan kerusakan
neurovaskular, tekanan, dan disuse Fraktur Cruris, karena diagnosa
tersebut muncul pada klien pada saat pengkajian, adapun diagnosa
keperawatan tersebut antara lain :

8. Nyeri berhubungan dengan adanya luka insisi bedah


9. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan prosedur
pembedahan

10. Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan


penampilan diri

11. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi


bedah
 

Diagnosa keperawatan nyeri berhubungan dengan adanya luka insisi


bedah, penulis angkat karena pada saat pengkajian klien mengeluh
nyeri pada kaki sebelah kanan.

Untuk diagnosa keperawatan kerusakan mobilitas fisik berhubungan


dengan prosedur pembedahan ditegakkan karena klien tidak mampu
beraktivitas secara mandiri, dan ekstremitas tidak bergerak bebas
karena fraktur.

Untuk diagnosa keperawatan gangguan citra diri berhubungan


dengan perubahan penampilan diri ditegakkan karena klien
mengatakan malu dengan kondisinya saat ini.

Untuk diagnosa keperawatan resiko tinggi infeksi berhubungan


dengan adanya luka insisi bedah ditegakkan karena adanya luka
bekas operasi post Op Fraktur Cruris sehingga luka insisi bedah
yang dibalut dengan perban elastis rentan terhadap terjadinya infeksi
apabila klien kurang menjaga kebersihan luka, selain itu adanya
data penunjang lainnya pemeriksaan diagnostik kadar leukosit yang
tinggi yaitu 11.000 sel/µl.

12. Rencana Keperawatan

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan selanjutnya penulis


menyusun perencanaan yang meliputi prioritas masalah
perumusan, tujuan, penentuan kriteria hasil dan rencana tindakan
dalam memberikan tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi
masalah klien berdasarkan tinjauan teoritis yang sesuai dengan
kondisi yang berhubungan dengan dialami klien.

Rencana keperawatan yang diperoleh berdasarkan teori


berdasarkan yaitu, untuk diagnosa keperawatan; nyeri
berhubungan dengan adanya luka insisi bedah yaitu lakukan
pengkajian nyeri meliputi skala, intensitas, dan jenis nyeri,
mengobservasi keadaan umum klien, kaji adanya edema, hamatom,
dan spasme otot, tinggikan ekstremitas yang sakit, berikan kompres
dingin (es), ajarkan klien teknik relaksasi, seperti distraksi, dan
imajinasi terpimpin, laporkan kepada tim medik, bila nyeri tidak
terkontrol, kolaborasi dengan tim medis dalam memberikan obat-
obatan analgetik.

Sedangkan rencana keperawatan untuk diagnosa keperawatan


kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan prosedur
pembedahan rencana keperawatan berdasarkan teori yaitu; kaji
kemampuan aktivitas klien, observasi tanda-tanda vital, bantu klien
menggerakkan bagian cedera dengan tetap memberikan sokongan
yang adekuat, ekstremitas ditinggikan dan disokong dengan bantal,
nyeri dikontrol dengan bidai dan memberikan obat anti-nyeri
sebelum digerakkan, kolaborasi dengan tim terapi dalam
mengajarkan klien menggunakan alat bantu gerak (tongkat, walker,
kursi roda), dan anjurkan klien untuk latihan.

Untuk diagnosa keperawatan gangguan citra diri berhubungan


dengan perubahan penampilan diri rencana yang disusun
berdasarkan teori antara lain ; dorong klien mengungkapkan
perasaan dan rasa ketakutan, mengenai perubahan konsep diri,
bantu klien dalam penerimaan perubahan citra diri sesuai
kebutuhan klien, jelaskan setiap kesalahpahaman yang di alami
klien, untuk membantu penyesuaian terhadap perubahan kapasitas
fisik dan konsep diri, anjurkan dan motivasi klien untuk melakukan
perawatan diri sendiri mandiri sesuai kemampuan, berikan
dukungan dan pujian terhadap upaya klien, anjurkan
keluarga/orang terdekat untuk mendukung penyembuhan klien
dengan dampak masalah muskuloskeletal.

Untuk diagnosa keperawatan resiko tinggi infeksi berhubungan


dengan adanya luka insisi bedah rencana yang ditegakkan ; kaji
adanya tanda-tanda infeksi seperti rabas, kemeahan,
bengkak,mengobservasi tanda-tanda vital, pantau luka operasi dan
cairan yang keluar dari luka, pantau adanya infeksi pada saluran
kemih, kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
antibiotik.

Untuk rencana keperawatan yang ditegakkan terhadap klien Tn. "M"


semua sudah disesuaikan dengan teori sehingga tidak ada
kesenjangan antara rencana keperawatan secara teori dengan kasus.

13. Pelaksanaan Keperawatan

Dalam tahap pelaksanaan dilakukan berdasarkan perencanaan


keperawatan yang telah ditetapkan dengan harapan akan memenuhi
kebutuhan klien, pelaksanaan yang dilakukan oleh penulis
disesuaikan dengan diagnosa yang timbul. Penulis melakukan
pelaksanaan dalam waktu 2 hari yaitu pada tanggal 14 Juli 2010
sampai dengan tanggal 15 Juli 2010..

Untuk diagnosa keperawatan; Nyeri berhubungan dengan adanya


luka insisi bedah yaitu pelaksanaan yang dilakukan yaitu melakukan
pengkajian nyeri meliputi skala, intensitas, dan jenis nyeri,
mengobservasi keadaan umum klien, kaji adanya edema, hamatom,
dan spasme otot, meninggikan ekstremitas yang sakit, menganjurkan
keluarga untuk memberikan kompres dingin (es) untuk mengurangi
nyeri klien, mengajarkan klien teknik relaksasi menarik nafas dalam
dan membuangnya secara perlahan jika nyeri timbul, Menganjurkan
klien atau keluarga untuk segera melaporkan kepada tim medik, bila
nyeri tidak terkontrol, berkolaborasi dengan tim medis dalam
memberikan obat-obatan analgetik seperti obat oral Mefinal 1 x 1 tab
dan injeksi dynastat 1 x 1 vial.

Untuk diagnosa keperawatan kerusakan mobilitas fisik


berhubungan dengan prosedur pembedahan rencana keperawatan
berdasarkan teori yaitu; membantu klien menggerakkan bagian
cedera, meninggikan ekstremitas dan disokong dengan bantal,
mengontrol nyeri dengan bidai dan memberikan obat anti nyeri
sebelum digerakkan, mengajarkan klien menggunakan alat bantu
gerak (tongkat, walker, kursi roda), dan menganjurkan klien untuk
latihan secara bertahap sesuai dengan toleransi dan kemampuan
klien.

Untuk diagnosa keperawatan gangguan citra diri berhubungan


dengan perubahan penampilan diri rencana yang disusun
berdasarkan teori antara lain ; mengkaji citra diri, perasaan dan rasa
ketakutan, mengenai perubahan konsep diri, membantu klien dalam
penerimaan perubahan citra diri sesuai kebutuhan klien,
menjelaskan setiap kesalahpahaman yang di alami klien, untuk
membantu penyesuaian terhadap perubahan kapasitas fisik dan
konsep diri , memberikan dukungan dan pujian terhadap upaya
klien, menganjurkan keluarga/orang terdekat untuk mendukung
penyembuhan klien.

Untuk diagnosa keperawatan resiko tinggi infeksi berhubungan


dengan adanya luka insisi bedah rencana yang ditegakkan ; mengkaji
adanya tanda-tanda infeksi seperti rabas, kemerahan, bengkak,
mengobservasi tanda-tanda vital, memantau luka operasi dan cairan
yang keluar dari luka, memantau adanya infeksi pada saluran kemih
jika ada, berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
antibiotic seperti obat oral Cefspan 3 x 1 tab, injeksi Cravit IV.

14. Evaluasi Keperawatan

Merupakan alat untuk mengetahui perkembangan dan keberhasilan


dalam melaksanakana asuhan keperawatan yang telah diberikan,
dengan demikian dapat ditemukan apakah perencanaan dapat
diteruskan atau distop. Adapun evaluasi dari pelaksanaan asuhan
keperawatan pada Tn. "M" dengan gangguan system Muskuloskeletal;
Fraktur Cruris selama dua hari dari tanggal 14 Juli 2010 sampai 15
Juli 2010 yaitu; untuk diagnosa keperawatan yaitu diagnosa
keperawatan gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan
penampilan diri sudah teratasi pada hari pertama, hal ini dapat
ditunjukkan dari data subyektif yang menyatakan bahwa klien
mengatakan menyadari keadaanya dan menerimanya dan secara
obyektif ekspresi wajah klien rileks dan tampak bersemangat
kembali. Untuk diagnosa keperawatan nyeri berhubungan dengan
adanya luka insisi bedah sudah teratasi pada hari kedua karena
klien tampak sudah dapat bertoleransi dengan nyeri, untuk diagnosa
keperawatan kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan
prosedur pembedahan masalah baru teratasi sebagian, hal ini
dikarenakan klien belum dapat beraktivitas secara mandiri, dan klien
masih memerlukan perawatan dan latihan agar dapat beraktivitas
secara mandiri. Untuk diagnosa keperawatan resiko tinggi infeksi
masalah teratasi sebagian karena luka bekas operasi yang dibalut
dengan perban masih rentan terhadap masuknya mikroorganisme
yang menyebabkan infeksi, untuk itulah intervensi harus tetap
diteruskan di rumah, agar klien terhindar dari infeksi.

Semua evaluasi keperawatan tersebut, semuanya belum mencapai


hasil yang diharapkan, karena waktu pelaksanaan yang tidak
memadai, selain itu dr."S" telah memperbolehkan klien pulang dan
intervensi yang telah dibuat akan diteruskan oleh klien dan keluarga
di rumah.

BAB V
PENUTUP

Setelah menguraikan pembahasan kasus pada klien Tn. "M" dengan


gangguan sistem Muskuloskeletal; Fraktur Cruris di Pavilyun Lukas Kamar
8-2 Rumah Sakit RK Charitas Palembang, maka pada bab ini ditarik
kesimpulan dan saran :

1. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada gangguan sistem
Muskuloskeletal; Fraktur Cruris pada klien Tn. "M" yang dirawat di
Pavilyun Lukas Rumah Sakit RK Charitas Palembang selama dua
hari. Penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut ;

1. Pada saat pengkajian terjadi kerjasama antara klien dengan


penulis sehingga mampu mengumpulkan data dan menemukan
masalah keperawatan juga data diperoleh melalui pemeriksaan
fisik secara langsung kepada klien, tetapi tidak semua masalah
keperawatan yang ada dalam teori ditemukan pada klien
dengan penyakit yang sama. Dalam pengkajian perawat
menemukan tanda gejala yang aktual yaitu nyeri pada kaki
sebelah kanan, keterbatasan aktivitas dan gangguan citra diri.
2. Dari hasil pengkajian akhirnya dapat dirumuskan diagnosa
keperawatan. Diagnosa Keperawatan yang diangkat oleh
penulis untuk klien dengan gangguan sistem Muskuloskeletal;
Fraktur Cruris antara lain :

1. Nyeri berhubungan dengan adanya luka insisi bedah

2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan prosedur


pembedahan

3. Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan


penampilan diri

4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka


insisi bedah

3. Perencanaan yang dibuat untuk menyelesaikan masalah klien


berdasarkan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi
klien, kemampuan penulis dan fasilitas Rumah Sakit RK
Charitas, pelaksanaan tindakan dan evaluasi dapat dilakukan
karena adanya kerja sama antara klien dengan perawat, dokter
dan keluarga.

1. Pelaksanaan keperawatan pada klien dilakukan sesuai


dengan keperawatan yang timbul, tetapi tidak semua
diagnosa keperawatan secara teoritis dilakukan
implementasi. Selain itu keterbatasan waktu praktek
penulis serta kondisi dan keadaan klien tidak
memungkinkan untuk dilaksanakan keperawatan secara
tuntas dan oleh karena itu pelaksanaan keperawatan
tetap dilaksanakan oleh perawat ruangan.

2. Evaluasi keperawatan dilakukan setiap pergantian jam


dinas. Bila masalah belum teratasi maka rencana
dilanjutkan kembali. Evaluasi masalah yang dilakukan
pada klien Tn. "M" semuanya sudah teratasi pada hari
kedua dimana klien sudah diperbolehkan pulang oleh
dokter yang merawat.
 

2. SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang telah ada maka penulis memberi


beberapa saran, antara lain :

1. Bagi perawat

Diharapkan dalam melakukan pengkajian hendaknya menjalin


kerja sama dan hubungan yang baik antara klien dan perawat,
agar data yang diperoleh sesuai dengan kondisi klien.
Diharapkan dalam perumusan masalah sesuai dengan data
yang diperoleh dari klien. Dapat mengaplikasikan semua
rencana dalam melaksanakan tindakan keperawatan.
Kemudian dapat memperoleh evaluasi sesuai dengan yang
diaharapkan sebelumnya.

2. Bagi Klien dan keluarga klien

Diharapkan keterlibatan dan kerja sama antara keluarga klien,


klien dengan perawat dalam proses perawatan. Sehingga
didapatkan proses keperawatan yang berkesinambungan, cepat
dan tepat kepada klien

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elisabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Doengoes, E. Marilyn, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal


Bedah, Jakarta: EGC.

Lukman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan


Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika

Lukman.2010. Fraktur.http://lukmanrohimin.blogspot.com/ (Online).


di akses tanggal 19/07/2010.
Harnowo, Sapto. 2001. Keperawatan Medikal Bedah untuk Akademi
Keperawatan. Jakarta: Widya Medika

Reeves. Charlene. J. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:


Salemba Medika

Muttaqin. Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan


Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : EGC

Manjoer, Arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran Ed. 3, Jakarta: Media


Aesculapius

Smeltzer, Susanne. C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah


Brunner and Suddarth, Ed. 8. Jakarta : EGC.

Suratun. 2008. Seri Asuhan Keperawatan : Klien Gangguan Sistem


Muskuloskeletal. Jakarta: EGC

http://askep1000.blogspot.com/2010/12/asuhan-keperawatan-op-fraktur-cruris.html

Anda mungkin juga menyukai