Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA

TERHADAP KECEMASAN PASIEN YANG AKAN MENJALANI


PREOPERASI KATARAK DI RUANG OPERASI
RSUD JAMPANG KULON

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar


Sarjana Keperawatan

Eni Nurul ‘Aeni


2132325006

FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
KOTA SUKABUMI
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mata merupakan salah satu organ vital bagi individu dalam menjalankan
aktivitas sehari–hari, masalah pada mata dapat menurunkan kualitas hidup
seseorang terutama jika seseorang telah mengalami kebutaan.
Angka kebutaan di Indonesia saat ini mencapai 1,5%, dimana angka
tersebut merupakan yang tertinggi di Asia dan no 2 di dunia oleh karena itu
kebutaan di Indonesia telah menjadi masalah nasional karena kebutaan akan
menyebabkan kehilangan produktivitas dan menumbuhkan biaya besar untuk
rehabilitasi dan pendidikan tuna netra, penyebab utama antara lain katarak,
kelainan refraksi dan penyakit lain yang berhubungan dengan degeneratif
(Suswanti, 2019).
Katarak merupakan penyakit pada usia lanjut akibat proses penuaan, saat
kelahiran (katarak kongenital) dan dapat juga berhubungan dengan trauma
mata tajam maupun tumpul, penggunaan kortikosteroid dalam jangka panjang,
adanya penyakit sistemik seperti diabetes atau hipoparatiroidisme (Atmaja,
2020).
World Health Organization (WHO) (2015) menyebutkan bahwa data yang
ada tentang gangguan penglihatan dimasyarakat telah mencapai angka 285
juta orang, 33% diantaranya disebabkan oleh katarak. Global data on Visual
Impairment, World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah orang
yang mengalami gangguan penglihatan di dunia sebanyak 285 juta orang
dimana 39 juta mengalami kebutaan dan 246 juta mengalami low vision
(Kemenkes RI, 2017). Katarak merupakan penyebab utama gangguan
penglihatan di seluruh dunia adalah katarak (51), glaukoma (8%), Age related
Macular Degeneration (AMD) (5%), kebutaan pada anak dan kornea opacitiy
(4%), kesalahan-refraktive-dikoreksi dan trakoma (3%), diabetik retinopathy
(1%), dan idiopatik (21%) (Tany, 2016).
Data riset kesehatan pusat data dan informasi Kemenkes RI 2018
menyatakan bahwa dari 15 provinsi seluruh Indonesia secara nasional
penyebab kebutaan di Indonesia disebabkan oleh penyakit katarak yaitu
dengan persentase sebesar 71,1% pada laki laki dan 81.0% pada penduduk
perempuan, dimana penyakit katarak tersebut terjadi pada seseorang dengan
usia diatas 50 tahun. Proporsi terbesar kasus kebutaan di Indonesia adalah
penyakit katarak yang tidak di operasi yaitu sebesar 77.7%. Alasan utama
penderita katarak di Indonesia belum dioperasi bervariasi di beberapa
provinsi, antara lain disebabkan tidak mengetahui jika menderita katarak dan
tidak tahu katarak bisa disembuhkan (Pusdatin, Kemenkes RI, 2018).
Tindakan Operasi Pembedahan seperti bedah ekstraksi katarak tetap
menjadi tindakan pengobatan yang paling efektif terhadap lensa mata yang
keruh. Tindakan bedah biasanya dilakukan dengan pemberian anestesi lokal
dan pasien diperbolehkan pulang pada hari yang sama. Dewasa ini, dua
tindakan bedah katarak yang paling umum dilakukan adalah fakoemulsifikasi
dan ekstraksi katarak ekstrakapsular. Fakoemulsifikasi menggunakan energi
ultrasounduntuk memecah lensa menjadi beberapa fragmen yang lalu disedot
dari mata. Tindakan bedah ini meninggalkan bekas luka yang kecil dan tidak
diperlukan jahitan pada bekas luka tersebut. Bagi penderita katarak yang
sangat padat, ekstraksi katarak ekstrakapsular bisa menjadi pilihan yang lebih
baik karena bisa mencegah kerusakan struktur okular lainnya yang diakibatkan
oleh energi ultrasound tingkat tinggi dalam fakoemulsifikasi (SmartPatien,
2018).
Preoperatif adalah tahap awal dari proses mulainya perioperatif,
kesuksesan tindakan pembedahan akan sangat bergantung pada fase ini. Hal
tersebut disebabkan karena fase ini adalah awalan yang menjadikan landasan
untuk keberhasilan pada tahapan-tahapan selanjutnya. Kesalahan yang
dilakukan pada tahap ini akan berakibat fatal kepada tahap selanjutnya.
Pengkajian secara integral dan menyeluruh dari fungsi pasien yang meliputi
fungsi holistik sangat diperlukan untuk keberhasilan proses operasi.
(Kurniawan, 2020).
Masalah keperawatan yang dapat muncul pada pasien pre operasi salah
satunya adalah kecemasan atau ansietas berhubungan dengan stressor. Definisi
anisietas menurut NANDA Internasional yaitu kecemasan adalah perasaan
tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons otonom (sumber
yang sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu) perasaan
takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan
isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan
memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman. Dampak
apabila masalah kecemasan tidak segera diatasi akan meningkatkan tekanan
darah, frekuensi nadi, frekuensi pernafasan, menimbulkan perasaan gelisah,
berkeringat dingin, dan muncul gangguan tidur (Maryunani,2019).
Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang tidak jelas
dan gelisah disertai dengan ada respon otonom (tidak diketahui sebabnya) dan
timbul perasaan yang was-was untuk mengatasi bahaya. Hal ini merupakan
sinyal peringatan akan adanya bahaya dan memungkinkan individu untuk
mengambil langkah dalam menghadapinya (Prastiwi, 2017).
Sebelum dilakukan Tindakan operasi, akan timbul rasa takut dan cemas,
cemas berbeda dengan takut, cemas dapat disebabkan karena hal yang tidak
jelas, termasuk pada klien yang akan dilakukan operasi, mereka tidaktau
konsekuensi operasi yang akan terjadi setelahnya, juga mereka takut terhadap
prosedur operasi itu sendiri. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
tingkat kecemasan salah satunya adalah faktor internal seperti usia,
pengalaman dan dukungan keluarga (Adikusumo, 2020)
Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberi perawatan
langsung pada setiap keadaan (sehat–sakit) klien (Yosep, 2007). Keluarga
merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu berhubungan dengan
kita. Keadaan ini perlu kita sadari sepenuhnya bahwa setiap individu
merupakan bagiannya dan keluarga juga semua dapat diekspresikan tanpa
hambatan yang berarti (Suprajitno, 2004). Dukungan keluarga dapat
memberikan rasa senang, rasa aman, rasa nyaman dan mendapat dukungan
emosional yang akan mempengaruhi kesehatan jiwa. Karena itu dukungan
keluarga sangat diperlukan dalam perawatan pasien, dapat meningkatkan
semangat hidup dan menurunkan kecemasan pasien serta menguatkan
komitmen pasien untuk menjalani pengobatan (Muladi, 2020).
Dukungan keluarga menjadi salah satu sumber dukungan bagi anggota
keluarga yang sedang sakit. Menurut Friedmen (1998) dalam Muladi (2020)
mengungkapkan bahwa dukungan keluarga yang diberikan adalah sebuah
makna untuk mengurangi segala sumber masalah termasuk untuk megurangi
kecemasan pasien sendiri, beberapa jenis dukungan keluarga yang diberikan
antara lain adalah, dukungan informasional, yaitu seperti pemberian nasihat,
saran, dukungan jasmani.
Kecemasan pada pasien sebelum operasi dapat mengakibatkan operasi
tidak terlaksana atau dibatalkan, selain itu kecemasan dapat meningkatkan
tekanan darah pasien. Apabila tekanan darah pasien naik dan tetap dilakukan
operasi dapat mengganggu efek dari obat anastesi dan dapat menyebabkan
pasien terbangun kembali ditengah-tengah operasi (Fadillah, 2019)
Kurangnya informasi yang didapat klien tentang operasi katarak akan
berefek pada tingkat kecemasan yang dimiliki, Pengetahuan merupakan
informasi yang ditemui dan diperoleh oleh manusia melalui pengamatan akal
untuk mengenali suatu benda atau kejadian yang belum pernah dilihat atau
dirasakan sebelumnya. Seringkali pengetahuan dijadikan sebagi acuan untuk
mengetahui tingkat kecerdasan seseorang (Nursalam, 2011). Menurut fitriani
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu
sebagai berikut: pendidikan, media massa atau informasi, sosial budaya,
lingkungan, pengalaman dan usia (Fitriani dalam Erlin Yuliana, 2017).
RSU Jampang Kulon saat ini merupakan Rumah Sakit di bagian Selatan
Kabupaten Sukabumi. Saat ini statusnya RSU Jampang kulon adalah Kelas C
RSU Jampang Kulon merupakan salah satu rumah sakit umum yang memiliki
kebijakan dalam melakukan tindakan operasi atau tindakah pembedahan,
seperti salah satunya adalah tindakan operasi Katarak yang akhir-akhir ini
sedang cukup banyak kasus kejadian Katarak.
Berdasarkan temuan dan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan
Keluarga Terhadap Kecemasan Pasien Yang Akan Menjalani Preoperasi
Katarak Di Ruang Operasi RSUD Jampang Kulon”.

1.2 Identifkasi Masalah


Berdasarkan hasil temuan diatas dapat dijelaskan bahwa masih terdapat
sebagian pasien yang belum memahami apa itu katarak serta apa yang menjadi
poin penting dalam Tindakan operasi katarak, serta masih ditemukan pasien yang
masih belum memiliki dukungan yang tinggi saat akan menjalani operasi katarak
salah satunya dibuktikan dengan tidak ada keluarga yang mendampingi kluen
pada saat akan menjalani operasi.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga
Terhadap Kecemasan Pasien Yang Akan Menjalani Preoperasi Katarak Di Ruang
Operasi RSUD Jampang Kulon”

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis Hubungan
Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Terhadap Kecemasan Pasien Yang Akan
Menjalani Preoperasi Katarak Di Ruang Operasi RSUD Jampang Kulon
1.4.2 Tujuan Khusus
Penelitian ini bertujuan untuk :
a. Mengidentifikasi gambaran pengetahuan terhadap Kecemasan Pasien
Yang Akan Menjalani Preoperasi Katarak Di Ruang Operasi RSUD
Jampang Kulon
b. Mengetahui gambaran dukungan keluarga terhadap Kecemasan Pasien
Yang Akan Menjalani Preoperasi Katarak Di Ruang Operasi RSUD
Jampang Kulon
c. Menganalisis hubungan pengetahuan dengan Kecemasan Pasien Yang
Akan Menjalani Preoperasi Katarak Di Ruang Operasi RSUD Jampang
Kulon
d. Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan Kecemasan Pasien
Yang Akan Menjalani Preoperasi Katarak Di Ruang Operasi RSUD
Jampang Kulon

1.5 Hipotesis Penelitian


Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian. Hasil
suatu penelitian pada hakikatnya adalah suatu jawaban atas pertanyaan penelitian
yang telah dirumuskan dalam perencaanaan penelitian. Untuk mengarahkan
kepada hasil penelitian ini maka dalam perencanaan penelitian perlu dirumuskan
jawaban sementara dari penelitian (Notoatmodjo, 2017). Hipotesis pada penelitian
ini adalah terdapat Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Terhadap
Kecemasan Pasien Yang Akan Menjalani Preoperasi Katarak Di Ruang Operasi
RSUD Jampang Kulon.

1.6 Manfaat Penelitian


1.6.1 Manfaat Teoritis
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan
baru khususnya bagi peneliti dan bagi pembaca pada umumnya. Penelitian ini
tidak menghasilkan teori dan bahasan yang baru. Peneliti masih menggunakan
teori yang sudah ada agar teori yang sudah ada akan tetap menjadi sumber yang
berlaku.
1.6.2 Manfaat Praktis
a. Peneliti
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan tambahan bagi
peneliti agar dapat bekerja dengan sangat sungguh-sungguh agar kualitas
pelayanan kesehatan selalu optimal. Penelitian diharap dapat bermanfaat bagi para
pembaca dan dapat dijadikan evaluasi untuk melengkapi ketidaksempurnaan dari
hasil penelitian ini, serta dapat dijadikan bahan sebagai pengalaman langsung
dalam melakukan penelitian untuk mengaplikasikan teori yang didapat saat
perkuliahan.

b. Universitas Muhammdiyah Kota Sukabumi


Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan dalam rangka
memfasilitasi mahasiswa untuk lebih mengenal tentang motivasi kerja perawat
rawat inap untuk selalu memiliki semangat tinggi dalam melakukan pekerjaan.
Kemudian diharapkan penelitian dapat menjadi bahan evaluasi bagi institusi
sebagai bahan masukan untuk ditelaah dalam hasil penelitian ini.
c. Perawat Pelaksana Rawat RSU Jampangkulon
Diharapkan penelitian dapat dijadikan bahan masukan untuk ruangan dan
rumah sakit agar dapat mengembangkan dorongan dan memberikan semangat
untuk para tenaga kesehatannya agar selalu memiliki motivasi tinggi dalam
melakukan pelayanan kesehatannya, agar kinerja kualitas pelayanan dalam rumah
sakit selalu optimal.

Anda mungkin juga menyukai