Anda di halaman 1dari 34

DISKUSI TOPIK

BLOK 4A
MINGGU 3

Asuhan Kebidanan pada Bayi dengan Kasus Fraktur Klavikula

Pembimbing DT : Fitrayeni, SKM., M.Biomed


Kelompok : 4 (Empat)
Anggota : Nur Avivah (1910331001)
Lulisa Desrama Tasya (1910331010)
Dita Dwi Amanda (1910332007)
Nixy Claudia A (1910332003)
Etri Wanesti (1910333002)
Windhy Lathifah Arief (1910333008)
Viorika Marsafa Putri (1910333011)
Rike Mahdayanti (1910332004)
Nadia Riski Anisa (1910333013)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada umumnya fraktur disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik, kekuatan, sudut,
tenaga, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang yang akan menentukan
apakah fraktur yang terjadi disebut lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi
apabila seluruh tulang patah, sedangkan fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh
ketebalan tulang (Price& Wilson, 2006).
Angka kejadian fraktur cukup tinggi. Menurut World Health Organization (WHO),
kasus fraktur terjadi di dunia kurang lebih 13 juta orang pada tahun 2008, dengan angka
prevalensi sebesar 2,7%. Sementara pada tahun 2009 terdapat kurang lebih 18 juta orang
mengalami fraktur dengan angka prevalensi 4,2%. Tahun 2010 meningkat menjadi 21
juta orang dengan angka prevalensi sebesar 3,5%. Sedangkan di Indonesia berdasarkan
data dari Departemen Kesehatan RI tahun 2013 didapatkan sekitar 8 juta orang
mengalami kejadian fraktur dengan 36,9% diantaranya adalah fraktur pada bagian
ekstremitas atas. Dari hasil survey tim Depkes RI didapatkan 25% penderita fraktur yang
mengalami kematian, 45% mengalami catat fisik, 15% mengalami stress psikologis
seperti cemas atau bahkan depresi, dan 10% mengalami kesembuhan dengan baik
(Depkes RI 2013).
Menurut rekam medik RSUP Dr.M.Djamil Padang mengatakan bahwa pada tahun
2013 jumlah pasien fraktur yang menjalani rawat inap sebanyak 121 orang dan 12 orang
diantaranya dengan kasus fraktur klavikula.kondisi ini cukup banyak dibandingkan
dengan daerah perdesaan yang masih belum terlalu padat,baik kondisi lalu lintas,maupun
lingkungannya. Dampak dari terjadinya fraktur klavikula yaitu hilangnya kontinuitas
tulang klavikula, salah satu tulang pada sendi bahu. Juga dapat terjadi Komplikasi dini
bisa berupa cedera pada arteri subklavia atau karotis, neuropraxia dari cabang posterior
pleksus brakialis, pneumothorax bahkan hemothorax. Komplikasi pada penanganan yang
terlambat dapat berupa cedera vena subklavia, neuropati ulnaris, non-union, malunion,
dan arthritis pascatrauma.
Fraktur klavikula sering menyebabkan komplikasi non-union maupun malunion
yang akan mengakibatkan rasa nyeri dan sequelae. Komplikasi ini sangat bergantung
pada umur dan metode tatalaksana yang dipilih. Terdapat dua metode tatalaksana fraktur
klavikula yaitu secara operatif dan nonoperatif. Masih terdapat perdebatan mengenai
metode yang lebih efektif. Sampai saat ini, beberapa literatur melaporkan tingkat
keberhasilan yang baik dengan kejadian komplikasi yang rendah setelah pengobatan non-
operatif. 4,6 Sebanyak 96,9% kasus menggunakan metode non-operatif dapat
menyatukan tulang klavikula kembali, hanya pada 5% kasus terjadi pseudoarthrosis.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang di maksud dengan fraktur klavikula ?

1.2.2 bagaimana tanda dan gejala dari Fraktur Klavikula?

1.2.3 Apa etiologi dari Fraktur Klavikula ?

1.2.4 Apa saja faktor risiko dari Fraktur Klavikula ?

1.2.5 Bagaimana patofisiologi dari Fraktur Klavikula ?

1.2.6. bagaimana Pemeriksaan Untuk Diagnostik Fraktur Klavikula dilakukan ?

1.2.7. apa saja komplikasi terjadinya Fraktur Klavikula ?

1.2.8.bagaimana mekanisme kerja bidan terhadap kasus Fraktur Klavikula ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Menjelaskan apa yang dimaksud dengan fraktur klavikula

1.3.2 Untuk mengethui tanda dan gejala dari Fraktur Klavikula

1.3.3 Untuk mengetahui etiologi dari Fraktur Klavikula

1.3.4 Untuk mengetahui apa saja faktor risiko dari Fraktur Klavikula

1.3.5 untuk mengetahui patofisiologi dari Fraktur Klavikula

1.3.6. Untuk mengetahui cara Pemeriksaan Diagnostik Fraktur Klavikula

1.3.7. Untuk mengetahui komplikasi terjadinya Fraktur Klavikula

1.3.8. Untuk mengetahui bagimana mekanisme kerja bidan terhadap kasus Fraktur Klavikula
BAB II
TINJAUAN KASUS
2.1 Tinjauan Pustaka Varney
1. Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah pertama ini dilakukan pengumpulan data dasar untuk mengumpulkan
semua data yang diperlukan guna mengevaluasi keadaan klien secara lengkap. Data terdiri
atas data subjektif dan data objektif. Data subjektif dapat diperoleh melalui anamnesa
langsung, maupun meninjau catatan dokumentasi asuhan sebelumnya, dan data objektif
didapatkan dari pemeriksaan langsung pada pasien. Pada langkah pertama ini dikumpulkan
semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Contoh
pada kasus ini, data subjektif : Ny.A cemas dengan keadaan anaknya, dimana terdapat seperti
sisik di kepalanya, data objektif : kepala bayi : terdapat seborrhae

2. Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini, data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga
ditemukan diagnosis yang sfesifik (sesuai dengan “nomenklatur standar diagnosa”) dan atau
masalah yang menyertai. Dapat juga dirumuskan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi
yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Masalah dan diagnosis keduanya
digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaiakan seperti diagnosis, tetapi
membutuhkan penanganan yang dituangkan ke dalam sebuah rencana asuhan terhadap klien.
Masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang diidentifikasi oleh bidan. Masalah
ini sering menyertai diagnosa. Contoh pada kasus ini, diagnosa : Byi Ny.A 3 hari postpartum
normal. Masalah : Tidak ada, karena seborrhae merupakan masalah fisiologis.

3. Mengidentifikasi Diagnosa Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Sambil mengamati
klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnose / masalah potensial ini benar-benar
terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman. Contoh pada kasus ini,
diagnosa potensial : Tidak ada.

4. Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan


Segera
Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai
kondisi klien. Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin akan memerlukan konsultasi
atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya seperti pekerja sosial, ahli gizi atau
seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi
kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling
tepat dalam manajemen asuhan kebidanan.

5. Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-
langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau
masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, dan pada langkah ini reformasi / data dasar
yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi
apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan
tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang
diperkirakan akan terjadi berikutnya apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah
perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial-ekonomi,
kultural atau masalah psikologis. Dengan perkataan lain, asuhan terhadap wanita tersebut
sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana
haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien, agar dapat dilaksankan
dengan efektif karena klien merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena
itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil
pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum
melaksankannya. Contoh pada kasus ini, perencanaan :
1. Beritahu hasil pemeriksaan bayinya kepada Ny.A
2. Jelaskan mengenai sisik yang ada pada kepala bayinya itu merupakan salah satu masalah
yang biasa yang terjadi pada bayi baru lahir, dan menyarankan ibu agar tidak khawatir.
3. Anjurkan ibu untuk selalu menyusui bayinya dan memberikan ASI Eksklusif selama 6
bulan tanpa makanan dan minuman tambahan.
4. Ajarkan ibu cara membersihkan kulit kepala bayi
5. Jelaskan bagaimana cara membersihkan sisik pada kepala bayi
6. Anjurkan kepada ibu untuk tidak menggaruk kepala bayi

6. Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diurakan pada
langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan oleh
bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim
kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab
untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya : memastikan agar langkah-langkah tersebut
benar-benar terlaksana). Dalam situasi dimana bidan dalam manajemen asuhan bagi klien
adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh
tersebut. Manajemen yang efisien akan mengurangi waktu dan biaya serta meningkatkan
mutu dari asuhan klien. Contoh pada kasus ini, pelaksanaan :
a. Memberitahukan hasil pemeriksaan bayinya kepada Ny.A seperti : Nadi :
140x/menit, Frekuensi Nafas : 40x/menit, Suhu: 36,5 ℃
b. Menjelaskan mengenai sisik yang ada pada kepala bayinya itu merupakan salah
satu masalah yang biasa yang terjadi pada bayi baru lahir, dan menyarankan ibu
agar tidak khawatir.
c. Menganjurkan ibu untuk selalu menyusui bayinya dan memberikan ASI Eksklusif
selama 6 bulan tanpa makanan dan minuman tambahan.
d. Mengajarkan ibu cara membersihkan kulit kepala bayi dengan memandikan dan
mencuci rambutnya dengan menggunakan shampo khusus bayi
e. Menjelaskan bagaimana cara membersihkan sisik pada kepala bayi, seperti
oleskan baby oil pada sisik yang terdapat dikepala bayi selama 24 jam lalu setelah
itu urut pelan-pelan kulit kepala bayi yang terdapat sisik itu dengan handuk
lembut hingga mengelupas.

f. Menganjurkan kepada ibu untuk tidak menggaruk kepala bayi

7. Evaluasi

Pada langkah ke-tujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi
sesuai dengan sebagaimana telah diidentifikasi dalam masalah dan diagnosis. Rencana
tersebut dapat dianggap efektif jika memang sesuai dengan masalah dan diagnosis klien, juga
benar dalam pelaksanaannya. Disamping melakukan evaluasi terhadap hasil asuhan yang
telah diberikan, bidan juga dapat melakukan evaluasi terhadap proses asuhan yang telah
diberikan. Dengan harapan, hasil evaluasi proes sama dengan hasil evaluasi secara
keseluruhan. Contoh pada kasus ini, evaluasi :
1. Ibu mengerti keadaan bayinya saat ini
2. Ibu mengetahui dan mengerti mengenai apa yang dialami bayinya, dan Ibu tidak
merasa khawatir lagi.
3. Ibu mengerti dan akan memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya
4. Ibu mengerti cara membersihkan kulit kepala bayi
5. Ibu mengerti cara membersihkan sisik pada kepala bayi
Ibu mengerti untuk tidak menggaruk kepala bayi
2.2 Tinjauan Pustaka SOAP
1. Data Subjektif (S)
Data subketif (S), merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan
menurut Helen Varney langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang
diproleh melalui anamnesis. Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut
pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat
sebagai kutipan langsung atau rimgkasan yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis.
Data subjektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan disusun. Contoh pada
kasus ini, data subjektif : Ny. A cemas dengan keadaan anaknya, dimana terdapat seperti sisik
di kulit kepalanya.

2. Data Objektif (O)

Data Objektif (O) merupakan pendokumentasian kebidanan merupakan


pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Hellen Varney pertama
(pengkajian data), terutama data yang diperoleh dari hasil observasi yang jujur dari
pemeriksaan fisik pasien, pemerikasaan laboratorium/pemeriksaan diagnostic lain. Catatan
medic dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini.
Data ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan
diagnosis. Contoh pada kasus seborrhae, kepala : terdapat sisik

3. Assessment (A)

Merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari


data subjektif dan objektif. Dalam pendokumentasian manajemen kebidanan, karena
keadaan pasien yang setiap saat bias mengalami perubahan, dan akan ditemukan
informasi baru dalam data subjektif dan data objektif, maka proses pengkajian data akan
menjadi sangat dinamis.
Hal ini juga menuntut bidan untuk sering melakukan analisis data yang dinamis
tersebut. Dalam rangka mengikuti perkembangan pasien dan analisis yang tepat dan
akurat mengikuti perkembangan data pasien akan menamin cepat diketahuinya perubahan
pada pasien, dapat terus diikuti dan diambil keputusan/tindakan yang tepat.
Analisis/assessment merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut
Hellen Varney langkah kedua, ketiga dan keempat sehingga mencakup hal- hal berikut ini:
diagnosis/ masalah kebidanan, diagnosis/ masalah potensial serta perlunya mengidentifikasi
kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi diagnosis/ masalah potensial
dankebutuhan tindakan segera harus diidentifikasi menurut kewenangan bidan,
meliputi: tindakan mandiri, tindakan kolaborasi dan tindakan merujuk klien. Contoh pada
kasus ini, diagnosa : Bayi Ny.A 3 Hari Post Partum dengan Normal. Masalah : Tidak ada.

4. Planning (P)

Planning/ perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang.
Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data. Rencana asuhan ini
bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan
mempertahankan kesejahteraannya. Rencana asuhan ini harus bisa mencapai kriteria tujuan
yang ingin dicapai dalam batas waktu tertentu. Tindakan yang akan dilaksanakan harus
mampu membantu pasien mencapai kemajuan dan harus sesuai dengan hasil kolaborasi
tenaga kesehatan lain, dokter.

Meskipun secara istilah, P adalah planning/ perencanaan saja, namun P dalam metode
SOAP ini juga merupakan gambaran pendokumentasian implementasi dan evaluasi. Dengan
kata lain, P dalam SOAP meliputi pendokumentasian manajemen kebidanan menurut
Hellen Varney langkah kelima, keenam dan ketujuh. Pendokumentasian P dalam
SOAP ini, adalah pelaksanaan asuhan sesuai rencana yang telah disusun sesuai dengan
keadaan dan dalam rangka mengatasi masalah pasien. Pelaksanaan tindakan harus disetujui
oleh pasien, kecuali bila tindakan tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan
pasien. Sebanyak mungkin pasien harus dilibatkan dalam proses implementasi ini. Bila
kondisi pasien berubah, analisis juga berubah, maka rencana asuhan maupun
implementasinya pun kemungkinan besar akan ikut berubahan atau harus disesuaikan.
Contoh pada kasus ini, perencanaan :
a. Beritahu hasil pemeriksaan bayinya kepada Ny.A
b. Jelaskan mengenai sisik yang ada pada kepala bayinya itu merupakan salah satu
masalah yang biasa yang terjadi pada bayi baru lahir, dan menyarankan ibu agar
tidak khawatir.
c. Anjurkan ibu untuk selalu menyusui bayinya dan memberikan ASI Eksklusif
selama 6 bulan tanpa makanan dan minuman tambahan.
d. Ajarkan ibu cara membersihkan kulit kepala bayi
e. Jelaskan bagaimana cara membersihkan sisik pada kepala bayi
f. Anjurkan kepada ibu untuk tidak menggaruk kepala bayi
2.3 Tinjauan Pustaka Kasus

1. Pengertian Fraktur Klavikula


Tulang klavikula adalah tulang yang rawan fraktur saat proses kelahiran.
tulang klavikula merupakan tulang yang kecil dan tipis, lebih lebar pada sisi medial
dan terlihat jelas lebih tipis pada sepertiga lateral. Pada potongan axial, struktur tiga
dimensi tulang klavikula semakin jelas telihat. Tulang klavikula berbentuk seperti
huruf S, pada ujung sisi medial berbentuk cembung dan ujung sisi lateral berbentuk
cekung. Pada proyeksi axial, tulang klavikula baik sisi medial maupun lateral
mempunyai permukaan yang datar, dihubungkan oleh bagian tengah klavikula yang
berbentuk seperti tabung dan tipis. Area transisi pertengahan tulang klavikula
menunjukkan struktur penghubung yang lemah. Pertengahan klavikula, merupakan
daerah yang paling sering terjadi Universitas Sumatera Utara fraktur. Pada akhirnya,
jika terlihat pada potongan sagital, luas daerah transisi tulang klavikula dari anterior
ke posterior dapat terlihat dengan jelas.
Fraktur klavikula merupakan salah satu komplikasi yang terjadi saat kelahiran
intravaginal. Fraktur atau patah tulang dapat terjadi pada tulang normal maupun
abnormal. Fraktur adalah terputusnya sambungan tulang yang ditentukan dari jenis
dan luasnya (Chapman, et al., 2010).
Fraktur adalah hilangnya kontuinitas tulang, tulang rawan sendi dan tulang
rawan epifise yang bersifat total maupun parsial. Kebanyakan fraktur terjadi karena
kegagalan tulang menahan tekanan terutama tekanan membengkok, memutar dan
tarikan. Fraktur klavikula adalah kerusakan dari tulang klavikula (biasanya disebut
dengan tulang selangka). Tulang tersebut menghubungkan sternum ke bahu.
Menurut A. Samik Wahab (2000) Fractur adalah dimana hilangnya
kontinuitas jaringan tulang fractur klavikula pada bayi terdapat 1,5 –3% dari
persalinan pervaginam fractur ini merupakan trauma lahir pada tulang yang
tersering ditemukan dibandingdengan trauma tulang lainnya.
Fraktur klavikula dapat terjadi pada tiga tempat :
1) Pertengahan klavikula : merupakan tempat yang paling sering terjadi.
2) Sepertiga distal : ujung dari klavikula yang menghubungkan klavikula dengan
bahu.
3) Sepertiga medial : ujung klavikula yang menghubungkan klavikula dengan
sternum.
2. Tanda dan Gejala Fraktur Klavikula
Gejala dan tanda ftaktur klavikula menurut (A. Samik Wahab,2000)
Jenis fraktur pada trauma lahir ini umumnya jenis fraktur greenstick, walau
kadang-kadang dapat juga terjadi suatu fraktur total secara klinis fraktur jenis
greenstick sering tidak diketahui segera setelah bayi lahir, tetapi baru ditemukan 1 –2
mg kemudian setelah teraba adanya pembentukan kalus.
Beberapa gejala klinis Fraktur klavikula :
1. 1.Gerakan tangan kanan dan kiri tidak sama.
2. 2.Refleks moro asimetris.
3. 3.Bayi akan menangis pada perabaan kalvikula.
4. 4.Gerakan pasif tangan yang sakit.
5. 5.Riwayat persalinan yang sukar.
Tanda dan gejala terjadinya fraktur antara lain:
a. Deformitas Pembengkaan dari perdarahan lokal dapat menyebabkan deformitas
pada lokasi fraktur. Spasme otot dapat menyebabkan pemendekan tungkai,
deformitas rotasional, atau angulasi. Dibandingkan sisi yang sehat, lokasi fraktur
dapat memiliki deformitas yang nyata.
b. Pembengkakan Edema dapat muncul segera, sebagai akibat dari akumulasi cairan
serosa pada lokasi fraktur serta ekstravasasi darah ke jaringan sekitar.
c. Memar Memar terjadi karena perdarahan subkutan pada lokasi fraktur.
d. Spasme otot Spasme otot involuntar berfungsi sebagai bidai alami untuk
mengurangi gerakan lebih lanjut dari fragmen fraktur.
e. Nyeri Jika klien secara neurologis masih baik, nyeri akan selalu mengiringi
fraktur, intensitas dan keparahan dari nyeri akan berbeda pada masing-masing
klien. Nyeri biasanya terus-menerus , meningkat jika fraktur dimobilisasi. Hal ini
terjadi karena spasme otot, fragmen fraktur yang bertindihan atau cedera pada
struktur sekitarnya.
f. Ketegangan Ketegangan diatas lokasi fraktur disebabkan oleh cedera yang terjadi.
g. Kehilangan fungsi Hilangnya fungsi terjadi karena nyeri yang disebabkan fraktur
atau karena hilangnya fungsi pengungkit lengan pada tungkai yang terkena.
Kelumpuhan juga dapat terjadi dari cedera saraf.
h. Gerakan abnormal dan krepitasi Manifestasi ini terjadi karena gerakan dari bagian
tengah tulang atau gesekan antar fragmen fraktur.
i. Perubahan neurovaskular Cedera neurovaskuler terjadi akibat kerusakan saraf
perifer atau struktur vaskular yang terkait. Klien dapat mengeluhkan rasa kebas
atau kesemutan atau tidak teraba nadi pada daerah distal dari fraktur
j. Syok Fragmen tulang dapat merobek pembuluh darah. Perdarahan besar atau
tersembunyi dapat menyebabkan syok.

3. Etiologi Fraktur Klavikula


Tekanan berlebihan atau trauma langsung pada tulang menyebabkan suatu retakan
sehingga mengakibatkan kerusakan pada otot dan jaringan. Kerusakan otot dan
jaringan akan menyebabkan perdarahan, edema, dan hematoma. Lokasi retak
mungkin hanya retakan pada tulang, tanpa memindahkan tulang manapun. Fraktur
yang tidak terjadi disepanjang tulang dianggap sebagai fraktur yang tidak sempurna
sedangkan fraktur yang terjadi pada semua tulang yang patah dikenal sebagai fraktur
lengkap (Digiulio, Jackson dan Keogh, 2014).
Penyebab fraktur menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2010) dapat dibedakan
menjadi:
a. Cedera traumatik Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
1) Cedera langsung adalah pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang
patah secara spontan
2) Cedera tidak langsung adalah pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur sehingga menyebabkan fraktur
klavikula
3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak
b. Fraktur patologik Kerusakan tulang akibat proses penyakit dengan trauma minor
mengakibatkan :
1) Tumor tulang adalah pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali
2) Infeksi seperti ostemielitis dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau
dapat timbul salah satu proses yang progresif
3) Rakhitis
4) Secara spontan disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus
Penyebab farktur clavicula biasanya disebabkan oleh trauma pada bahu akibat
kecelakaan apakah itu karena jatuh atau kecelakaan kendaraan bermotor, namun
kadang dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor non traumatik. Berikut beberapa
penyebab pada fraktur clavicula yaitu :
1. Fraktur clavicula pada bayi baru lahir akibat tekanan pada bahu oleh simphisis
pubis selama proses melahirkan.
2. Fraktur clavicula akibat kecelakaan termasuk kecelakaan kendaraan bermotor,
jatuh dari ketinggian dan yang lainnya.
3. Fraktur clavicula akibat kompresi pada bahu dalam jangka waktu lama, misalnya
pada pelajar yang menggunakan tas yang terlalu berat.
4. Fraktur clavicula akibat proses patologik, misalnya pada pasien post radioterapi,
keganasan clan lain-lain.
Penyebab farktur clavicula biasanya disebabkan oleh trauma pada bahu akibat
trauma jalan lahir dengan gejala:
1. Bayi tidak dapat menggerakkan lengan secara bebas pada sisi yang terkena,
2. Krepitasi dan ketidakteraturan tulang,
3. Kadang-kadang disertai perubahan warna pada sisi fraktur,
4. Tidak adanya refleks moro pada sisi yang terkena,
5. Adanya spasme otot sternokleidomastoideus yang disertai dengan hilangnya
depresi supraklavikular pada daerah fraktur.
6. Biasanya diikuti palsi lengan
Faktor predisposisi fraktur klavikula adalah:
1. Bayi yang berukuran besar
2. Distosia bahu
3. Partus dengan letak sungsang
4. Persalinan traumatic .
Pengklasifikasian fraktur clavicula didasari oleh lokasi fraktur pada clavicula
tersebut. Ada tiga lokasi pada clavicula yang paling sering mengalami fraktur yaitu
pada bagian midshape clavikula dimana pada anak-anak berupa greenstick, bagian
distal clavicula dan bagian proksimal clavicula. Menurut Neer secara umum fraktur
klavikula diklasifikasikan menjadi tiga tipe yaitu :
1. Tipe I : Fraktur pada bagian tengah clavicula. Lokasi yang paling sering terjadi
fraktur.
2. Tipe II : Fraktur pada bagian distal clavicula. Lokasi tersering kedua mengalami
fraktur setelah midclavicula.
3. Tipe III : Fraktur pada bagian proksimal clavicula. Fraktur yang paling jarang
terjadi dari semua jenis fraktur clavicula, insidensnya hanya sekitar 5%.
Ada beberapa subtype fraktur clavicula bagian distal, menurut Neer ada 3
yaitu :
1. Tipe I  :  merupakan fraktur dengan kerusakan minimal, dimana ligament tidak
mengalami kerusakan.
2. Tipe : merupakan fraktur pada daerah medial ligament coracoclavicular.
3. Tipe III : merupakan fraktur pada daerah distal ligament coracoclavicular dan
melibatkan permukaan tulang bagian distal clavicula pada AC joint.
4. Faktor Risiko Fraktur Klavikula
1) Faktor Mekanik
a. Ekstensi Tangan Penarikan tangan saat persalinan sungsang (Kanik, et al., 2011).
Saat kelahiran sungsang, dan situasi tidak memungkinkan untuk dilakukan operasi
caesar maka pada saat persalinan intravaginal akan dilakukan penarikan tangan
dari bayi untuk mengeluarkan bayi dari rahim ibu. Hal ini yang dapat
menyebabkan fraktur pada klavikula bayi yang dilahirkan saat persalinan
sungsang.
b. Persalinan Intravaginal 13 Persalinan normal tercatat 74 bayi lahir hidup
mengalami fraktur klavikula, diantaranya 73 bayi saat persalinan intravaginal
(kelahiran normal) dan 1 bayi saat operasi caesar (Ozdener, et al., 2013).
Kelahiran intravaginal berperan dalam salah satu faktor resiko fraktur klavikula
pada neonatus karena adanya pengaruh dari kepala bayi dengan leher rahim ibu.
Kelahiran intravaginal juga dilakukan penarikan terhadap bayi, sehingga faktor
mekanik pada poin 1 dan 2 memiliki korelasi.
2) Faktor Klinis
a.Distosia Bahu Penyebab mayor dari fraktur klavikula adalah distosia bahu pada
persalinan vertex (Kanik, et al., 2011). Distosia bahu disebabkan karena bahu
bayi masih tersangkut, sedangkan kepala bayi sudah diluar. Selain itu, saat
pembebasan bayi dengan makrosomia pematahan tulang klavikula merupakan
alternatif terakhir untuk membebaskan janin.
b. Makrosomia Berat badan lahir bayi >3500 gram hingga sampai >4000
gram,dilaporkan sebagai faktor independen dari fraktur klavikula pada
neonatus (Ozdener, et al., 2013). Makrosomia terkait dengan distosia bahu pada
bayi terutama saat dilakukan persalinan intravaginal. Makrosomia dapat
diperkirakan sebelumnya, namun keadaan distosia bahu tidak dapat diduga.
Oleh karena itu, jika terdapat kejadian makrosomia biasanya jalanlahir yang
dipilih bukanlah intravaginal melainkan operasi caesar. Makrosomia pada
neonatus biasanya dipengaruhi juga oleh riwayat keadaan ibu dengan Diabetes
Mellitus Gestational.
5. Patofisiologis Fraktur Klavikula
Patofisiologi fraktur menurut Black dan Hawks (2014) antara lain : Keparahan
dari fraktur bergantung pada gaya yang menyebabkan fraktur. Jika ambang fraktur
suatu tulang hanya sedikit terlewati, maka tulang mungkin hanya retak saja bukan
patah. Jika gayanya sangat ekstrem, seperti tabrakan mobil, maka tulang dapat pecah
berkepingkeping. Saat terjadi fraktur, otot yang melekat pada ujung tulang dapat
terganggu. Otot dapat mengalami spasme dan menarik fragmen fraktur keluar posisi.
Kelompok otot yang besar dapat menciptakan spasme yang kuat bahkan mampu
menggeser tulang besar, seperti femur. Walaupun 10 bagian proksimal dari tulang
patah tetap pada tempatnya, namun bagian distal dapat bergeser karena faktor
penyebab patah maupun spasme pada otot-otot sekitar. Fragmen fraktur dapat
bergeser ke samping, pada suatu sudut (membentuk sudut), atau menimpa segmen
tulang lain. Fragmen juga dapat berotasi atau berpindah.
Selain itu, periosteum dan pembuluh darah di korteks serta sumsum dari tulang
yang patah juga terganggu sehingga dapat menyebabkan sering terjadi cedera jaringan
lunak. Perdarahan terjadi karena cedera jaringan lunak atau cedera pada tulang itu
sendiri. Pada saluran sumsum (medula), hematoma terjadi diantara fragmen-fragmen
tulang dan dibawah periosteum. Jaringan tulang disekitar lokasi fraktur akan mati dan
menciptakan respon peradangan yang hebat sehingga akan terjadi vasodilatasi, edema,
nyeri, kehilangan fungsi, eksudasi plasma dan leukosit. Respon patofisiologis juga
merupakan tahap penyembuhan tulang.
Fraktur klavikula pada neonatus biasanya terjadi akibat komplikasi dari distosia
bahu. Karena saat bayi tidak bisa dikeluarkan dengan berbagai cara, maka pematahan
tulang klavikula pun dilakukan agar lebar bahu dapat ditanggulangi dan dapat
membebaskan bahu bayi (Leung, et al., 2011). Fraktur klavikula pada bayi merupakan
fraktur tersering yang terjadi, diikuti dengan fraktur humerus dan fraktur femur.
Penyebab utama dari fraktur klavikula pada neonatus adalah distosia bahu. Distosia
bahu tidak dapat kita duga sebelumnya, berbeda dengan makrosomia dapat kita
perkirakan dengan melihat besar kehamilan. Saat distosia bahu banyak hal yang dapat
dilakukan, mulai dari merubah posisi kaki wanita yang sedah partus, menggunakan
bantuan tangan, hingga mematahkan tulang klavikula bayi. Hal ini bertujuan untuk
dapat mempersempit bidang bahu bayi yang tersangkut saat persalinan. Fraktur
klavikula juga dapat terjadi saat persalinan sungsang. Sungsang adalah posisi janin
dengan keadaan kepala bayi berada di atas. Hal ini dapat terjadi akibat berbagai
faktor, mulai dari kehamilan kembar sampai kelainan pada janin (Kanik, et al., 2011).
Saat sungsang banyak resiko yang terjadi jika dilakukan persalinan intravaginal, oleh
karena itu saat memasuki usia kehamilan 40 minggu dan keadaan bayi masih
sungsang sebaiknya memilih jalan lahir operasi caesar. Sungsang dapat diketahui
dengan ultrasonography (USG).
Selain dari distosia bahu dan kelahiran letak sungsang, fraktur klavikula juga
dipengaruhi oleh faktor resiko makrosomia. Makrosomia merupakan keadaan bayi
dengan berat badan lahir yang besar. Makrosomia didefenisikan kelahiran 15 dengan
berat badan lahir >4000 gram, setelah meninjau etnis dan usia kehamilan ibu.
Makrosomia biasanya terjadi pada ibu hamil yang memiliki riwayat DMG (Diabetes
Mellitus Gestational) (Mosavat & Zamani, 2008).
6. Pemeriksaan Untuk Diagnostik Fraktur Klavikula
Pemeriksaan penunjang pada fraktur klavikula dibutuhkan untuk konfirmasi
fraktur, menilai komplikasi, dan konfirmasi setelah tindakan. Pemeriksaan yang dapat
dilakukan pantara lain rontgen klavikula, rontgen toraks, CT scan, arteriografi, dan USG.
1) Rontgen Klavikula

Pemeriksaan evaluasi standar adalah rontgen klavikula yang dilakukan pada


posisi anteroposterior (AP) dengan kemiringan cephalic 45 derajat. Pada rontgen awal,
bagian cedera mungkin terlihat normal meskipun temuan klinis sangat mengarah ke
fraktur. Jika ditemukan kasus seperti ini, lengan harus diimobilisasi, kemudian lakukan
rontgen ulang dalam 7-10 hari jika gejala menetap.
2) Rontgen Dada
Pemeriksaan rontgen dada perlu dilakukan untuk mengevaluasi kemungkinan
terjadinya fraktur iga, pneumothorax, dan hemothorax pada cedera multipel.
3) CT Scan
Pemeriksaan CT Scan dapat digunakan untuk evaluasi lebih lanjut fraktur.
Pada kasus fraktur klavikula medial, CT Scan dapat memperlihatkan pergeseran
segmen tulang ke arah posterior, impingement trakea, dan cedera struktur
neurovaskular. CT Scan juga diperlukan apabila pada rontgen terdapat bagian tulang
yang saling tumpang tindih.
4) Arteriografi
Pemeriksaan arteriografi hanya dilakukan jika dicurigai terdapat kerusakan vaskular.
5) Ultrasonografi
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) menurut Cross et al dapat mendiagnosis
fraktur klavikula pada anak-anak secara akurat. Pada sebuah penelitian prospektif
ditemukan bahwa tingkat akurasi USG mencapai 96% dengan nilai prediksi positif
mencapai 95% dan nilai prediksi negatif 96%. USG juga mengurangi rasa tidak
nyaman jika dibandingkan dengan pemeriksaan rontgen.
6) Radiologi
Diagnosis fraktur klavikula biasanya terlihat dari radiografi proyeksi AP. Pada
keadaan emergensi, ahli bedah dapat hanya menggunakan foto dada dengan proyeksi
AP untuk mendiagnosis fraktur klavikula. Untuk visualisasi yang lebih baik,
radiografi dengan proyeksi oblik dapat membantu. Untuk mendapatkan visualisasi
tersebut, arah sinar datang dari sudut 20 derajat dari arah cephalad, dengan posisi
lengan abduksi 135 derajat.
Mendiagnosis fraktur klavikula pada bayi tidak bisa dengan anamnesis, dan
pada beberapa kasus sangat susah menemukan tanda-tanda bayi mengalami fraktur.
Hal ini diakibat karena tidak semua bayi memiliki derajat nyeri yang sama, tidak
semua bayi melakukan pergerakan yang aktif.
Selain pemeriksaan radiografi, pemeriksaan klinis pun dapat dilakukan
diantaranya terdapat massa spons yang teraba, krepitasi, deformitas, nyeri tekan.
Untuk pemeriksaan penunjang tentu saja radiografi untuk melihat pembentukan kalus.
Dalam penelitian yang dilakukan Reiners, et al didapatkan data sebagai berikut. 19
bayi dengan massa spon teraba, 10 bayi dengan krepitasi, 2 bayi dengan deformitas,
dan 1 bayi dengan nyeri tekan. Temuan klinis ini jelas memperlihatkan bahwa pada
neonatus inspeksi & auskultasi lebih jelas memperlihatkan gejala dari fraktur
klavikula. Karena pada bayi umumnya untuk mengetahui deformitas sangat susah,
apalagi untuk mengetahui nyeri tekan (Reiners, et al., 2000).
Diagnosis lain yang digunakan untuk menentukan fraktur adalah radiografi.
Pada radiografi bayi akan difoto menggunakan X-Ray AP lateral pada bagian dada
depan untuk melihat kedua klavikula.
7. Komplikasi Fraktur Klavikula
1) Komplikasi dini
 Cedera pembuluh darah : Hal ini jarang terjadi , biasanya terjadi karena trauma
awal atau tekanan sekunder dari kallus atau deformitas yang tersisa.
 Pneumouthorax
 Haemothorax
 Cedera pleksus Brachialis
2) Komplikasi lanjut
 Malunion
Proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu semestinya,
namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal. Biasanya berupa pemendekan
dengan adanya angulasi. Sebagian besar merupakan masalah kosmetik, dimana
fungsi dari bahu masih normal. Eskola melaporkan bahwa pemendekan yang lebih
dari 15 mm dapat menimbulkan nyeri oleh karena adanya penonjolan dari
fragmen tulang. Diperlukan osteotomy, cangkok tulang, dan fiksasi untuk
memperbaiki deformitas tersebut.
 Nonunion
Didiagnosa dari jika tidak ada penyambungan tulang secara radiografi selama
4 sampai 6 bulan. Daerah yang paling sering terkena yaitu pada pertengahan
klavikula karena hanya sedikit jaringan lunak yang menempel. Insidensi sekitar
0,9 % sampai 4 %. Faktor predisposisinya yaitu karena immobilisasi yang tidak
adekuat, fragment fraktur yang terlalu bergeser, lokasi daerah fraktur, fraktur
terbuka, dan adanya refaktrur.
8. Mekanisme Kerja Bidan Terhadap Kasus Fraktur Klavikula
a. Tanggung Jawab Primer Bidan
Yang dapat dilakukan bidan adalah dengan cara preventif. Pencegahan fraktur
klavikula dilakukan saat ibu masih dalam masa kehamilan. Faktor resiko yang ada
harus dihindari, seperti hindari mengkonsumsi gula berlebihan yang erat kaitannya
dengan makrosomia pada bayi sehingga membuat resiko trauma persalinan
menjadi tinggi. Jika sudah mengetahui adanya makrosomia pada bayi, piliihlah
jalan lahir dengan operasi caesar karena dengan persalinan intravaginal akan
menimbulkan banyak resiko. Lakukanlah olahraga ibu hamil, terutama untuk
kehamilan yang letak bayinya sungsang. Olahraga ibu hamil dapat membuat
posisi bayi menjadi normal, sehingga resiko trauma pada persalinan dapat
dicegah.
Dalam Perawatan Bayi yang dapat dilakukan bidan yaitu :
1) Bayi jangan banyak digerakkan.
2) Immobilisasi lengan dan bahu pada sisi yang sakit dan abduksi
lengan dalam stan hoera menopang bahu belakang dengan memasang
ransel verband
3) Rawat bayi dengan hati-hati.
4) Nutrisi yang adekuat (pemberian ASI yang adekuat dengan
caramengajarkan pada ibu cara pemberian ASI dengan posisi tidur,
dengan sendok atau pipet).
b. Tanggung Jawab Kolaborasi Bidan
Kolaborasi adalah hubungan kerja sama diantara tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan kepada pasien atau klien dalam melakukan diskusi tentang
diagnosa, melakukan kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling berkonsultasi atau
komunikasi serta masing-masing bertanggung jawab pada pekerjaannya.
Sebelum melakukan kolaborasi bidan tidak langsung memindah tanggung
jawabkan klien ke tenaga kesehatan lain ada beberapa hal yang harus di lakukan
oleh bidan terhadap klien dengan fraktur klavikula yaitu :
1) Bidan memahami batas wewenang yang dapat di tangani.
2) Bidan melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dasar termasuk ttv kepada
klien yang nantinya sebagai dokumentasi dan petunjuk untuk tindakan
selanjutnya Oleh dokter ortopedi.
3) Ajarkan penggunaan teknik manajemen nyeri (latihan napas dalam, imajinasi
visual, aktivitas dipersional)
4) Evaluasi keluhan nyeri (skala, petunjuk verbal dan non verbal, perubahan
TTV.
5) Menilai perkembangan masalah klien
6) lalu kemudian melakukan Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.
7) Kolaborasi pelaksanaan fisioterapi sesuai indikasi.

c. Tanggung Jawab Rujukan Bidan


Sebelum melakukan rujukan bidan harus memastikan keadaan tanda-tanda vital
klien stabil hingga sampai ditempat pelayanan kesehatan lanjutan, hal yang dapat
di lakukan bidan saat melakukan rujukan pada klien fraktur vlasikula yaitu :
1) Pertahankan imobilasasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, bebat dan
atau traksi,untuk Mengurangi nyeri dan mencegah malformasi.
2) Tinggikan posisi ekstremitas yang terkena, unruk Meningkatkan aliran balik
vena, danmengurangi edema/nyeri.
3) Lakukan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan (masase, perubahan
posisi). untuk Meningkatkan sirkulasi umum, menurunakan area tekanan lokal
dan kelelahan otot.
4) Ajarkan penggunaan teknik manajemen nyeri (latihan napas dalam, imajinasi
visual, aktivitas dipersional) untuk Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, dan
meningkatkan kontrol terhadap nyeri yang mungkin berlangsung lama.
5) Dorong klien untuk secara rutin melakukan latihan menggerakkan jari/sendi
distal cedera, untuk Meningkatkan sirkulasi darah dan mencegah kekakuan
sendi.
6) Pantau kualitas nadi perifer, aliran kapiler, warna kulit dan kehangatan kulit
distal cedera, bandingkan dengan sisi yang normal,untuk Mengevaluasi
perkembangan masalah klien dan perlunya intervensi sesuai keadaan klien.
7) setelah kondisi tanda-tanda vital klien sudah stabil maka rujukan ke fasilitas
kesehatan yang lebih lengkap bisa dilakukan.

2.4 Telaah Jurnal


1) Penerapan Distraksi Mendengarkan Musik Klasik Untuk Mengurangi Nyeri Fraktur
Klavikula
Judul Penerapan Distraksi Mendengarkan Musik Klasik Untuk
Mengurangi Nyeri Fraktur Klavikula
Penulis Rusminah Rusminah, Siswanto Siswanto, Ambang Sulistyo
Nugroho
publikasi Volume 5, Nomor 2, Juli 2019
I. Deskirpsi Jurnal
A. Komponen Deskripsi Jurnal
1. Abstract
2. Pendahuluan
3. Metode Penelitian
4. Hasil dan Pembahasan
5. Kesimpulan penelitian

B. Uraian Deskripsi Jurnal


1) Pendahuluan
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang ditentukan sesuai jenis dan luasnya
(Smeltzer & Bare, 2006). Fraktur yang terjadi dapat menimbulkan gejala yang umum yaitu
nyeri atau rasa sakit, untuk itu perlu mencari pendekatan yang paling efektif dalam upaya
mengontrol nyeri (Potter, 2005). Nyeri adalah peristiwa yang tidak menyenangkan pada
seseorang dan dapat menimbulkan rasa sakit (Kartika, 2014). Penanganan nyeri selain terapi
farmakologi, musik bisa digunakan untuk membantu menghilangkan atau mengurangi nyeri.
Musik bisa menyentuh individu baik secara fisik, psikososial, dan spiritual (Campbell, 2006).
Musik yang memiliki tempo lambat dan menenangkan adalah musik klasik yang bisa menjadi
terapi yang dapat diartikan sebagai pengobatan. Musik klasik memiliki aspek terapeutik,
sehingga musik klasik banyak digunakan untuk penyembuhan, menenangkan, dan
memperbaiki kondisi fisik dan fisiologis pasien maupun tenaga kesehatan, berdasarkan
penelitian ditemukan bahwa saraf penerus musik dan saraf penerus rasa sakit adalah sama
(Musbikin, 2009). Mendengarkan musik akan mengalihkan perhatian terhadap nyeri
(distraksi) dan memberikan rasa nyaman dan rileks (relaksasi). Sesuai dengan teori menurut
Campbell (2001).

2) Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan publikasi ilmiah ini adalah menggunakan metode
diskriptif dengan pendekatan studi kasus yang bersifat Mengumpulkan data (pengkajian nyeri
PQRST) mempelajari, menganalisis yang dilakukan secara integratif komprehensif agar
memperoleh pemahaman yang mendalam serta membuat kesimpulan masalah. Penulisan
publikasi ilmiah ini mengambil kasus bayi Ny T umur 26 tahun dengan nyeri fraktur
klavikula diruang Edelweis RS TK. II 04.05.01 dr. Soedjono Magelang yang dilaksanakan
pada tanggal 4-9 Juni 2018. Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara
terstruktur dan tidak terstruktur pada pasien keluarga dan petugas kesehatan yang mengetahui
data yang dibutuhkan.

3) Hasil dan Pembahasan


Tindakan distraksi mendengarkan musik klasik dilakukan 2x7 jam selama 10 menit, Bayi Ny.
T kooperatif, pasien terlihat meringis menahan nyeri, sedikit gelisah hari pertama
Memperlihatkan masih nyeri . Setelah dilakukan tindakan hari kedua bayi Ny. T tampak
lebih tenang nyeri berkurang, lebih nyaman dan tampak rileks.
Distraksi dengan mendengarkan musik klasik adalah tindakan yang tepat untuk mengatasi
nyeri fraktur klafikula karena dalam teori mendengarkan musik akan mengalihkan perhatian
terhadap nyeri (distraksi) dan memberikan rasa nyaman dan rileks (relaksasi). Sesuai dengan
teori menurut (Campbell, 2001) musik dapat digunakan sebagai terapi musik untuk
meningkatkan kemampuan manusia terhadap berbagai jenis penyakit dan dapat dimanfaatkan
sebagai aktivitas distraksi. Teknik distraksi dengan terapi musik akan membantu melepaskan
endorphin yang ada dalam tubuh, seperti diketahui bahwa endorphin memiliki efek relaksasi
dalam tubuh (Potter & Perry, 2006). Endorphin tersebut dapat menimbulkan efek analgesia
yang mengeliminasi neurotransmitter rasa nyeri pada pusat persepsi dan interpretasi sensori
dalam otak. Sehingga efek yang bisa muncul adalah nyeri berkurang
4) Kesimpulan
Menunjukan adanya perubahan skala nyeri yang semula skala 5, menjadi skala nyeri 3,
pasien dapat melaksanakan teknik distraksi, kondisi menjadi tenang dan tampak rileks.
II. Telaah Jurnal
a. Judul
Pada judul jurnal sudah spesifik dan efektif
b. Nama Penulis
Rusminah Rusminah, Siswanto Siswanto, Ambang Sulistyo Nugroho
c. Abstrak
Pada jurnal sudah mengikuti kaidah penulisan abstrak yang baik dan benar.
d. Isi
Pada jurnal membuktikan coping pada masalah nyeri fraktur klavikula. follow up dilakukan
setiap hari sangat penting untuk melihat perkembangan dan keefektifan coping yang
diberikan.
e. Daftar Pustaka
Pada jurnal daftar pustaka yang dipaparkan sangat lengkap dan jelas.Jadi jurnal ini sangat
meyakinkan bagi pembacanya.
2) Hubungan Asfiksia Neonatorium Dan Fraktur Clavikula Dengan Persalinan Pervaginam
Letak Sungsang
Judul Hubungan Asfiksia Neonatorium Dan Fraktur Clavikula Dengan
Persalinan Pervaginam Letak Sungsang
Penulis Nfn Musyahida
publikasi Volume 02 No 01 Mei 2019

I. Deskirpsi Jurnal
A. Komponen Deskripsi Jurnal
1) Abstract
2) Pendahuluan
3) Metode Penelitian
4) Hasil dan Pembahasan
5) Kesimpulan penelitian

B. Uraian Deskripsi Jurnal


1) Pendahuluan
Sungsang adalah janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri belakang
bagian bawahkavum uteri pada letak sungsang berturut-turut lahir bagian-bagian yang
makin lama makin besar dimulai darilahirnya bokong, bahu kemudian kepala . Fraktur
clavikula adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulangpada clavikula yang umumnya
disebabkanakibat ruda paksa (Muchtar, 1999).Fraktur tulang kadang terjadi
selamakelahiran(Haminton,2000).Tulang-tulang yang banyak mengalami cedera adalah
clavikula,humerous,pemorous. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui
adakah hubungan kejadian asfiksia nenatorium dan fraktur clavikula dengan
persalinan pervaginam letak sungsang di kamar bersalin Rumah Sakit Dr Sumantri
Parepare.

2) Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei analitik dengan
menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua bayi
baru lahir normal dengan presentase sungsang dikamar bersalin Rumah Sakit Dr
Sumantri Parepare tahun 2018 sebanyak 43 orang.Sampel dalam penelitian ini adalah
sebagian dari bayi baru lahir normal dengan presentase sungsang yang mengalami
asfiksia dan fraktur clavikuladi kamar bersalin Rumah Sakit DrSumantri
Pareparetahun 2018 sebanyak 38 orang.
Tehnik pengambilan sampel menggunakan tehnikacci dental sampel yaitu tehnik
pengambilan sampel berdasarkan kebetulan, siapa saja yang ditemui asalkan sesuai
dengan persyaratan data yang diinginkan. Kriteria inklusidalam penelitian ini yaitu
semua ibu hamil yang melahirkan pervaginam letak sungsang,Bersedia untuk diobservasi
dan kriteri eksklusi dalam penelitian ini yaitu semua ibu hamil yang melahirkan normal
dan tidak bersedia untuk diobservasi Pengumpulan Data dalam penelitian ini menggunakan
data primer dan data sekunder.

3) Hasil Dan Pembahasan


Hubungan persalinan sungsang dengan kejadian fraktur clavikula menunjukkan
bahwa persalinan sungsang 2 bayi (5,3%)yang mengalami fraktur clavikula dan 36 bayi
(94,7%) yang tidak mengalami fraktur clavikula. Dari hasil uji statistic
menggunakan uji chi square didapatkan nilai p adalah ,896 dimana tidak ada
hubungan fraktur clavikula dengan persalinan pervaginam letak sungsang.Berdasarkan
kondisi yang ditemukan dilapangan bahwa persalinan sungsang jarang terjadi
fraktur klavikula hal ini disebabkan oleh karena penolong persalinan sungsang sudah
memahami cara melahirkan bahu pada bayi dengan presentase sungsang
sehingga fraktur clavikula jarang terjadi kecuali pada bayi dengan berat badan lebih dari
batas normal sehingga bayi yang besar sulit melalui jalan lahir dan terjadi fraktur
klavikula. Bila ada terjadi semacam ini bidan akan mengantisipasi sebelumnya pada
saat ibu hamil ANC, menganjurkan melahirkan dengan cara seksio cesarea.

4) Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan persalinan sungsang dengan asfiksia
dan freaktur clavikulaperiode Maret-Juni dapat diambil kesimpulan bahwa Ada hubungan
asfiksia neonatorium dengan persalinan pervaginam letak sungsang . Hal ini Karen apada
saat persalinan sungsang melahirkan kepala bayi terkadang sulit sehingga proses
kelahiran kepala lambat yang mengakibatkan suplei O2 ke janin kurang dan
mengakibatkan asfiksia saat bayi dilahirkan yang ditandai dengan bayi tidak segera
menangis pada saat dilahirkan. Dan tidak ada hubungan fraktur clavikula dengan
persalinan pervaginam letak sungsang. Hal ini karena penolong persalinan
sungsang sudah memahami cara melahirkan bahu pada bayi dengan persentase
sungsang sehingga frakturclavikula jarang terjadi, kejadian ini didapatkan bila
bayi dengan berat badan bayi lebih dari batas normal dan datang kerumah sakit secara
tiba-tiba dalam keadaan pembukaan sudah lengkaps ehingga bahu bayi sulit dilahirkan
maka terjadilah fraktur clavikula.
II. Telaah Jurnal
a. Judul
Pada judul jurnal sudah spesifik dan efektif
b. Nama Penulis
Nfn Musyahida
c. Abstrak
Pada jurnal sudah mengikuti kaidah penulisan abstrak yang baik dan benar.
d. Isi
Pada jurnal membuktikan dan menjelaskan hubungan Asfiksia Neonatorium Dan Fraktur
Clavikula Dengan Persalinan Pervaginam Letak Sungsang. Dengan pembahasan dan hasil
yang menggunakan data yang akurat.
e. Daftar Pustaka
Pada jurnal daftar pustaka yang dipaparkan sangat lengkap dan jelas.Jadi jurnal ini sangat
meyakinkan bagi pembacanya.

BAB III
ASUHAN KEBIDANAN

ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS PADA BAYI BARU LAHIR NY K


DENGAN FRAKTUR KLAVIKULA
3.1. Manajemen Varney
Seorang bayi laki-laki anak Ny.”K” pada tanggal 20 November 2020 pukul 10.00 WIB
anak pertama lahir. Umur kehamilan 39 mimggu,bayi lahir dengan berat badan 3500
gram, PB 50 CM, lahir pervaginam dengan distosia bahu karena letak sungsang.
I. Pengkajian Data
Tanggal 20 November 2020
A. Identitas
1) Bayi
Nama :Bayi Ny. K
Tanggal Lahir:20 November 2020
Jam Lahir :10.00 WIB
Jenis Kelamin :Laki-laki
2) Orang Tua
Nama istri :Ny.K Nama Suami :Tn. Dedi
Umur :27 tahun Umur :27 tahun
Agama :Islam Agama :Islam
Suku :Jawa Suku :Jawa
Pendidikan :SMA Pendidikan :SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan:Wiraswasta
Alamat :Jl. Pandu Alamat :Jl. Pandu

B. Keluhan Utama

Bayi Ny. “K”lahir spontan pervaginam, letak sungsang dengan fraktur


klavikula.Ibu mengatakan bayi menangis pada perabaan tulang klavikula,
gerakan tangan kanan dan kiri tidak sama, suhu tubuh 38.3˚C dan BB : 3500 gram.
Lama persalinan kala I 8 jam, kala II 20 menit, dan kala III 15 menit. Air ketuban
jernih dan tidak ada molase. Namun saat dilakukan pemeriksaan fisik pada bayi baru
lahir ditemukan reflek moro asimetris antara tangan kiri dan kanan, saat dilakukan
perabaan daerah klavikula terjadi pembengkakan dan klavikula bagian kanan terlihat
memerah. Bayi menjadi rewel dan menangis dengan keras.
C. Riwayat Persalinan
a. Persalinan ditolong oleh :Bidan
b. Jenis persalinan :Pervaginam, dengan distosia bahu karena letak
sungsang
c. Tempat persalinan :RB. Kasih Bunda
d. Lama Persalinan :Kala I:8 jamKala II :20 menit Kala III :15 menit
e. Masalah yang terjadi selama persalinan :Tidak ada
f. Keadaan air ketuban :Jernih
g. Keadaan umum BBL :Kelahiran tunggal ,Usia kehamilan saat melahirkan
+40 Minggu

D. PEMERIKSAAN FISIK

1. Nilai APGAR

Aspek yang
No 0 1 2 Waktu
dinilai
1. Frekuensi Tidak ada Kurang dari Lebih dari 1 1
denyut jantung 100 100
2. Usaha bernafas Tidak ada Lembar Menangis 1 2
teratur kuat
3. Tonus otot Lumpuh Ekstremitas Gerakan 1 1
flexi sedikit aktif
4. Reaksi terhadap Tidak ada Gerakan Menangis 2 2
rangsangan sedikit
5. Warna kulit Biru / Tubuh Seluruh 1 2
pucat kemerahan tubuh
ekstremitas kemerahan
biru
6 8

2. Antropometrik

1. Berat badan : 3500 gram

2. Panjang badan : 50 cm

3. Lingkar kepala : 35 cm

4. Lingkar dada : 30 cm

5. Lila : 9,5 cm

3. Refleks

a. Moro : Tidak sama antara kedua tulang klavikula kanan dan kiri

b. Tonic neak : Ada

a. Palmargrap : Ada

4. Menangis : Bayi menangis saat dirangsang

5. Tanda vital

a. Suhu : 38,3⁰C
b. Nadi : 120x/menit

c. Pernapasan : 40x/menit

6. Kepala

a. Sinteris : tidak ada kelainan yang dialami

b. Ubun-ubun besar : cembung

c. Ubun-ubun kecil : tidak ada

d. Caput succedenum : tidak ada

e. Cephal hematoma : tidak ada

f. Sutura : tidak ada moulage

g. Luka di kepala : tidak ada

h. Kelainan yang dijumpai : tidak ada kelainan

7. Mata

a. Posisi : simetris kanan dan kiri

b. Kotoran : tidak terdapat kotoran

c. Perdarahan : tidak terdapat perdarahan

d. Bulu mata : ada

8. Hidung

a. Lubang hidung : Terdapat 2 lubang kanan dan kiri

b. Cuping hidung : ada, kiri dan kanan simetris

c. Keluaran : tidak ada

9. Mulut

a. Simetris : atas dan bawah

b. Palatum : tidak ada celah

c. Saliva : tidak ada hipersaliva

d. Bibir : tidak ada labio skizis

e. Gusi : merah, tidak ada laserasi

f. Lidah bintik putih : lidah bintik putih tidak ada


10. Telinga

a. Simetris : kanan dan kiri

b. Daun telinga : ada kanan dan kiri

c. Lubang telinga : ada, kanan dan kiri berlubang

d. Keluaran : tidak ada

11. Leher

a. Kelainan : tidak ada kelainan

b. Pergerakan : dapat bergerak ke kanan dan ke kiri

12. Dada

a. Simetris : simetris kanan dan kiri

b. Pergerakan : bergerak waktu bernafas

c. Bunyi nafas : nafas lambat teratur

d. Bunyi jantung : teratur

e. Frekuensi jantung : 100x/menit

13. Perut

a. Bentuk : simetris

b. Bising usus : teratur

c. Kelainan : tidak ada kelainan

14. Tali pusat

a. Pembuluh darah : 2 arteri dan 1 vena

b. Perdarahan : tidak ada perdarahan

c. Kelainan : tidak ada kelainan

15. Kulit

a. Warna : kemerahan

b. Turgor : (+) ada

c. Lanugo : ada

d. Vernik kaseosa : ada


e. Kelainan : tidak ada kelainan

16. Ekstremitas

a.Tangan : gerakan tangan terbatas antara kanan dan kiri

b. Kaki : simetris

c.Gerakan : ada

d. Kuku : lengkap

e.Bentuk kaki : lurus

f. Bentuk tangan : lurus

g. Kelainan : tidak ada

I. Interprestasi Data Dasar

A. Diagnosa

Bayi Ny. “R” lahir spontan cukup bulan, letak sungsang dengan fraktur klavikula.

Dasar :

1. Bayi lahir sungsang pervaginam tanggal 20 November 2020 Pukul 10.00 WIB.

2. Bergerak pada daerah klavikula dextra.

3. Pada klavikula dextra tampak merah.

4. Adanya krepitasi.

B. Masalah

1. Gangguan pola aktivitas

Dasar : a. Adanya fractur klavicula dextra

b. Gerakan tangan kanan bayi terbatas

2. Kurangnya pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur

Dasar : a. Bayi menangis terus / rewel

b. Tampak bengkak pada daerah klavikula dextra

3. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang keadaan anaknya

Dasar : a. Ibu tampak cemas dengan keadaan anaknya

b. Ibu bertanya tentang keadaan anaknya


C. Kebutuhan

1. Penyuluhan kepada ibu tentang perawatan bayi dengan fraktur klavikula

Dasar : a. Bayi rewel pada saat adanya pergerakan

b. Adanya krepitasi

2. Anjurkan kepada ibu

Dasar : a. Bayi baru lahir

b. Bayi belum diberi ASI

3. Perawatan tali pusat

Dasar : a. Bayi lahir sungsang pervaginam tanggal 20 November 2007 Pukul


10.00 WIB

b. Tali pusat masih basah

II. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Potensial

Potensial terjadinya kelainan pertumbuhan tulang kalvikula yang tidak sama


antara kanan dan kiri.

Dasar : a. Bengkak dan merah pada kulit daerah klavikula dextra

b. Adanya krepitasi

III. Identifikasi Masalah Dan Kebutuhan Penanganan Segera Dan


Kolaborasi

1. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk mendapatkan


penatalaksanaan tentang fractur klavikula.

2. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat.

Ampisilin inj 3 x 125 mg, sanmal drop 3 x 0,3 mL

IV. Perencanaan

1. Lakukan fiksasi pada daerah klavikula dextra.

a. Memasang elastis verban pada klavikula bayi.

b. Imobilisasi lengan dan bahu pada sisi yang sakit.

c. Abduksi lengan dalam stand hoera menopang bahu belakang


dengan memasang ransel perban.

2. Batasi Pergerakan Bayi


a. Bayi jangan banyak digerakkan.

b. Bayi jangan terlalu sering digendong.

3. Observasi tanda vital bayi

a. Suhu

b. Nadi

c. Pernafasan

4. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian terapi

a. Ampisilin

b. Sanmal drop

5. Beri posisi yang nyaman

6. Jelaskan kepada ibu tentang keadaan bayinya

7. Jelaskan pada ibu mengenai pentingnya ASI

8. Anjurkan ibu untuk mengonsumsi sayur-sayur hijau.

V. Pelaksanaan

Pada tanggal 20 November 2020, pukul 10.00 WIB

1. Melakukan fiksasi pada daerah clavikula dextra sesuai dengan advis dokter

a. Memasangkan elastis verban pada daerah klavikula bayi yang


sakit dengan posisi 600 dan siko 900 dengan posisi flexi.

b. Imobilisasi lengan dan bahu pada sisi yang sakit untuk


meminimalkan pergerakan pada daerah bahu yang sakit sehingga proses
penyembuhannya lebih cepat.

2. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dengan hasil temp : 38,30C


pernafasan 40 x/menit, pols 120x/menit.

3. Pemberian terapi sesuai advis dokter

a. Ampisilin inj 3x 125 mg

b. Sanmal drop 3x 0,3 mL

4. Memberikan penyuluhan dan penjelasan kepada ibu tentang bayi dan


bagaimana perawatannya sehari-hari, yaitu :

a. Mempertahankan posisi yang benar dan hangat bagi bayi.


b. Mengatur posisi yang nyaman untuk bayi.

c. Mengganti popok setelah bayi Bak dan BAB.

d. Menganjurkan pada ibu jangan sering mengangkat bayi.

5. Menjelaskan pada ibu mengenai pentingnya ASI eksklusif.

a. Menganjurkan pada ibu agar memberikan ASI eksklusif yaitu dengan


tidak memberikan makanan lain selain ASI.

b. Menganjurkan pada ibu untuk mengonsumsi sayur-sayuran hijau, daun


katuk, bayam, sawi, dan lain-lain.

6. Menjelaskan kepada ibu perban boleh dibuka setelah 3-6 minggu dan masa
pembentukan tulangnya 6-12 bulan.

VI. Evaluasi

Pada tanggal 20 November 2020, pukul 10.00 WIB

1. Bidai masih terpasang.

2. Suhu bayi kembali normal.

3. Bayi tidak rewel lagi.

4. Kebutuhan istirahat / tidur terpenuhi.

5. Ibu sudah mengerti dan melaksanakan anjuran yang diberikan.

3.2. Asuhan Kebidanan dengan Pendokumentasian SOAP

ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS PADA BAYI BARU LAHIR NY K


DENGAN FRAKTUR KLAVIKULA
Subjective Objective Assessment Planning

Bayi Ny. “K”lahir KU : baik Diagnosa : 1. Lakukan fiksasi


spontan pervaginam, pada daerah
Kesadaran: Bayi Ny. “R” lahir klavikula dextra.
letak sungsang composmentis
dengan fraktur spontan cukup bulan,
klavikula.Ibu TTV : letak sungsang a. Memasang
mengatakan bayi dengan fraktur elastis verban pada
S: 38,3⁰C klavikula. klavikula bayi.
menangis pada
perabaan tulang N: 120 x/menit
Masalah : b. Imobilisasi
klavikula, gerakan lengan dan bahu pada
R: 40 x/menit
tangan kanan dan kiri  Terjadinya
tidak sama. BB: 3500 gram gangguan pada sisi yang sakit.
pola aktivitas bayi
PB :50 cm c. Abduksi lengan
karena adanya
Lingkar kepala: fraktur klavikula dalam stand hoera
35cm dextra,sehingga menopang bahu
gerakan tangan belakang dengan
Lingkar dada: 30 cm memasang ransel
kanan bayi
Lila: 9,5 cm terbatas. perban.
 Kurangnya 2. Batasi
pemenuhan Pergerakan Bayi
kebutuhan istirahat
dan tidur karena a. Bayi jangan
bayi terus banyak digerakkan.
menangis/rewel.
b. Bayi jangan
Karena tampak
terlalu sering
bengkak pada
digendong.
daerah klavikula
dextra. 3. Observasi tanda
 Kurangnya vital bayi
pengetahuan orang
tua tentang keadaan a. Suhu
anaknya,sehingga b. Nadi
ibu menjadi cemas.
c. Pernafasan

4. Kolaborasi
dengan dokter
tentang pemberian
terapi

a. Ampisilin

b. Sanmal drop

5. Beri posisi yang


nyaman

6. Jelaskan kepada
ibu tentang keadaan
bayinya

7. Jelaskan pada
ibu mengenai
pentingnya ASI

8. Anjurkan ibu
untuk mengonsumsi
sayur-sayur hijau.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Fraktur klavikula adalah retaknya tulang selangka, merupakan kasus tersering yang
terjadi pada bayi saat mengalami jalan lahir.
2. Beberapa factor yang menyebabkan terjadinya fraktur klavikula seperti distosia
bahu,panggul sempit, letak sungsang, serta persalinan traumatic.
3. Diagnosa dapat ditegakkan pada bayi dengan jalan melakukan palpasi daerah klavikula
dan rotgen tulang.
4. Lakukan penatalaksannaan yang bertujuan menguragi gerakan pada bayi, karenaumunya
pada bayi tulang akan kembali tersambung dan terbentuk dengan normal setelah
beberapa minggu.

4.2 Saran

kita sebagai Bidan atau tenaga kesehatan seharus nya lebih memahami tentang macam-
macam masalah yang sering terjadi pada neonatus, bayi dan balita termasuk Fraktur
klavikula. Serta lebih mengetahui bagaimana tindakan yang tepat yang dapat dilakukan
untuk mengatasi Fraktur klavikula.
DAFTAR PUSTAKA

Rusminah ,dkk. 2019. PENERAPAN DISTRAKSI MENDENGARKAN MUSIK


KLASIK UNTUK MENGURANGI NYERI FRAKTUR KLAVIKULA.jurnal
keperawatan karya bakti. Volume 5, Nomor 2, Juli 2019.Hal 48-53. Diakses melalui :
http://ejournal.akperkbn.ac.id/index.php/jkkb/article/view/36/54

Musyahida.Mei 2019. HUBUNGAN ASFIKSIA NEONATORIUM DAN


FRAKTUR CLAVIKULA DENGAN PERSALINAN PERVAGINAM LETAK
SUNGSANG. JURNAL FENOMENA KESEHATAN. Volume 02 No 01. Diakses
melalui : https://stikeskjp-palopo.e-journal.id/JFK/article/view/85/70

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1360/4/4%20CHAPTER%202.pdf

Ida Bagus Anom Krishna Caitanyad, dkk.2017. GAMBARAN KARAKTERISTIK


FRAKTUR KLAVIKULA PADA NEONATUS PASCA PERSALINAN DI
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR TAHUN 2011-2013. E-
JURNAL MEDIKA,VOL 6 NO 4. Diakses melalui :
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/30482/18724

https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/a9ef07501ae676cc0019811041fd7b3b.p
df

jurnal fakultas kedokteran. Universitas Sumatera Utara. Hal : 1 – 14 Diakses


melalui : http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/47960/Chapter
%20II.pdf?sequence=3&isAllowed=y

Suryaningsih 2011. ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS DENGAN


FRAKTUR KLAVIKULA.FAKULTAS ILMU KESEHATANUNIVERSITAS
RESPATI YOGYAKARTA

http://scholar.unand.ac.id/38417/2/BAB%20I.pdf

Anda mungkin juga menyukai