Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN CEDERA OTAK RINGAN DI RUANG KAHURIPAN


RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

Untuk Memenuhi Tugas Profesi


Keperawatan Gawat Darurat

Oleh :
ANISAATUL AZIZAH
NIM : 40221005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2022
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA


PASIEN DENGAN CEDERA OTAK RINGAN DI RUANG KAHURIPAN
RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

Untuk Memenuhi Tugas Profesi


Keperawatan Gawat Darurat

Oleh :
ANISAATUL AZIZAH
NIM : 40221005

Telah Disetujui Pada Tanggal


19 April 2022

Oleh:
Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Ners
Fakultas Kesehatan
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Sri Wahyuni, S.Kep.,Ns, M.Kep


LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Trauma kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat
congenital atau degenerative, tetapi disebabkan oleh benturan fisik dari
luar yang dapat mengakibatkan kerusakan kemampuan kognitif maupun
fisik. Cedera otak merupakan gangguan pada otak yang bukan diakibatkan
oleh suatu proses degeneratife ataupun kongenital, melainkan suatu
kekuatan mekanis dari luar tubuh yang bisa saja menyebabkan kelainan
pada aspek kognitif, fisik, dan fungsi psikososial seseorang secara
sementara ataupun permanen dan berasosiasi dengan hilangnya ataupun
terganggunya status kesadaran seseorang (Dawodu, 2013).
B. Klasifikasi
Derajat cedera kepala dapat diklasifikasikan menurut Patricia, el at (2012):
Wijaya dan Putri (2013), sebagai berikut ini :
1. Cedera kepala ringan
2. Cedera kepala sedang
3. Cedera kepala berat
Klasifikasi cidera otak :
1. Cedera kepala terbuka, berarti pasien mengalami laserasi kulit kepala
seperti halnya peluru menembus otak.
2. Cedera kepala tertutup, dapat disamakan pada pasien dengan gegar
otak ringan dengan edema serebral yang luas bisa diakibatkan karena
adanya benturan.
C. Etiologi
Penyebab trauma kepala menurut Wijaya dan Putri, (2013) dalam Putri A,
(2018) yaitu :
1. Trauma Tajam
2. Trauma tumpul
Menurut Swasanti (2014) :
1. Kecelakaan kerja
2. Kecelakaan lalu lintas dengan kendaraan bermotor
3. Jatuh atau tertimpa benda berat (benda tumpul)
4. Serangan atau kejahatan (benda tajam)
5. Pukulan (kekerasan, akibat luka tembak)
6. Kecelakaan olah raga

D. Manifestasi klinis
Gejala-gejala yang ditimbulkan tergantung pada besarnya dan distribusi
cidera otak menurut Sylvia, (2005) dalam Wulandari R, (2016)
1. Kebingungan saat kejadian dan kebingungan terus menetap setelah
cidera.
2. Pusing menetap dan sakit kepala, gangguan tidur, perasaan cemas.
3. Kesulitan berkonsentrasi, pelupa, gangguan bicara, masalah tingkah
laku.
Tanda yang di dapat adalah menurunnya tingkat kesadaran kurang dari 5
menit, amnesia retrograde, pusing, sakit kepala, mual, dan muntah,
contusion dibagi menjadi 2 yaitu cerebral contusion, brainsteam contusion,
tanda yang terdapat berupa pernafasan mungkin normal, hilang
keseimbangan secara perlahan atau cepat, pupil biasanya mengecil, equal,
dan reaktif jika kerusakan sampai batang otak bagian atas (saraf kranial ke
III) dapat menyebabkan keabnormalan pupil (Judha, 2011).

E. Patofisiologi
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan
glukosa dapat terpenuhi, energi yang dihasilkan didalam sel-sel saraf
hampir seluruhnya melalui proses oksidasi, otak tidak mempunyai
cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar
akan menyebabkan gangguan fungsi, demikian pula dengan kebutuhan
oksigen sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari
20mg% karena akan menimbulkan koma, kebutuhan glukosa sebanyak
25% dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa
plasma turun sampai 70% akan terjadi gejala-gejala pemulaan disfungsi
serebral (Margareth,2012).
Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi
kebutuhan oksigen melalui proses metabolik anaerob yang dapat
menyebabkan dilatasi pembuluh darah, pada kontusio berat, hipoksiam
atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam laktat akibat
metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan asodosis metabolic
(Margareth,2012).
Dalam kondisis normal serebral blood flow (CBF) adalah 50-60ml/
menit/ 100gr. Jaringan otak, yang merupakan 15% dari cardiac output,
trauma kepala menyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktivitas
atipikal-meikokardial, perubahan tekanan faskuler dan udem paru,
perubahan otonom pada fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang T
dan P dan distrimia, vibrilasi atrium dan ventrikel, takikardia, akibat
adanya perdarahan di otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler, dimana
penurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh araarteriol akan
berkontraksi, pengaruh persyarafan simpatik dan parasimpatik pada
pembuluh darah arteri dan arteriol otak tidak begitu besar
(Margareth,2012).

F. Komplikasi
Komplikasi utama trauma kepala adalah perdarahan, infeksi, edema, dan
herniasi melalui tontronium, infeksi selalu menjadi ancaman yang
berbahaya untuk cedera terbuka dan edem dihubungkan dengan trauma
jaringan (Wong, 2009). Pada cedera kepala terjadi perdarahan kecil-kecil
pada permukaan otak yang tersebar melalui
substansi otak daerah tesebut dan bila area contusion besar akan
menimbulkan efek massa yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan
intra kranial (TIK), peningkatan tekanan intracranial menyebabkan aliran
darah ke otak menurun dan terjadi henti aliran darah ke otak/ iskemik, bila
terjadi iskemik komplet lebih dari 3 sampai 5 menit, otak akan menderita
kerusakan yang tidak dapat diperbaiki, pada iskemik serebral pusat
vasomotor terstimulasi dan tekanan sistemik meningkat untuk
mempertahankan aliran darah yang disertai dengan lambatnya denyutan
nadi dan pernafasan yang tidak teratur, dampak terhadap medulla
oblongata yang merupakan pusat pengatur pernafasan terjadi gangguan
pola nafas (Brunner & Suddart, 2013).
Komplikasi dari cidera kepala menurut Kasenda M, (2018), adalah;
1. Perdarahan intra cranial kejang
2. Parese saraf cranial
3. Meningitis atau abses otak
4. Infeksi
5. Edema cerebri
6. Kebocoran cairan serobospinal

G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien cedera kepala
menurut M. Rendy dan Margareth, (2012) dalam Wulandari R, (2016)
adalah
1. CT-Scan (dengan atau tanpa kontras)
2. serial EEG
3. X-Ray
4. BAER, PET, CSF,
5. Lumabal punksi, ABGs

H. Penatalaksanaan
1. Airway, dengan jalan nafas dibebaskan dari lidah yang turun ke
belekangan dengan posisi kepala ekstensi kalau perlu dipasang
oropharyngeal tube atau nasopharyngeal tube
2. Breathing, dengan memberikan O2 dengan menggunakan alat bantu
pernafasan misalnya nasal kanul, simple mask/ rebreathing mask, mask
nonreabreathing
3. Circulation pada cedera kepala berat terjadi hipermetabolisme
sebanyak 2-2,5 kali normal dan akan mengakibatkan katabolisme
protein.

Anda mungkin juga menyukai