Di susun oleh:
Abdul Hapip
Listiana Afrianti
Muhammad Saepulloh
Nurul Hidayati
Putri Lustiani
Rio Kurniawan
Ririn Rindiyani
Siti Sumartinah
TINGKAT III
2014
KATA PENGANTAR
Segala puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas nikmat sehat
yang diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dengan judul “Asuhan keperawatan gawat darurat pada Tn R dengan cedera kepala berat
di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Ciawi”
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk menyelessaikan tugas mata kuliah
Keperawatan Gawat Darurat.
Akhir kata penulis mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini masih
terdapat kesalahan atau kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan
penulis. Untuk itu harapan penulis agar pembaca makalah ini dapat memberikan
bimbingan, kritik maupun saran yang sifatnya membangun.
Semoga Allah SWT selalu memberkati dan melimpahkan rahmat serta karunia-
Nya kepada Bapak/Ibu dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Tarwoto (2007), Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari
fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstisial dalam substansi otak
tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak. Cedera kepala (cedera kraniosecebral)
merupakan salah satu penyebab utama kecacatan dan kematian. Di RSUPN
Ciptomangunkusumo Jakarta tahun 1992, dari 1281 orang yang dirawat dengan kasus
cedera kepala, lebih dari 50% cedera kepala disebabkan karena kecelakaan lalulintas,
selebihnya disebabkan karena factor lain seperti, terjatuh, terpukul, kecelakaan industri
dll (Daniel, dalam Tarwoto 2007)
Di samping penanganan di lokasi kejadian dan selama transportasi korban ke
rumah sakit, penilaian dan tindakan awal di ruang gawat darurat sangat menentukan
penatalaksanaan dan prognosis selanjutnya, Maka dari itu, penulis tertarik untuk
mengambil kasus kelolaan kelompok dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. R
dengan Cedera Kepala Berat di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Ciawi”.
B. Rumusan Masalah
1. Seperti apa konsep dasar cedera kepala ?
2. Seperti apa konsep dasar asuhan keperawatan cedera kepala ?
3. Seperti apa asuhan keperawatan pada pasien dengan cedera kepala ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan cedera
kepala
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengatahui konsep dasar cedera kepala
b. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan cedera kepala
c. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan cedera kepala
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Cedera kepala adalah trauma yang mengenai otak disebabkan oleh kekuatan
eksternal yang menimbulkan perubahan tingkat kesadaran dan perubahan kemampuan
kognitif, fungsi fisik, fungsi tingkah laku dan emosional ( Wahyu Widagdo, 2008 )
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau
tanpa disertai perdarahan interstisial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya
kontinuitas otak (Tarwoto, 2007)
Cedera kepala adalah gangguan fungsi normal otak karena trauma tumpul maupun
trauma tajam. Deficit neurologist terjadi kat=rena robeknya substansi alba, iskemia dan
pegaruh masa karena hemoragik serta edema serebral disekitar jaringan otak. (Fransisca,
2008)
B. ETIOLOGI
Cedera kepala dapat disebabkan karena kecelakaan lalu lintas, terjatuh,
kecelakaan industri, kecelakan olahraga, luka pada persalinan.
C. PATOFISIOLOGI
Adanya cedera kepala dapat mengakibatkan gangguan atau kerusakan struktur, misalnya
kerusakan pada parenkim otak, kerusakan pembuluh darah, perdarahan , edema, dan gangguan
biokimia otak seperti penurunan adenosine tripospat dalam mitokondria, perubahan
permeabilitas vaskuler.
Patofisiologi cedera kepala dapat digolongkan menjadi dua proses yaitu cedera kepala
otak primer dan cedera kepala otak sekunder. Cedera kepala otak primer merupakan suatu proses
biomekanik yang dapat terjadi secara langsung saat kepala terbentur dan memberi dampak
cedera jaringan otak. Pada cedera kepala sekunder terjadi akibat cedera primer misalnya adanya
hipoksia, iskemia, perdarahan.
Perdarahan serebral menimbulkan hematom, misalnya pada epidural hematom yaitu
berkumpulnya darah antara lapisan periosteum tengkorak dengan durameter, subdural hematom
diakibatkan berkumpulnya darah pada ruang antara durameter dengan subaranoid dan
intraserebral hematom adalah berkumpulnya darah pada jaringan serebral.
Kematian pada cedera kepala banyak disebabkan karena hipotensi gangguan pada
autoregulasi. Ketika terjadi gangguan autoregulasi akan menimbulkan hipoperfusi jaringan
serebral dan berakhir pada iskemia jaringan otak, karena otak sangat sensitif terhadap oksigen
dan glukosa.
D. MANIFESTASI KLINIS
Secara umum tanda dan gejala pada cedera kepala meliputi ada atau tidaknya fraktur
tengkorak, tingkat kesadaran dan kerusakan jaringan otak.
1. Fraktur tengkorak
Fraktur tengkorak dapat melukai pembuluh darah dan syaraf-syaraf otak, merobek
durameter yang mengakibatkan perebesan cairan serebrospenalis. Jika terjadi fraktur
tengkorak kemungkinan yang terjadi adalah :
a. Keluarnya cairan serebrospinalis atau cairan lain dari hidung dan telinga
b. Kerusakan syaraf cranial
c. Perdarahan dibelakang membrane tympani
d. Ekimosis pada periorbital
Jika terjadi frkatur basiler, kemungkinan adanya gangguan pada syaraf cranial dan
kerusakan bagian dalam telinga. Sehingga kemungkinan tanda dan gejalanya :
ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
Perubahan tajam pengelihatan karena kerusakan nerveus optikus
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq
Kehilangan pendengaran karena kerusakan pada nerveus auditorius
rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr
Dilatasi pupil dan hilangnya kemampuan pergerakan beberapa otot mata karena
kerusakan nerveus okulomotorius
sssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss
Paresisi wajah karena kerusakan nerveus fasialis
ttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt
Vertigo karena kerusakan otot dalam telinga bagian dalam otolith dalam telinga
bagian dalam
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu
Nistagmus karena kerusakan pada sistem vestigular
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
Warna kebiruan dibelakang telinga diatas mastoid
2. Kesadaran
Tingkat kesadaran pasien tergantung dari uberat ringannya cedera kepala, ada
atau tidaknya amnesia retrograt, mual dan muntah
3. Kerusakan jaringan otak
Manifestasi klinik kerusakan jaringan otak bervariasi tergantung dari cedera
kepala. Untuk melihat adanya kerusakan cedera kepala perlu dilakukan pemeriksaan CT-
Scan atau MRI
E. KLASIFIKASI
1. Berdasarkan kerusakan jaringan otak
a. Komusio serebri (Geger Otak) : Gangguan fungsi neurologik ringan tanpa adanya
kerusakan struktur otak, terjadi hilangnya kesadaran kurang dari 10 menit atau
tanpa disertai amnesia retrograde, mual, muntah, nteri kepala.
b. kontusia serebri (memar) : Gangguan fungsi neurologik disertai kerusakan
jaringan otak tetapi kontinuitas otak masih utuh, hilangnya kesadaran lebih dari
10 menit
c. Laserasio serebri : gangguan fungsi neurologik disertai kerusakan otak yang berat
dengan fraktur tengkorak terbuka. Masa otak terkelupas ke luar dari rongga
intracranial.
2. Berdasarkan berat ringannya cedera kepala
a. cedera kepala ringan : Jika GCS antara 13-15 dapat terjadi kehilangan kesadaran
kurang dari 30 menit, tidak terdapat fraktur tengkorak, kontusio atau hematom.
b. cedera kepala sedang : jika nilai GCS antara 9-12, hilang kesadaran antara 30
menit sampai 24 jam, dapat disertai fraktur tengkorak, disorientasi ringan
c. cedera kepala berat : jika GCS antara antara 3-8, hilang kesadaran lebih dari 24
jam, biasanya disertai kontusio, laserasi atau adanya hematom, edema serebral
F. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan umum :
a. Monitor respirasi : bebaskan jalan napas, monitor keadaan ventilasi, periksa
AGD, berikan oksigen jika perlu
b. Monitor tekana intracranial
c. Atasi syok bila ada
d. Kontrol tanda vital
e. Keseimbangan cairan dan elektrolit
2. Operasi
Dilakukan untuk mengeluarkan darah pada intraserebral, debridemen luka,
kranioplasti, prosedur shunting pada hidrosepalus, kraniotomi.
3. Pengobatan
a. iuretik : untuk mengurangi edema serebral misalnya manitol 20%, furosemid
b. Antikonvulsan : untuk mengehentikan kejang misalnya dengan dilantin, tegretol,
valium
c. Kortikosteroid : untuk menghambat pembentukan edema misalnya dengan
dexametason
d. Antagonis histamin : mencegah terjadinya iritasi lambung karena hipersekresi
akibat efek trauma kepala misalnya dengan cemetidin, ranitidine
e. Antibiotik jika terjadi luka yang besar
G. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku, No. RM, alamat, Diagnosa medis, tanggal masuk,
tanggal pengkajian dan penanggung jawab.
b. Keluhan utama : adalah keluhan yang dirasakan klien sehingga ia perlu meminta
pertolongan atau keluhan yang paling klien rasakan saat ini, misal pusing/nyeri.
7). Leher :
Apakah ada pembesaran kelenjar getah bening. Kelenjar tyroid lihat bentuk
dan besarnya, adakah bunyi bruit tyroid. Ukur JVP ada tekanan/tidak, posisi
trakea deviasi atau ditengah.
9). Jantung
(a). Inspeksi : mencari ictus cordis, normalnya berada di ICS 5 pada linea
medio clavikularis kiri selebar 1 cm.
(b).Palpasi : raba ictus cordis, dirasakan kekuatan pukulan vntrikel kiri.
Hitung frekuensi jantung/ Heart rate.
(c). Perkusi : tentukan batas-batas jantung, terdengar pekak, adakah
pembesaran jantung.
(d).Auskultasi : dengarkan bunyi jantung pada empat katup dari BJ I – BJ IV
adakah suara bising jantung/murmur, iramanya, frekuensinya .
10). Abdomen .
(a). Inspeksi : lihat bentuk perut datar/membuncit/membusung, umbilus
menonjol atau tidak, amati bendungan pembuluh vena, adakah
benjolan/masa.
(b).Auskultasi : dengarkan suara peristaltic usus, normalnya 5 – 35 X/menit.
(c). Palpasi : tanyakan pakah ada perut yang sakit tanpa sentuhan, bila ada
bagian sakit tersebut diperiksa terakhir, adakah benjolan/masa, adakah
pembesaran hepar, limpa/lien, palpasi titik Mc Burney.
(d).Perkusi : suara apakah tympani/pekak diperkusi pada ke 4 kwadran.
11). Lengan dan tungkai
Pemeriksaan edema ada atau tidak.
Menilai rentang gerak (ROM). Diperiksa kesimetrisan lengan dan tungkai
panjang dan besarnya antara kiri dan kanan.
Uji kekuatan otot ; periksa tonus otot, trofi otot bandingkan kiri dan kanan.
Menilai reflek-reflek fisiologik ; diperiksa reflek tendon biceps, triceps,lutut ,
achiles.
Mencari reflek patologik babinski.
Mencari tanda-tanda khusus seperti, clumbing of the finger (ujung-ujung jari
seperti ujung tongkak gendering.
12). Kulit : periksa turgor kulit, warna kulit, tekstur kulit, lesi, kering/lembab,
periksa tanda-tanda dehidrasi.
ii. Fungsi sensorik ; diperiksa rasa pengecapan pada permukaan lidah yang
dijulurkan ( gula, garam, asam).
ii. Fungsi pendengaran dengan test Rinne, test Schwabach, dan test Weber
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan kerusakan alairan darah
otak sekunder edema serebri, hematom.
b. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan kerusakan neuromuscular,
control mekanisme ventilasi, komplikasi pada paru-paru.
c. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan terapi diuretic, pembatasan
cairan.
d. Resiko injuri berhubungan dengan kerusakan persepsi sensori, gelisah, gangguan
fungsi motorik, kejang.
e. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan neuromuskuler, terapi
bedrest, immobilisasi.
3. Rencana Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan kerusakan alairan darah
otak sekunder edema serebri, hematom.
1). Data pendukung :
a). Penurunan kesadaran
b). Perubahan tanda vital
c). Perubahan pola nafas, bradikardi
d). Nyeri kepala
e). Mual dan muntah
f). Kelemahan motorik
g). Kerusakan pada nervus cranial III, IV, VI, VII, VIII
h). Refleks fatologis
i). Perubahan nilai AGD
j). Hasilmpemeriksaan CT Scan adanya edema serebri, hematom.
k). Pandangan kabur.
2). Kriteria Hasil:
a). Tingkat kesadaran komposmentis: orientasi orang, tempat dan memori
baik.
b). Tekanan ferfusi serebral > 60 mmHg, tekanan intracranial < 15 mmHg
c). Fungsi sensori utuh atau normal.
osteomastoid,rhinorrea, otorrea.
7. Pertahankan kepala, tempat tidur 30-
45 derajat dengan posisi leher tidak Memfasilitasi drainasi vena dari otak.
menekuk.
8. Anjurkan pasien unyuk tidak
menekuk lututnya / fleksi, batuk,
bersin, feses yang keras. Dapat meningkatkan tekanan intracranial.
9. Pertahankan suhu normal.
Karbondioksida menimbulkan
vasodilatasi, adekuatnya oksigen sangat
14. Berikan obat sesuai program dan
penting dalam mempertahankan
monitor efek samping.
metabolisme otak.
Mencegah komplikasi lebih dini.
I. Pengkajian
A. Primer
1. Persiapan
a. APD
b. Kesadaran klien soporocoma
c. Terdapat tanda-tanda cedera cervical di tandai dengan adanya jejas di
wajah dan dada
d. Memasang colar neck karena tampak adanya tanda-tanda cedera cervical
2. Airway
a. Tidak tampak adanya sumbatan jalan napas
b. Tidak tampak sekret di rongga mulut
c. Dapat di rasakan pernafasan dari hidung saat inspirasi dan ekspirasi
d. Tidak terdengar suara napas seperti gargling, snoring dan stridor
3. Breathing
a. Tampak frekuensi napas 22 kali per menit (Tachypnea)
b. Tidak tampak menggunakan otot bantu saat respirasi
c. Tampak pola napas teratur
d. Suara napas terdengar wheezing di seluruh lapang paru
e. Tampak adanya jejas di dada
4. Circulation
a. Tekanan darah 120/80 mmHg
b. Heart rate 96 kali per menit
c. Teraba nadi kapiler
d. Kesadaran soporocoma
23
e. Akral teraba dingin
f. Tampak adanya perdarahan di kaki sebelah kanan
5. Disabillity
a. Penilaian GCS berjumlah 7 dengan penjelasan:
1) Respon motoric 4 yaitu saat klien diberi rangsang nyeri klien fleksi
menjauh
2) Respon verbal 2 yaitu klien bisa bersuara tetapi tidak jelas apa
artinya
3) Respon Eye 1 yaitu klien tidak membuka mata walaupun diberikan
rangsang nyeri
b. Saat kedua mata disinari cahaya, pupil kedua mata mengecil, dan saat
cahaya di jauhkan dari mata, pupil membasar dengan diameter 3 mm.
B. Sekunder
1. Identitas
a. Nama : Tn. R
b. Umur : 16 Tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Alamat : Kp. Indah Sari
e. Agama : Islam
f. Pekerjaan : Belum bekerja
g. Status Perkawinan : Belum Menikah
h. No. RM : 470099
i. Diagnosa Medis : Cedera Kepala Berat
j. Tanggal Masuk : 17 Mei 2014 jam 01:21
24
k. Tanggal Pengkajian : 17 Mei 2014 Jam 01:25
2. Keluhan Utama
Saat di kaji saksi mata mengatakan, klien tabrakan dan tidak sadar
Pada saat tiba di IGD klien (Tn. R) sudah tidak sadar dan terdapat luka
terbuka pada tibia fibula sebelah kanan. Terdapat memar di kepala, wajah,
dada, tangan sebelah kanan dan kaki sebelah kiri. Terdapat resiko fraktur
servikal.
6. Pemeriksaan fisik
25
a. Tingkat kesadaran
1) Kualitatif : Soporo Coma
2) Kuantitatif :
a) Respon Motorik : 4
b) Respon Verbal : 2
c) Respon Membuka Mata : _1__+
b. Tanda-tanda Vital
1) Tekanan darah : 120/80 mmHg
2) Suhu : 36,50C
3) Nadi : 96 kali permenit
4) Respirasi : 22 kali permenit
C. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Bentuk kepala oval, simetris antara kanan dan kiri. Terdapat memar
di wajah, dan luka di dahi sebelah kanan. Rambut tampak berwarna
hitam dan terdapat darah di rambut, kulit kepala terdapat darah
kering.
2) Mata
3) Hidung
4) Mulut
26
Mukosa bibir tampak kering, lidah tampak sedikit kotor, tampak
terdapat luka dan darah kering di bibir.
5) Thorak
Bentuk dada tampak simetris sebelah kiri dan kanan, tampak jejas di
dada atas, respirasi 22 kali per menit, pola napas tampak teratur,
terdengar suara napas wheezing diseluruh lapang paru, nafas cuping
hidung tanpa otot bantu.
6) Jantung
7) Abdomen
8) Ekstremitas
27
4. N. IV / N. Trochlearis: klien tidak dapat diperiksa karena dalam
keadaan soporocoma
5. N. VI / N. abduscens: Klien tidak mampu menggerakkan bola mata,
diameter pupil 3 mm. tidak ada reflek cahaya.
6. N. V / N. Trigeminus:
a. Sensorik: tidak ada respon sensorik saat di goresi kapas pada
permukaan kulit wajah bagian dahi, pipi, dan rahang bawah
dengan goresan kapas dan mata klien tertutup.
b. Motorik: tidak ada respon motorik di tandai dengan tidak mampu
menggigit
7. N. VI / N. Abdusen: bola mata tidak melirik ke lateral.
8. N. VII / N. Fasialis:
a. Fungsi motoric: Klien tidak dapat diperiksa kemampuan
mengangkat alis, mengerutkan dahi, mencucurkan bibir,
tersenyum, meringis (memperlihatkan gigi-gigi depan), bersiul,
dan menggembungkan pipi karena dalam keadaan spoorcoma
b. Fungsi sensorik: klien tidak dapat diperiksa rasa pengecapan
9. N. VIII / N.Vestibulo acusticus: Tidak dapat di periksa fungsi
keseimbangan dan fungsi pendengaran dengan test Rinne, test
Schwabach, dan test Weber
10. N. IX / N. Glosopharyngeus dan N X / N. Vagus.
Tidak dapat diperiksa
11. N. XI / N. Accesoris
Tidak dapat diperiksa.
12. N. XII / N. Hypoglossus
Tidak dapat diperiksa.
E. Data Penunjang
Hematologi
28
Darah rutin
Hematokrit 43 40-54 %
Kimia
Elektrolit
2. CT SCAN
29
- Tampak lesi hyperdens abnormal berdensitas darah didaerah
frontotemporaparietal kiri bentuk crescent setebal 0,9 Cm yang mendorong
ventrikel lateralis kekanan
- Tulang-tulang baik
- Curve melurus
- Tampak fraktur multiple disertai angulasi pada 1/3 tengah tibia fibula
Kesan : Fraktur Multiple disertai angulasi pada 1/3 tengah tibia fibula
F. Terapi
30
1) Obat parenteral diberikan melaluii IV
b) Ranitidin
c) Citikolin
d) Ketorolac
e) Ondansentron
f) Ceftriaxon
31
II. ANALISA DATA
- Tingkat kesadaran
soporocoma
Perdarahan kecil
- Klien tampak gelisah
- Tampak kaki sebelah jaringan otak
kanan patah
32
Peningkatan Tekanan
Intrakranial
Perubahan Perfusi
Jarinagn Cerebral
Supali O2 ke jaringan
serebral berkurang
(iskemik)
Defisit neurologis
Motorik-sensori
Resiko injury
33
III. RENCANA KEPERAWATAN
34
lapang pandang akan mempengaruhi pilihan
menyempit dan intervensi
kedalaman persepsi.
35
oksigen sesuai
indikasi 9. Meningkatkan aliran balik vena
10. Batasi cairan sesuai dari kepala, sehingga akan
indikasi. Berikan mengurangi kongesti, dan
cairan melalui IV edema atau resiko terjadinya
dengan alat kontrol peningkatan TIK.
10. Menurunkan hipoksemia, yang
mana dapat meningkatkan
vasodilatasi dan volume darah
cerebral yang meningkatkan
TIK
11. Pembatasan cairan mungkin
diperlukan untuk menurunkan
edema cerebral; meminimalkan
fluktuasi aliran vaskuler,
tekanan darah dan TIK
2 Resiko injuri berhubungan Injuri terkontrol Setelah dilakukannya 1. Sediakan lingkungan 1. Menciptkan rasa aman
dengan penurunan intervensi, diharapkan yang aman 2. Mengurangi resiko injuri
kesadaran klien mampu : 2. Hindari lingkungan 3. Menghindari jatuh
S: - 1. Terbebas dari yang berbahaya 4. Supaya pasien aman
O: cedera 3. Pasang side rail
- Tingkat kesadaran 2. Mampu tempat tidur
soporocoma menjelaskan cara 4. Anjurkan keluarga
- Klien tampak atau metode untuk menemani
36
gelisah untuk mencegah pasien
- Tampak kaki injuri
sebelah kanan
patah
37
IMPLEMENTASI
38
batuk, babinski dan sebagainya.
6. Memantau suhu dan atur suhu A: Masalah belum teratasi
lingkungan sesuai indikasi
P: Lanjutkan Intervensi
Kolaborasi
7. Memberikan tambahan oksigen
sesuai indikasi (O2 3 Liter per
menit)
8. Membatasi cairan sesuai
indikasi. Berikan cairan melalui
IV dengan alat kontrol (RL 20
tpm)
9. Therapy
39
500 mg (5 ampul)
02.30 - Memberikan injeksi ATS 15
unit/ml
- Memberikan manitol 150 ml/
IV (infus)
40
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
41
Catatan Perkembangan
42
2. Pantau Tekanan darah
3. evaluasi Keadaan pupil, catat ukuran, ketajaman, kesamaan antara kiri dan kanan
dan reaksinya terhadap cahaya
4. Pantau suhu dan atur suhu lingkungan sesuai indikasi
5. Kolaborasi
43
- Tampak tidak ada barang-barang berbahaya diatas tempat tidur
- Tampak lingkungan aman
- Tampak klien ditemani oleh keluarga
P: Lanjutkan intervensi
I:
1. sediakan lingkungan yang aman
2. hindari lingkungan yang berbahaya
3. anjurkan keluarga untuk menemani pasien
E : Kesadaran klien delirium dengan GCS berjumlah 7: M 4, V 2, E 1, tampak klien
ditemani atau dijaga oleh keluarga
44
Daftar Pustaka
Wahyu Widagdo dkk .2008. Asuhan Keperawatan pada klien dengan ganguan sistem persyarafan. Jakarta: Trans Info Media
Tarwoto, dkk. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: CV Sagung Seto
Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
45