Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Kesehatan : Amanah Prodi Ners Universitas Muhammadiyah Manado

Volume 3 No 2 Oktober 2019, Halaman 123-130


P-ISSN : 2580-4189

HUBUNGAN KETEPATAN TRIASE DENGAN KEBERHARHASILAN


PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN DI IGD UPTD
TIPE C RSUD MANEMBO-NEMBO
BITUNG

Santi Ajim1*, Suwandi I. Luneto2, Rahmat Hidayat Djalil3


1
Mahasiswa Prodi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Manado
2.3
Dosen Prodi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Manado

Program Studi Ilmu Keperawatan


Universitas Muhammadiyah Manado, Indonesia

ABSTRAK
Pendahuluan Gawat darurat adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa pasien dan
membutuhkan pertolongan segera jika tidak cepat dan tepat dalam memberikan penaganan, pasien
akan mengalami kecacatan atau kematian. Ketepatan triase adalah kemampuan untuk memberikan
suatu tindakan sesuai dengan prioritas masalah yang ada di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui hubungan ketepatan triase dengan keberhasilan penatalaksanaan
kegawatdaruratan di Ruangan IGD UPTD Tipe C RSUD Manembo-Nembo Bitung.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Analitik dengan pendekatan
Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat yang bekerja di Ruangan IGD UPTD
Tipe C RSUD Manembo-Nembo Bitung berjumlah 30 orang perawat Teknik pengambilan sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non probability sampling dengan cara Total sampling
Jumlah sampel yang didapatkan berjumlah 30 Responden. Instrumen penelitian menggunakan
pernyataan lembar Observasi untuk menggunpulkan semua data yang diperoleh dari responden.
Keseluruhan data yang terkumpul kemudian diolah dan dianalisa menggunakan SPSS 16.0 untuk di
analisa dengan uji statistic Chi- square dengan tingkat kemaknaan α = 0,05.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara ketepatan triase dengan keberhasilan
penetalaksanaan kegawatdaruratan di Ruangan IGD UPTD Tipe C RSUD Manenbo-Nembo Bitung
didapatkan nilai p=0,000 <0,05 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara ketepatan triase
dengan keberhasilan penatalaksanaan kegawatdaruratan
Kesimpulan dalam penelitian ini terdapat hubungan antara ketepatan triase dengan keberhasilan
penatalaksanaan kegawatdaruratan di Ruangan IGD UPTD Tipe C RSUD Manembo-Nembo
Bitung. Saran hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai masukan dan informasi tambahan pada
tempat penelitian dalam upaya menaggani angka ketepatan triase pada tempat penelitian.
Kata Kunci: Triase, Keberhasilan Penatalaksanaan Kegawatdaruratan

ABSTRACT
Preliminary Emergency is a condition that threatens the patient's life and requires immediate
assistance. If it is not fast and precise in providing treatment, patients will experience disability or

123
death. Triage accuracy is the ability to provide an action according to priority problems in the
Emergency Room (IGD). The purpose of this study was to determine the relationship between triage
accuracy and the success of emergency management in the Emergency Room UPTD Type C RSUD
Manembo-Nembo Bitung.
This type of research used in this research is descriptive analytic with a cross sectional approach.
The population in this study were nurses who worked in the emergency room UPTD Type C RSUD
Manembo-Nembo Bitung totaling 30 nurses. The sampling technique used in this study is non-
probability sampling by means of total sampling. The number of samples obtained was 30
respondents. The research instrument uses the Observation sheet statement to collect all data
obtained from respondents. The entire data collected was then processed and analyzed using SPSS
16.0 to be analyzed by using the Chi-square statistical test with a significance level of α = 0.05.
The results showed that there was a relationship between triage accuracy and the success of
emergency management in the Emergency Room UPTD Type C RSUD Manenbo-Nembo Bitung
where the p = 0.000 <0.005 was obtained, meaning that there was a significant relationship between
triage accuracy and the success of emergency management.
The conclusion in this study is that there is a relationship between triage accuracy and the success
of emergency management in the Emergency Room UPTD Type C RSUD Manembo-Nembo
Bitung. Suggestions for the results of this study can be used as input and additional information at
the research site in an effort to manage triage accuracy figures at the research site.
Keywords: Triage, Success of Emergency Management

PENDAHULUAN
Kegawatdaruratan adalah kejadian yang secara terpadu dengan melibatkan berbagai
tidak di duga atau terjadi secara tiba-tiba dan multidisiplin, tujuan dari IGD itu sendiri
tidak terduka dengan segera membutuhkan adalah agar tercapainya pelayanan kesehatan
tindakan segera guna menyelamatkan yang optimal pada pasien secara cepat dan
jiwa/nyawa sebagai situasi serius dalam tepat serta terpadu dalam penatalaksanaan
tubuh kita terdapat berbagai organ dan semua kegawatdaruratan sehingga mampu mencega
itu terbentuk dari sel –sel tersebut akan resiko kecacatan dan kematian dengan respon
timbul jika pasokan oksigen tidak terhenti time selama 5 menit dalam waktudefenitif ≤
dan kematian tubuh itu akan timbul jika sel 2 jam (Maulan,Anatomi, Eka Fajar,Marvia,
tidak bisa mendapatkan pasokan oksigen Eva, Pratiwi, Yunia. 2017).
(Dorland,2016). Pada kasus gawat darurat seperti jika
Gawat artinya mengancam nyawa. kita bertugas di ruangan gawatdarurat kita
Sedangkan darurat adalah perlu dilakukan harus mengatur alur pasien yang baik
penaganan atau tindakan segera untuk terutama pada jumlah orang yang terbatas
menghilangkan ancaman nyawa korban. memprioritaskan. Pasien terutama untuk
Gawat darurat adalah suatau keadaan yang menekan jumlah mortilits dan mortalitas,
mengancam nyawa dan pasien membutuhkan serta pelabelan dan pengkategorian prinsip
pertolongan segerah. Jika tidak cepat dan penaganan awal meliputih survei primer dan
tepat dalam memberikan penaganan, pasien sekunder dalm penatalaksanaa primer yang
akan mengalami kecacatan atau kematian. diprioritaskan ABCD (Airway, dengan
Karakteristik pasien IGD adalah pasien yang Servical spiene control, Briething dan
mengalami gawat darurat dalam hal Circulation dengan control pendarahan
tergantungnya jalan nafas, fungsi pernafasan, Disability dan Exposure) dan kemudian
fungsi sirkulasi fungsi, otak dan kesadaran dilanjudkan dengan resusitasi. (Musliha,
pasien yang menderita sakit mendadak (onset 2014).
waktu yang cepat) kondisi ini meemerlukan Salah satu kasus pada kegawat
pertolongan segera apabilah tidak dilakukan darurata adalah cedera kepala merupakan
penaganan akan mempertambah sakitnya permasalahan kesehatan global sebagai
(Martanti, Nofiyanti, & Prasojo 2019). penyebab kematian, disabilitas, dan deficit
Instalasi gawat darurat (IGD) adalah Cedera kepala menjadi penyebab kematian
unit pelayanan Rumah Sakit yang penyebab utama disabilitas pada usia. Muda,
memberikan pelayanan pertama pada pasien penderita cedera kepala sering kali edema
dengan ancaman kematian dan kecacatan serebri yaitu akumulasi kelebihan cairan di

Vol. 5 No. 1
intraseluler atau ekstraseluler ruang otak atau apabilah waktu yang diperlukan tidak
perdarahan intracranial yang mengakibatkan melebihi waktu rata-rata standar yang ada
menigkatnya tekanan intracranial (Jusuf, (Sutrawijaya, 2019).
2015). Menurut Siswa Nursahim (2015)
Menurut WHO setiap tahun di Triase adalah pengelompokan pasien
Amerika serikat hampir 150.000 kasus cedera berdasarkan berat cideranya yang harus di
kepala dari jumlah tersebut 100.000 prioritaskan ada tidaknya gangguan airway,
diantaranya mengalami kecacatan dan 50.000 breathing, dan circulation sesuai dengan
orang meningal dunia saat di Amerika sarana, sumber daya manusia yang terjadi
terdapat sekitar 5.300.000 orang dengan pada pasien. sistem triase yang sering
kecacatan akibat cedera kepala. Data insiden digunakan dan mudah dalam
cedera kepala di Eropa pada tahun 2015 mengaplikasikanya adalah menggunakan
adalah 500. Per 100.000 populasi Insiden START (Simple Triage and
cedera kepala di Iggris pada tahun 2014 Rapid Treatment) yang pemilahanya
adalah 400. Per 100.000 pasien per tahaun menggunakan warna. warna merah
prevelensi cedera kepala nasional adalah 8.2 menunjukan prioritas tertinggi yaitu korban
persen, pravalensi tertinggi ditemukan di yang terancam jiwa jika tidak segera
Sulawesi selatan (12,8%) dan terendah di mendapatkan pertolongan pertama. Warna
jambi (4,5%) dari survey yang dilakukan kuning menunjukan prioritas tinggi yaitu
pada 15 provinsi Riskesdas 2013 pada korban moderate dan emergent warna hijau
provinsi jawa Tengah menunjukan kasus yaitu korban gawat tetapi tidak darurat
cedera kepala sebesar 7,7% yang disebabkan meskipun kondisi dalam keadaan gawat ia
oleh kecelakaan sepeda motor 40,1% cedera tidak memerlukan tindakan segera. Terahir
mayoritas diambil oleh umur kelompok adalah warna Hitam adalah korban ada tanda
dewasa yaitu sebesar 11,3% (Depkes RI tanda meninggal.
2013). Ketepatan adalah kemampuan untuk
Di negara berkembang seperti memberikan suatu tindakan sesuai dengan
Indonesia, perkembangan industry dan prioritas masalah keberhasilan adalah suatu
perekonomian memberikan dampak terhadap bentuk pelayanan yang diberikan sesuai
cedera kepala yang semakin meningkat dan dengan sistem prosedur, maupun strategi
merupakan salah satu kasus yang sering operasional IGD atau Instalasi Gawat
dijumpai di ruang Instalasi Gawat Darurat di Darurat, adalah layanan yang disediakan
Rumah Sakit. untuk memenuhi kebutuhan pasien yang
Berdasarkan data Lampiran dari dalam kondisi gawat darurat dan harus segera
Keputusan Mentri Kesehatan dibawah ke rumah sakit untuk mendapatkan
Nomor.263/Menkes SK /II/2016 beberapa penaganan yang cepat.
dari provinsi tercatat prevelensi cedera kepala (Zwingly dkk, 2015) pelayanan
secara Nasional yaitu provinsi kepulaun Riau pasien dalam kegawatdaruratan adalah
(18.9%) Papua Barat (18.0%) NAD (17.9%) pelayanan tindakan medis yang dibutuhkan
Papua (18.0%) Sumatra selatan (16.7%), oleh korban/ pasien gawat darurat dalam
jambi (16.5 %) DI Yogyakarta (16.4%) Dan waktu segera untuk menyelamatkan nyawa
Sulawesi utara (16.4%). Pada kasus cedera dan pencegahan kecacatan korban ataupun
kepala di IGD Rumah Sakit orang yang pasien gawat darurat yang dimaksud disini
berperan dalam melakukan pertolongan adalah orang yang berada dalam ancaman
pertama yaitu perawat. Sangat dominan kematian dan kecacatan yang memerlukan
dalam melakukan penaganan kasus cedera tindakan medis segera time saving is live
kepala. saving artinya (waktu adalah nyawa)
Penanganan atau waktu tangkap (Kemenkes, 2016).
pelayanan merupakan gabungan dari waktu Triase dituntut untuk selalu
tangkap pasien tiba didepan pintu rumah sakit menjalankan perannya di berbagai situasi dan
sampai mendapat tanggapan atau respon dari kondisi yang meliputi tindakan penyelamatan
perawat instalasi gawat darurat dengan waktu pasien secara professional khususnya
pelayanan yaitu waktu yang diperlukan penanganan pada pasien gawat darurat. Maka
pasien sampai selesai. waktu tanggap keberhasilan waktu tanggap sangat
dikatakan tepat waktu atau tidak terlambat tergantung kepada kecepatan yang tersedia

Vol. 5 No. 1
serta kualitas pemberian pertolongan untuk Gawat Darurat RSUD Tugurejo Semarang.
menyelamatkan nyawa pasien yang datang Berdasarkan hasil survey awal yang
dengan kegawatdaruratan. (Sudrajat, Ace. dilakukan pada tgl 24-29 Agustus 2020 di
2014). Ruangan IGD UPTD RSUD Manembo–
Berdasarkan hasil penelitian yang Nembo Tipe C Bitung di dapatkan jumlah
dilakukan (Oman, Kathleen,2019) di Intalasi perawat yang bertugas di IGD sebanyak 30
Gawat Darurat RSUD Tugurejo Semarang perawat di Ruangan IGD UPTD Rumah Sakit
dengan melakukan observasi pada pelayanan Manembo- Nembo Tipe C Bitung terbagi atas
triase didapatkan pelaksanaan triase tepat 2 ruangan yaitu IGD Sekunder dan Primer.
pada kunjugan pasien dengan kategori tidak Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan
banyak sejumlah 77 responden (75,49%), 10 orang perawat IGD didapatkan 7 orang
pelaksanaan triase tidak tepat dengan perawat memiliki pengetahuan kurang baik
kunjungan pasien kategori banyak sejumlah tentang Triage, keterampilan baik
28 responden (82,35%) pelaksanaan triase dengantelah mengikuti pelatihan
tepat pada kunjungan pasien dengan kategori kegawatdaruratan, serta memiliki motivasi
banyak sejumlah 6 reasponden (17,64%), baik. Dalam pelaksanaan Triage perawat IGD
pelaksanaan triase tidak tepat pada kunjungan juga menerapkan proses-proses dalam Triage
pasien degan kategori tidak banyak sejumlah yaiitu menerima langsung ketika pasien
25 responden (24,50%) Hasil uji statistic datang serta melakukan pengkajian dan
Chisquare yang di baca pada uji Continuity memilah pasien berdasarkan tinggkat
Correctionaldiperoleh Total 102 0,0340 nilai kegawatannya. Berdasarkan Uraian latar
siknifikan P=0,000 yakni lebih kecil dari a= belakang diatas, peneliti tertarik mengambil
0,05. Hal ini menunjukan bahwa Ho ditolak , penelitian dengan judul Hubungan Ketepatan
artinya terdapat hubungan yang bermakna triase Dengan Keberhasilan Penatalaksanaan
antara jumlah kunjungan pasien dengan Kegawatdaruratan DI IGD UPTD Tipe C
ketepatan pelaksanaan triase di Instalasi RSUD Manembo-Nembo Tipe C Bitung.

METODE Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden


Jenis penelitian ini yang digunakan penelitian berdasarkan jenis kelamin diRuangan IGD
Deskriptif Analitik yang bertujuan untuk UPTD RSUD Manembo-Nembo Bitung.
mencari hubungan antara dua variabel yang (n=30)
bersifat kuantitatif dengan menggunakan
pendekatan Cross Sectional yaitu jenis Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden
penelitian yang menggunakan waktu berdasarkan pendidikan di Ruagan IGD
pengukuran atau observasi variabel UPTD RSUD Manembo-Nembo Tipe C
independen dan dependen dalam satu waktu Bitung. (n=30).
(Sujarweni 2015). Sumer Data Primer 2020
populasi dalam penelitian ini perawat bekerja ANALISA UNIVARIAT
di ruang IGD UPTD Tipe C RSUD
Manembo-Nembo Bitung. Penelitian ini Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi responden
menggunakan Non probalibling sampling berdasarkan ketepatan triase
Total sampling Banyaknya Responden
Umur (f) (%)
17-25 6 20.0
Tahun
26-35 24 80.0
Tahun 30 100.0
HASIL Total
Tabel 5.1 Disrtibusi frekuensi Responden di ruangan IGD UPTD RSUD Manembo-
berdasarkan Umur perawat di Ruanagan IGD Nembo Tipe C Bitung. (n=30)
Bitung UPTD Tipe C RSUD Manembo- SumberData Primer 2020
Nembo Bitung (n=30) (n=30)

Sumber Data Depkes 2009


Banyaknya
Responden
Jenis (f) (%)
kelamin
Laki-laki 2 6.7
Perempuan 28 93.3
Vol. 5 No. 1
Total 30 100.0
Banyaknya Responden perawat dalam melaksanakan triase di
Ketepatan peroleh di IGD (p= 0,014) dan supervise
(f) (%) (p=0,012).Ini dapat di simpulkan
Triase
bahwa ada hubungan ketepatan triase dengan
Tepat 22 73.3 keberhasilan penatalaksanaan
Tidak Tepat 8 26.7 kegawatdaruratan di IGD RSUD Ulin
Total 30 100.0 Banjarmasin.
Kegawatdaruratandaruratan di Ruangan IGD Triase merupakan hal penting dalam
UPTD RSUD Manembo-Nembo Tipe C merawat dan melakukan penilayaan awal
Bitung. (n=30). pasien di IGD. Banyaknya kunjungan di
Keberhasilan Banyaknya Instalasi Gawat Darurat memerlukan sistem
Penatalaksanaan Responden triase yang tepat, dan efisien dan bertanggung
jawab sanggat berpengaru pada keberhasilan
Kegawatdaruratan (f) (%) penyelamatan jiwa dan pencegahan
Tepat 23 76.7 kecacacatan perbedaan sistem triase akan
menyebabakan perbedaan dalam penilaian
Tidak Tepat 7 23.3 kegawatan pasien dan penetapan prioritas
Total 30 100.0 pasien yang akan yang berdampak pada
Sumber Data Primer, 2020 kecepatan pasien mendapatkan penaganan
kegawatan yang di butuhkan Oleh karena itu
di perlukan gambaran validitas triase yang
dilakukan pada pasien di instalasi gawat
PEMBAHASAN darurat vadilitas yang dimaksut adalah
melihat bagaimana sistem triase dapat
Penelitian ini berjudul Hubungan mengukur dengan benar kondisi kegawatan
Ketepatan Triase Dengan Keberhasilan dan prioritas pada pasien (Sumarno, 2017).
Penatalaksanaan Kegawatdaruratan yang Ketepatan triase adalah kemampuan
dilakukan pada tanggal 24-29 Agustus 2020 untuk memberikan suatu tindakan sesuai
dengan tujuan menggidentifikasi Hubunggan dengan prioritas masalah, IGD atau Instalasi
Ketepatan Triase Dengan Keberhasilan Gawat Darurat adalah layanan yang
Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Di disediakan untuk memenuhi kebutuhan
Ruangan IGD UPTD RSUD Manembo- pasien yang dalam kondisi gawat darurat
Nembo Tipe C Bitung dengan sampel yang harus segerah dibawah kerumah sakit
sebanyak 30 Responden. Penelitian ini untuk mendapatkan penaganan yang cepat.
menggunakan Deskriptif Aanalitik dengan Gawat suatu kondisi dimana korban harus
menggunakan pendekatan Cross Sectional segera di tolong, apabilah tidak segera
menggunakan waktu penggukuran lembar ditolong maka akan menggalami kecacatan
Obsevasi Variabel Independen dan Dependen atau kematian (Yanti Gurning 2016).
dalam satu waktu. Kemampuan perawat dalam melakukan
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh penilaian triase sangat berpengaru terhadap
peneliti Nurhanifa (2015) Hubungan tinggkat keberhasilan pertolongan pada
ketepatan triase di IGD RSUD Ulin pasien saat menggalami kegawatdaruratan
Banjarmasin Tahun 2015 penelitian yang sehingga akan berpengaru terhadap
digunakan metode Deskriptif Analitik dengan kecepatan penaganan pada pasien akan
pendekatan cross secsional. Populasi pada mempengaruhi tinggkat keberhasilan
penelitian ini adalah seluruh perawat yang penaganan, pengobatan dan perawatan pada
bekerja di IGD RSUD Ulin Banjarmasing pasien kegawatdaruratan (Wahyuni, 2019).
berjumlah 35 orang instrument yang Kegawatdaruratan adalah kejadian
digunakan dalam penelitian ini lembar yang tidak di duga atau terjadi secara tiba-tiba
observasi untuk variabel karakteristik dan tidak terduka dengan segera
perawat (usia,jenis kelamin, pendidikan, membutuhkan tindakan guna menyelamatkan
masa kerja, perawat di ruang IGD dan jiwa/nyawa sebagai situasi yang serius dalam
pelatihan kegawat daruratan yang di ikuti 4 tubuh kita terdapat berbagai organ dan semua
tahun terahir memodelan multivariate dapat itu terbentuk dari sel –sel tersebut akan
nilai R square 0,506 berarti 50,6% pelaksanan timbul jika pasokan oksigen terhenti dan

Vol. 5 No. 1
kematian tubuh itu akan timbul jika sel tidak Keperawatan lulusan sarja keperawatan
bisa mendapatkan pasokan oksigen semakin tinggi pendidikan seseorang
(Dorland,2016). semakin mudah pula mereka menerima
Pelayanan dalam kegawatdaruratan informasi dan makin banyak pula
memerlukan penaganan secara terpadu dan pengetahuan yang dimilikinya. Petugas
multi disiplin dan multi profesi termasuk kesehatan IGD yang dapat melakukan
pelayanan keperawatan yang merupakan tindakan – tindakan triase minimal
bagian integral mengutamakan akses berpendidikan S1 Ns yang memiliki
pelayanan kesehatan bagi korban dengan kemampuan yang cukup untuk dapat
tujuan mencegah dan mengurangi angka melakukan pengambilan keputusan dalam
kesakitan. kematian dan kecacatan dalam menentukan ketepatan penilaian triase pasien
penaganan gawat darurat ada filosofi “Time di Ruangan IGD.
saving is live Saving “artinya seluruh (Menurut Wurning 2016) Bahwa
tindakan yang dilakukan pada saat kondisi pengetahuan yang baik sangat berpengaruh
gawat darurat haruslah benar- benar efisien. pada ketepatan penilaian triase yang baik
Hal ini meningkatkan bahwa pasien dapat pula, pengetahuan baik dimiliki dalam bentuk
kehilangan nyawa dalam hanya hitungan tindakan dimana perawat harus memiliki
menit saja. Berhenti nafas selama 2-3 menit kemampuan baik dalam komunikasi efektif.
pada manusia dapat menyebabkan kematian objektifitas dan kemampuan dalam membuat
yang fatal (Sutawijaya 2015). keputusan klinis secara cepat dan tepat agar
Kecepatan dan Ketepatan pertolongan ketepatan triase setiap pasien menjadi
yang diberikan pada pasien yang datang ke maksimal. di Instalasi Gawat Darurat (IGD)
IGD memerlukan standar sesuai dengan Pengetahuan dan ketepatan triase sangat
kompetensi dan kemampuanya sehingga dibutuhkan terutama dalam pengambilan
dapat menjamin suatu penaganan gawat keputusan klinis dimana pengetahuan sangat
darurat dengan response time yang cepat dan penting dalam penilaian awal.
penaganan yang tepat. Hal ini dapat dicapai Hal ini sesuia dengan konsep teori
dengan meningkatkan sarana, prasara sumber bahwa tinggkat pengetahuan seseorang
daya manusia dan manajemen IGD rumah dipengaruhi juga oleh tinggkat pengalaman
sakit sesuia standar (Kemenkes 2018). dalam bekerja (lama masa kerja). Tinggkat
Faktor yang mempengaruhi ketepatan pendidikan seseorang yang semakin tinggi
pelaksanaan triase lainya adalah beban kerja maka pengalaman akan semakin luas,
merupakan keadaan dimana seseorang sedangkan semakin tua umur seseorang,
dihadapkan pada tugas yang harus maka pengalaman kerja semakin banyak
diselesaikan pada waktu tertentu. Jumlah (Notoadmodjo 2016).
pasien dapat mempengaruhi pelayanan yang (Menurut Yarfianti 2015) Bahwa
dilakukan oleh perawat atau tenaga medis, semakin lama seseorang bekerja semakin
jumlah pasien yang banyak bisa banyak kasus yang ditanganinya sehingga
memungkinkan ketepatan triase tidak tepat, semakin meniggkat pengalamanya,
dan sebaliknya pelaksanaan triase yang tepat sebaliknya semakin singkat seseorang
dapat dilakukan di saat kunjungan pasien bekerja maka semakin sedikit kasus yang
tidak banyak (Nurhanifa 2017). ditanganinya. Masa kerja perawat
Ketepatan triase dipengarui oleh berpengaruh pada pengetahuan dan
beberapa hal diantaranya adalah tingkat ketrampilan yang dimiliki. Proses belajar
pendidikan petugas kesehatan yang terdiri dapat memberikan ketrampilan, apabilah
dari DIII dan sarjana, pelatihan ketrampilan tersebut di praktikan akan
kegawatdaruratan yang menunjang BTCLS, semakin tinggi tinggkat ketrampilanya, hal
BNLS, (Pelatihan Basic Neurologi Life ini dipengaruhi oleh masa kerja seseorang
Support)yang telah diikuti dan lama bekerja yang bekerja dalam satu bidang Instalasi
petugas kesehatan yang melakukan proses Gawat Darurat semakin lama seseorang
triase yaitu di atas lima tahun telah bekerja di bekerja, maka ketrampilan dan
IGD (Sudrajat 2016).Tinggkat pendidikan pengalamanya semakin meningkat.
akan memengaruhi pengetahuanya petugas Umur mempengaruhi tinggkat
kesehatan IGD yang dapat melakukan kematangan dalam berpikir dan bekerja. Dari
tindakan triase minimal ber pendidikan S1 segi kepercayaan masyarakat seseorang yang

Vol. 5 No. 1
telah dewasa lebih dipercaya dari pada Kabupaten Lombok Barat. Jurnal
remaja.Usia perawat dalam pnelitian ini keperawatan. Vol.3 No.1 Mei-Juni
berkaitan dengan masa kerja, dimana pada 2017., 99-104 ISSN : 247-0604
perawat dengan umur yang lebih tua akan
memiliki masa kerja yang lebih lama.Masa Musliha ,(2014) Keperawatan Gawat
kerja ini tentunya akan sangat berkaitan Darurat. Yogyakarta: Nuhamedika.
dengan pengalaman dalam penguasaan Nurhanifa. ( 2017). Faktor – Faktor Yang
pekerjaan yang ditangani.Masa kerja juga Berhubungan Dengan Ketepatan Waktu
merupakan suatu hal yang dapat Tanggap Penaganan Kasus Pada
mempengaruhi pengetahuan serta Response Time Di Instalasi Gawat
ketrampilan, karena seseorang yang memiliki Darurat Bedah Dan Non-Bedah RSUP
masa kerja yang lama secara otomatis akan DR Wahidi Suhudiruhisodo. Jurnal
terbentuk pengalaman kerja yang memadai s Universitas Hasanudin Volume 4 No 2 .
erta tercipta pola kerja efektif dan dapat men Tgl akses 9 Agustus 2020
yelesaikan berbagai persoalan berdasarkan p
engalaman,ketrampilan,serta pengetahuanya Notoadmojo. ( 2016). Metodologi Penelitian
(Erlita 2017). Kesehatan Edisi Revisi. . Jakarta: :
Berdasarkan urain di atas, maka peneliti EGC. Tgl akses 9 Agustus 2020
berasumsi bahwa semakin tepat ketepatan
triase yang dilakukan oleh perawat, maka Siswa, Nurhasyim,. (2015). Pengetahuan
keberasilan penatalaksanaa Perawat Tentang Respon Time dalam
kegawatdaruratan akan semakin tepat. penaganan Gawat Darurat di Ruang
Triage Karang anyer. S1
DAFTAR PUSTAKA Keperawatan: Stikes kusuma Husada
Dorlhd. (2016). Kamus Kedokteran Dorland; Surakarta. .
Edisi 28. Jakarta: Buku Kedokteran http://repository.usu.ac.id./handle/12
EGC.Tgl akses 6 mei 2020 3456789/2731. Tgl akses 17
Eerlita. (2017). Hubungan Tingkat September 2020
pengetahuan dan Sikap Petugas
Sudrajat. (2016). Hubungan Pengetahuan dan
Kesehatan IGD Terhadap Tindakan
Pengalaman Perawat Bekerja dan
Triase Berdasarkan Prioritasnya.
Ketrampilan Triasase di IGD RSCM.
Program Studi Ilmu Keperawatn. Tgl
Jakarta:: Poltekes Kemenkes Jakarta
akses 11 mei 2020
III. Tgl akses 17 september 2020
Jusuf, M. (2014). jurnal manajemen
Sumarno. (2017). Hubungan Ketepatan Triase
keperawatan Neorologis Trauma
dengan tinggkat kepuasan keluarga
Kapitis.Seminar Nasional Keperawatan
pasien di Instalasi Gawat Darurat
Penatalaksanaan Terkini pasien Cedera
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandau
Kepala Vol.3 No.2 ISSN 1979 Juni
Manado. Falkutas Kedokteran
2014. 69-74.Tgl akses 24 juni 2020
Program Studi Ilmu Keperawatan
Martanti, R. N. (2019). hubungan tinggkat Universitas Samratulangi Manado. E-
penggetahuan Dengan ketrampilan Journal Keperawatan (e-kep) volume
Petugas dalam melakasanakan triase 7 nomor 1.Tgl akses 17 September
instalsi gawat darurat RSUD WATES. 2020
Media ilmu kesehatan,69 Vol.15, No. 2, Sutawijaya. ( 2019). Gawat Darurat Aulia
Desember Yogyakarta: . http://lib.
2019.http://ejournal.stikesmuhgomban Unpad.ac.id.diakses pada 4 juli 2016.
g.ac.id, Hal 64-73 P-ISSN 1858-0696 Tgl akses 8 Oktober 2020
E- ISSN 2598-9855. Tgl akses 9
Wahyuni. (2019). Hubungan pengetahuan
Agustus 2020
perawat tentang pelaksanaan triase
Maulana, A. E., Marvia, E., Pratiwi, Y., & .
oleh perawat Di Instalasi Gawat
(2017). Hubungan tingkatpengetahuan
Darurat .Tgl akses 8 Oktober 2020
perawat tentang triage dengan
penerapan triage di IGD Rumah Sakit Wurning. (2016). Hubungan Tingkat
Umum Daerah Patut Patuh Patju Pengetahuan Dan Sikap Petugas

Vol. 5 No. 1
kesehatan di IGD terhadap
Tindakan Triase Berdasarkan
Prioritas. . Jurnal Online
Mahasiswa,1-9 Diperoleh
dari://jom.unrine.aac.id.Volume
1,Nomor 2, Desember 2019 e-
ISSN:2684 p-ISSN:2648-8988.Tgl
akses 8 Oktober 2020
Zwingly P, O. M. (2015). Gambaran
Kualitas Hidup Pasien Cedera
Kepala Pasca Operasi periode
januari 2012- Desember 2013 di
RSUP Prof. Dr.R. D. Kandou
Manado. (jurnal), kandidat skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas
Samratulangi Dari ejournal.
Unsrat. ac. id .Tgl akses 8 Oktober
2020

Vol. 5 No. 1

Anda mungkin juga menyukai