2020
Abstrak : Hubungan Kegawatdaruratan dengan Waktu Tanggap Pada Pasien Jantung Koroner.
Kegawatdaruratan secara umum dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dinilai sebagai
ketergantungan seseorang dalam menerima tindakan medis atau evaluasi tindakan operasi dengan
segera. Waktu tanggap adalah kecepatan dan ketepatan pelayanan waktu yang dibutuhkan pasien untuk
mendapatkan pertolongan yang sesuai dengan kegawatdaruratan penyakitnya sejak memasuki pintu
IGD. Waktu tanggap yang baik bagi pasien yaitu < 5 menit, jika lewat dari itu maka dapat mengakibatkan
nyawa pasien dalam bahaya bahkan dapat menyebabkan kematian. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan kegawatdararuratan dengan waktu tanggap pada pasien jantung koroner di IGD
RSI Siti Khadijah Palembang. Desain penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional, subyek penelitian adalah pegawai IGD RSI Siti Khadijah Palembang dengan
jumlah responden sebanyak 30 responden.Penelitian ini dilakukan pada tanggal 17 Juni-07 Juli 2017.
Data yang diperoleh dicatat pada lembar observasi. Kemudian data penelitian ini dianalisis dengan
menggunakan uji chi square. Berdasarkan hasil analisis data dengan uji chi square menunjukkan bahwa
ada hubungan yang signifikan antara kegawatdaruratan dengan waktu tanggap pada pasien jantung
koroner dengan ρ-value=0,003. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
kegawatdaruratan dengan waktu tanggap pada pasien jantung koroner di IGD RSI Siti Khadijah
Palembang.
Waktu Tanggap (Kecepatan) pada Pasien Waktu Tanggap (Ketepatan) pada Pasien
Jantung Koroner Jantung Koroner
Hasil penelitian setelah dilakukan analisis Berdasarkan hasil penelitian setelah
data, peneliti mendapatkan hasil dari 30 dilakukan analisis data, peneliti mendapatkan
responden yang mendapatkan waktu tanggap hasil dari 30 responden yang mendapatkan
(kecepatan) sangat cepat sebanyak 23 waktu tanggap (ketepatan) tepat sebanyak 23
responden (76,7%) sedangkan waktu tanggap responden (76,7%) sedangkan waktu tanggap
(kecepatan) dengan cepat sebanyak 7 (ketepatan) dengan tidak tepat sebanyak 7
responden (23,3%). responden (23,3%).
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Mahyawati dan penelitian yang dilakukan oleh Rahil (2012) dari
Widaryati (2015) dari 55 responden yang 20 responden yang mendapatkan waktu
mendapatkan waktu tanggap (kecepatan) cepat tanggap (ketepatan) tepat sebanyak 17
sebanyak 38 orang (69,1%) dan responden yang responden (85%) dan responden yang
mendapatkan waktu tanggap lambat sebanyak mendapatkan waktu tanggap (ketepatan) tidak
17 responden (30,9%). Kecepatan waktu tepat sebanyak 3 responden (15%). Hal ini
tanggap ini dipengaruhi oleh beberapa faktor menunjukkan bahwa pasien yang masuk ke IGD
diantaranya lama kerja di IGD, tingkat RSUD Panembahan Senopati Bantul
pendidikan perawat yang terdiri dari S1 dan DIII mendapatkan respon time yang tepat dari
keperawatan, usia, serta pendidikan non formal perawat dengan pelayanan waktu < 5 menit dan
seperti pelatihan kegawatdaruratan yang keadaan ini menunjukkan jika sudah
menunjang (BTCLS, BNLS dan disaster terpenuhinya standar IGD sesuai dengan
management) yang telah diikuti dan lama kerja Keputusan Menteri Kesehatan Republik
perawat di IGD mayoritas telah bekerja di IGD di Indonesia tahun 2009 bahwa indikator waktu
atas 5 tahun. tanggap di IGD adalah harus ≤ 5 menit.
Berdasarkan data di atas peneliti Menyatakan bahwa ada hubungan
berasumsi bahwa pasien yang datang ke IGD RSI signifikan antara kegawatdaruratan dengan
Siti Khadijah Palembang dengan waktu tanggap waktu tanggap dengan nilai ρ-value=0,037
(ketepatan) tepat lebih banyak dibandingkan (<ɑ=0,05). Dengan keeratan hubungan 0,327
dengan waktu tanggap (ketepatan) tidak tepat. yang berarti memiliki hubungan yang tidak erat
Dalam hal ini waktu tanggap (ketepatan) antara kegawatdaruratan pasien dengan waktu
sangatlah penting, karena jika terlambat sedikit tanggap perawat di IGD RS PKU Muhammadiyah
saja dalam memberikan tindakan medis pada Yogyakarta. Ini dapat dikarenakan pada shift
pasien maka dapat mengakibatkan kondisi sore tidak adanya kepala ruang yang memantau
pasien menjadi lebih buruk lagi. sehingga motivasi kerja perawat pelaksana di
IGD menurun, yang berdampak pada kinerja
Hubungan Kegawatdaruratan terhadap dan pelayanan yang tidak maksimal.
Waktu Tanggap (Kecepatan) Dibandingkan jika adanya seorang pemimpin
Hasil penelitian didapatkan tentang pada shift pagi yang memberikan arahan,
kegawatdaruratan terhadap waktu tanggap mengatasi masalah dan pengawasan pada
(kecepatan) diperoleh data bahwa dari 30 setiap tindakan yang dilakukan oleh perawat
responden yang termasuk ke dalam prioritas II pelaksana di ruang IGD. Menurut Setyawan
dengan waktu tanggap sangat cepat sebanyak (2015) perawat IGD dituntut untuk selalu
18 responden (60,0%) dan waktu tanggap cepat menjalankan perannya di berbagai situasi dan
sebanyak 4 responden (13,3%) responden, lebih kondisi yang emliputi tindakan penyelamatan
banyak di bandingkan dengan prioritas I dengan pasien secara professional khususnya
waktu tanggap sangat cepat sebanyak 5 penanganan pada pasien gawat darurat.
responden (16,7%) dan prioritas III dengan Maka peneliti berasumsi keberhasilan
waktu tanggap cepat sebanyak 3 responden waktu tanggap sangat tergantung kepada
(10,0%). Dari hasil uji statistik pearson chi kecepatan yang tersedia serta kualitas
square diperoleh ρ-value=0,003 (<ɑ 0,05), maka pemberian pertolongan untuk menyelamatkan
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan nyawa pasien yang datang dengan
signifikan antara kegawatdaruratan dengan kegawatdaruratan khususnya pasien jantung
waktu tanggap (kecepatan) pada pasien jantung koroner.
koroner.
Mekanisme waktu tanggap juga dapat Hubungan Kegawatdaruratan terhadap
mengurangi beban pembiayaan. Kecepatan dan Waktu Tanggap (Ketepatan)
ketepatan pertolongan yang diberikan pada Hasil penelitian kegawatdaruratan
pasien yang memerlukan standar sesuai dengan terhadap waktu tanggap (ketepatan) diperoleh
kompetensi dan kemampuannya sehingga data bahwa dari 30 responden yang termasuk
dapat menjamin suatu penanganan gawat ke dalam prioritas II dengan waktu tanggap
darurat dengan waktu tanggap yang cepat dan tepat sebanyak 18 responden (60,0%) dan
penanganan yang tepat. Hal ini dapat dicapai waktu tanggap tidak tepat sebanyak 4
dengan meningkatkan sarana, prasarana, responden (13,3%) lebih banyak di bandingkan
sumber daya manusia dan manajemen rumah prioritas I dengan waktu tanggap tepat
sakit atau puskesmas sesuai standar sebanyak 5 responden (16,7%) dan prioritas III
(Kelmanutu, 2013). dengan waktu tanggap tidak tepat sebanyak 3
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil responden (10,0%). Dari hasil uji statistik
penelitian Mahyawati dan Widaryati (2015) pearson chi square diperoleh ρ-value=0,003 (<ɑ
tentang “Hubungan Kegawatdaruratan Pasien 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa ada
Dengan Waktu Tanggap Perawat Di IGD RS PKU hubungan signifikan antara kegawatdaruratan
Muhammadiyah Yogyakarta”. terhadap waktu tanggap (ketepatan) pada
pasien jantung koroner.
Menurut Depkes RI (2010), ketepatan
waktu dalam memberikan pelayanan medis SIMPULAN
kepada pasien mempunyai batas waktu yang 1. Responden yang datang ke IGD RSI Siti
telah ditentukan yaitu sangat tepat ≤5 menit Khadijah Palembang lebih banyak
dan tidak tepat >5 menit. pada prioritas II (73,3%).
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil 2. Responden yang mendapatkan waktu
penelitian Rahil (2012), tentang “Faktor-Faktor tanggap (kecepatan) sangat cepat
Yang Berhubungan Dengan Lama Waktu lebih banyak yaitu sebesar 76,7%.
Tanggap Perawat Pada Penanganan Asma Di 3. Responden yang mendapatkan waktu
Instalasi Gawat Darurat RSUD Panembahan tanggap (ketepatan) sangat tepat juga
Senopati Bantul”. Menyatakan bahwa ada sebesar 76,7%.
hubungan signifikan antara kegawatdaruratan 4. Ada hubungan kegawatdaruratan
dengan waktu tanggap ρ value=0,018 (<ɑ 0,05). dengan waktu tanggap (kecepatan)
Berkaitan dengan penyakit asma, maka sangat pada pasien jantung koroner dengan
penting sekali dalam melakukan penanganan ρ-value=0,003 (ρ<0,05).
dengan cepat. Karena kalau tidak ditangani 5. Ada hubungan kegawatdaruratan
dengan cepat akan mengancam jiwa pasien saat dengan waktu tanggap (ketepatan)
serangan asma kambuh. Penderita yang berisiko pada pasien jantung koroner dengan
tinggi mengalami kematian adalah penderita ρ-value=0,003 (ρ<0,05).
yang datang dengan serangan berat, penyakit
asmanya jarang dikontrol, respon sebagian atau SARAN
tidak respon terhadap pengobatan dan Berdasarkan hasil penelitian ini,
keterlambatan penilaian berat serangan baik diharapkan bagi RSI Siti Khadijah
oleh tenaga kesehatan atau penderita. Palembang untuk dapat memberikan
Maka peneliti berasumsi pada saat pasien pelatihan khusus mengenai
yang datang dengan kegawatdaruratan kegawatdaruratan bagi perawatperawat
khususnya pasien jantung koroner khususnya perawat IGD sehingga waktu
mendapatkan penangan yang tepat. Karena jika tanggap perawat menjadi lebih cepat dan
tidak akan mengancam jiwa pasien terlebih lagi tepat, yang akhirnya nyawa pasien
jika saat serangan terjadi dan hal ini dapat menjadi terselamatkan.
mengakibatkan kondisi menjadi semakin buruk
bahkan dapat mengakibatkan kematian.
DAFTAR PUSTAKA
Citrakesumasari. 2012. Anemia Gizi Masalah dan Pencegahannya. Yogyakarta: Kaliaka.
Depkes RI. 2007. Pedoman Surveilans Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah. Departemen
Kesehatan RI: Jakarta.
Depkes RI. 2010. Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Haryatun, Nunuk & Sudaryanto. 2008. Perbedaan Waktu Tanggap Tindakan Keperawatan
Pasien Cedera Kepala Kategori I-V Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr. Moewardi. Jurnal
Berita Ilmu Keperawatan.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2009. StandarInstalasi Gawat Darurat (IGD)
Rumah Sakit. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Kelmanutu, L. S., Sidin, A. I., & Maidin, A. 2013. Saredimensi Mutu Pelayanan Pada Unit Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Daerah Karel Sadsuitubun Langgur Kabupaten Maluku Tenggara
Tahun 2013. Maluku Tenggara. http://repository.unhas.ac.id/bitstream/han
dle/123456789/5601/Jurnal%20Bu%20Lev ina.pdf;sequence=1.
Maatilu, V., Mulyadi, N., & Malara, R. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Response
Time Perawat pada Penanganan Pasien Gawat Darurat di IGD RSUP Prof. Dr. RD Kandou
Manado. Jurnal Keperawatan, 2(2).
Mahyawati dan Widaryati. 2015. Hubungan Kegawatdaruratan Pasien Dengan Waktu Tanggap
Perawat di IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Skripsi, Program Studi Ners, STIKES
Aisyiah Yogyakarta.
Musliha. 2010. Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta: Nuha Medikal.
Noor. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Response Time Pada Penanganan Pasien
Instalasi Gawat Darurat RSUP Persahabatan. Tidak Dipublikasikan.
Rahil, Nazwar Hamdani. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Lama Waktu Tanggap
Perawat pada Penanganan Asma di Instalasi Gawat Darurat RSUD Panembahan Senopati
Bantul. Jurnal Respati Yogyakarta.
Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang. 2015. Medical Record Rumah Sakit Islam Siti
Khadijah Palembang. Palembang.
Sabriyanti. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Ketepatan Waktu Tanggap
Penanganan Kasus pada Response Time I di Instalasi Gawat Darurat Bedah dan Non-
Bedah RSUP DR.Wahidi Sudirohusodo. Jurnal Universitas Hasanudin. http://
pasca.unhas.ac.id (Diakses tanggal 28 Februari 2014).
Setyawan, Heru. 2015. Gambaran Pengetahuan Peran Perawat dalam Ketepatan Waktu
Tanggap Penanganan Kasus Gawat Darurat di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum
Daerah Karanganyar. Skripsi, Program Studi S-1 Stikes Kusuma Husada, Surakarta.
World Health Organization. 2008. The Top Ten Causes of Death.
http://www.who.int/mediacentre/factsheets /fs310_2008.pdf (Diakses pada 17 Maret
2010).
Zahrawardani, D., Herlambang, K. S., & Anggraheny, H. D. 2012. Analisis Faktor Risiko Kejadian
Penyakit Jantung Koroner di RSUP Dr Kariadi Semarang. Jurnal Kedokteran
Muhammadiyah, 1(3).