Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN KEGAWATDARURATAN DENGAN WAKTUK TANGGAP

PADA PASIEN JANTUNG KORONER

Nama : Andika Putra Siongke


Kelas : Ekstensi B1-19
Semester : VI

2020
Abstrak : Hubungan Kegawatdaruratan dengan Waktu Tanggap Pada Pasien Jantung Koroner.
Kegawatdaruratan secara umum dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dinilai sebagai
ketergantungan seseorang dalam menerima tindakan medis atau evaluasi tindakan operasi dengan
segera. Waktu tanggap adalah kecepatan dan ketepatan pelayanan waktu yang dibutuhkan pasien untuk
mendapatkan pertolongan yang sesuai dengan kegawatdaruratan penyakitnya sejak memasuki pintu
IGD. Waktu tanggap yang baik bagi pasien yaitu < 5 menit, jika lewat dari itu maka dapat mengakibatkan
nyawa pasien dalam bahaya bahkan dapat menyebabkan kematian. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan kegawatdararuratan dengan waktu tanggap pada pasien jantung koroner di IGD
RSI Siti Khadijah Palembang. Desain penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional, subyek penelitian adalah pegawai IGD RSI Siti Khadijah Palembang dengan
jumlah responden sebanyak 30 responden.Penelitian ini dilakukan pada tanggal 17 Juni-07 Juli 2017.
Data yang diperoleh dicatat pada lembar observasi. Kemudian data penelitian ini dianalisis dengan
menggunakan uji chi square. Berdasarkan hasil analisis data dengan uji chi square menunjukkan bahwa
ada hubungan yang signifikan antara kegawatdaruratan dengan waktu tanggap pada pasien jantung
koroner dengan ρ-value=0,003. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
kegawatdaruratan dengan waktu tanggap pada pasien jantung koroner di IGD RSI Siti Khadijah
Palembang.

Kata Kunci: Kegawatdaruratan, Waktu tanggap

ABSTRACT: RELATIONSHIP OF EMERGENCY SITUATIONTO RESPONSE TIME IN THE PATIENTS


WITH CORONARY HEART DISEASE. An emergency can be interpreted as a condition that is judged as
a person's dependence on receiving medical action or immediate evaluation of the surgical action.
Response time is the speed and the accuracy of service that is required by the patients to get
appropriate treatment with their about diseases since entering the door of the IGD. Good response time
for the patients is about 5 minutes, if it is more than it, it can make patient life’s in danger even can
cause death. The aim of this study was to determine the correlation between emergency situation to
response time in coronary heart disease patients at emergency room Siti Khadijah Islamic Hospital
Palembang. The design of this study used an analytic observational method and cross-sectional
approach, subjects of this study was the nurses of emergency room Siti Khadijah Islamic Hospital
Palembang, as much as 30 respondents. The study was conducted from June 17th - July 7th, 2017. The
data study was recorded on the observation sheet. Then this study data were analyzed by using chi-
square test. Based on the result of data analysis by chi-square test showed that there was a significant
relationship between emergency situation and response time on coronary heart disease patients and
the ρ-value was 0.003 <ɑ=0.05. It can be concluded that there was a relationship between emergency
situation and response time on coronary heart disease patients at emergency room Siti Khadijah Islamic
Hospital Palembang.

Keywords: Emergency situation, Time response


Pelayanan gawat darurat adalah Penyakit jantung dan pembuluh darah
pelayanan yang memerlukan penanganan merupakan suatu kelainan yang terjadi pada
cepat, tepat, dan cermat dalam menentukan organ jantung dengan akibat terjadinya
prioritas kegawatdaruratan pasien untuk gangguan fungsional, anatomis serta sistem
mencegah kecacatan dan kematian (Mahyawati hemodinamis (Depkes RI, 2007). Penyakit
dan Widaryati, 2015). Jantung Koroner (PJK) adalah ketidaksanggupan
Salah satu fasilitas kesehatan yang jantung bekerja yang dapat terjadi secara akut
memberikan pelayanan kegawatdaruratan maupun kronik dan timbul karena kekurangan
adalah Rumah Sakit dengan Instalasi Gawat suplai darah pada miokardium sehubungan
Darurat (IGD). IGD merupakan gerbang utama dengan proses penyakit pada sistem nadi
jalan masuknya penderita gawat darurat. IGD koroner. Manifestasinya dapat berupa angina
adalah suatu instalasi bagian rumah sakit yang pektoris, infark miokard, fibrilasi ventricular
melakukan tindakan berdasarkan triage atau kematian jantung mendadak (WHO, 2008).
terhadap pasien (Musliha, 2010). PJK terjadi bila pembuluh arteri koroner
Salah satu indikator keberhasilan tersebut tersumbat atau menyempit karena
penanggulangan medik penderita gawat darurat endapan lemak, yang secara bertahap
adalah kecepatan memberikan pertolongan menumpuk di dinding arteri. Proses
yang memadai kepada penderita gawat darurat penumpukan itu disebut aterosklerosis, dan
baik pada keadaan rutin sehari-hari atau bisa terjadi di pembuluh arteri lainnya, tidak
sewaktu bencana. Keberhasilan waktu tanggap hanya pada arteri koroner (Citrakesumasari,
atau respon time sangat tergantung kepada 2008).
kecepatan yang tersedia serta kualitas Faktor yang berperan penting terhadap
pemberian pertolongan untuk menyelamatkan timbulnya PJK meliputi 2 faktor resiko, yaitu
nyawa atau mencegah cacat sejak di tempat faktor resiko yang dapat dimodifikasi dan tidak
kejadian, dalam perjalanan hingga pertolongan dapat dimodifikasi. Faktor resiko yang dapat
rumah sakit (Haryatun dan Sudaryanto, 2008). dimodifikasi seperti dislipidemia, hipertensi,
Waktu tanggap adalah waktu yang diabetes mellitus dan merokok. Sedangkan
dihitung pada saat pasien tiba di depan pintu faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi
rumah sakit sampai mendapat tanggapan atau seperti usia, jenis kelamin dan riwayat keluarga
respon time dari 2 petugas Instalasi Gawat yang menderita penyakit jantung. Semakin
Darurat sampai selesai proses penanganan banyak
gawat darurat (Haryatun dan Sudaryanto, faktor resiko yang ada pada seseorang
2008). Mekanisme waktu tanggap, disamping maka semakin besar pula kemungkinan orang
menentukan keluasan rusaknya organ-organ itu menderita PJK (Zahrawardani, 2012).
dalam, juga dapat mengurangi beban Berdasarkan statistik World Health
pembiayaan. Kecepatan dan ketepatan Organization (WHO), saat ini PJK merupakan isu
pertotolongan yang diberikan pada pasien yang kesehatan global yang sangat penting
datang ke Instalasi gawat darurat memerlukan mengingat penyakit ini tercatat sebagai
standar sesuai dengan waktu tanggap yang pembunuh nomor satu di dunia dengan jumlah
cepat dan penanganan yang tepat. Hal ini dapat 17, 3 juta kematian (Maatilu, dkk, 2014). WHO
dicapai dengan meningkatkan sarana, juga memprediksi bahwa pada tahun 2030
prasarana, sumber daya manusia dan jumlah kematian akibat PJK akan meningkat
manajemen Instalasi Gawat Darurat rumah sakit sebesar 33% atau menjadi 23 juta kematian di
sesuai standar (Keputusan Menteri Kesehatan, dunia.
2009). Salah satu penyakit yang membutuhkan Berdasarkan studi pendahuluan di
waktu tanggap yang baik adalah penyakit Medical Record Rumah Sakit Islam Siti Khadijah
jantung koroner. Palembang diketahui bahwa terjadi penurunan
jumlah kasus PJK sebanyak 10% di tahun 2015.
Sedangkan pada tahun 2016 hanya terjadi Jumlah 30 100
penurunan 1%.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui
Maatilu (2014) di IGD RSUP Prof. DR. R. D. bahwa dari 30 responden, responden
Kandou Manado didapatkan hasil bahwa dengan kegawatdaruratan prioritas I
response time perawat dalam penanganan sebanyak 5 responden (16,7%), responden
kasus gawat darurat rata-rata lambat (>5 dengan kegawatdaruratan prioritas II
menit). Begitu pula dengan hasil penelitian yang sebanyak 22 responden (73,3%), sedangkan
dilakukan oleh Noor (2009) di IGD RSUP responden dengan kegawatdaruratan
Persahabatan yang menyatakan bahwa waktu prioritas III sebanyak sebanyak 3 responden
tanggap 7.45 menit. (10,0%).
Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah diketahuinya hubungan Tabel 2. Distribusi Frekuensi Waktu
kegawatdaruratan dengan waktu tanggap pada Tanggap (Kecepatan)
pasien jantung koroner di IGD RSI Siti Khadijah
Waktu Frek %
Palembang.
Tanggap
METODE Kecepatan
Jenis penelitian kuantitatif, desain Sangat cepat < 3 23 76,7
menit
penelitian adalah survey analitik dengan
pendekatan cross sectional yaitu penelitian Cepat 3-5 menit 7 23,3
yang menekankan waktu observasi data Jumlah 30 100,0
variabel independen dan dependen dinilai pada
suatu saat. Populasi dalam penelitian ini adalah Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui
seluruh perawat di IGD RSI Siti Khadijah bahwa dari 30 responden, responden yang
Palembang Tahun 2017 yang berjumlah 30 memiliki waktu tanggap (kecepatan) sangat
orang. cepatsebanyak 23 responden (76,7%),
Teknik Pengambilan sampel dalam sedangkan responden yang memiliki waktu
penelitian ini adalah Total Sampling. Maka tanggap (kecepatan) cepatsebanyak 7
jumlah sampel yang akan diambil dalam responden (23,3%).
penelitian ini adalah sebanyak 30 responden.
Sampel yang akan diteliti adalah seluruh Tabel 3. Distribusi Frekuensi Waktu
perawat di IGD RSI Siti Khadijah Palembang Tanggap (Ketepatan)
yang memenuhi kriteria inklusi. Waktu Tanggap Frek %
Teknik pengumpulan data dengan cara (Ketepatan)
observasi waktu tanggap (kecepatan dan Tepat ≤ 5 menit 23 76,7
ketepatan) perawat di IGD RSI Siti Khadijah Tidak Tepat > 5 7 23,3
Palembang. menit
Jumlah 30 100,0
HASIL
1. ANALISIS UNIVARIAT Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa dari
Tabel 1. Distribusi 30 responden, responden yang memiliki waktu
FrekuensiKegawatdaruratan tanggap (ketepatan) tepat sebanyak 23
Kegawatdaruratan Frek % responden (76,7%), sedangkan responden yang
Prioritas I 5 16,7 memiliki waktu tanggap (ketepatan) tidak tepat
Prioritas II 22 73,3 sebanyak 7 responden (23,3%).
Prioritas III 3 10,0
2. ANALISIS BIVARIAT t
Tabel 4. Hubungan Kegawatdaruratan N % N % N %
terhadap Waktu Tanggap (Kecepatan) Prioritas I 16 16
5 0 0 5
pada Pasien Jantung Koroner. ,7 ,7
Waktu Tanggap (Kecepatan) Prioritas II 1 16 13 2 73
4 0,0
Sang 8 ,0 ,3 2 ,3
P- 03
at Cepa Prioritas III 10 10
Kegawatd Total val 0 0 3 3
Cepa t ,0 ,0
aruratan ue 2 76 23 3 10
t Total 7
3 ,7 ,2 0 0
N % N % N %
Prioritas I 16 16
5 0 0 5 Berdasarkan tabel 5 diperoleh data
,7 ,7
bahwa dari 30 responden yang termasuk
Prioritas II 1 16 13 2 73
4 0,0 ke dalam kegawatdaruratan prioritas II
8 ,0 ,3 2 ,3
03 dengan waktu tanggap tepat sebanyak 18
Prioritas III 10 10
0 0 3 3 responden (60,0%) dan dengan waktu
,0 ,0
tanggap tidak tepat sebanyak 4 responden
2 76 23 3 10 (13,3%), lebih banyak jika dibandingkan
Total 7
3 ,7 ,2 0 0 responden yang termasuk ke dalam
prioritas I dengan waktu tanggap tepat
Berdasarkan tabel 4 diperoleh data sebanyak 5 responden (16,7%) dan
bahwa dari 30 responden yang termasuk ke prioritas III dengan waktu tanggap tidak
dalam kegawatdaruratan prioritas II dengan tepat sebanyak 3 responden (10,0%).
waktu tanggap sangat cepat sebanyak 18 Hasil uji statistik dengan menggunakan
responden (60,0%) dan dengan waktu uji chi square didapatkan p-value=0,003 ≤
tanggap cepat sebanyak 4 responden α=0,05 sehingga Ho ditolak, Ha diterima
(13,3%), lebih banyak jika dibandingkan yang berarti adahubungan yang signifikan
responden yang termasuk ke dalam antara kegawatdaruratan terhadap waktu
prioritas I dengan waktu tanggap sangat tanggap (ketepatan) pada pasien jantung
cepat sebanyak 5 responden (16,7%) dan koroner di IGD RSI Siti Khadijah Palembang.
prioritas III dengan waktu tanggap cepat
sebanyak 3 responden (10,0%). PEMBAHASAN
Hasil uji statistik dengan menggunakan
Kegawatdaruratan pada Pasien Jantung
uji chi square didapatkan p-value=0,003 ≤
Koroner
α=0,05 sehingga ada hubungan yang
Hasil penelitian diketahui bahwa dari 30
signifikan antara kegawatdaruratan
responden, responden dengan
terhadap waktu tanggap (kecepatan) pada
kegawatdaruratan prioritas I sebanyak 5
pasien jantung koroner di IGD RSI Siti
responden (16,7%), responden dengan
Khadijah Palembang.
kegawatdaruratan prioritas II sebanyak 22
responden (73,3%), sedangkan responden
Tabel 5. Hubungan Kegawatdaruratan dengan kegawatdaruratan prioritas III sebanyak
terhadap Waktu Tanggap (Ketepatan) sebanyak 3 responden (10,0%).
pada Pasien Jantung Koroner. Kegawatdaruratan pasien dapat
Waktu Tanggap (Ketepatan) mengalami perburukan kondisi atau akan
Kegawatd Tepa Tida Total P- semakin gawat hingga terjadi komplikasi dan
aruratan t k val kematian, apabila tidak ditangani dengan
Tepa ue segera. Sangat penting dalam memprioritaskan
kegawatan pasien sesuai dengan proses triase Peneliti berasumsi bahwa pasien yang
karena akan mempermudah untuk tindakan datang ke IGD RSI Siti Khadijah Palembang
selanjutnya sesuai kebutuhan pasien dengan waktu tanggap sangat cepat lebih
(Mahyawati dan Widaryati, 2015). Di ruang IGD banyak dibandingkan dengan waktu tanggap
sendiri ada 4 prioritas, yaitu prioritas I (merah), cepat. Ini merupakan hal yang sangat penting,
prioritas II (kuning), prioritas III (hijau) dan karena jika pasien mendapatkan penanganan
prioritas IV (hitam) (Musliha, 2010). yang lambat maka dapat membahayakan nyawa
Hasil penelitian ini sejalan dengan pasien atau bisa mengakibatkan kematian. Hal
penelitian yang dilakukan oleh Mahyawati dan di atas sesuai dengan teori yang dikemukan
Widaryati (2015) dari 55 responden didapatkan Sabriyati (2012), bahwa semakin cepat waktu
32 responden (58,2%) yang termasuk ke dalam tanggap perawat maka akan berdampak positif
prioritas II (pasien dengan darurat tidak gawat), yaitu dapat mengurangi beban pembiayaan,
16 responden (29,1%) yang termasuk ke dalam tidak terjadi komplikasi, menurunnya angka
prioritas I dan 7 responden (12,7%) yang morbiditas dan mortalitas karena kinerja
termasuk ke dalam prioritas III. perawat yang sangat tinggi dan cepat dalam
Peneliti berasumsi bahwa pasien yang memberikan penanganan. Jika waktu tanggap
datang ke IGD RSI Siti Khadijah Palembang lebih perawat lambat maka akan berdampak negatif
banyak pada prioritas II dibandingkan dengan yaitu keluasan rusaknya organ-organ dalam
prioritas I dan III. Hal tersebut dibuktikan dari dengan maksud akan terjadi komplikasi,
hasil analisis univariat variabel independen. kecacatan bahkan kematian.

Waktu Tanggap (Kecepatan) pada Pasien Waktu Tanggap (Ketepatan) pada Pasien
Jantung Koroner Jantung Koroner
Hasil penelitian setelah dilakukan analisis Berdasarkan hasil penelitian setelah
data, peneliti mendapatkan hasil dari 30 dilakukan analisis data, peneliti mendapatkan
responden yang mendapatkan waktu tanggap hasil dari 30 responden yang mendapatkan
(kecepatan) sangat cepat sebanyak 23 waktu tanggap (ketepatan) tepat sebanyak 23
responden (76,7%) sedangkan waktu tanggap responden (76,7%) sedangkan waktu tanggap
(kecepatan) dengan cepat sebanyak 7 (ketepatan) dengan tidak tepat sebanyak 7
responden (23,3%). responden (23,3%).
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Mahyawati dan penelitian yang dilakukan oleh Rahil (2012) dari
Widaryati (2015) dari 55 responden yang 20 responden yang mendapatkan waktu
mendapatkan waktu tanggap (kecepatan) cepat tanggap (ketepatan) tepat sebanyak 17
sebanyak 38 orang (69,1%) dan responden yang responden (85%) dan responden yang
mendapatkan waktu tanggap lambat sebanyak mendapatkan waktu tanggap (ketepatan) tidak
17 responden (30,9%). Kecepatan waktu tepat sebanyak 3 responden (15%). Hal ini
tanggap ini dipengaruhi oleh beberapa faktor menunjukkan bahwa pasien yang masuk ke IGD
diantaranya lama kerja di IGD, tingkat RSUD Panembahan Senopati Bantul
pendidikan perawat yang terdiri dari S1 dan DIII mendapatkan respon time yang tepat dari
keperawatan, usia, serta pendidikan non formal perawat dengan pelayanan waktu < 5 menit dan
seperti pelatihan kegawatdaruratan yang keadaan ini menunjukkan jika sudah
menunjang (BTCLS, BNLS dan disaster terpenuhinya standar IGD sesuai dengan
management) yang telah diikuti dan lama kerja Keputusan Menteri Kesehatan Republik
perawat di IGD mayoritas telah bekerja di IGD di Indonesia tahun 2009 bahwa indikator waktu
atas 5 tahun. tanggap di IGD adalah harus ≤ 5 menit.
Berdasarkan data di atas peneliti Menyatakan bahwa ada hubungan
berasumsi bahwa pasien yang datang ke IGD RSI signifikan antara kegawatdaruratan dengan
Siti Khadijah Palembang dengan waktu tanggap waktu tanggap dengan nilai ρ-value=0,037
(ketepatan) tepat lebih banyak dibandingkan (<ɑ=0,05). Dengan keeratan hubungan 0,327
dengan waktu tanggap (ketepatan) tidak tepat. yang berarti memiliki hubungan yang tidak erat
Dalam hal ini waktu tanggap (ketepatan) antara kegawatdaruratan pasien dengan waktu
sangatlah penting, karena jika terlambat sedikit tanggap perawat di IGD RS PKU Muhammadiyah
saja dalam memberikan tindakan medis pada Yogyakarta. Ini dapat dikarenakan pada shift
pasien maka dapat mengakibatkan kondisi sore tidak adanya kepala ruang yang memantau
pasien menjadi lebih buruk lagi. sehingga motivasi kerja perawat pelaksana di
IGD menurun, yang berdampak pada kinerja
Hubungan Kegawatdaruratan terhadap dan pelayanan yang tidak maksimal.
Waktu Tanggap (Kecepatan) Dibandingkan jika adanya seorang pemimpin
Hasil penelitian didapatkan tentang pada shift pagi yang memberikan arahan,
kegawatdaruratan terhadap waktu tanggap mengatasi masalah dan pengawasan pada
(kecepatan) diperoleh data bahwa dari 30 setiap tindakan yang dilakukan oleh perawat
responden yang termasuk ke dalam prioritas II pelaksana di ruang IGD. Menurut Setyawan
dengan waktu tanggap sangat cepat sebanyak (2015) perawat IGD dituntut untuk selalu
18 responden (60,0%) dan waktu tanggap cepat menjalankan perannya di berbagai situasi dan
sebanyak 4 responden (13,3%) responden, lebih kondisi yang emliputi tindakan penyelamatan
banyak di bandingkan dengan prioritas I dengan pasien secara professional khususnya
waktu tanggap sangat cepat sebanyak 5 penanganan pada pasien gawat darurat.
responden (16,7%) dan prioritas III dengan Maka peneliti berasumsi keberhasilan
waktu tanggap cepat sebanyak 3 responden waktu tanggap sangat tergantung kepada
(10,0%). Dari hasil uji statistik pearson chi kecepatan yang tersedia serta kualitas
square diperoleh ρ-value=0,003 (<ɑ 0,05), maka pemberian pertolongan untuk menyelamatkan
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan nyawa pasien yang datang dengan
signifikan antara kegawatdaruratan dengan kegawatdaruratan khususnya pasien jantung
waktu tanggap (kecepatan) pada pasien jantung koroner.
koroner.
Mekanisme waktu tanggap juga dapat Hubungan Kegawatdaruratan terhadap
mengurangi beban pembiayaan. Kecepatan dan Waktu Tanggap (Ketepatan)
ketepatan pertolongan yang diberikan pada Hasil penelitian kegawatdaruratan
pasien yang memerlukan standar sesuai dengan terhadap waktu tanggap (ketepatan) diperoleh
kompetensi dan kemampuannya sehingga data bahwa dari 30 responden yang termasuk
dapat menjamin suatu penanganan gawat ke dalam prioritas II dengan waktu tanggap
darurat dengan waktu tanggap yang cepat dan tepat sebanyak 18 responden (60,0%) dan
penanganan yang tepat. Hal ini dapat dicapai waktu tanggap tidak tepat sebanyak 4
dengan meningkatkan sarana, prasarana, responden (13,3%) lebih banyak di bandingkan
sumber daya manusia dan manajemen rumah prioritas I dengan waktu tanggap tepat
sakit atau puskesmas sesuai standar sebanyak 5 responden (16,7%) dan prioritas III
(Kelmanutu, 2013). dengan waktu tanggap tidak tepat sebanyak 3
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil responden (10,0%). Dari hasil uji statistik
penelitian Mahyawati dan Widaryati (2015) pearson chi square diperoleh ρ-value=0,003 (<ɑ
tentang “Hubungan Kegawatdaruratan Pasien 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa ada
Dengan Waktu Tanggap Perawat Di IGD RS PKU hubungan signifikan antara kegawatdaruratan
Muhammadiyah Yogyakarta”. terhadap waktu tanggap (ketepatan) pada
pasien jantung koroner.
Menurut Depkes RI (2010), ketepatan
waktu dalam memberikan pelayanan medis SIMPULAN
kepada pasien mempunyai batas waktu yang 1. Responden yang datang ke IGD RSI Siti
telah ditentukan yaitu sangat tepat ≤5 menit Khadijah Palembang lebih banyak
dan tidak tepat >5 menit. pada prioritas II (73,3%).
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil 2. Responden yang mendapatkan waktu
penelitian Rahil (2012), tentang “Faktor-Faktor tanggap (kecepatan) sangat cepat
Yang Berhubungan Dengan Lama Waktu lebih banyak yaitu sebesar 76,7%.
Tanggap Perawat Pada Penanganan Asma Di 3. Responden yang mendapatkan waktu
Instalasi Gawat Darurat RSUD Panembahan tanggap (ketepatan) sangat tepat juga
Senopati Bantul”. Menyatakan bahwa ada sebesar 76,7%.
hubungan signifikan antara kegawatdaruratan 4. Ada hubungan kegawatdaruratan
dengan waktu tanggap ρ value=0,018 (<ɑ 0,05). dengan waktu tanggap (kecepatan)
Berkaitan dengan penyakit asma, maka sangat pada pasien jantung koroner dengan
penting sekali dalam melakukan penanganan ρ-value=0,003 (ρ<0,05).
dengan cepat. Karena kalau tidak ditangani 5. Ada hubungan kegawatdaruratan
dengan cepat akan mengancam jiwa pasien saat dengan waktu tanggap (ketepatan)
serangan asma kambuh. Penderita yang berisiko pada pasien jantung koroner dengan
tinggi mengalami kematian adalah penderita ρ-value=0,003 (ρ<0,05).
yang datang dengan serangan berat, penyakit
asmanya jarang dikontrol, respon sebagian atau SARAN
tidak respon terhadap pengobatan dan Berdasarkan hasil penelitian ini,
keterlambatan penilaian berat serangan baik diharapkan bagi RSI Siti Khadijah
oleh tenaga kesehatan atau penderita. Palembang untuk dapat memberikan
Maka peneliti berasumsi pada saat pasien pelatihan khusus mengenai
yang datang dengan kegawatdaruratan kegawatdaruratan bagi perawatperawat
khususnya pasien jantung koroner khususnya perawat IGD sehingga waktu
mendapatkan penangan yang tepat. Karena jika tanggap perawat menjadi lebih cepat dan
tidak akan mengancam jiwa pasien terlebih lagi tepat, yang akhirnya nyawa pasien
jika saat serangan terjadi dan hal ini dapat menjadi terselamatkan.
mengakibatkan kondisi menjadi semakin buruk
bahkan dapat mengakibatkan kematian.

DAFTAR PUSTAKA
Citrakesumasari. 2012. Anemia Gizi Masalah dan Pencegahannya. Yogyakarta: Kaliaka.
Depkes RI. 2007. Pedoman Surveilans Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah. Departemen
Kesehatan RI: Jakarta.
Depkes RI. 2010. Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Haryatun, Nunuk & Sudaryanto. 2008. Perbedaan Waktu Tanggap Tindakan Keperawatan
Pasien Cedera Kepala Kategori I-V Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr. Moewardi. Jurnal
Berita Ilmu Keperawatan.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2009. StandarInstalasi Gawat Darurat (IGD)
Rumah Sakit. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Kelmanutu, L. S., Sidin, A. I., & Maidin, A. 2013. Saredimensi Mutu Pelayanan Pada Unit Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Daerah Karel Sadsuitubun Langgur Kabupaten Maluku Tenggara
Tahun 2013. Maluku Tenggara. http://repository.unhas.ac.id/bitstream/han
dle/123456789/5601/Jurnal%20Bu%20Lev ina.pdf;sequence=1.
Maatilu, V., Mulyadi, N., & Malara, R. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Response
Time Perawat pada Penanganan Pasien Gawat Darurat di IGD RSUP Prof. Dr. RD Kandou
Manado. Jurnal Keperawatan, 2(2).
Mahyawati dan Widaryati. 2015. Hubungan Kegawatdaruratan Pasien Dengan Waktu Tanggap
Perawat di IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Skripsi, Program Studi Ners, STIKES
Aisyiah Yogyakarta.
Musliha. 2010. Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta: Nuha Medikal.
Noor. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Response Time Pada Penanganan Pasien
Instalasi Gawat Darurat RSUP Persahabatan. Tidak Dipublikasikan.
Rahil, Nazwar Hamdani. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Lama Waktu Tanggap
Perawat pada Penanganan Asma di Instalasi Gawat Darurat RSUD Panembahan Senopati
Bantul. Jurnal Respati Yogyakarta.
Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang. 2015. Medical Record Rumah Sakit Islam Siti
Khadijah Palembang. Palembang.
Sabriyanti. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Ketepatan Waktu Tanggap
Penanganan Kasus pada Response Time I di Instalasi Gawat Darurat Bedah dan Non-
Bedah RSUP DR.Wahidi Sudirohusodo. Jurnal Universitas Hasanudin. http://
pasca.unhas.ac.id (Diakses tanggal 28 Februari 2014).
Setyawan, Heru. 2015. Gambaran Pengetahuan Peran Perawat dalam Ketepatan Waktu
Tanggap Penanganan Kasus Gawat Darurat di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum
Daerah Karanganyar. Skripsi, Program Studi S-1 Stikes Kusuma Husada, Surakarta.
World Health Organization. 2008. The Top Ten Causes of Death.
http://www.who.int/mediacentre/factsheets /fs310_2008.pdf (Diakses pada 17 Maret
2010).
Zahrawardani, D., Herlambang, K. S., & Anggraheny, H. D. 2012. Analisis Faktor Risiko Kejadian
Penyakit Jantung Koroner di RSUP Dr Kariadi Semarang. Jurnal Kedokteran
Muhammadiyah, 1(3).

Anda mungkin juga menyukai