Anda di halaman 1dari 15

ARTIKEL ILMIAH PUBLIKASI

GAMBARAN PENGETAHUAN PERAWAT PUBLIC SAFETY CENTER


(PSC) KABUPATEN BANYUMAS TERHADAP RESUSITASI
JANTUNG PARU PADA ORANG DEWASA

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian syarat Mencapai Derajat Sarjana

WIJI PANGESTU
1611020162

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2020
GAMBARAN PENGETAHUAN PERAWAT PUBLIC SAFETY CENTER
(PSC) KABUPATEN BANYUMAS TERHADAP RESUSITASI
JANTUNG PARU PADA ORANG DEWASA
Wiji Pangestu1 Endiyono2

ABSTRAK

Latar Belakang : Henti jantung merupakan salah satu keadaan gawat darurat yang dapat
terjadi secara tiba-tiba, sehingga harus mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat.
Pertolongan yang tepat dalam menangani kasus kegawatdaruratan dalam hal ini yaitu
tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP). Resusitasi Jantung Paru (RJP) adalah sekumpulan
intervensi yang bertujuan untuk mengembalikan dan mempertahankan fungsi vital organ pada
korban henti jantung dan henti nafas. Intervensi ini terdiri dari pemberian kompresi dada dan
bantuan nafas.

Tujuan : Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Perawat Public Safety Center (PSC)
tentang Resusitasi Jantung Paru pada orang dewasa.

Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif melalui


pendekatan cross-sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling
dengan jumlah sampel 35 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia 31-40 tahun
sebanyak (48,5%). Jenis kelamin sebagian besar perempuan sebanyak 24 orang (68,5%),
Pendidikan terakhir yang paling banyak adalah Diploma Keperawatan sebanyak 25 orang
(71,4%). Tingkat pengetahuan perawat tentang Resusitasi Jantung Paru sebanyak 10 orang
(28,5%) adalah kurang, 22 orang (62,8%) adalah cukup, 3 orang (8,5%) adalah baik.

Kesimpulan : Tingkat pengetahuan perawat public safety center sebagian besar dalam
kategori sedang.

Kata Kunci : Pengetahuan, Perawat, Henti Jantung, Resusitasi Jantung Paru.

1. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UMP.


2. Staf Pengajar Fakultas Ilmu Kesehatan UMP.
Description of Knowledge of Public Safety Center (PSC) Nurses Banyumas District about
Cardiopulmonary Resusitation in Adults

Wiji Pangestu1 Endiyono2

ABSTRACT

Backround : Cardiac arrest is one of the emergencies that can occur suddenly, so it must get
a fast and appropriate treatment. Appropriate help in handling emergency cases in this case
is the action of Pulmonary Resuscitation (RJP). Pulmonary Resuscitation (CPR) is a
collection of interventions aimed at restoring and maintaining vital organ function in victims
of cardiac arrest and respiratory arrest. This intervention consisted of giving chest
compression and breathing assistance.
Objective : To find out the Public Safety Center (PSC) Nurse Knowledge Description about
Cardiopulmonary Resuscitation in adults.
Research Methodology : This study uses a quantitative descriptive method through a cross-
sectional approach. The sampling technique uses total sampling with a sample size of 35
respondents who fit the inclusion and exclusion criteria.
Results : The results showed that the majority of respondents aged 31-40 years were
(48.5%). Most of the sexes are female as many as 24 people (68.5%), the most recent
education is the Nursing Diploma as many as 25 people (71.4%). The level of knowledge of
nurses about Cardiopulmonary Resuscitation as many as 10 people (28.5%) is lacking, 22
people (62.8%) are sufficient, 3 people (8.5%) are good.
Conclusion : The level of knowledge of public safety center nurses is mostly in the moderate
category.
Keywords :Knowledge,Nurse, Cardiac Arrest, Cardiopulmonary Resusitation

1. Student of Nursing Study Program Faculty of Health Sciences UMP.


2. Faculty of Health Sciences UMP Teaching Staff.
PENDAHULUAN

Henti jantung merupakan salah satu keadaan gawat darurat yang dapat terjadi
secara tiba-tiba, sehingga harus mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Henti
jantung dapat menyebabkan kurangnya distribusi oksigen di sel tubuh termasuk otak dan
dapat menyebabkan kerusakan sel jika tidak ditangani dengan tepat. Henti jantung tidak
hanya terjadi diluar rumah sakit, tetapi juga dapat terjadi di rumah sakit (Turangan, et al
2017).
Menurut Hardisman (2014), henti jantung atau cardiac arrest merupakan keadaan
dimana terjadinya penghentian mendadak sirkulasi normal darah ditandai dengan
menghilangnya tekanan darah arteri. Henti jantung dapat mengakibatkan asistol, fibrilasi
ventrikel dan takikardia ventrikel tanpa nadi.
Pertolongan yang tepat dalam menangani kasus kegawatdaruratan dalam hal ini
yaitu cardiac arrest adalah Basic Life Support atau yang dikenal dengan Bantuan Hidup
Dasar (BHD). Cardio Pulmonary Resusitation (CPR) atau yang biasa disebut Resusitasi
Jantung Paru (RJP) adalah sekumpulan intervensi yang bertujuan untuk mengembalikan
dan mempertahankan fungsi vital organ pada korban henti jantung dan henti nafas.
Intervensi ini terdiri dari pemberian kompresi dada dan bantuan nafas (Hardisman,
2014).
Menurut AHA 2010, henti jantung di rumah sakit sebanyak 3-6 orang/1000
kejadian (Travers et al., 2010). Di Indonesia, angka kejadian henti jantung berkisar 10
dari 10.000 orang yang berusia di bawah 35 tahun dan setiap tahunnya dapat mencapai
300.000-350.000 kejadian (Indonesian Heart Association, dikutip dalam Turangan et al
2017).

Prehospital merupakan pelayanan yang dilakukan oleh perawat ambulans di luar


rumah sakit pada keadaan gawat darurat baik trauma maupun non trauma (Pitt &
Pusponegoro, 2005). Pelayanan prehospital berpusat di Rumah Sakit dengan sistem
hospital based. Pelayanan prehospital akan diberikan setelah ada informasi yang diterima
oleh operator yang ada di Rumah Sakit. Pusat komunikasi ini berada di IGD Rumah
Sakit (Lieser & Alexis, 2009). Pelayanan ambulans tidak bisa dipisahkan dari
kemampuan petugas ambulans. Petugas ambulans adalah perawat ambulans yang
memberikan penanganan di luar Rumah Sakit.
Peningkatan kebutuhan akan pelayanan ambulans dari masyarakat, menuntut
perawat memiliki kompetensi yang cukup untuk melakukan tindakan dalam memberikan
pelayanan (Svensson & Fridlund, 2008). Proses pengkajian yang dilakukan secara
sistematis yang dimulai dari memeriksa kesadaran, melakukan RJP dan tindakan
defibrilasi harus dilakukan secara cepat (J herlitz et al, 2003).
Perawat ambulans yang memberikan tindakan di prehospital sangat dipengaruhi
oleh kemampuan keterampilan. Perawat ambulans perlu meningkatkan kemampuan
kompetensi dengan pelaksanaan pelatihan, pendidikan dan berinterkasi dengan kasus
gawat darurat untuk meningkatkan pengalaman (Andrayani, 2014). Faktor dari dalam
yang berpengaruh adalah pengalaman, kesadaran, percaya diri, dan pilihan dalam
menggunakan protokol yang berlaku. Kondisi pasien gawat darurat yang terjadi sering
menimbulkan keraguan, panik dan kurang percaya diri saat memberikan tindakan. Panik
dan tidak percaya diri mempengaruhi keterlamabatan dalam pengambilan keputusan
melakukan rasa percaya pada tim tindakan (Tintinalli et al, 2010).
Dengan adanya peningkatan kasus gawat darurat setiap tahunnya termasuk
kegawatdaruratan system kardiovaskuler dan tuntutan masyarakat akan mutu layanan
maka pelayanan gawat darurat oleh perawat sebagai pelaksana pelayanan kesehatan
dalam penanganan kegawatdaruratan ini sangat penting untuk ditingkatkan dimana
tujuan utama pada pertolongan emergency adalah untuk memberikan asuhan yang akan
menguntungkan pasien tersebut sebelum mereka menerima perawatan definitive.
Dari uraian tersebut peneliti merasa tertarik untuk mengetahui lebih lanjut
penelitian saat ini dengan judul “ Gambaran Pengetahuan Perawat Public Safety Center
(PSC) Banyumas Terhadap Resusitasi Jantung Paru pada Orang Dewasa.

METODE PENELITIAN

Desain metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian
kuantitatif berupa deskriptif dengan metode cross-sectional (potong lintang). Penelitian
dilakukan pada bulan Oktober-November 2019. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas I
Sokaraja, Puskesmas II Sokaraja, Puskesmas Kalibagor dan Public Safety Center (PSC)
Banyumas. Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh perawat PSC yang berjumlah 35
orang. Teknik Sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling Total
sampling dipilih sebagai teknik sampling pada penelitian ini karena jumlah populasi pada
penelitian ini kurang dari 100 sehingga seluruh populasi dijadikan sampel penelitian
seluruhnya, jumlah sampel yang diambil sebanyak 35 perawat. Uji statistic yang digunakan
menggunakan uji analisis univariat.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
1. Karakteristik Responden
Berikut adalah paparan dari hasil penelitian yang didapatkan oleh peneliti:
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden

Karakteristik Jumlah (n) Persentase (%)

Jenis Kelamin
Laki-laki 11 31,4%
Perempuan 24 68,6%
Total 35 100%
Usia
20-30 tahun 13 37,1%
31-40 tahun 17 48,6%
41-50 tahun 4 11,4%
51-60 tahun 1 2,9%
Total 35 100%
Lama Bekerja
< 5 tahun 14 40%
5-10 tahun 8 22,9%
> 10 tahun 13 37,1%
Total 35 100%

Pendidikan Terakhir
Diploma Keperawatan 25 71,4%
Sarjana Keperawatan 4 11,4%
Ners 6 17.2%
Total 35 100%

Sertifikat Yang Dimiliki


BLS 1 2,9%
BTCLS 33 94,2%
BLS dan BTCLS 1 2,9%
Total 35 100%

Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah


perempuan sebanyak 24 orang (68,6%). Usia sebagian besar responden 31-40 tahun
sebanyak 17 orang (48,6). Lama bekerja sebagian besar responden >5 tahun
sebanyak 14 orang (40%). Pendidikan terakhir sebagian besar responden adalah
Diploma Keperawatan sebanyak 25 orang (71,4%). Sertifikat pelatihan sebagian
besar responden yaitu BTCLS sebanyak 33 orang (94,2%).

2. Pengetahuan Perawat tentang Resusitasi Jantung Paru


Tabel 4.2 Tingkat Pengetahuan Perawat

Tingkat Pengetahuan f (n) Presentase (%)

Kurang 10 28,6%
Cukup 22 62,8%
Baik 3 8,6%
Total 35 100%

Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden


memiliki pengetahuan cukup sebanyak 22 orang (62,8%).

B. Pembahasan
1. Karakteristik Responden
a) Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar dari responden berjenis kelamin
perempuan sebanyak 24 orang (68,6%). Hal tersebut disebabkan karena
jumlah perawat yang bekerja di Puskesmas lebih banyak perempuan daripada
laki-laki. Sejauh ini masih belum adanya penilitian yang pasti tentang
hubungan jenis kelamin dengan pengetahuan perawat dalam memberikan
resusitasi jantung paru, akan tetapi dalam pemberian RJP, laki-laki selalu bias
diandalkan daripada perempuan. Laki-laki memiliki kemampuan yang lebih
baik dalam menghasilkan depth pada tingkatan RJP dan memiliki
kecenderungan lebih banyak untuk menghasilkan depth dalam rentang 5-6 cm.
b) Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Hasil distribusi berdasarkan usia responden dapat diketahui bahwa usia 20-30
tahun sebanyak 13 responden atau 37,1%, usia 31-40 tahun sebanyak 17
responden atau 48,6%, usia 41-50 tahun sebanyak 4 responden atau 11,4% dan
usia 50-60 tahun sebanyak 1 responden atau 2,9%. Usia terbanyak responden
berada pada rentang usia 31-40 tahun, berjumlah 17 orang (48,6%). Hal ini
juga sejalan dengan teori Potter & Perry dalam Hutapea 2012 yang
mengatakan bahwa seseorang yang berada pada kategori usia dewasa awal
masih belum mengalami perubahan kognitif. Seseorang yang berada pada
masa dewasa awal sangat mampu menerima atau mempelajari hal baru &
semakin muda seseorang, kemampuan untuk mengingat akan semakin baik
(Potter & Perry, dikutip dalam Hutapea, 2012).
c) Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Hasil distribusi berdasarkan lama bekerja dapat diketahui bahwa dengan
pengalaman kerja >5 tahun sebanyak 14 responden atau 40%, pengalaman
kerja antara 5-10 tahun sebanyak 8 responden atau 22,9%, dan pengalaman
bekerja selama > 10 tahun sebanyak 13 responden atau 37,1%. Maka dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar responden penelitian dengan lama bekerja
>5 tahun yaitu sebanyak 14 responden atau 40%. Lama kerja perawat akan
mempengaruhi kinerja seseorang perawat itu sendiri. Pengalaman akan
memberikan wawasan dan keterampilan baru bagi perawat dalam
memecahkan suatu kasus yang baru. Melalui pengalaman bekerja, diharapkan
adanya peningkatan pengetahuan dan perilaku yang dapat menimbulkan
peningkatan kinerja dalam melakukan asuhan keperawatan (Faizan Dalam
Rosmalinda,2012).
d) Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian sebelumnya, bahwa responden
terbanyak, tingkat pendidikannya adalah diploma keperawatan (Turangan,
Kumaat dan Malara, 2017). Pada hasil penelitian ini, tingkat pendidikan
terbanyak dari responden adalah diploma keperawatan (DIII) sebanyak 25
orang (71,4%) lalu tingkat pendidikan terbanyak kedua adalah ners 6 orang
(17,1%). Salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah
pendidikan. Menurut Malino, semakin tinggi pendidikan, maka seseorang akan
lebih mudah dalam menerima hal baru, maka semakin cepat seseorang itu
dalam menambah pengetahuan (Malino, dikutip dalam Lestari, 2015).
e) Karakteristik Responden Berdasarkan Sertifikat
Dari hasil penelitian, seluruh responden yang bekerja di Puskesmas I Sokaraja,
Puskesmas II Sokaraja, Puskesmas Kalibagor dan Public Safety Center sudah
pernah mengikuti pelatihan dan sertifikat pelatihan terbanyak yang dimiliki
oleh responden adalah BTCLS. Hal ini juga serupa dengan penelitian
sebelumnya bahwa sebagian besar responden telah mengikuti pelatihan dasar.
Pelatihan merupakan bagian dari pengembangan sumber daya manusia yang
bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan seseorang
(Turangan, Kumaat dan Malara, 2017). BTCLS adalah salah satu kompetensi
yang harus dimiliki oleh seorang perawat ketika menghadapi seseorang dalam
keadaan gawat darurat. Oleh sebab itu, seorang perawat memang diharuskan
memiliki sertifikat tentang penanganan kegawatdaruratan (PPNI, dikutip
dalam Sutono, Ratnawati dan Suharsono, 2015).
f) Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti, sebagian besar responden
sudah memiliki pengetahuan yang cukup sebanyak 22 orang (62,8%) tentang
Resusitasi Jantung Paru. Meskipun demikian, masih ada responden yang
memiliki pengetahuan yang kurang 10 orang (28,5%) dan yang baik sebanyak
3 orang (8,5%). Hal ini mungkin saja disebabkan oleh berbagai macam factor.
Bisa saja orang tersebut kurang memahami dengan pertanyaan yang diberikan
dan tidak tahu tentang materi tersebut (Notoadmodjo, 2010). Perawat yang
bertugas di ruangan termasuk dalam tingkat pengetahuan memahami
(Comprehention).Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat mengintepretasikan
materi tersebut secara benar.Orang yang telah paham terhadap objek atau
materi dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan suatu objek
yang dipelajari.

Cara seseorang untuk mendapatkan pengetahuan tidak hanya melalui


pendidikan formal. Pengetahuan yang didapatkan responden bias saja berasal
dari berbagai sumber, seperti buku, media massa dan pelatihan. Informasi dari
berbagai sumber tersebut dapat memberikan landasan kognitif baru untuk
terbentuknya pengetahuan sehingga hal tersebut juga dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang (Notoadmodjo, 2007)

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Noor
Khaliati. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa tingkat pengetahuan
perawat mengenai RJP sesuai dengan pedoman AHA 2015 adalah baik 14
orang (50%), cukup 9 orang (32,1%) kurang 4 orang (14,3%).
KESIMPULAN
Responden sebagian besar berjenis kelamin perempuan dengan jumlah responden sebanyak
24 orang (68,5%). Responden berdasarkan usia terbanyak berada pada rentang usia 20-25
tahun sebanyak 17 orang (48,6%). Sertifikat pelatihan yang paling banyak dimiliki responden
adalah BTCLS sebanyak 33 orang (94,2%). Dan tingkat pengetahuan perawat tentang
Resusitasi Jantung Paru sebanyak 10 orang (28,5%) adalah kurang, 22 orang (62,8%) adalah
cukup, dan 3 orang (8,5%) adalah baik.

DAFTAR PUSTAKA

A. Purwadianto, B. Sampurna. 2000. Kedaruratan Medik. Edisi Revisi. Jakarta : Penerbit


Bina Rupa Aksara. p.122-6.

Aan Komariah dan Djam’an Satori. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung:


Alfabeta.

Andrayani, W.L. 2014. Pengalaman perawat melaksanakan Chain of Survival dalam


penanganan henti jantung di IGD RSUP NTB Studi fenomenologi.Program studi
magister keperawatan peminatan gawat darurat.Unibersitas brawijaya; Malang.

Andrew, H. Travers (2010). CPR American heart Association Guidelines For Cardiopulmonary
Resusitation and Emergency Cardiovascular Care Circulation, 2010, California

Alas S, Mozaffarian D, Roger V, Benjamin E, Berry J, Borden W et al. (2013). Heart disease and stroke
statistics – 2013 Update.Circulation AHA Journal. DOI:10.1161/CIR.0b013e31828124ad

AHA. (2010). Heart disease & stroke statistics – 2010 Update. Dallar, Texas: American Heart
Association

American Heart Association, 2010.Heart Disease and Stroke Statistics_2010.Update: A


Report From the American Heart Association.

American Heart Asosiation. 2015. Fokus Utama Pembaruan Pedoman American Heart
Asociation untuk CPR dan ECC. Guildelines.

Aryono, D.et al. (2011).BT&CLS (Basic Trauma Life Support & Basic Cardiac Life
Support). Jakarta: Yayasan Ambulans gawat Darurat 118

Cuwin. 2009. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya.Yogyakarta: Nuha Medika


Chen S, Li W, Zhang Z, Min H, Li H, Wang H,(2015) Evaluating the Quality of
Cardiopulmonary Resuscitation in the Emergency Department by Real-Time Video
Recording System. PLoS ONE 10(10): e0139825. doi:10.1371/journal.

Darwanti, et al, (2019).Tingkat Pengetahuan dan Keikutsertaan Pelatihan CPR Perawat


dengan Penanganan Dasar Pasien Henti Jantung Berdasarkan Guidlines AHA 2015.
Jurnal Gawat Darurat, 1(1), 39-44.

Dede dkk.(2014). Jurnal Gambaran Pengetahuan Dan Pelaksanaan Bantuan Hidup Dasar
Perawat Gawat Darurat Di Instalasi gawat darurat (IGD)RSUD.Labuang Beji
Makassar.

Dewi, A.R. (2015). Pengaruh Pelatihan Resusitasi Jantung Paru terhadap Pengetahuan dan
Keterampilan Siswa di SMA Negeri 2 Sleman
Yogyakarta(http://opac.say.ac.id/6/1/AgustinRetnoDewi-NASKAHPUBLIKASI-
Perawat-2015.pdf/ diakses tanggal 13 September 2019 pukul 19.45 WIB)

E. Pitt & Pusponegoro. A. (2005, 22 Februari).Prehospital Care in Indonesia.Emergency


Medical Journal. Diakses tanggal 16 September 2019 pukul 15:00 WIB
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15662073

Fikriana, R dan Al-Afik (2016).Faktor–Faktor Yang Berhubungan Dengan Tercapainya


High Quality CPR Pada Peserta Basic Life Support Training, PISSN: 2086-3071, E-
ISSN: 2443-0900, Vol.7, No. 2, hal.118–125.

Handley, AJ., Handley, SA., 2013. Inproving CPR performance using an audible ffedback
system suitablefor incorporation into an automated external defibrillator.
Resuscitation. 2003; 57:57-62

Hardisman.dr, 2014.Gawat Darurat Medis Praktis. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Hazinski MF, Singletary EM, Wyckoff MH and the AHA Guidelines Highlights Project
Team. (2015). Highlights of the 2015 American Heart Association Guidelines Update
for CPR and ECC. American Heart Association

Herlitz J et al (2003, Jan) Factors associated with survival to hospital discharge among
patients hospitalised alive after out of hospital cardiac arrest: change in outcome
over 20 years in the community of Göteborg, Sweden. Diakses tanggal 16 September
2019 pukul 20:00 WIB
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12482785

Hidayat. 2008. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisa Data.Jakarta : Salemba Medika
Hidayat, A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik. Analisis Data. Jakarta:
Salemba Medika.

Hitt, Ema. 2010.AHA Guidelines: The ABCs of CPR Rearranged to "CAB". New York
https://www.medscape.org/viewarticle/731231

Hutapea, E. (2012). Gambaran Tingkat Pengetahuan Polisi Lalu Lintas Tentang Bantuan
Hidup Dasar (BHD) Di Kota Depok.Skripsi tidak dipublikasi, Universitas Indonesia,
Depok, Indonesia.

Jacobs, et al. 2004.Cardiac arrest and cardiopulmonary resuscitation outcome reports:


update and simplification of the Utstein templates for resuscitation registries. A
statement for healthcare professionals from a task force of the international liaison
committee on resuscitation (American Heart Association, European Resuscitation
Council, Australian Resuscitation Council, New Zealand Resuscitation Council, Heart
and Stroke Foundation of Canada, Inter American Heart Foundation, Resuscitation
Council of Southern Africa).Resuscitation, 63, 233- 249.

Juliana, dkk 2018.Gambaran Pengetahuan Perawat Dalam Melakukan Bantuan Hidup


Dasar (BHD) Diruangan Intensive Care Unit (ICU) RSUD Dr Pringadi Medan.
Jurnal Online Keperawatan Indonesia Desember 2018, Vol.1 No.2

Kementerian Kesehatan RI.Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta. Kementerian


Kesehatan RI. 2013

Kementerian Kesehatan RI.Riset Kesehatan Dasar 2016. Jakarta. Kementerian


Kesehatan RI. 2016

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.2001.Tentang Registrasi dan Izin Kerja


Perawat Gigi. Dikutip dari
http://dinkes.surabaya.go.id/portal/files/kepmenkes/KepMenKes%20No.
%201392%20Tahun%202001%20tetang%20Perawat_Gigi.pdf

Khalilati., et. al. 2017.Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat dengan Ketepatan Kompresi
Dada dan Ventilasi Menurut AHA Guideline 2015 di Ruang Perawatan Intensif
RSUD Dr. H. Moch.Antasari Saleh Banjarmasin, Vol. 8 No. 1, Juli 2017. Skripsi
dipublikasi

Kusnanto.(2004). Pengantar Profesi Dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC.

Lieser & Alexis. 2009. Perspective on Emergency Medical Services in Bali. Western Journal
of Emergency Medicine. Department of Emergency Medicine: UC Irvine.
Linda Widyarani. 2017. Analisis Pengaruh Pelatihan Resusitasi Jantung Paru RJP Dewasa
terhadap Retensi Pengetahuan dan Ketrampilan RJP pada Mahasiswa Keperawatan
di Yogyakarta, Vol 12, No. 3. Skripsi dipublikasi.

Mohammad Reza. 2018. Basic Life Support awareness among resident doctors, medical
students, nursing experts, health care providers, and their assistants in Southwest
Iran. Medical Studies/Studia Medyczne 2018; 34/3

Mostofa A. Abolfotouh. 2017. Impact of basic life-support training on the attitudes of health-
care workers toward cardiopulmonary resuscitation and defibrillation. BMC Health
Services Research (2017) 17:674

Mubin, dan Cahyadi, A. (2006). Psikologi Perkembangan. Ciputat; Quantum Teaching

Notoatmojo.(2005). Metodelogi Penelitian Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo.(2007)Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta. Rineka


Cipta.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo,S.2012.Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam & Efendi, F (2008). Pendidikan Dalam Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika.

Panacea, Tim Bantuan Medis.2013.Basic Life Support.Jakarta : EGC.

Perki.(2013). Penanggulangan Kegawatdaruratan pada Pasien Henti Jantung.Jakarta: Perki

Pieter, H.Z. & Lubis,N.L. 2010. Pengantar Psikologi Dalam Keperawatan. Jakarta:
Kencana.

Pitt, E., & Pusponegoro, A. (2005).Prehospital care in Indonesia.Emergency MedicineJournal :


EMJ, 22 (2), 144.

Potter PA& Perry AG. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan
Praktik Edisi 4, Jakarta: EGC.

Potter and Perry. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice.Edisi 7.Vol.
3.Jakarta : EGC

Rajab Taufiek, Pozner Charles N, Conrad Claudius, Cohn Lawrence, Schmitto Jan D. (2011).
Technique for chest compressions in adult CPR.World Journal Emergency Surgery.6 : 41
Riset Kesehatan Dasar. 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

Riset Kesehatan Dasar. 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

Sartono,H., Masudik., Suhaeni, Ade Eneh. 2014. Basic Trauma Cardiac Life Support.
Bekasi: Gadar Medik

Saryono.(2010). Metodologi Penelitian Kesehatan Penuntun Praktis Bagi


Pemula.Yogyakarta: Mitra Cendekia.

Shrestha R, Ranabhat SR, Tiwari M (2012). Histopathologic analysis of appendectomy


specimens.Journal of Pathology of Nepal. 2, pp: 215-219.
Spradley, James P. 1997. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan


R&D. Bandung: Alfabeta.

Sutono, Ratnawati R dan Suharsono T 2015.Perbedaan nilai kompresi dada dan ventilasi
pada pelatihan resusitasi jantung paru mahasiswa s1 keperawatan dengan umpan
balik instruktur, audiovisual dan kombinasi di Yogyakarta.Jurnal Ilmu Keperawatan,
Vol.3, No.2, hal.183–197.

Svensson, A.,&Fridlund, B. 2008 Experiences of and actions towards worries among


ambulance nurses in their professional life: A critical incident study. International
Emergency Nursing; 16: 35-42.

Tintinalli JE et al. 2010. Emergency medicine: a comprehensive study guide. New


York: McGraw-Hill Companies

Toni Suharsono, Sutono., Ratnawati, R., (2015) Perbedaan Nilai Kompresi Dada Dan
Ventilasi Pada Pelatihan Resusitasi Jantung Paru Mahasiswa S1 Keperawatan
Dengan Umpan Balik Instruktur, Audiovisual Dan Kombinasi Di Yogyakarta. Jurnal
Ilmu Keperawatan, Vol: 3, No. 2, November 2015

Torpy JM. (2010). Cardiopulmonary Resuscitation.The Journal of the American medical


association. Vol 304 (13)

Travers et al (2015, November 3). CPR overview: 2010 American Heart Association
Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care.
Vol: 132. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20956220
Turangan dan Malara R 2017.Faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan perawat
dalam menghadapi cardiac arrest di RSUP Prof. R. D. Kandou Manado.E-Journal
Keperawatan (E-Kp), Vol.5, No.1, hal.1–8.

Umi, Nur Hasanah., Nurhayati, Yeti., Fitriana, Nur Rufaida.2015. Hubungan Tingkat
Pengetahuan Dengan Keterampilan Perawat Dalam Melakukan Tindakan Bantuan
Hidup Dasar (BHD) Di RSUD Kabupaten Karanganyar.Keperawatan STIKes
Kusuma Husada Surakarta.

Upton, P., 2012, Psikologi Perkembangan. Jakarta: Penerbit Erlangga

Vadeboncoeur, T.,Stolz U, Panchal A, Silver A., Venuti,M., Tobin,J., Smith,G.,


Nunez, M.,Karamooz,M., Spaite,D., Bobrow, B. 2014 Chest compression depth
and survival in out of hospital cardiac arrest. Resuscitation, 85 : 182-183

Wardah, Febrina, Dewi. (2017). Pengaruh Pengetahuan Perawat Dalam Pemenuhan


Perawatan Spiritual Pasien Di Ruang Intensif.Jurnal Edurance, Vol 2 No 3.

Wawan A. & M. Dewi, 2011.Teori Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Prilaku Manusia.
Yogyakarta: Nuha Medika.

World Health Organization. 2014. World Health Statistic 2014. Geneva: WHO.

Anda mungkin juga menyukai