SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian syarat Mencapai Derajat Sarjana
WIJI PANGESTU
1611020162
ABSTRAK
Latar Belakang : Henti jantung merupakan salah satu keadaan gawat darurat yang dapat
terjadi secara tiba-tiba, sehingga harus mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat.
Pertolongan yang tepat dalam menangani kasus kegawatdaruratan dalam hal ini yaitu
tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP). Resusitasi Jantung Paru (RJP) adalah sekumpulan
intervensi yang bertujuan untuk mengembalikan dan mempertahankan fungsi vital organ pada
korban henti jantung dan henti nafas. Intervensi ini terdiri dari pemberian kompresi dada dan
bantuan nafas.
Tujuan : Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Perawat Public Safety Center (PSC)
tentang Resusitasi Jantung Paru pada orang dewasa.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia 31-40 tahun
sebanyak (48,5%). Jenis kelamin sebagian besar perempuan sebanyak 24 orang (68,5%),
Pendidikan terakhir yang paling banyak adalah Diploma Keperawatan sebanyak 25 orang
(71,4%). Tingkat pengetahuan perawat tentang Resusitasi Jantung Paru sebanyak 10 orang
(28,5%) adalah kurang, 22 orang (62,8%) adalah cukup, 3 orang (8,5%) adalah baik.
Kesimpulan : Tingkat pengetahuan perawat public safety center sebagian besar dalam
kategori sedang.
ABSTRACT
Backround : Cardiac arrest is one of the emergencies that can occur suddenly, so it must get
a fast and appropriate treatment. Appropriate help in handling emergency cases in this case
is the action of Pulmonary Resuscitation (RJP). Pulmonary Resuscitation (CPR) is a
collection of interventions aimed at restoring and maintaining vital organ function in victims
of cardiac arrest and respiratory arrest. This intervention consisted of giving chest
compression and breathing assistance.
Objective : To find out the Public Safety Center (PSC) Nurse Knowledge Description about
Cardiopulmonary Resuscitation in adults.
Research Methodology : This study uses a quantitative descriptive method through a cross-
sectional approach. The sampling technique uses total sampling with a sample size of 35
respondents who fit the inclusion and exclusion criteria.
Results : The results showed that the majority of respondents aged 31-40 years were
(48.5%). Most of the sexes are female as many as 24 people (68.5%), the most recent
education is the Nursing Diploma as many as 25 people (71.4%). The level of knowledge of
nurses about Cardiopulmonary Resuscitation as many as 10 people (28.5%) is lacking, 22
people (62.8%) are sufficient, 3 people (8.5%) are good.
Conclusion : The level of knowledge of public safety center nurses is mostly in the moderate
category.
Keywords :Knowledge,Nurse, Cardiac Arrest, Cardiopulmonary Resusitation
Henti jantung merupakan salah satu keadaan gawat darurat yang dapat terjadi
secara tiba-tiba, sehingga harus mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Henti
jantung dapat menyebabkan kurangnya distribusi oksigen di sel tubuh termasuk otak dan
dapat menyebabkan kerusakan sel jika tidak ditangani dengan tepat. Henti jantung tidak
hanya terjadi diluar rumah sakit, tetapi juga dapat terjadi di rumah sakit (Turangan, et al
2017).
Menurut Hardisman (2014), henti jantung atau cardiac arrest merupakan keadaan
dimana terjadinya penghentian mendadak sirkulasi normal darah ditandai dengan
menghilangnya tekanan darah arteri. Henti jantung dapat mengakibatkan asistol, fibrilasi
ventrikel dan takikardia ventrikel tanpa nadi.
Pertolongan yang tepat dalam menangani kasus kegawatdaruratan dalam hal ini
yaitu cardiac arrest adalah Basic Life Support atau yang dikenal dengan Bantuan Hidup
Dasar (BHD). Cardio Pulmonary Resusitation (CPR) atau yang biasa disebut Resusitasi
Jantung Paru (RJP) adalah sekumpulan intervensi yang bertujuan untuk mengembalikan
dan mempertahankan fungsi vital organ pada korban henti jantung dan henti nafas.
Intervensi ini terdiri dari pemberian kompresi dada dan bantuan nafas (Hardisman,
2014).
Menurut AHA 2010, henti jantung di rumah sakit sebanyak 3-6 orang/1000
kejadian (Travers et al., 2010). Di Indonesia, angka kejadian henti jantung berkisar 10
dari 10.000 orang yang berusia di bawah 35 tahun dan setiap tahunnya dapat mencapai
300.000-350.000 kejadian (Indonesian Heart Association, dikutip dalam Turangan et al
2017).
METODE PENELITIAN
Desain metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian
kuantitatif berupa deskriptif dengan metode cross-sectional (potong lintang). Penelitian
dilakukan pada bulan Oktober-November 2019. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas I
Sokaraja, Puskesmas II Sokaraja, Puskesmas Kalibagor dan Public Safety Center (PSC)
Banyumas. Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh perawat PSC yang berjumlah 35
orang. Teknik Sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling Total
sampling dipilih sebagai teknik sampling pada penelitian ini karena jumlah populasi pada
penelitian ini kurang dari 100 sehingga seluruh populasi dijadikan sampel penelitian
seluruhnya, jumlah sampel yang diambil sebanyak 35 perawat. Uji statistic yang digunakan
menggunakan uji analisis univariat.
Jenis Kelamin
Laki-laki 11 31,4%
Perempuan 24 68,6%
Total 35 100%
Usia
20-30 tahun 13 37,1%
31-40 tahun 17 48,6%
41-50 tahun 4 11,4%
51-60 tahun 1 2,9%
Total 35 100%
Lama Bekerja
< 5 tahun 14 40%
5-10 tahun 8 22,9%
> 10 tahun 13 37,1%
Total 35 100%
Pendidikan Terakhir
Diploma Keperawatan 25 71,4%
Sarjana Keperawatan 4 11,4%
Ners 6 17.2%
Total 35 100%
Kurang 10 28,6%
Cukup 22 62,8%
Baik 3 8,6%
Total 35 100%
B. Pembahasan
1. Karakteristik Responden
a) Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar dari responden berjenis kelamin
perempuan sebanyak 24 orang (68,6%). Hal tersebut disebabkan karena
jumlah perawat yang bekerja di Puskesmas lebih banyak perempuan daripada
laki-laki. Sejauh ini masih belum adanya penilitian yang pasti tentang
hubungan jenis kelamin dengan pengetahuan perawat dalam memberikan
resusitasi jantung paru, akan tetapi dalam pemberian RJP, laki-laki selalu bias
diandalkan daripada perempuan. Laki-laki memiliki kemampuan yang lebih
baik dalam menghasilkan depth pada tingkatan RJP dan memiliki
kecenderungan lebih banyak untuk menghasilkan depth dalam rentang 5-6 cm.
b) Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Hasil distribusi berdasarkan usia responden dapat diketahui bahwa usia 20-30
tahun sebanyak 13 responden atau 37,1%, usia 31-40 tahun sebanyak 17
responden atau 48,6%, usia 41-50 tahun sebanyak 4 responden atau 11,4% dan
usia 50-60 tahun sebanyak 1 responden atau 2,9%. Usia terbanyak responden
berada pada rentang usia 31-40 tahun, berjumlah 17 orang (48,6%). Hal ini
juga sejalan dengan teori Potter & Perry dalam Hutapea 2012 yang
mengatakan bahwa seseorang yang berada pada kategori usia dewasa awal
masih belum mengalami perubahan kognitif. Seseorang yang berada pada
masa dewasa awal sangat mampu menerima atau mempelajari hal baru &
semakin muda seseorang, kemampuan untuk mengingat akan semakin baik
(Potter & Perry, dikutip dalam Hutapea, 2012).
c) Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Hasil distribusi berdasarkan lama bekerja dapat diketahui bahwa dengan
pengalaman kerja >5 tahun sebanyak 14 responden atau 40%, pengalaman
kerja antara 5-10 tahun sebanyak 8 responden atau 22,9%, dan pengalaman
bekerja selama > 10 tahun sebanyak 13 responden atau 37,1%. Maka dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar responden penelitian dengan lama bekerja
>5 tahun yaitu sebanyak 14 responden atau 40%. Lama kerja perawat akan
mempengaruhi kinerja seseorang perawat itu sendiri. Pengalaman akan
memberikan wawasan dan keterampilan baru bagi perawat dalam
memecahkan suatu kasus yang baru. Melalui pengalaman bekerja, diharapkan
adanya peningkatan pengetahuan dan perilaku yang dapat menimbulkan
peningkatan kinerja dalam melakukan asuhan keperawatan (Faizan Dalam
Rosmalinda,2012).
d) Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian sebelumnya, bahwa responden
terbanyak, tingkat pendidikannya adalah diploma keperawatan (Turangan,
Kumaat dan Malara, 2017). Pada hasil penelitian ini, tingkat pendidikan
terbanyak dari responden adalah diploma keperawatan (DIII) sebanyak 25
orang (71,4%) lalu tingkat pendidikan terbanyak kedua adalah ners 6 orang
(17,1%). Salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah
pendidikan. Menurut Malino, semakin tinggi pendidikan, maka seseorang akan
lebih mudah dalam menerima hal baru, maka semakin cepat seseorang itu
dalam menambah pengetahuan (Malino, dikutip dalam Lestari, 2015).
e) Karakteristik Responden Berdasarkan Sertifikat
Dari hasil penelitian, seluruh responden yang bekerja di Puskesmas I Sokaraja,
Puskesmas II Sokaraja, Puskesmas Kalibagor dan Public Safety Center sudah
pernah mengikuti pelatihan dan sertifikat pelatihan terbanyak yang dimiliki
oleh responden adalah BTCLS. Hal ini juga serupa dengan penelitian
sebelumnya bahwa sebagian besar responden telah mengikuti pelatihan dasar.
Pelatihan merupakan bagian dari pengembangan sumber daya manusia yang
bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan seseorang
(Turangan, Kumaat dan Malara, 2017). BTCLS adalah salah satu kompetensi
yang harus dimiliki oleh seorang perawat ketika menghadapi seseorang dalam
keadaan gawat darurat. Oleh sebab itu, seorang perawat memang diharuskan
memiliki sertifikat tentang penanganan kegawatdaruratan (PPNI, dikutip
dalam Sutono, Ratnawati dan Suharsono, 2015).
f) Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti, sebagian besar responden
sudah memiliki pengetahuan yang cukup sebanyak 22 orang (62,8%) tentang
Resusitasi Jantung Paru. Meskipun demikian, masih ada responden yang
memiliki pengetahuan yang kurang 10 orang (28,5%) dan yang baik sebanyak
3 orang (8,5%). Hal ini mungkin saja disebabkan oleh berbagai macam factor.
Bisa saja orang tersebut kurang memahami dengan pertanyaan yang diberikan
dan tidak tahu tentang materi tersebut (Notoadmodjo, 2010). Perawat yang
bertugas di ruangan termasuk dalam tingkat pengetahuan memahami
(Comprehention).Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat mengintepretasikan
materi tersebut secara benar.Orang yang telah paham terhadap objek atau
materi dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan suatu objek
yang dipelajari.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Noor
Khaliati. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa tingkat pengetahuan
perawat mengenai RJP sesuai dengan pedoman AHA 2015 adalah baik 14
orang (50%), cukup 9 orang (32,1%) kurang 4 orang (14,3%).
KESIMPULAN
Responden sebagian besar berjenis kelamin perempuan dengan jumlah responden sebanyak
24 orang (68,5%). Responden berdasarkan usia terbanyak berada pada rentang usia 20-25
tahun sebanyak 17 orang (48,6%). Sertifikat pelatihan yang paling banyak dimiliki responden
adalah BTCLS sebanyak 33 orang (94,2%). Dan tingkat pengetahuan perawat tentang
Resusitasi Jantung Paru sebanyak 10 orang (28,5%) adalah kurang, 22 orang (62,8%) adalah
cukup, dan 3 orang (8,5%) adalah baik.
DAFTAR PUSTAKA
Andrew, H. Travers (2010). CPR American heart Association Guidelines For Cardiopulmonary
Resusitation and Emergency Cardiovascular Care Circulation, 2010, California
Alas S, Mozaffarian D, Roger V, Benjamin E, Berry J, Borden W et al. (2013). Heart disease and stroke
statistics – 2013 Update.Circulation AHA Journal. DOI:10.1161/CIR.0b013e31828124ad
AHA. (2010). Heart disease & stroke statistics – 2010 Update. Dallar, Texas: American Heart
Association
American Heart Asosiation. 2015. Fokus Utama Pembaruan Pedoman American Heart
Asociation untuk CPR dan ECC. Guildelines.
Aryono, D.et al. (2011).BT&CLS (Basic Trauma Life Support & Basic Cardiac Life
Support). Jakarta: Yayasan Ambulans gawat Darurat 118
Dede dkk.(2014). Jurnal Gambaran Pengetahuan Dan Pelaksanaan Bantuan Hidup Dasar
Perawat Gawat Darurat Di Instalasi gawat darurat (IGD)RSUD.Labuang Beji
Makassar.
Dewi, A.R. (2015). Pengaruh Pelatihan Resusitasi Jantung Paru terhadap Pengetahuan dan
Keterampilan Siswa di SMA Negeri 2 Sleman
Yogyakarta(http://opac.say.ac.id/6/1/AgustinRetnoDewi-NASKAHPUBLIKASI-
Perawat-2015.pdf/ diakses tanggal 13 September 2019 pukul 19.45 WIB)
Handley, AJ., Handley, SA., 2013. Inproving CPR performance using an audible ffedback
system suitablefor incorporation into an automated external defibrillator.
Resuscitation. 2003; 57:57-62
Hazinski MF, Singletary EM, Wyckoff MH and the AHA Guidelines Highlights Project
Team. (2015). Highlights of the 2015 American Heart Association Guidelines Update
for CPR and ECC. American Heart Association
Herlitz J et al (2003, Jan) Factors associated with survival to hospital discharge among
patients hospitalised alive after out of hospital cardiac arrest: change in outcome
over 20 years in the community of Göteborg, Sweden. Diakses tanggal 16 September
2019 pukul 20:00 WIB
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12482785
Hidayat. 2008. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisa Data.Jakarta : Salemba Medika
Hidayat, A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik. Analisis Data. Jakarta:
Salemba Medika.
Hitt, Ema. 2010.AHA Guidelines: The ABCs of CPR Rearranged to "CAB". New York
https://www.medscape.org/viewarticle/731231
Hutapea, E. (2012). Gambaran Tingkat Pengetahuan Polisi Lalu Lintas Tentang Bantuan
Hidup Dasar (BHD) Di Kota Depok.Skripsi tidak dipublikasi, Universitas Indonesia,
Depok, Indonesia.
Khalilati., et. al. 2017.Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat dengan Ketepatan Kompresi
Dada dan Ventilasi Menurut AHA Guideline 2015 di Ruang Perawatan Intensif
RSUD Dr. H. Moch.Antasari Saleh Banjarmasin, Vol. 8 No. 1, Juli 2017. Skripsi
dipublikasi
Lieser & Alexis. 2009. Perspective on Emergency Medical Services in Bali. Western Journal
of Emergency Medicine. Department of Emergency Medicine: UC Irvine.
Linda Widyarani. 2017. Analisis Pengaruh Pelatihan Resusitasi Jantung Paru RJP Dewasa
terhadap Retensi Pengetahuan dan Ketrampilan RJP pada Mahasiswa Keperawatan
di Yogyakarta, Vol 12, No. 3. Skripsi dipublikasi.
Mohammad Reza. 2018. Basic Life Support awareness among resident doctors, medical
students, nursing experts, health care providers, and their assistants in Southwest
Iran. Medical Studies/Studia Medyczne 2018; 34/3
Mostofa A. Abolfotouh. 2017. Impact of basic life-support training on the attitudes of health-
care workers toward cardiopulmonary resuscitation and defibrillation. BMC Health
Services Research (2017) 17:674
Pieter, H.Z. & Lubis,N.L. 2010. Pengantar Psikologi Dalam Keperawatan. Jakarta:
Kencana.
Potter PA& Perry AG. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan
Praktik Edisi 4, Jakarta: EGC.
Potter and Perry. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice.Edisi 7.Vol.
3.Jakarta : EGC
Rajab Taufiek, Pozner Charles N, Conrad Claudius, Cohn Lawrence, Schmitto Jan D. (2011).
Technique for chest compressions in adult CPR.World Journal Emergency Surgery.6 : 41
Riset Kesehatan Dasar. 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.
Riset Kesehatan Dasar. 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.
Sartono,H., Masudik., Suhaeni, Ade Eneh. 2014. Basic Trauma Cardiac Life Support.
Bekasi: Gadar Medik
Sutono, Ratnawati R dan Suharsono T 2015.Perbedaan nilai kompresi dada dan ventilasi
pada pelatihan resusitasi jantung paru mahasiswa s1 keperawatan dengan umpan
balik instruktur, audiovisual dan kombinasi di Yogyakarta.Jurnal Ilmu Keperawatan,
Vol.3, No.2, hal.183–197.
Toni Suharsono, Sutono., Ratnawati, R., (2015) Perbedaan Nilai Kompresi Dada Dan
Ventilasi Pada Pelatihan Resusitasi Jantung Paru Mahasiswa S1 Keperawatan
Dengan Umpan Balik Instruktur, Audiovisual Dan Kombinasi Di Yogyakarta. Jurnal
Ilmu Keperawatan, Vol: 3, No. 2, November 2015
Travers et al (2015, November 3). CPR overview: 2010 American Heart Association
Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care.
Vol: 132. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20956220
Turangan dan Malara R 2017.Faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan perawat
dalam menghadapi cardiac arrest di RSUP Prof. R. D. Kandou Manado.E-Journal
Keperawatan (E-Kp), Vol.5, No.1, hal.1–8.
Umi, Nur Hasanah., Nurhayati, Yeti., Fitriana, Nur Rufaida.2015. Hubungan Tingkat
Pengetahuan Dengan Keterampilan Perawat Dalam Melakukan Tindakan Bantuan
Hidup Dasar (BHD) Di RSUD Kabupaten Karanganyar.Keperawatan STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
Wawan A. & M. Dewi, 2011.Teori Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Prilaku Manusia.
Yogyakarta: Nuha Medika.
World Health Organization. 2014. World Health Statistic 2014. Geneva: WHO.