Anda di halaman 1dari 7

Efektifitas Edukasi Basic Life Support dengan Media Audiovisual

dan Praktik Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Keterampilan


Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Jenjang D.III
Stikes Yarsi Mataram Tahun 2018
Baiq Ruli Fatmawati1), Marthilda Suprayitna1)*, Kurniati Prihatin1)
Email: marthildasuprayitna@gmail.com

1) Dosen STIKES YARSI Mataram PRODI Keperawatan Jenjang D.III

ABSTRAK

Pertolongan pertama pada kejadian henti jantung sangat perlu dilakukan dan harus cepat
dilakukan karena kelangsungan hidup lebih tinggi bila korban mendapatkan resusitasi jantung
paru atau Basic Life Support. Kejadian kegawatdaruratan henti jantung banyak terjadi diluar
rumah sakit atau dekat dengan masyarakat awam. Masyarakat khususnya mahasiswa adalah
orang yang harus mengetahui cara bantuan hidup dasar/Basic Life Support. Pelatihan dan
pembelajaran sangatlah dibutuhkan untuk meningkatakan kemampuan, pengetahuan dan
keterampilan dalam menolong korban. Penelitian bertujuan untuk mengetahui efektifitas
edukasi Basic Life Support Dengan Media Audiovisual dan Praktik Terhadap peningkatan
Pengetahuan dan Keterampilan Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Jenjang D.III
Stikes Yarsi Mataram Tahun 2018. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan
pendekatan pre experimental (one group pre-post test design), dengan sampel sebanyak 30
responden. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh edukasi Basic Life
Support Dengan Media Audiovisual dan Praktik Terhadap peningkatan Pengetahuan dan
Keterampilan Mahasiswa dengan nilai yang signifikan yaitu p=0,000 (p<0,05).: Ada pengaruh
efektifitas edukasi Basic Life Support Dengan Media Audiovisual dan Praktik Terhadap Tingkat
Pengetahuan dan Keterampilan Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Jenjang D.III
Stikes Yarsi Mataram Tahun 2018.

Kata kunci: BHD, edukasi ketrampilan, edukasi pengetahuan.

ABSTRACT

First aid in the event of cardiac arrest is very necessary and should be done quickly because life
sustainability is higher if the victim gets heart resuscitation or Basic Life Support. The events of
emergency cardiac arrest often occur outside the hospital or close to the common people. The
community, especially student is the one who must know about Basic Life Support. Training and
learning is needed to improve skills especially in knowledge and skill in helping the victims. To
determine the effect of Basic Life Support with educational Audiovisual and practice on the level
of knowledge and skill of college students Student Diploma of Nursing STIKES YARSI of
Mataram at 2018. This study used quantitative pre experimental method with one group pre-post
test design. This research used a design quantitative pre experimental method with one group
pre-post test design, with a number of samples of 30 respondents. The results of the knowledge
variable obtained a value of Z of -3,326 with p value = 0,0001 and in the skill variable obtained
an Z value of -4,684 with p value 0,0001. There is the influence of Basic Life Support training
on the knowledge and skills of of college students There is an effect of Basic Life Support
education on the level of knowledge and skills students after getting Audiovisual and practice
education.

Keywords: Basic Life Support, skills education, knowledge education.

Jurnal Kesehatan Qamarul Huda ,Volume 7, Nomor 1 Juni 2019 Halaman 6


A. LATAR BELAKANG kejadian pasien terkena henti jantung dan henti
Kegawatadaruratan dapat terjadi kapan saja, napas sampai tiba di layanan kegawatdaruratan
dimana saja dan umumnya mendadak serta tidak membutuhkan waktu yang cukup lama. Selain
terencana, gawat adalah kondisi yang jarak tempuh, prognosis pasien juga dipengaruhi
mengancam nyawa dan darurat adalah perlunya oleh tatalaksana awal resusitasi jantung paru.
tindakan segera untuk menangani ancama nyawa Hingga saat ini, hanya sebagian kecil dari pasien
korban [1]. Henti jantung maupun henti napas henti jantung yang menerima resustasi jantung
adalah salah satu permasalahan yang paru (RJP) dari masyarakat yang menyaksikan di
mengancam jiwa dan bisa berakibat kematian tempat kejadian, hal ini disinyalir akibat
bila terlalu lama dalam pertolongannya. Angka kurangnya pengetahuan masyarakat terkait
kejadian henti jantung atau cardiac arrest tindakan RJP yang harusnya dilakukan kepada
berkisar 10 dari 100.000 orang normal yang pasien di tempat kejadian [7].
berusia dibawah 35 tahun dan per tahunnya Keterampilan melakukan resusitasi jantung
mencapai sekitar 300.000-350.000 kejadian [2]. paru (RJP) harus dimiliki setiap orang untuk
Henti jantung dalam kurun waktu 10 tahun mengurangi dampak buruk atau keparahan gejala
terakhir ini bagian dari 10 penyebab kematian sisa pasien henti jantung. Keterampilan dalam
dengan 253 kasus dan menempati urutan ke tindakan pertolongan awal ini bertujuan untuk
empat. Kasus kejadian henti jantung kebanyakan oksigenasi darurat mempertahankan fungsi
terjadi di luar rumah sakit. Hal ini seperti jantung paru melalui ventilasi dan sirkulasi
disampaikan American Heart Association [3] buatan. Dengan demikian nantinya diharapkan
bahwa kasus Out-of- Hospital Cardiac Arrest ventilasi dan sirkulasi dapat pulih spontan
(OHCA) terdapat sekitar 359,400 dan kasus In- sehingga mampu melakukan oksigenasi secara
Hospital Cardiac Arrest (IHCA) terdapat sekitar mandiri. Hal ini akan memberikan prognosis
209,000 dari data tahun 2013. Tingkat yang lebih baik pada pasien, menurunkan angka
pertolongan pada kasus tersebut tercatat, hanya morbiditas dan mortalitas pasien. Kemampuan
40,1% dari kasus OHCA yang memperoleh untuk melakukan CPR lebih didasarkan pada
bantuan hidup dasar dan pertolongan tepat [3]. kekuatan tubuh daripada usia.
Kasus henti jantung dapat terjadi dimanapun, Aspek dasar pertolongan pada henti jantung
di masyarakat, di luar rumah sakit maupun di mendadak adalah bantuan hidup dasar (BHD),
dalam rumah sakit. Kemungkinan bertahan aktivasi sistem tanggap darurat, RJP sedini
hidup pada penderita henti jantung di luar rumah mungkin [8]. Pada korban henti jantung penting
sakit atau pre-hospital menurun 7-10% tiap menit halnya untuk melakukan BHD di menit-menit
sejak dimulainya henti jantung [4]. Di Amerika awal hal ini tentunya dapat meningkatkan angka
dan Kanada dari jumlah henti jantung yang pasien bertahan hidup sebanyak 4% dan pada
terjadi di luar rumah sakit hanya setengahnya pasien napas spontan 40% [9]. Pelayanan
dilakukan tindakan resusitasi atau bisa dikatakan kesehatan kegawatdaruratan sehari-hari
50-55% yang dilakukan [5]. Pertolongan merupakan kewajiban yang harus dimiliki oleh
pertama pada kejadian henti jantung sangat perlu semua orang. Pengetahuan dan sikap dari
dilakukan dan harus cepat dilakukan karena manusianya sendiri yang akan mempengaruhi
kelangsungan hidup lebih tinggi bila korban kecepatan dan ketepatan dalam melakukan
mendapatkan Cardiopulmonary Resusciation pertolongan.
(CPR). Menghubungi Emergency Call dan CPR Pengetahuan bantuan hidup dasar (BHD)
yang diberikan segera dapat meningkatkan merupakan sebuah pengetahuan dan
jumlah orang yang mendapatkan kesempatan keterampilan karena jika hanya mengetahui
hidup [6]. teorinya saja tanpa melakukan latihan atau
Pada sebagian besar kasus, dari awal praktek, maka mental tidak terlatih ketika benar-

Jurnal Kesehatan Qamarul Huda ,Volume 7, Nomor 1 Juni 2019 Halaman 7


benar menghadapi kejadian sebenarnya. B. METODE PENELITIAN
Pertolongan dengan teknik BHD yang benar Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif,
adalah sebuah kegiatan yang harus dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menilai
demi terciptanya penyelematan korban dengan efektifitas edukasi Basic Life Support dengan
tepat dan cepat. Penolong dalam memberikan media Audiovisual dan Praktik Pengetahuan dan
BHD minimal harus memiliki pengetahuan Keterampilan Mahasiswa Program Studi Ilmu
dalam pertolongan dan pernah berlatih serta Keperawatan Jenjang D.III Stikes Yarsi
memiliki penanganan medis dasar. Pengetahuan Mataram Tahun 2018. Jenis penelitian yang akan
masyarakat mengenai BHD masih rendah. digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
Sebagaimana dalam penelitian Hutapea [10], menggunakan metode pre experimental dengan
pada masyarakat bahwa 50% masyarakat masih design rancangan penelitian ini menggunakan
tergolong berpengetahuan kurang, 30,4% one group pre-post test design. Sampel dalam
tergolong cukup dan 19,6% baik. Hal ini juga penelitian ini sebanyak 30 responden.
sejalan dengan penelitian Rahmawaty [11], Analisis data yang digunakan dalam
mengenai pengetahuan Basic Life Support pada penelitian ini adalah uji Wilcoxon. Instrument
mahasiswa keperawatan di Gorontalo hasilnya yang digunakan dalam penelitian ini adalah
juga masih kurang. Hasil penelitian gambaran kuesioner untuk mengetahui sejauh mana tingkat
pengetahuan bantuan hidup dasar didapatkan pengetahuan, dimana kuesioner ini telah
48,8% responden memiliki pengetahuan kurang, dilakukan uji validitas dan realibilitas. Untuk
dan 40,2% responden memiliki pengetahuan instrument keterampilan menggunakan lembar
cukup, sedangkan 11,0% responden memiliki observasi bantuan hidup dasar dari Yayasan
pengetahuan baik. Ambulans Gawar Darurat 118 Jakarta.
Kurangnya pengetahuan masyarakat Kriteria Inklusi: a) Mahasiswa Program
khususnya pada mahasiswa harus ditingkatkan Studi Ilmu Keperawatan Jenjang D.III Stikes
agar tercapainya hasil yang baik. Peningkatan Yarsi Mataram, b) Mahasiswa yang belum
jumlah penolong atau relawan khususnya untuk pernah mengikuti pelatihan, c) Mahasiswa yang
BHD harus ditingkatkan dengan peningkatan bersedia mengisi informed consent.
pengetahuan dan ketrampilannya. Mahasiswa Penelitian dilakukan di STIKES Yarsi
merupakan agent of change untuk menjadi Mataram pada bulan Desember 2018.
perubah dan siap tanggap dalam keadaan
kegawatdaruratan khususnya kegawatan henti C. HASIL DAN PEMBAHASAN
jantung dan henti napas. Menolong kegawatan 1. Hasil Univariat
henti jantung dan henti napas dibutuhkan mental Tabel 1. Data Demografi
dan kesiapan dalam materi. Pelatihan dalam Karakteristik Frekuensi %
responden
mendapatkan ilmu BHD bisa didapatkan dari Jenis kelamin
berbagai macam metode dan menggunakan Laki-laki 11 37.7
kemajuan teknologi media Audiovisual untuk Perempuan 19 63.3
berlatih. Usia (tahun)
20 – 25 18 60.0
Media Audiovisual adalah bagian yang tidak
25 - 30 12 40.0
terpisahkan untuk tercapainya tujuan pendidikan Berdasarkan tabel diatas sebagian besar
yang berasal dari proses belajar mengajar [12]. responden dalam penelitian ini adalah
Media pembelajaran yang tepat dapat perempuan sebanyak 19 orang (63.3%), dengan
mempengaruhi dalam penyajian pesan dan usia rata-rata 20-25 tahun sebanyak 18 orang
informasi sehingga dapat meningkatkan dan (60%).
memperlancar proses belajar serta hasil belajar
[13].

Jurnal Kesehatan Qamarul Huda ,Volume 7, Nomor 1 Juni 2019 Halaman 8


2. Hasil Bivariat Mataram.
Tabel 2. Efektifitas Edukasi Basic Life Support
Dengan Media Audiovisual dan Praktik terhadap 3. Pembahasan
Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Program Studi Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai
Ilmu Keperawatan Jenjang D.III Stikes Yarsi
Mataram Tahun 2018 rata-rata pengetahuan responden sebelum
N Mean Nilai Z p pelatihan sebesar 4,87±2,129 dan sesudah
Pengetahuan 30 4,87± -3,32 0,0001 pelatihan nilai rata-rata meningkat menjadi
sebelum 2,129 7,33±2,090. Hasil analisis bivariat dengan
Pengetahuan 30 7,33± menggunakan uji Wilcoxon, diperoleh nilai Z
sesudah 2,090
sebesar -3,326 dan nilai significancy sebesar
0,0001 (p < 0,05). Hasil uji statistik ini dapat
Berdasarkan hasil penelitian diatas, bahwa
disimpulkan bahwa ada Efektifitas Edukasi
nilai rata-rata pengetahuan responden sebelum
Basic Life Support Dengan Media Audiovisual
pelatihan sebesar 4,87±2,129 dan sesudah
dan Praktik terhadap Tingkat Pengetahuan
pelatihan nilai rata-rata meningkat menjadi
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
7,33±2,090.
Jenjang D.III Stikes Yarsi Mataram Tahun 2018.
Hasil analisis bivariat dengan menggunakan
Karena telah terjadi peningkatan dari 4,87
uji Wilcoxon, diperoleh nilai Z sebesar -3,326
menjadi 7,33 point (peningkatan sebesar 2,46
dan nilai significancy sebesar 0,0001 (p < 0,05).
point).
Hasil uji statistik ini dapat disimpulkan bahwa
Setiap media yang digunakan dalam
ada pengaruh edukasi Basic Life Support
menyampaikan informasi memiliki pengaruh
terhadap tingkat pengetahuan mahasiswa
tersendiri terhadap kemampuan seseorang dalam
Program Studi Ilmu Keperawatan Jenjang D.III
menyerap informasi. Menurut Young dalam
Stikes Yarsi Mataram.
Ningsih [14] menjelaskan bahwa presentase
Tabel 3. Efektifitas Edukasi Basic Life Support
Dengan Media Audiovisual dan Praktik terhadap peningkatan kemampuan seseorang 90%
Tingkat Keterampilan Mahasiswa Program Studi didapatkan dari melihat langsung, mempraktikan
Ilmu Keperawatan Jenjang D.III Stikes Yarsi serta memperagakan pengetahuan dan
Mataram Tahun 2018
N Mean Nilai Z p
keterampilan yang diajarkan.
Keterampilan 30 2,83 Pembelajaran dengan metode melihat
sebelum ±0,950 Audiovisual dan praktik memiliki waktu
-4,684 0,0001 pembelajaran yang lebih lama. Adanya arahan,
Keterampilan 30 4,70
sesudah ±0,466 instruksi dan perhatian langsung dari fasilitator/
instruktur adalah faktor-faktor yang
Berdasarkan hasil penelitian diatas, bahwa mempengaruhi kemampuan dalam menangkap
nilai rata-rata keterampilan responden sebelum suatu pengetahuan maupun keterampilan.
pelatihan sebesar 2,83±0,950 dan sesudah Notoadmodjo [15] mengatakan pengetahuan
pelatihan nilai rata-rata meningkat menjadi adalah hasil tahu dari manusia dan ini terjadi
4,70±0,466. setelah orang mengadakan penginderaan
Hasil analisis bivariat dengan menggunakan terhadap suatu objek tertentu. Dan beliau juga
uji Wilcoxon, diperoleh nilai Z sebesar -4,684 menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat
dan nilai significancy sebesar 0,0001 (p < 0,05). pengetahuan seseorang, maka semakin tinggi
Hasil uji statistik ini dapat disimpulkan bahwa pula seseorang memahami pentingnya
ada pengaruh Edukasi Basic Life Support melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan.
Dengan Media Audiovisual dan Praktik terhadap Pengembangan suatu pengetahuan terlihat
Keterampilan Mahasiswa Program Studi Ilmu dari kemampuan seseorang mampu
Keperawatan Jenjang D.III Stikes Yarsi mengaplikasikannya salah satunya dalam bentuk

Jurnal Kesehatan Qamarul Huda ,Volume 7, Nomor 1 Juni 2019 Halaman 9


keterampilan. Menurut Ningrum [16] proses [20]. Keadaan para korban kecelakaan dapat
pengembangan keterampilan dapat dilakukan semakin buruk. atau berujung pada kematian jika
setelah kegiatan pembelajaran tindak lanjut dari tidak ditangani dengan cepat [21].
kegiatan pembelajaran. Pengembangan Bantuan Hidup Dasar dapat diartikan sebagai
keterampilan harus dimulai dari apa yang usaha yang dilakukan untuk mempertahankan
dikuasai mahasiswa ke keterampilan yang belum kehidupan seseorang yang sedang terancam
dikuasainya. jiwanya [20]. Frame juga menyatakan bahwa
Hal ini sesuai dengan teori yang Bantuan Hidup Dasar harus diberikan pada
dikemukakan oleh Cristian [17] bahwa korban yang mengalami henti nafas, henti
pengetahuan yang baik sangat berpengaruh pada jantung, dan perdarahan. Keterampilan
kemampuan yang baik pula, kemampuan seseorang agar dapat memberikan BHD dengan
seseorang menerapkan pengetahuan yang baik harus melalui pelatihan.
dimiliki kedalam bentuk tindakan, dimana harus Pelaksanaan keterampilan seseorang harus
memiliki keterampilan baik dalam komunikasi mempunyai dasar yang telah didapat baik berupa
efektif, objektifitas dan kemampuan dalam informasi ataupun berupa pelatihan.
membuat keputusan klinis secara tepat dan tepat Pengembangan keterampilan harus dimulai dari
agar perawatan setiap pasien menjadi maksimal. apa yang dikuasai seseorang, keterampilan yang
Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai belum dikuasainya. Hal ini menyatakan bahwa
rata-rata keterampilan responden sebelum pelatihan menjadi lebih efektif untuk
pelatihan sebesar 2,83±0,950 dan sesudah meningkatkan keterampilan yang sesungguhnya,
pelatihan nilai rata-rata meningkat menjadi hal ini tidak lepas dari pemberian pelatihan.
4,70±0,466 Hasil analisis bivariat dengan Proses pengembangan keterampilan dapat
menggunakan uji Wilcoxon, diperoleh nilai Z dilakukan setelah kegiatan pembelajaran,
sebesar -4,684 dan nilai significancy sebesar tindaklanjut dan pengembangan suatu
0,0001 (p < 0,05). Hasil uji statistik ini dapat pengetahuan yang terlihat dari kemampuan
disimpulkan bahwa ada peningkatan seseorang mampu mengaplikasikannya, salah
keterampilan Mahasiswa Program Studi Ilmu satunya dalam bentuk keterampilan [16].
Keperawatan Jenjang D.III Stikes Yarsi Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
Mataram Tahun 2018 dari 2,83 menjadi 4,70 keterampilan menurut Bertnus [22] yaitu
point (peningkatan sebesar 1,47 point). pengetahuan, pengalaman, keinginan/motivasi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Turambi Seorang harus memiliki faktor-faktor tertentu
[18] yang menyatakan ada pengaruh pelatihan yang dapat mempengaruhi keterampilan, hal ini
bantuan hidup dasar terhadap peningkatan berkaitan dengan tindakan-tindakan yang harus
keterampilan siswa dengan nilai p= 0,000<0.05. dilakukan untuk membangun suatu keterampilan
Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan bantuan yang baik. Mahasiswa harus memiliki
hidup dasar memberi hasil yang bermakna. keterampilan yang profesional, keterampilan
Menurut Pirton & Nazmudin [19] Bantuan (kompetensi) khusus tersebut bisa didapatkan
Hidup Dasar (BHD) merupakan usaha sederhana melalui pendidikan dan pelatihan tentang
yang dilakukan untuk mengatasi keadaan yang kegawatdaruratan. Keterampilan tersebut harus
mengancam nyawa seseorang sehingga dapat selalu ditingkatkan atau dikembangkan dan
mempertahankan hidupnya untuk sementara. dipelihara sehingga menjamin perawat dapat
Bantuan Hidup Dasar dilakukan sampai bantuan melaksanakan peran dan fungsinya secara
atau pertolongan lanjutan datang. Bantuan hidup professional [23].
dasar merupakan bagian dari pengelolaan gawat Hasil penelitian yang dilakukan oleh
darurat medik yang bertujuan untuk mencegah Chaundary, Parikh, dan Dave [24] yang
berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi menjelaskan bahwa terjadi peningkatan

Jurnal Kesehatan Qamarul Huda ,Volume 7, Nomor 1 Juni 2019 Halaman 10


keterampilan RJP dapat dilakukan dengan cara metode pelatihan lain seperti small group
mengikuti pelatihan BHD. Pelatihan yang discussion atau peer group serta menggunakan
berkesinambungan diperlukan untuk media lain yang lebih menarik, untuk menambah
menyegarkan kembali pengetahuan dan variabel penelitian dalam aspek perilaku atau
keterampilan. Keenan, Lamacraft, dan Joubert aspek lain dengan metode pengumpulan data
[25] menjelaskan bahwa penyegaran pelatihan menggunakan instrumen lain seperti teknik
harus dilakukan setiap 6-12 bulan untuk wawancara dan lain-lain.
mempertahankan kemampuan skill BHD, hal ini
disebabkan karena keterampilan mahasuswa DAFTAR PUSTAKA
tentang BHD khususnya RJP dapat menurun
setelah 2 minggu dilakukan pelatihan. Frame [1] Jakarta Medikal Senter 119. (2013). Jakarta
Medical Service 119 Training Division.
[20] menyatakan bahwa bantuan hidup dasar
Jakarta.
(BHD) dapat diajarkan kepada siapa saja. Setiap [2] American Heart Association. (2015). Part 5:
orang dewasa seharusnya memiliki keterampilan Adult Basic Life Support and
BHD, bahkan anak-anak juga dapat diajarkan Cardiopulmonary Resusitation Quality:
sesuai dengan kapasitasnya, agar dapat 2015 American Heart Association
memberikan pertolongan keselamatan dengan Guidelines Updated for Cardiopulmonary
segera. Resusitation and Emergency
Cardiovascular Care. AHA Journals, 132
(18) : 415-435
D. KESIMPULAN [3] American Heart Association (AHA). (2013).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah 2013 ACCF/AHA guideline for the
dilakukan tentang Efektifitas Edukasi Basic Life management of heart failure: A report of the
Support Dengan Media Audiovisual dan Praktik American College of Cardiology
terhadap Tingkat Pengetahuan dan Keterampilan Foundation/American Heart Association
task force on practice guidelines. JAm Coll
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
Cardio, 62(16), e240-e327.
Jenjang D.III Stikes Yarsi Mataram Tahun 2018, [4] American Heart Association (AHA). (2011).
dapat disimpulkan sebagai berikut : Metabolic risk for cardiovascular disease
1. Mayoritas responden dalam penelitian ini edited by Robert H. Eckel. Wiley -
adalah perempuan dan sebagian besar berusia Blackwell Publishing.
dewasa muda . [5] American Heart Association (AHA). (2010).
2. Terdapat perbedaan yang signifikan pada Highlights of the 2010 American Heart
Association guidelines for CPR and ECC.
tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah
Resuscitation.
edukasi Basic Life Support Dengan Media [6] Sudden Cardiac Arrest Foundation. (2015).
Audiovisual dan Praktik pada mahasiswa. Dikutip dari http://www.sca-
3. Terdapat perbedaan yang signifikan pada aware.org/sca-news/aha-releases-2015-
keterampilan sebelum dan sesudah edukasi Basic heart-andstroke-statistics pada tanggal 25
Life Support Dengan Media Audiovisual dan Maret 2019.
Praktik pada mahasiswa. [7] Wissenberg, M. et al. (2013). Association of
national initiatives to improve cardiac arrest
Hasil penelitian ini diharapkan mahasiswa
management with rates of bystander
mampu mengetahui, memahami, tentang Basic intervention and patient survival after out-
Life Support (BLS) dan mampu mengaplikasikan of-hospital cardiac arrest. Jama, 310 (13),
hasil pengetahuannya tentang Basic Life Support pp. 1377–84. Available at:
(BLS) sehingga bila mendapat korban atau http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/
pasien dengan kegawatdaruratan dapat segera [8] Kleinman, M.E. et al., (2015). Part 5: Adult
Basic Life Support and cardiopulmonary
tertangani.
resuscitation quality: 2015 American Heart
Bagi peneliti selanjutnya agar menggunakan

Jurnal Kesehatan Qamarul Huda ,Volume 7, Nomor 1 Juni 2019 Halaman 11


Association guidelines update for [21] Sunyoto. (2010). Presentasi Case Study,
cardiopulmonary resuscitation and simulasi.http://fkm.unsri.ac.id/index.ph
emergency cardiovascular care. [22] Bertnus. (2009). Faktor yang mempengaruhi
Circulation, 132(18), pp.S414–S435. keterampilan.http://digilid.unimus.ac.id/fil
[9] Botha, L. et al., (2017). Knowledge of es/disk1/115/.
cardiopulmonary resuscitation of clinicians [23] Musliha. (2010). Keperawatan Gawat
at a South African tertiary hospital Darurat. Yogyakarta: Nuha Medika
Knowledge of cardiopulmonary [24] Chaudhary A, Parikh H, & Dave V. (2011).
resuscitation of clinicians at a South Current scenario: Knowledge of Basic Life
African tertiary hospital., 6190. Support in medical college. Nat J Med
[10] Hutapea, E. (2012) Gambaran Tingkat Res,1:80-82
Pengetahuan Polisi Lalu Lintas Tentang [25] Keenan, M. Lamacraft, G., & Joubert, G.
Bantuan Hidup Dasar di Kota Depok. (2009). A Survey Of Nurse Basic Life
[11] Rahmawaty Latif. (2015). Gambaran Support knowledge and training at a tertiary
Pengetahuan Bantuan Hidup Dasar (BHD) hospital. African Journal Of Health
Pada Mahasiswa Program Studi Ilmu proffesions Education, 1(1)
Keperawatan Universitas Negeri
Gorontalo.
[12] Arsyad, Azhar. (2011). Media
Pembelajaran. cetakan ke-15. Jakarta:
Rajawalli Pers.
[13] Sukiman. (2012). Pengembangan Media
Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Insan
Madani.
[14] Ningsih, V. S. (2011). Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan
Remaja Putri tentang SADARI di SMK
Negeri 1 Godean.
[15] Notoatmodjo. S. (2010). Metode Penelitian
Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta
[16] Ningrum, Epon. (2007). Penelitian tindakan
kelas, panduan praktis dan contoh.
Yogyakarta: Ombak.
[17] Cristian L., Suarnianti, Ismail H., (2013).
Pengetahuan Perawat tentang Kegawatan
Nafas dan Tindakan Resusitasi Jantung
Paru pada Pasien yang mengalami
Kegawatan Pernafasan di Ruang ICU dan
UGD RSUD Kolonodale Propinsi Sulawesi
Tengah. Vol. 3. No. 4
[18] Turambi. (2016). Pengaruh Pelatihan
Bantuan Hidup Dasar (BHD) Terhadap
Peningkatan Pengetahuan dan
Keterampilan Siswa kelas XI Dan XII SMA
Negeri 2 Langowan.
[19] Pirton, L & Nazmudin. (2015). BTCLS &
Disaster Management. (Edisi Pertama).
Tanggerang Selatan: YPIKI (Yayasan
Pelatihan Ilmu Keperawatan Indonesia.
[20] Frame. (2010). PHTLS: basic and advanced
prehospital trauma life support. Jakarta:
EGC.

Jurnal Kesehatan Qamarul Huda ,Volume 7, Nomor 1 Juni 2019 Halaman 12

Anda mungkin juga menyukai