Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN HASIL PELATIHAN

ACLS
(Advanced Cardiac Life Support)

INDONESIA

Oleh :
dr. Made Tisnasari

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH


17-19 JUNI 2016
DENPASAR

HASIL PELATIHAN ADVANCED CARDIAC LIFE SUPPORT (ACLS)


1.1

Latar Belakang
Bantuan Hidup Jantung Dasar (Basic Cardiac Life Support) merupakan bagian yang

tidak terpisahkan dari bantuan hidup dasar (Basic Life Support) secara keseluruhan serta
merupakan komponen inti dari Bantuan Hidup Jantung Lanjutan (Advanced Cardiac Life
Support). Saat ini, penguasaan tindakan bantuan hidup jantung dasar merupakan suatu
standar keahlian yang harus dikuasai dan menjadi persyaratan bagi tenaga medis, terutama
yang bergerak di bidang kegawatdaruratan dan perawatan intensif.
Pemahaman, pengertian, serta penguasaan teori dan teknik Bantuan Hidup Jantung
Dasar yang dilanjutkan dengan penerapan dalam latihan/praktek merupakan kunci utama
untuk melakukan pertolongan yang efektif dan mempermudah pelaksanaan Bantuan Hidup
Jantung Lanjutan. Oleh sebab itu, peran pelatihan menjadi sangat vital dalam
mengembangkan kecepatan dan ketepatan berpikir serta penerapan pengetahuan Bantuan
Hidup Jantung Dasar yang telah diketahui.
Kursus Advanced Cardiac Life Support (ACLS) dirancang bagi para tenaga kesehatan
yang berperan langsung dalam resusitasi pasien, baik di dalam maupun di luar rumah sakit.
Pada pelatihan ini, diharapkan mampu meningkatkan keterampilan dalam penanganan pasien
henti jantung dan penanganan keadaan sebelum henti jantung. Pelatihan menggunakan
metode partisipatif aktif melalui serangkaian simulasi kasus kardiopulmoner.
Kursus ACLS dirancang sedemikian rupa dengan menekankan pentingnya tindakantindakan berkelanjutan yang saling terkait satu sama lain agar memperoleh hasil yang
maksimal untuk menyelamatkan hidup pasien. Tindakan yang berkesinambungan ini disebut
dengan rantai kelangsungan hidup (the chain of survival).
Rantai pertama adalah mendeteksi segera kondisi korban dan meminta pertolongan
(early access), rantai kedua adalah resusitasi jantung paru (RJP) segera (early
cardiopulmonary resuscitation), rantai ketiga adalah defibrilasi segera (early defibrilation),

rantai keempat adalah tindakan bantuan hidup jantung lanjut segera (early advanced
cardivaskular life support) dan rantai kelima adalah perawatan pasca henti jantung (post
cardiac-arrest care)
Kejadian mati mendadak masih merupakan penyebab kematian utama baik di negara
maju ataupun di negara berkembang seperti di Indonesia. Henti jantung (cardiac arrest)
bertanggung jawab terhadap 60% angka kematian penderita dewasa yang mengalami
penyakit jantung koroner. Di eropa diperkirakan terdapat 700.000 kasus henti jantung pada
pasien dewasa setiap tahunnya. Berdasarkan laporan hasil Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) Indonesia tahun 2007 yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan Republik
Indonesia tahun 2008 di Jakarta, prevalensi nasional penyakit jantung adalah 7,2%
(berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala).
Berdasarkan proporsi angka kematian di perkotaan pada kelompok umur 45-54 tahun,
penyakit jantung iskemik menduduki urutan ketiga sebagai penyebab kematian. Penyebab
utama dari semua penyakit adalah stroke dan urutan kedua adalah Diabetes Mellitu. Pada
kelompok umur yang sama untuk daerah pedesaan, penyakit jantung iskemik merupakan
urutan nomor empat.
Sebagian besar kejadian henti jantung mendadak yang terdokumentasikan memperlihatkan
irama ventricular fibrilation (VF). Untuk mempertahankan kelangsungan hidup, terutama
jika henti jantung mendadak tersebut disaksikan, maka tindakan bantuan hidup dasar atau
lanjutan harus secepatnya dilakukan. Berdasarkan penelitian, bantuan hidup terhadap jantung
akan memberikan hasil yang maksimal apabila pertolongan diberikan dalam waktu 5 menit
setelah terjadi kejadian, dan pasien diketahui tidak sadarkan diri dengan menggunakan alat
automated external defibrilator (AED). Keberhasilan kejut jantung menggunakan defribilator
akan menurun antara 7-10% per menit apabila tidak dilakukan tindakan bantuan hidup.
Sebagai konsekuensi, semakin lama waktu yang diperlukan untuk melakukan tindakan kejut
jantung pertama kali, maka akan semakin kecil peluang keberhasilan tindakan tersebut.

Menilik Rumah Sakit Umum Bhakti Rahayu Denpasar, diharapkan mampu memberikan
pelayanan efisien terhadap diagnosis yang berkaitan dengan kasus jantung.
1.2

Jadwal Pelatihan
Adapun jadwal pelatihan yang telah dilaksakan adalah sebagai berikut :
Hari/Tanggal : jumat-minggu / 17-19 Juni 2016
Tempat: Poliklinik lantai 3 RSUP Sanglah
Pukul
: 07.30 18.00

1.3

Materi Pelatihan
Adapun materi pelatihan adalah sebagai berikut :
1. Bantuan Hidup Dasar
2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Respirasi, Kardiovaskular, dan Serebrovaskular
3. Pengenalan Irama pada EKG
4. Survei Primer Bantuan Hidup Dasar
5. Sindroma Koroner Akut
6. Bantuan Hidup Dasar pada Dewasa
7. Bantuan Hidup Dasar pada Anak
8. Sumbatan Jalan Napas oleh Benda Asing
9. Henti Jantung
10. Resusitasi pada kondisi-kondisi khusus
11. Tata laksana Jalan Napas
12. Terapi listrik, Defibrilasi, Kardioversi, AED dan Pacu Jantung
13. Perawatan Pasca Henti Jantung
14. Bradikardia
15. Takikardia
16. Sindrom Koroner Akut
17. Hipotensi, Syok dan Edema Paru Akut
18. Obat-obatan yang digunakan dalam Bantuan Hidup Jantung Lanjut
19. Tim Darurat Medis

1.4

Saran
Berdasarkan hasil pelatihan, kepada Rumah Sakit yang mengikuti pelatihan agar :
1. Melengkapi Alat yang dibutuhkan dalam usaha Bantuan Hidup Jantung Lanjut
(ACLS) seperti defibrilator.
2. Melengkapi obat-obatan emergensi yang dibutuhkan pasien dengan kasus Jantung
terutama di Unit Gawat Darurat RSU Bhakti Rahayu.

Anda mungkin juga menyukai