Anda di halaman 1dari 87

SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN CODE BLUE DI RUANG RAWAT INAP


DEWASA RS. DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO

OLEH:

ADE SYAMSURYADI AZIS

C121 14 305

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018
ii
iii
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang pantas peneliti lafadzkan kecuali ucapan puji dan syukur

kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti

dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Gambaran Pelaksanaan Code Blue di

ruang rawat inap dewasa RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo”, yang merupakan

persyaratan akademis guna memperoleh gelar sarjana keperawatan pada Fakultas

Keperawatan Universitas Hasanuddin, Makassar.

Penyusunan Skripsi ini tentunya menuai banyak hambatan dan kesulitan

sejak awal hingga akhir penyusunannya. Namun berkat bimbingan, bantuan, dan

kerjasama dari berbagai pihak akhirnya hambatan dan kesulitan yang dihadapi

peneliti dapat diatasi. Pada kesempatan ini perkenankanlah saya menyampaikan

ucapan terima kasih kepada kedua orang tua peneliti yang tercinta, Ayahanda Drs.

H. Abd Azis Tamma dan Ibunda Hj. Masati serta seluruh keluarga (Mawar, Arsita,

Kaizar) yang telah memberikan doa dan dukungan baik moril maupun materil

selama kuliah hingga penyusunan Skripsi ini. Pada kesempatan ini juga

perkenankanlah saya menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan

setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Ibu Dr. Ariyanti Saleh, S.Kp., M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Hasanuddin.

2. Bapak Moh. Syafar Sangkala, S.Kep., Ns., MANP dan Bapak Syahrul Ningrat,

S.Kep., Ns., M.Kep., Ns., Sp.KMB selaku pembimbing satu dan dua yang

iv
senantiasa memberi masukan dan arahan-arahan dalam penyempurnaan Skripsi

ini.

3. Ibu Ilkafah, S.Kep., Ns., M.Kep dan Ibu Tuti Seniwati, S.Kep., Ns., M.Kes

selaku penguji yang memberikan banyak masukan dan arahan demi

penyempurnaan Skripsi ini.

4. Staf dan petugas kesehatan di RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar yang

membantu dalam penyusunan Skripsi

5. Seluruh dosen dan staf Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran,

Universitas Hasanuddin Makassar.

6. Sahabatku “4G” (Siti Hadrianti, Andi Suriani dan Rifkhy Pratama) atas doa

bantuan dan supportnya dalam penyusunan Skripsi ini.

7. Teman-teman angkatan 2014 “CRAN14L” (Bahri, Hakman, Gifari, Ikhsan,

Ilham, Abdi, Anggun, Inar, Cica, Esti, Mawa) terima kasih atas dukungan,

motivasi, dan bantuannya kepada peneliti setiap saat.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati peneliti menyadari bahwa

peneliti hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari salah dan khilaf dalam

penelitian dan penyusunan Skripsi ini, karena sesungguhnya kebenaran

sempurna hanya milik Allah SWT semata. Akhir kata mohon maaf atas segala

salah dan khilaf.

Makassar, Oktober 2017


Ade Syamsuryadi Azis

v
ABSTRAK

Ade Syamsuryadi Azis. C121 14 305. Gambaran Pelaksanaan Code Blue di Ruang Rawat Inap
Dewasa RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo. Dibimbing oleh Moh. Syafar Sangkala dan Syahrul
Ningrat.

Latar Belakang : Kejadian dan angka kematian akibat cardiac dan respiratory arrest sangat tinggi
oleh karena itu perlu penanganan yang cepat dan efektif ketika terjadi kejadian cardiac dan
respiratory arrest dan keadaan gawat darurat lainnya.

Tujuan : Mengidentifikasi gambaran pelaksanaan Code Blue di ruang rawat inap dewasa RS. Dr.
Wahidin Sudirohusodo.

Metode : Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan metode penelitian deskriptif
dengan pendekatan observasional. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
Accidental Sampling dengan jumlah sampel yakni 21 kejadian Code Blue.

Hasil : Penelitian menunjukkan, 90,5 % pelaksanaan algoritma Code Blue di ruang rawat inap
dewasa dikatakan baik. Waktu tanggap menunjukkan 61,9 % waktu tanggap tepat dengan mean
270,29 detik (4 menit 30 detik) dengan standar deviasi 51,360 detik. Outcome pelaksanaan Code
Blue menunjukkan 61,9 % tidak berhasil dan 38,1 % berhasil. Alasan pemanggilan Code Blue
terbanyak yaitu cardiac arrest 47,6 %. Responden terbanyak yaitu pada kelompok usia manula 28,6
% dengan jenis kelamin terbanyak yaitu laki-laki 61,9 %.

Kesimpulan dan saran : Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan Code Blue
di ruang rawat inap dewasa RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo dikatakan baik, dan waktu tanggapnya
tepat. Namun outcome pelaksanaannya sebagian besar tidak berhasil. Kedepannya diharapkan
adanya peningkatan kualitas pelayanan gawat darurat di seluruh lingkungan rumah sakit.

Kata Kunci : Code Blue, Waktu tanggap, RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo
Kepustakaan : 24 Literatur (2007-2017)

vi
ABSTRACK

Ade Syamsuryadi Azis. C121 14 305. The Description of the implementation of the Code Blue
in Adult Inpatient Hospital Room In RS Dr. Wahidin Sudirohusodo. Under the guidance of
Moh. Syafar Sangkala and Syahrul Ningrat.

Background : The incidence and mortality rate due to cardiac and respiratory arrest is quite high
because of that need handling that quickly and effectively when it occurs incidence of cardiac and
respiratory arrest and other emergency circumstances.

Purpose : Identify the description of the implementation of the Code Blue in Adult Inpatient
Hospital Room In RS Dr. Wahidin Sudirohusodo.

Method : This research is quantitative research using descriptive research method with
observational approach. The sampling technique for this study is accidental sampling with 21 people
as the sample.

Result : Research shows, as many as 90.5% execution of Code Blue is said to be good. Response
times showed 61.9% response times with mean 270.29 seconds (4 minutes 30 seconds) with a
standard deviation of 51.360 seconds. Implementation of Code Blue outcomes showed 61.9%
successful and 38.1% not successful. The reason the calling Code Blue most cardiac arrest that is
47.6%. Most respondents in 28.6% of the seniors age group with the largest gender is male 61.9%.

Conclusions and recommendations : Based on the results of the study, it is shown that the
implementation of the Code Blue Adult Inpatient Hospital Room In RS Dr. Wahidin Sudirohusodo
is said to be good, and the time response of the right. But the majority of implementation outcomes
was not successful. Future expected an increase in the quality of service of emergency in the whole
environment of the hospital.

Keywords: Code Blue, Response Time, RS Dr. Wahidin Sudirohusodo


Literature: 24 Literatures (2007-2017)

vii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

ABSTRAK .............................................................................................................vi

ABSTRACK ........................................................................................................ vii

DAFTAR ISI....................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ................................................................................................xi

DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 5

1. Tujuan Umum ........................................................................................... 5

2. Tujuan Khusus........................................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 6

1. Bagi Instansi Rumah Sakit ........................................................................ 6

2. Bagi Institusi Pendidikan .......................................................................... 6

3. Bagi peneliti selanjutnya ........................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 7

A. Definisi Code Blue ........................................................................................ 7

B. Tujuan Code Blue ......................................................................................... 8

C. Organisasi Code Blue ................................................................................... 9

D. Code Blue Team ......................................................................................... 10

E. Fase Code Blue ........................................................................................... 11

viii
1. Alert System ............................................................................................ 11

2. Intervensi segera di tempat kejadian ....................................................... 13

3. Kedatangan Code Blue Team .................................................................. 14

4. Perawatan Definitif ................................................................................. 15

5. Peralatan dan Pelatihan ........................................................................... 16

F. Algoritma Code Blue .................................................................................. 17

G. Waktu Tanggap Dalam Penanganan Kegawatdaruratan ............................. 18

H. Insiden Kejadian Code Blue........................................................................ 18

I. Kerangka Teori ........................................................................................... 20

BAB III KERANGKA KONSEP ....................................................................... 21

BAB IV METODE PENELITIAN ..................................................................... 22

A. Desain Penelitian ........................................................................................ 22

B. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 22

1. Tempat Penelitian .................................................................................... 22

2. Waktu Penelitian ..................................................................................... 22

C. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................................. 22

1. Populasi ................................................................................................... 22

2. Sampel ..................................................................................................... 22

3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ................................................................... 23

D. Alur Penelitian ............................................................................................ 24

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................................. 25

1. Variabel Penelitian .................................................................................. 25

2. Definisi Operasional ................................................................................ 25

F. Instrumen Penelitian ................................................................................... 27

1. Lembar Observasi ................................................................................... 27

ix
2. Stopwatch ................................................................................................ 28

G. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 28

1. Data primer .............................................................................................. 28

2. Data sekunder .......................................................................................... 29

H. Pengolahan dan Analisa Data ..................................................................... 29

1. Pengolahan Data ...................................................................................... 29

2. Analisa univariat ..................................................................................... 30

I. Etika Penelitian ........................................................................................... 31

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 33

A. Hasil Penelitian.............................................................................................. 33

B. Pembahasan ................................................................................................... 42

C. Keterbatasan Penelitian ................................................................................. 52

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 54

A. Kesimpulan ................................................................................................. 54

B. Saran ........................................................................................................... 54

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 56

x
DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 5.1 Karakteristik Pasien Code Blue di Ruang Rawat Inap

Dewasa RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo................................ 34

Tabel 5.2 Pelaksanaan Algoritma Code Blue di Ruang Rawat Inap

Dewasa RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo................................. 35

Tabel 5.3 Waktu Tanggap Code Blue Team RS. Dr. Wahidin

Sudirohusodo dalam Menanggapi Kejadian Code Blue......... 36

Tabel 5.4 Waktu Pemanggilan Code Blue di Ruang Rawat Inap

Dewasa RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo................................. 36

Tabel 5.5 Waktu tanggap Code Blue berdasarkan tempat kejadian

Code Blue di ruang rawat inap dewasa RS. Dr. Wahidin

Sudirohusodo........................................................................... 37

Tabel 5.6 Outcome Pelaksanaan Code Blue di Ruang Rawat Inap

Dewasa RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo.................................. 37

Tabel 5.7 Outcome Code Blue berdasarkan Karakteristik pasien

Code Blue di ruang rawat inap dewasa RS. Dr. Wahidin

Sudirohusodo............................................................................ 38

xi
DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Kerangka Konsep..................................................................................21

Bagan 4.1 Alur Penelitian......................................................................................24

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner

Lampiran 2 Master Tabel

Lampiran 3 Hasil Analisa Data

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penanganan gawat darurat merupakan seluruh tindakan yang dilakukan

pada saat kondisi gawat dan memerlukan penanganan yang haruslah benar-

benar efektif dan efisien. Hal ini dikarenakan pada kondisi tertentu pasien dapat

kehilangan nyawa hanya dalam hitungan menit saja (Sutawijaya, 2009). Salah

satu indikator keberhasilan penanganan gawat darurat adalah kecepatan

memberikan pertolongan kepada penderita gawat darurat. Keberhasilan waktu

tanggap sangat tergantung kepada kecepatan yang tersedia serta kualitas

pemberian pertolongan untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah kecacatan

(Maatilu, Mulyadi, & Malara, 2014).

Ketika terjadi kejadian gawat darurat diperlukan suatu sistem untuk

mengingatkan petugas kesehatan dalam berbagai situasi darurat di rumah sakit.

Sistem tersebut dibuat sebagai sistem respon cepat untuk resusitasi dan

stabilisasi situasi darurat medis yang terjadi dalam wilayah rumah sakit.

Sistem respon cepat tersebut biasa disebut dengan istilah Code Blue, Code Blue

adalah sistem manajemen darurat yang dibentuk untuk menangani kasus yang

membutuhkan intervensi medis darurat (Sahin, Ozdinc, Yoldas, Goktay, &

Dorak, 2016). Aktivasi kode ini dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional

dan ditanggapi langsung oleh personil yang telah ditunjuk untuk intervensi

kasus gawat darurat yang terjadi, penggunaan kode dimaksudkan untuk

menyampaikan informasi penting secara cepat dengan meminimalkan


1
kesalahpahaman yang terjadi diantara staf rumah sakit (Eroglu, Onur, Urgan,

Denizbasi, & Akoglu, 2014).

Kejadian Code Blue ini sering dikaitkan erat dengan kejadian serangan

jantung (Cardiac Arrest) atau kejadian situasi gagal nafas akut (Respiratory

Arrest) karena sangat berkaitan erat dengan kelangsungan hidup seseorang.

Kegagalan bertindak dalam keadaan gawat darurat pada serangan jantung dan

gagal nafas akut dapat menyebabkan kematian. Data American Health

Association (AHA) tahun 2012 menunjukkan bahwa setiap tahun sebanyak

295.000 kasus terjadi serangan jantung yang ditangani baik di rumah sakit

maupun diluar rumah sakit. Berdasarkan hasil penelitian American Heart

Association pada bulan Juni 2015 didapatkan data angka kematian sebesar

31,3% di Amerika Serikat akibat gangguan kardiovaskuler (American Heart

Association, 2015).

Penelitian tentang Code Blue telah dilakukan Eroglu et al (2014) di

Marmara University Pendik Research and Training Hospital istambul Turki

dengan tujuan menentukan kasus Code Blue yang salah dan alasan

penyalahgunaannya. Hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa telah dilakukan

89 aktivasi code blue dalam bulan Januari – Juni 2012. Pasien pada 89 aktivasi

Code Blue didiagnosis dengan cardiopulmonary arrest 8 pasien, perubahan

status mental 18 pasien, presinkop 11 pasien, nyeri dada 12 pasien, gangguan

conversive 18 pasien, dan kekhawatiran petugas kesehatan kepada pasien 22

pasien. Dari kasus cardiopulmonary arrest 6 dari 8 pasien selamat dan 2 lainnya

meninggal dunia.

2
Penelitian lain yang dilakukan Sahin et al (2014) tentang evaluasi Code

Blue di rumah sakit Dr. Behcet Uz ChilDren, Turki dengan tujuan menganalisis

penggunaan alarm Code Blue di rumah sakit anak didapatkan bahwa waktu

kedatangan tim untuk kasus Code Blue berkisar antara 1 sampai 5 menit dan

rata-rata durasi waktunya adalah 73,2 detik. Waktu kedatangan selama 1 menit

sebesar 82,4%, 2 menit sebesar 13,7%, dan 3 menit sebesar 3,9%. Dalam

evaluasi total 139 aktivasi Code Blue yang terjadi antara tanggal Januari 2014

- Januari 2015 didapatkan satu (0,7%) dari panggilan biru kode adalah untuk

kasus cardiac arrest, 2 (1,4%) dari aktivasi Code Blue adalah untuk kasus

respiratory arrest.

Pelaksanaan Code Blue Indonesia telah diatur dalam Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No. 129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standar

Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Menyatakan bahwa dalam pelayanan gawat

darurat rumah sakit harus menyediakan tim pemberi pelayanan gawat darurat

yang bersertifikat BLS/PPGD/GELS/ALS dengan waktu tanggap pelayanan

gawat darurat sebesar ≤ 5 menit setelah pasien datang (Kemenkes, 2009).

Data kunjungan pasien ke rumah sakit umum di seluruh indonesia

mencapai 33.094.000 pasien, jumlah yang signifikan ini kemudian memerlukan

perhatian yang cukup besar dengan pelayanan gawat darurat (Kemenkes, 2009).

RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo sendiri pada bulan Januari-oktober 2017 jumlah

kunjungannya mencapai 52.662 pasien. Grafik perbandingan kunjungan ke RS.

Dr. Wahidin Sudirohusodo adalah kunjungan rawat jalan sebesar 84,8 %,

kunjungan rawat inap sebesar 8,5 %, kunjungan IGD sebesar 6,7 %. Data

3
Response Time di IGD RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo yang diperoleh dari

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sabriyanti (2012) menunjukkan

waktu tanggap penanganan kasus IGD Bedah yang tepat sebanyak 67,9 %

sedangkan pada IGD Non-Bedah yang tepat sebanyak 82,1 %

Penelitian ini dilakukan di RS. DR. Wahidin Sudirohusodo dikarenakan

RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo sebagai salah satu rumah sakit terbesar dan

menjadi pusat rujukan di Indonesia timur serta memiliki daya tarik dalam

pengelolaan dan manajerial penanganan kegawatdaruratan. Pelaksanaan Code

Blue sendiri di RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo masih terbilang baru yaitu

dimulai pada tahun 2013. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik

melakukan penelitian tentang “Gambaran Pelaksanaan Code Blue di Ruang

Rawat Inap Dewasa RS. DR. Wahidin Sudirohusodo.

B. Rumusan Masalah

Ketika kejadian gawat darurat terjadi diperlukan bentuk penangan yang

cepat dan efektif guna menangani kejadian gawat darurat tersebut. Penanganan

yang cepat dan efektif diperlukan karena pada kondisi tertentu pasien dapat

kehilangan nyawa hanya dalam hitungan menit saja untuk kasus-kasus gawat

darurat. Menanggapi hal tersebut dibuatlah suatu sistem manajemen gawat

darurat guna menanggapi kasus-kasus gawat darurat tertentu yang biasa disebut

dengan Code Blue. Code Blue diaktivasi ketika terjadi ketika terjadi kejadian

Cardiac dan Respiratory Arrest dan situasi gawat darurat lainnya yang dirasa

perlu penanganan serius. Kunjungann ke IGD di Rumah sakit di Indonesia

terbilang cukup besar begitu pula di RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo sehingga

4
perlu perhatian khusus dalam hal menanggapi kejadian gawat darurat.

Penelitian ini dilakukan dikarenakan kurangnya penelitian terkait Code Blue

terutama di Indonesia itu sendiri. Berdasarkan latar belakang di atas, maka

peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimana gambaran

pelaksanaan Code Blue di Ruang Rawat Inap Dewasa RS. Dr. Wahidin

Sudirohusodo?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui gambaran pelaksanaan Code Blue di Ruang Rawat Inap Dewasa

RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui bagaimana pelaksanaan Algoritma Code Blue ketika terjadi

kejadian Code Blue di Ruang Rawat Inap Dewasa RS. Dr. Wahidin

Sudirohusodo

b. Diketahui bagaimana Respon Time Code Blue Team dalam menanggapi

kejadian Code Blue di Ruang Rawat Inap Dewasa RS. Dr. Wahidin

Sudirohusodo

c. Diketahui tingkat keberhasilan dan outcome Code Blue dalam

menanggapi kejadian Code Blue di Ruang Rawat Inap Dewasa RS. Dr.

Wahidin Sudirohusodo.

5
D. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan diharapkan memberikan manfaat bagi pihak-

pihak yang terkait, antara lain :

1. Bagi Instansi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan dalam rangka peningkatan kualitas Code Blue

Team dalam pelakasanaan Code Blue dimana hasilnya nanti dapat

digunakan sebagai referensi untuk meningkatkan mutu pelayanan serta

keselamatan pasien

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan informasi pendahuluan bagi penelitian serupa di masa

mendatang atau sebagai informasi pembanding bagi penelitian di masa lalu

meskipun dari sudut pandang yang berbeda.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai gambaran awal untuk

penelitian selanjutnya.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Code Blue

Code Blue adalah kode warna sistem manajemen darurat rumah sakit

yang menandakan adanya seorang pasien yang sedang mengalami serangan

jantung (Cardiac Arrest) atau mengalami situasi gagal nafas akut (Respiratory

Arrest). Dan situasi darurat lainnya yang menyangkut dengan nyawa pasien dan

membutuhkan intervensi medis darurat agar terciptanya stabilisasi situasi

darurat medis yang terjadi dalam wilayah rumah sakit (Ghamdi, Essawy, &

Qahtani, 2014).

Sistem Code Blue dibentuk untuk memastikan bahwa semua keadaan

darurat di rumah sakit telah disediakan penanganan dengan resusitasi dan

stabilisasi dengan respon waktu yang segera. Sistem respon ini terbagi dalam 2

tahap. Yaitu tanggapan awal (responden pertama) harus selalu dari petugas

rumah sakit yang berada di sekitarnya. Dimana petugas rumah sakit dilatih

dengan keterampilan Basic Life Support (BLS), dan tanggapan kedua

(responder kedua) dari tim khusus dan terlatih dari departemen diidentifikasi

oleh pihak berwenang rumah sakit. Ditunjang dengan peralatan Basic Life

Support (BLS) ditempatkan pada lokasi strategis rumah sakit untuk

memungkinkan respon cepat (Eroglu, Onur, Urgan, Denizbasi, & Akoglu,

2014).

7
Proses Code Blue menekankan pada rantai kelangsungan hidup (the

chain of survival) diantaranya yang pertama adalah mendeteksi segera kondisi

korban dan meminta pertolongan (early access), rantai kedua adalah resusitasi

jantung paru (RJP) segera (early cardiopulmonary resuscitation), rantai ketiga

adalah defibrilasi segera (early defibrillation), rantai keempat adalah tindakan

bantuan hidup lanjut segera (early advanced cardiovascular life support) dan

rantai kelima adalah perawatan paska henti jantung (post cardiac-arrest care)

(Leon, Ricardo, Stephen, & Mary, 2011).

B. Tujuan Code Blue

Berdasarkan manajemen kegawatdaruratan di rumah sakit Sultanah Aminah

Johor Bahru menyatakan bahwa, tujuan dari Code Blue adalah (Saed & Mohd,

2017) :

1. Untuk menyediakan penanganan resusitasi dan stabilisasi korban gawat

darurat yang mengalami permasalahan cardio-respiratory dan kejadian

gawat darurat lainnya dalam lingkungan rumah sakit.

2. Untuk membentuk tim terlatih yang dapat digunakan untuk penanganan

cepat dari rumah sakit.

3. Untuk memulai pelatihan keterampilan Basic Life Support (BLS) dan

penggunaan Automated defibrillator eksternal (AED) untuk semua staf

rumah sakit yang berbasis klinis atau non klinis.

4. Untuk memulai penempatan peralatan Basic Life Support (BLS) di berbagai

lokasi strategis di dalam lingkungan rumah sakit untuk memfasilitasi respon

cepat untuk keadaan gawat darurat

8
5. Untuk mesmbuat rumah sakit aman dan siap tanggap untuk keadaan gawat

darurat.

C. Organisasi Code Blue

Code Blue Team (CBT) adalah tim yang terdiri dari dokter dan

paramedis yang ditunjuk sebagai "Code-team", yang secara cepat ke pasien

untuk melakukan tindakan penyelamatan. Tim ini menggunakan crash-cart,

kursi roda/tandu, alat - alat penting seperti defibrilator, peralatan intubasi,

suction, oksigen, ambubag, obat-obatan resusitasi (adrenalin, atropin,

lignocaine) dan IV set untuk menstabilkan pasien (Saed & Mohd, 2017).

Code Blue Team merupakan tim yang selalu tersedia sepanjang waktu

dan cepat tanggap dalam menanggapi keadaan gawat darurat. Dimana Code

Blue Team primer merupakan tim yang berisikan anggota tim yang telah

menguasai pelatihan Basic Life Support (BLS). Code Blue Team terdiri dari 3

sampai 4 anggota antara lain (RS Islam Jemursari, 2015):

1. Koordinator tim Dijabat oleh dokter ICU/NICU yang bertugas

mengkoordinir segenap anggota tim. dengan Kualifikasi:

a. Memiliki SIP yang masih berlaku.

b. Memiliki ATLS atau ACLS.

c. Memiliki kewenangan klinis dalam hal kegawatdaruratan medis

2. Penanggung Jawab Medis yang dijabat oleh dokter jaga/ dokter ruangan

yang bertugas untuk mengidentifikasi awal / triage pasien, memimpin

penanggulangan pasien saat terjadi kegawatdaruratan, memimpin tim saat

pelaksanaan RJP dan menentukan sikap selanjutnya.

9
3. Perawat pelaksana dimana tugasnya antara lain bersama dokter

pemanggungjawab medis melakukan triage pada pasien dan membantu

dokter penanggungjawab medis menangani pasien gawat darurat.

4. Tim resusitasi didalamnya terdapat perawat terlatih dan dokter ruangan

/dokter jaga dimana tugasnya memberikan bantuan hidup dasar kepada

pasien gawat darurat, melakukan resusitasi jantung paru kepada pasien

gawat darurat

Setiap anggota Code Blue Team akan memiliki tanggung jawab yang

ditunjuk seperti pemimpin tim, manajer airway, kompresi dada, IV line,

persiapan obat dan defibrilasi. Setiap anggota tim yang ditunjuk harus

membawa hand phone

Koordinator Tim

Penanggung Jawab Medis : Tim Resusitasi : Perawat Pelaksana :


Doker Jaga IGD Perawat Terlatih 1. Perawat IGD
2. Perawat IRI
3. Penata Anestesi

D. Code Blue Team

Code Blue Team memerlukan kebutuhan mendasar yang harus

dimiliki oleh anggota Code Blue Team yaitu pengetahuan dan kemampuan

yang cukup, karena Sistem Kesehatan di Code Blue Team membutuhkan

resuscitators khusus. Pelatihan yang efektif dalam resuscitators calon akan

10
memastikan kualitas CPR yang diberikan kepada pasien. Adapun pelatihan

yang harus dimiliki oleh Code Blue Team antara lain (Sultanah Aminah Johor

Bahru, 2017) :

1. Basic Life Support (BLS) acuan pada penyedia layanan kesehatan

perawatan profesional yang berikan kepada pasien yang mengalami

serangan jantung atau obstruksi jalan napas. BLS meliputi keterampilan

psikomotorik untuk melakukan cardiopulmonary resuscitation (CPR)

berkualitas, menggunakan Automated defibrillator eksternal (AED) dan

menghilangkan sumbatan jalan napas untuk pasien dari segala usia. BLS

juga berfokus pada integrasi keterampilan kunci untuk membantu tim

penyelamat mencapai hasil pasien optimal

2. Advanced Cardiac Life Support (ACLS) merupakan bantuan hidup lanjut

pada kasus henti jantung. Dengan tatalaksana penggunaan defibrillator

dan obat-obatan. Serta pelatihan keterampilan dalam skill station dan

megacode dengan menggunakan alat-alat simulator

E. Fase Code Blue

Dalam menanggapi kejadian Code Blue tahapan/fase dalam

pelaksanaannya terdiri dari beberapa fase diantaranya (RS Sari Asih

Sangiang, 2015) :

1. Alert System

Alert System merupakan sistem yang terkoordinasi di suatu tempat

untuk mengaktifkan peringatan terjadinya keadaan darurat medis dalam

rumah sakit untuk anggota Code Blue Team. Jika keadaan darurat medis

11
terjadi, setiap personil rumah sakit mana saja dalam dapat mengaktifkan

Code Blue melalui telepon atau panggilan untuk membantu dan

mengaktifkan Code Blue :

a. Local Alert

Sistem ini bergantung pada mekanisme yang dibuat oleh Zona

Koordinator, contoh: Pengumuman melalui sistem Code Blue lalu

akan menampilan nama-nama Code Blue Team di lokasi yang

strategis zona mereka setelah kasus Code Blue terjadi, tim Primer

harus meninggalkan pekerjaannya dan mengambil tas Code Blue lalu

bergegas ke lokasi dan memulai CPR / BLS.

b. Hospital Alert

Saat Code Blue diaktifkan hal itu akan langsung terhubung ke

Medical Emergency Call Center (MECC) dan Code Blue Team yang

bertanggung jawab atau yang berada di sekitar tempat darurat akan

menanggapi situasi Code Blue sesegera mungkin. Para anggota tim

akan memobilisasi alat resusitasi dan bergegas ke lokasi gawat

darurat. Jika ada tim yang tidak yakin apakah lokasi gawat darurat

berada di daerah mereka cakupan, mereka tetap harus menanggapi

alarm Code Blue. Durasi waktu yang dibutuhkan dari menerima alam

Code Blue dan kedatangan tim Code Blue di lokasi kejadian adalah 5

sampai 10 menit. Standar pelayanan ini akan diberi batas waktu &

dikaji kinerjanya dan sebagai pemeriksaan jaminan kualitas untuk

menentukan sistem peringatan dan menjaga respon cepat dari Code

12
Blue Team.

2. Intervensi segera di tempat kejadian

Tenaga rumah sakit di tempat di mana keadaan gawat darurat terjadi (pasien

tidak sadar atau dalam cardiac atau respiratory arrest) memiliki tanggung

jawab untuk meminta bantuan lebih lanjut, memulai resusitasi

menggunakan keterampilan dari BLS serta peralatan yang lengkap.

a. Nomor Code Blue dan nomor MECC akan ditempatkan di bangsal,

departemen, divisi, unit, kantor, lift, koridor, kantin, taman-taman,

tempat parkir, trotoar dll dan lokasi lainnya dalam rumah sakit.

b. Petugas rumah sakit yang menemukan korban harus segera

mengaktifkan pemberitahuan lokal untuk Code Blue Team atau

menginstruksikan seseorang untuk melakukannya, mereka juga harus

meminta bantuan lebih lanjut jika tersedia.

c. Pada saat yang sama, aktivasi pemberitahuan rumah sakit harus

dilakukan dengan menekan tombol Code Blue rumah sakit.

d. Pihak yang bertanggung jawab atau bertanggung jawab atas daerah

tertentu (misalnya dari ruangan lain) juga harus diberitahu untuk

datang ke lokasi segera.

e. Sambil menunggu kedatangan Code Blue Team, jika ada petugas

rumah sakit yang terlatih BLS, mereka harus memulai BLS (posisi

airway, bantuan pernapasan, kompresi dada dll).

f. Jika tidak ada staf BLS terlatih untuk pasien, petugas rumah sakit

harus menunggu bantuan yang berpengalaman dan menjaga lokasi

13
dari kerumunan orang.

g. Jika monitor jantung, defibrillator manual atau Automated

defibrillator eksternal (AED) tersedia, peralatan ini harus melekat

kepada pasien untuk menentukan kebutuhan defibrilasi; Tahap ini

dilakukan oleh staf yang berpengalaman atau staf terlatih Advance

Cardiac Life Support (ACLS).

h. Setiap departemen, divisi, atau unit harus berusaha untuk memastikan

bahwa staf mereka dilatih keterampilan BLS dan alat resusitasi atau

troli emergency dilengkapi setidaknya peralatan dasar resusitasi dan

ditempatkan di lokasi strategis.

i. Petugas rumah sakit di masing-masing ruangan akan bertanggung

jawab untuk pemeliharaan resusitasi kit.

j. Jika pasien berhasil diresusitasi sambil menunggu kedatangan tim

Code Blue, petugas rumah sakit yang ada di lokasi harus

menempatkan pasien dalam posisi pemulihan dan memantau tanda-

tanda vital.

k. Semua kasus Code Blue harus dievaluasi lebih lanjut hasilnya

3. Kedatangan Code Blue Team

a. Setelah anggota Code Blue Team menerima aktivasi Code Blue,

mereka harus menghentikan tugas mereka saat ini, mengumpulkan

resusitasi kit mereka (tas peralatan) dan bergegas ke lokasi darurat

medis.

b. Mereka harus mengerahkan diri mereka sendiri dengan cepat dan

14
lancar dan menggunakan rute terpendek yang tersedia.

c. Respon waktu (layanan standar) dari waktu dari Code Blue call /

aktivasi kedatangan Code Blue Team di tempat kejadian akan

disimpan.

d. Ketika kedatangan Code Blue mengalami penundaan karena berbagai

alasan; Oleh karena itu, kebutuhan untuk Code Blue team untuk tidak

hanya terdiri dari satu staf tetapi juga staf dari departemen lain. Selain

itu, sangat penting bahwa setiap tenaga medis di lokasi kejadian mulai

langkah BLS.

e. Jika korban masih dalam cardiac dan respiratory ketika tim respon

Code Blue tiba di tempat kejadian, tim akan mengambil alih tugas

resusitasi; staf di tempat kejadian harus tinggal di sekitar untuk

memberikan bantuan tambahan jika diperlukan.

f. Setiap kasus Code Blue akan kirim ke ETD terlepas kondisi pasien

baik mempertahankan kembalinya sirkulasi spontan (ROSC) atau

tidak. Dalam ETD, disposisi pasien akan diputuskan setelah integrasi

pasca perawatan serangan jantung.

4. Perawatan Definitif

a. Keadaan darurat medis yang terjadi di setiap daerah baik klinis atau

non-klinis dan baik melibatkan rawat inap atau rawat jalan (umum)

akan dihadiri oleh Code Blue team, pasien ini akan diangkut ke ETD

untuk resusitasi lanjut dan perawatan definitif dimana ditempat ini

biasanya tidak memiliki infrastruktur yang memadai dan peralatan

15
untuk perawatan lanjutan.

b. Jika resusitasi tidak berhasil (korban meninggal di TKP), korban

masih perlu ditransfer ke ETD untuk dokumentasi lebih lanjut atau

konfirmasi kematian.

c. Setiap kasus code blue akan menerima perawatan definitive setelah

perawatan pasca integrasi serangan jantung dan diskusi dalam ETD.

5. Peralatan dan Pelatihan

a. Semua tingkat staf rumah sakit harus cukup terlatih setidaknya BLS

dan penggunaan AED.

b. AED dan alat resusitasi dasar harus ditempatkan di berbagai tempat

di rumah sakit yang mudah diakses untuk tenaga medis dan Code

Blue Team

c. Peralatan Code Blue Team terdiri dari beberapa zona diantaranya

zona risiko rendah dimana peralatannya terdiri dari sarung tangan,

pocket masker, guerdel/oropharyngeal airway, kotak pertolongan.

Pada zona resiko tinggi dan ETD peralatan Code Blue Team terdiri

dari oksigen tangki dan tabung, pocket mask, bag-valve mask

defibrillator manual atau AED, sarung tangan sekali pakai dan steril,

perangkat Extraglottic (LMA / LT), kursi roda atau tandu, stetoskop,

alat suntik dan jarum, infus set, glucometer, obat- Dextrose 50%,

Dextrose 10%, Normal Saline, Adrenalin, Atropin, Amiodarone,

Diazepam, GTN Tab dan Aspirin, sphygmomanometer, torch light

d. Lanjutan pelatihan dapat diperoleh melalui bagian Diklat Rumah Sakit.

16
e. Pemeliharaan alat resusitasi ini adalah tanggung jawab staf yang bekerja

di tempat alat ditempatkan.

f. Peralatan dan obat - untuk diperiksa dan diisi kembali setelah setiap

respon Code Blue.

F. Algoritma Code Blue

Algoritma Code Blue merupakan urutan atau langkah-langkah dalam

menanggapi kejadia Code Blue yang terjadi adapun Algoritma Code Blue

antara lain (Saed & Mohd, 2017) :

1. Ditemukan pasien Cardiac/Respiratory arrest

2. Staff rumah sakit memanggil pertolongan dan mengaktifasi alarm atau

menghubungi nomor telepon Code Blue Team

3. Penolong pertama terlebih dahulu melakukan BLS/CPR bila memiliki

skill yang mumpuni sampai Code Blue Team datang. Jika tidak mampu

melakukan BLS/CPR tunggu pertolongan datang dan amankan pasien

4. Setelah aktifasi Code Blue, petugas yang bertugas di sekitar tempat

kejadian bergegas menuju lokasi dengan membawa alat resusitasi

5. Setelah Code Blue Team datang, Code Blue Team akan mengambil /alih

resusitasi dan RJP dilanjutkan dan mendokumentasikan semua kegiatan

yang dilakukan

6. Pindahkan pasien secepat mungkin setelah pasien stabil untuk

mendapatkan perawatan lebih lanjut, jika resusitasi berhasil atau korban

meninggal di tempat, pasien tetap harus dipindahkan untuk mendapat

perawatan lebih lanjut atau konfirmasi kematian.

17
G. Waktu Tanggap Dalam Penanganan Kegawatdaruratan

Salah satu indikator keberhasilan penanggulangan medik penderita

gawat darurat adalah kecepatan memberikan pertolongan yang memadai

kepada penderita gawat darurat baik pada keadaan rutin sehari – hari atau

sewaktu bencana. Keberhasilan waktu tanggap atau respons time sangat

tergantung pada kecepatan yang tersedia serta kualitas pemberian

pertolongan untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah cacat sejak di

tempat kejadian, dalam perjalanan hingga pertolongan rumah sakit (Haryatun

& Sudaryanto, 2008).

Respons time merupakan waktu antara dari permulaan suatu kejadian

gawat darurat hingga ditanggapi oleh petugas kesehatan dengan kata lain

dapat disebut waktu tanggap, waktu tanggap yang baik bagi pasien yaitu ≤ 5

menit (Menteri Kesehatan RI, 2008).

Pada kasus-kasus penanganan Code Blue berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Sahin (2014) didapatkan bahwa dari 139 total panggilan Code

Blue didapatkan waktu kedatangan tim untuk kasus Code Blue berkisar antara

1 sampai 5 menit dengan rata-rata durasi 94,2 detik. Waktu kedatangan 1

menit sebanyak 56,8% dari kasus, 2 menit sebanyak 30,9% dari kasus, 3

menit sebanyak 11,5% dari kasus, dan 5 menit sebanyak 0,7% dari kasus.

H. Insiden Kejadian Code Blue

Pada awalnya kegiatan Code Blue ini digunakan untuk menangani

kasus cardiac/respiratory arrest namun dalam perjalanannya Code Blue ini

sudah digunakan untuk menanggapi situasi gawat darurat lainnya, seperti

18
penelitian yang dilakukan oleh Eroglu et al (2014) dengan tujuan

menentukan kasus Code Blue, didapatkan bahwa aktivasi Code Blue

dilakukan pada pasien didiagnosis dengan cardiopulmonary arrest (8),

perubahan status mental (18), presinkop (11), nyeri dada (12), gangguan

conversive (18), dan kekhawatiran staf rumah sakit terhadap pasien (22).

Penelitian lain dilakukan oleh Sahin et al (2014) untuk menganalisis

penggunaan Code Blue menunjukkan bahwa dari total 139 panggilan Code

Blue, 88 pasien merupakan perempuan dan 51 pasien adalah laki-laki dengan

usia rata-rata 26,01 tahun, satu dari panggilan Code Blue adalah untuk kasus

seranngan jantung, 2 panggilan untuk kasus pernapasan, dan 136 untuk

kasus-kasus non-cardiac/respiratoty arrest

19
I. Kerangka Teori

Organisasi Code Blue Peralatan Code Blue

1. Koordinator Tim 1. Personal Kit


2. Penanggung Jawab 2. Emergency
Medis Medical Kit
3. Perawat Pelaksana 3. Circulation
4. Tim Resusitasi Support
4. Minor Surgery
5. Obat-Obatan

1. Telah mengikuti
Pelatihan BLS
2. Telah Mengikuti
Pelatihan ACLS

Code Blue
1. Alert System
2. Penanganan Gawat
Darurat

Alert System Penanganan Gawat Darurat

1. Local Alert 1. Airway


2. Hospital Alert 2. Breathing
3. Resuisitasi jantung
Paru

Response Time
Outcome
1. Resuisitasi Lanjut
2. Meninggal
3. Perawatan Definitif

20
BAB III

KERANGKA KONSEP

Berdasarkan landasan teori pada tinjauan pustaka, maka kerangka

konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam bentuk seperti :

Pelaksanaan
Algoritma Code
Blue

PELAKSANAAN CODE BLUE Waktu tanggap


DI RS. DR. WAHIDIN Code Blue
SUDIROHUSODO
Tingkat
Keberhasilan dan
Outcome Code
Blue
pelaksanaaCode
BLue

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

21
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan

rancangan penelitian deskriptif dan pendekatan observasional. yaitu

menggambarkan atau mengungkapkan kejadian yang terjadi dan dianalisa

dalam bentuk tabel dan didistribusikan serta dianalisa (Sugiyono, 2013).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RS Dr. Wahidin Sudirohusodo

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai pada bulan April - Januari 2017

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah semua

kejadian Code Blue di RS Dr. Wahidin Sudirohusodo

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian

(Notoatmodjo, 2012). Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Non-

probability sampling dengan teknik accidental sampling. Accidental

sampling adalah teknik penentuan sample berdasarkan kebetulan, yaitu

22
siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat

digunakan sebagai sampel, bila dipandang cocok sebagai sumber data

(Sugiyono, 2013)

3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

a. Kriteria Inklusi

merupakan persyaratan umum yang harus dipenuhi agar subjek dapat

diikutsertakan (Sugiyono, 2013).

1) Kejadian Code Blue terjadi di ruang rawat inap dewasa RS. Dr.

Wahidin Sudirohusodo

b. Kriteria Ekslusi

Merupakan keadaan yang menyebabkan subjek penelitian tidak dapat

diikutsertakan dalam penelitian karena menganggu pengukuran

interpretasi, menganggu dalam pelaksanaan, hambatan etis dan subjek

menolak untuk berpartisipasi (Sugiyono, 2013).

1) Pasien dengan Do not Attempt Resuscitation (DNAR)

2) Kejadian Code Blue terjadi di ruang kritis, IGD, dan Pusat Jantung

Terpadu (PJT) RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo

23
D. Alur Penelitian

Persetujuan Judul Oleh Pembimbing I & II

Izin Pengambilan Data Awal

Pengambilan Data Awal (Data Sekunder)

Penetapan Sampel (Kriteria inklusi & eksklusi)

Izin Penelitian ke Instansi Terkait

Penetapan Waktu Penelitian Berdasarkan Jadwal Perawat

Pengambilan Data Dengan Observasi

Pengolahan dan Analisa Data

Hasil Dan Pembahasan

Kesimpulan

Bagan 4.1 Alur Penelitian

24
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013).

Dalam penelitian ini menggunakan beberapa variabel, yaitu :

a. Pelaksanaan Algoritma Code Blue di Ruang Rawat Inap Dewasa RS. Dr.

Wahidin Sudirohusodo

b. Waktu tanggap Code Blue Team di RS DR. Wahidin Sudirohusodo

dalam menanggapi kejadian Code Blue

c. Tingkat keberhasilan dan Outcome pelaksanaan Code Blue di Ruang

Rawat Inap Dewasa RS. DR. Wahidin Sudirohusodo

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang membatasi ruang

lingkup atau pengertian dari variabel – variabel yang diamati atau diteliti

(Notoatmodjo, 2012).

a. Pelaksanaan Algoritma Code Blue

Algoritma Code Blue merupakan suatu urutan dari beberapa langkah

pananggapan kejadian Code Blue yang telah ditetapkan dan dijadikan

acuan dalam pelaksanaan kejadian Code Blue mulai dari kejadian Code

Blue hingga pasien kembali ke keadaan stabil atau telah mendapat

penanganan yang memadai.

25
Kriteria Objektif :

1) Baik : Jika seluruh kegiatan algoritma Code Blue dilakukan

dengan sistematis, atau pasien dinyatakan meninggal sebelum

mendapatkan penanganan dari Code Blue Team dengan waktu

tanggap yang tepat.

2) Kurang Baik : Jika ada pelaksanaan algoritma Code Blue yang

tidak dilaksanakan dan pelaksanaannya tidak sistematis pasien

meninggal sebelum mendapatkan penanganan dari Code Blue

Team dengan waktu tanggap tidak tepat.

b. Waktu tanggap Code Blue Team di RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo

dalam menanggapi kejadian Code Blue.

Waktu tanggap merupakan waktu dari penanggapan kejadian Code

Blue yang dimulai dari berbunyinya alarm Code Blue hingga Code Blue

Team datang ke tempat kejadian Code Blue dan melakukan penanganan

kegawat daruratan.

Kriteria Objektif :

1) Tepat : Waktu tanggap (respon time) dikatakan tepat waktu atau

tidak terlambat apabila waktu tanggap ≤ 5 menit

2) Terlambat : Waktu tanggap (respon time) dikatakan terlambat

apabila waktu tanggap > 5 menit

26
c. Tingkat keberhasilan dan Outcome Pelaksanaan Code Blue

Tingkat keberhasilan dan Outcome pelaksanaan Code Blue

merupakan bagaimana hasil yang didapatkan dan tingkat kesuksekan

pelaksanaan Code Blue diliat dari bagaimana keadaan pasien setelah

mendapatkan penanganan yang cepat dan efisien dari Code Blue Team

Kriteria Objektif

1) Berhasil : apabila pasien yang mendapatkan penanganan Code

Blue berhasil diselamatkan, pasien Code Blue meninggal dunia

sebelum mendapatkan penanganan dari Code Blue Team dengan

waktu tanggap tepat.

2) Tidak berhasil : apabila pasien tidak dapat diselamatkan setelah

mendapat penanganan dari Code Blue Team.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini untuk mengumpulkan data

dan menilai data dari responden, instrumen yang digunakan pada penelitian

ini yaitu dan lembar Standar Operasional Pelaksanaan (SOP) Code Blue RS.

Dr. Wahidin Sudirohusodo.

1. Lembar Observasi

Pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah dengan lembar

observasi untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Code Blue di RS. Dr.

Wahidin Sudirohusodo. Pada pengisian lembar observasi observer mengisi

waktu tanggap dari Code Blue Team dalam menanggapi aktivasi Code Blue,

insiden Code Blue yang terjadi, serta hasil pelaksanaan Code Blue. Penilaian

27
lain dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada

penatalaksanaan Code Blue. Observer dalam melakukan penilaian

memberikan cek list pada kolom yang tersedia yaitu : (YA) apabila

algoritma Code Blue dilakukan oleh Code Blue Team dan (TIDAK) apabila

algoritma Code Blue tidak dilakukan oleh Code Blue Team yang ada di

lembar observasi tersebut.

2. Stopwatch
Instrumen lain yang digunakan peneliti adalah dengan menggunakan

stopwatch, stopwatch digunakan untuk mengukur besaran waktu dari waktu

tanggap Code Blue Team dalam menanggapi kejadian Code Blue di Ruang

Rawat Inap Dewasa RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo. Waktu dimulai ketika

terjadi kejadian Code Blue hingga Code Blue Team tiba di tempat kejadian

Code Blue dan lama penanganan Code Blue juga dihitung besaran waktunya

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan kegiatan penelitian untuk mengumpulkan

data. Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan

digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar dapat

memperkuat hasil penelitian (Hidayat, 2007).

Pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan :

1. Data primer

Data dikumpulkan menggunakan lembar SOP pelaksanaan Code

Blue RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo dan Lembar Observasi, dimana

Lembar Observasi dibuat dengan mengacu pada tinjauan pustaka yang

28
terkait dengan gambaran pelaksanaan Code Blue di Ruang Rawat Inap

Dewasa RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo dan juga hal-hal terkait yang akan

diteliti dalam penelitian ini.

2. Data sekunder

Data diperoleh melalui penelusuran dokumen tentang pelaksanaan

Code Blue dan hal-hal yang terkait dengan Code Blue di RS. Dr. Wahidin

Sudirohusodo.

H. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya adalah

pengolahan data. Proses pengolahan data menurut Notoatmodjo (2012)

adalah :

a. Editing

Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian

formulir atau kuisioner. Langkah yang dilakukan adalah menata dan

menysun semua lembar jawaban skala yang terkumpul. Hasil

wawancara, angket, atau pengamatan harus dilakukan penyuntingan

(editing) terlebih dahulu. Jawaban yang memenuhi persyaratan

dipersiapkan untuk dilakukan pemprosesan data pada langkah

berikutnya.

b. Coding

Setelah penyuntingan dilakukan pengkodean atau coding, yaitu

mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau
29
bilangan sehingga data yang diperoleh dapat disederhanakan.

Pengkodean dilakukan dengan maksud untuk memudahkan proses

pengolahan data.

c. Memasukkan data (Processing)

Pemprosesan data atau pengolahan data pada penelitian ini

dimulai dengan tabulating skor atau melakukan entry data kasar. Data

yang sudah dalam bentuk kode dimasukkan ke dalam program

komputer. Salah satu paket program yang paling sering digunakan

untuk memasukkan data penelitian adalah SPSS for Windows.

Tujuan dilakukan tabulasi data ini adalah memastikan kesiapan data

dengan tepat sebelum di entry data kedalam program komputer.

d. Pembersihan data (Cleaning)

Apabila semua data telah dimasukkan, maka perlu dicek kembali

untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode

kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

2. Analisa univariat

Analisa univariat dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil

penelitian. Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Analisa ini akan

menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel yang diteliti. Pada

penelitian ini analisa univariat digunakan untuk mendeskripsikan gambaran

pelaksanaan code blue di RS. DR. Wahidin Sudirohusodo

30
I. Etika Penelitian

Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika untuk setiap kegiatan yang

melibatkan antara pihak yang diteliti (subjek penelitian) dan masyarakat yang

memperoleh dampak dari hasil penelitian tersebut. Penelitian kesehatan yang

mengikutsertakan subyek manusia harus mengedepankan aspek etik karena

manusia mempunyai hak asasi (Notoatmodjo, 2012).

Komisi Nasional Etika Penelitian Kesehatan (2007) menyatakan bahwa

etika penelitian meliputi :

1. Resfect for persons (prinsip menghormati harkat martabat manusia)

Merupakan bentuk penghormatan terhadap harkat martabat manusia

sebagai pribadi yang memiliki kebebasan berkehendak atau memilih dan

sekaligus bertanggung jawab secara pribadi terhadap keputusannya sendiri.

Penelitian yang dilakukan harus menghormati otonomi responden dan

melindungi responden terhadap otonominya yang terganggu atau kurang.

Peneliti menghornati hak subjek penelitian untuk ikut dalam penelitian

terkait Code Blue di RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo atau tidak sehingga

tidak terganggu kebebasannya berkehendak atau memilih.

2. Beneficence (prinsip etik berbuat baik)

Penelitian yang dilakukan dengan mengupayakan manfaat maksimal

dengan risiko minimal, memenuhi persyaratan ilmiah, peneliti mampu

melaksanakan penelitian sekaligus mampu menjaga kesejahteraan subjek

penelitian, serta tidak mencelakakan atau melakukan hal-hal yang

merugikan (non maleficence, do no harm) subjek penelitian. Peneliti yang

31
dilakukan tidak akan merugikan atau membahayakan responden, justru

responden mendapatkan informasi – informasi tentang pelaksanaan Code

Blue di RS. DR. Wahidin Sudirohusodo.

3. Justice (prinsip etik keadilan)

Penelitian yang dilakukan memperlakukan subjek penelitian dengan

moral yang benar dan pantas, memperhatikan hak dari subjek penelitian,

serta distribusi seimbang dan adil dari responden dalam hal ini Code Blue

Team di Ruang Rawat Inap Dewasa RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo

mendapat perlakuan yang sama dalam hal beban dan manfaat keikutsertaan

dalam peneliti.

32
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan mengenai hasil dan pembahasan penelitian tentang

gambaran pelaksanaan code blue di ruang rawat inap dewasa RS. Dr. Wahidin

sudirohusodo. Pengambilan data dilaksanakan mulai tanggal 14 – 31 Desember

2017. Pelaksanaan penelitian ini bertempat di ruang rawat inap dewasa RS. Dr.

Wahidin sudirohusodo, yaitu Lontara 1, Lontara 2, dan Lontara 3. Data

diperoleh menggunakan lembar observasi yang diisi langsung oleh peneliti dan

juga stopwatch untuk mengukur respon time dari Code Blue Team dalam

menanggapi kejadian Code Blue.

Peneliti mengidentifikasi data dan melakukan teknik Accidental sampling

yaitu penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara

kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel,

bila dipandang cocok sebagai sumber data. Peneliti meminta izin ke instansi

terkait sebagai bentuk persetujuan melakukan penelitian. Data yang terkumpul

diolah dan dianalisis secara univariat. Analisis univariat yang digunakan dalam

penelitian ini adalah distribusi frekuensi pervariabel untuk melihat gambaran

pelaksanaan code blue berserta komponennya. Hasil penelitian sebagai berikut:

33
1. Karakteristik Responden

Tabel 5.1
Karakteristik Pasien Code Blue di Ruang Rawat Inap Dewasa RS. Dr. Wahidin
Sudirohusodo

Karakteristik n %
Jenis Kelamin
Laki-Laki 13 61,9
Perempuan 8 38,1
Usia
Remaja Akhir 1 4,8
Dewasa Muda 2 9,5
Dewasa Akhir 4 19,0
Lansia Awal 4 19,0
Lansia Akhir 4 19,0
Manula 6 28,6
Tempat Kejadian
Lontara 1 Bawah Depan (244 m) 4 19,0
Lontara 1 Atas Belakang (278 m) 1 4,8
Lontara 1 Bawah Belakang (267 m) 2 9,5
Lontara 1 Atas Depan (255 m) 5 23,8
Lontara 2 Bawah Depan (210 m) 1 4,8
Lontara 2 Atas Belakang (240 m) 2 9,5
Lontara 3 Bawah Depan (210 m) 4 19,0
Lontara 3 Bawah Belakang (248) 2 9,5
Alasan Pemanggilan
Cardiac Arrest 10 47,6
Kejang 1 4,8
Kesadaran Menurun 3 14,3
Gagal Nafas 7 33,3
Total 21 100
Sumber : Data Primer,2017

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 21 Kejadian Code Blue di ruang

rawat inap dewasa RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo menunjukkan Jenis

kelamin pasien Code Blue di ruang rawat inap dewasa RS. Dr. Wahidin

Sudirohusodo terbanyak yaitu laki-laki sebanyak 13 (61,9 %) pasien dan

perempuan sebanyak 8 (38,1 %) pasien.

Berdasarkan Kelompok usia pasien Code Blue di ruang rawat inap

dewasa RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo terbanyak pada kelompok usia

34
manula dengan 6 (28,6 %) pasien, 4 (19,0 %) pasien pada masing-masing

kelompok usia dewasa akhir, lansia awal, dan lansia akhir dan remaja akhir

dengan 1 (4,8 %) pasien.

Tempat kejadian Code Blue di ruang rawat inap dewasa RS. Dr.

Wahidin Sudirohusodo terbanyak terjadi di ruangan Lontara 1 Atas Depan

dengan 5 (23,8 %) kejadian Code Blue, dan 4 (19,0 %) kejadian Code Blue

di Lontara 1 Bawah Depan dan Lontara 3 Bawah Depan. 2 (9,5 %) kejadian

Code Blue di Lontara 1 Bawah Belakang, Lontara 2 Atas Belakang dan

Lontara 3 Bawah Belakang. 1 (4,8 %) kejadian Code Blue di Lontara 1 Atas

Belakang dan Lontara 2 Bawah Depan.

Alasan pemanggilan Code Blue di ruang rawat inap dewasa RS. Dr.

Wahidin Sudirohusodo terbanyak terjadi dikarenakan cardiac arrest

dengan 10 (47,6 %) kejadian, 7 (33,3 %) kejadian dikarenakan gagal nafas,

3 (14,3 %) kejadian dikarenakan kesadaran menurun, dan 1 (4,8 %)

kejadian dikarenakan kejang.

2. Pelaksanaan Algoritma Code Blue

Tabel 5.2
Pelaksanaan Algoritma Code Blue di Ruang Rawat Inap Dewasa RS. Dr. Wahidin
Sudirohusodo

Pelaksanaan Algoritma Code Blue n %


Baik 19 90,5
Kurang baik 2 9,5
Total 21 100
Sumber : Data Primer,2017

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebanyak 19 kejadian Code Blue di

ruang rawat inap dewasa RS.DR.Wahidin Sudirohusodo menunjukkan

sebanyak 19 pelaksanaan algoritma Code Blue yang baik. Kejadian Code


35
Blue dikatakan pelaksanaan algoritmanya baik apabila seluruh kegiatan

algoritma dilaksanakan sepenuhnya secara sistematis, atau pasien telah

dinyatakan meninggal sebelum mendapat penanganan dari Code Blue Team

dengan waktu tanggap tepat dari Code Blue Team .

3. Waktu Tanggap Code Blue Team

Tabel 5.3
Waktu Tanggap Code Blue Team RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo dalam
Menanggapi Kejadian Code Blue

Waktu Tanggap Code Blue Team N % Mean±SD Median Min Max


Tepat 13 61,9 237,23±34,922 236,00 182 297
Terlambat 8 38,1 324,00±10,928 324,00 307 342
Total 21 100 270,29±51,360 280,00 182 342

Sumber : Data Primer,2017

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 21 kejadian menunjukkan rata-

rata waktu tanggap 270,29 detik (4 menit 30 detik) dengan standar deviasi

51,360 detik, median 280,00 detik (4 menit 40 detik), waktu tanggap

minimum 182 detik (3 menit 2 detik), waktu tanggap maximum 342 detik

(5 menit 42 detik).

4. Outcome Pelaksanaan Code Blue

Tabel 5.4
Outcome Pelaksanaan Code Blue di Ruang Rawat Inap Dewasa RS. Dr. Wahidin
Sudirohusodo

Outcome Pelaksanaan Code Blue n %


Berhasil 8 38,1
Tidak Berhasil 13 61,9
Total 21 100
Sumber : Data Primer,2017

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebanyak 8 (38,1%) kejadian,

menunjukkan outcome pelaksanaan Code Blue yang berhasil dan 13 (61,9

%) kejadian menunjukkan outcome pelaksanaan Code Blue yang tidak


36
berhasil, outcome dikatakan tidak berhasil apabila pasien dinyatakan

meninggal dunia setelah mendapat penanganan dari Code Blue Team.

Tabel 5.5
Pelaksanaan algoritma Code Blue berdasarkan Karakteristik pasien Code Blue di
ruang rawat inap dewasa RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo

Pelaksanaan Algoritma
Code Blue
Total
Karakteristik Kurang
Baik
Baik
N % n % N %
Jenis Kelamin
Laki-Laki 1 92,3 1 7,7 13 100
Perempuan 2 87,5 1 12,5 8 100
7
Usia
Remaja Akhir 1 100 0 0 1 100
Dewasa Muda 2 100 0 0 2 100
Dewasa Akhir 4 100 0 0 4 100
Lansia Awal 4 100 0 0 4 100
Lansia Akhir 4 100 0 0 4 100
Manula 4 66,7 2 33,3 6 100
Alasan Pemanggilan
Cardiac Arrest 9 90 1 10 10 100
Kejang 1 100 0 0 1 100
Kesadaran Menurun 3 100 0 0 3 100
Gagal Nafas 6 85,7 1 14,3 7 100
Tempat Kejadian
Lontara 1 Bawah Depan (244 m) 4 100 0 0 4 100
Lontara 1 Atas Belakang (278 m) 1 100 0 0 1 100
Lontara 1 Bawah Belakang (267 m) 1 50 1 50 2 100
Lontara 1 Atas Depan (255 m) 5 100 0 0 5 100
Lontara 2 Bawah Depan (210 m) 1 100 0 0 1 100
Lontara 2 Atas Belakang (240 m) 2 100 0 0 2 100
Lontara 3 Bawah Depan (210 m) 3 75 1 25 4 100
Lontara 3 Bawah Belakang (248) 2 100 0 0 2 100
Sumber : Data Primer,2017

Tabel 5.5 menunjukkan pelaksanaan algoritma Code Blue di ruang

rawat inap dewasa berdasarkan karakteristik pasien Code Blue. Didapatkan

bahwa pelaksanaan baik terbanyak terdapat pada jenis kelamin laki-laki

dengan 12 (92,3 %) pasien, berdasarkan usia pelaksanaan yang baik

37
terbanyak pada kelompok usia manula dengan 4 (66,7 %) pasien,

berdasarkan alasan pemanggilan pelaksanaan yang baik terbanyak pada

alasan pemanggilan cardiac arrest dengan 9 (90 %) kejadian, dan

berdasarkan tempat kejadian pelaksanaan yang baik terbanyak pada

Lontara 1 atas depan.

Tabel 5.6
Waktu tanggap Code Blue Team berdasarkan Karakteristik pasien Code Blue di
ruang rawat inap dewasa RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo

Waktu Tanggap
Code Blue Team Total
Karakteristik
Tepat Terlambat
N % n % N %
Jenis Kelamin
Laki-Laki 7 53,8 6 46,2 13 100
Perempuan 6 75 2 25 8 100
Usia
Remaja Akhir 1 100 0 0 1 100
Dewasa Muda 0 0 2 100 2 100
Dewasa Akhir 2 50 2 50 4 100
Lansia Awal 3 75 1 25 4 100
Lansia Akhir 3 75 1 25 4 100
Manula 4 66,7 2 33,3 6 100
Alasan Pemanggilan
Cardiac Arrest 6 60 4 40 10 100
Kejang 0 0 1 100 1 100
Kesadaran Menurun 2 66,7 1 33,3 3 100
Gagal Nafas 5 71,4 2 28,6 7 100
Tempat Kejadian
Lontara 1 Bawah Depan (244 m) 3 75 1 25 4 100
Lontara 1 Atas Belakang (278 m) 1 100 0 0 1 100
Lontara 1 Bawah Belakang (267 m) 1 50 1 50 2 100
Lontara 1 Atas Depan (255 m) 2 40 3 60 5 100
Lontara 2 Bawah Depan (210 m) 1 100 0 0 1 100
Lontara 2 Atas Belakang (240 m) 2 100 0 0 2 100
Lontara 3 Bawah Depan (210 m) 2 50 2 50 4 100
Lontara 3 Bawah Belakang (248) 1 50/ 1 50 2 100
Sumber : Data Primer,2017

Tabel 5.6 menunjukkan waktu tanggap Code Blue team di ruang

rawat inap dewasa berdasarkan karakteristik pasien Code Blue. Didapatkan

38
bahwa waktu tanggap tepat terbanyak terdapat pada jenis kelamin laki-laki

dengan 7 (53,8 %) pasien, berdasarkan usia waktu tanggap tepat terbanyak

pada kelompok usia manula dengan 4 (66,7 %) pasien, berdasarkan alasan

pemanggilan waktu tanggap tepat terbanyak pada alasan pemanggilan

cardiac arrest dengan 6 (60 %) kejadian, dan berdasarkan tempat kejadian

waktu tanggap tepat terbanyak pada Lontara 1 bawah depan dengan 3 (75

%) kejadian.

Tabel 5.7
Outcome Code Blue berdasarkan Karakteristik pasien Code Blue di ruang rawat
inap dewasa RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo

Outcome
Code Blue
Total
Karakteristik Tidak
Berhasil
Berhasil
n % N % N %
Jenis Kelamin
Laki-Laki 5 34,5 8 61,5 13 100
Perempuan 3 37,5 5 62,5 8 100
Usia
Remaja Akhir 1 100 0 0 1 100
Dewasa Muda 1 50 1 50 2 100
Dewasa Akhir 0 0 4 100 4 100
Lansia Awal 2 50 2 50 4 100
Lansia Akhir 1 25 3 75 4 100
Manula 3 50 3 50 6 100
Alasan Pemanggilan
Cardiac Arrest 4 40 6 60 10 100
Kejang 0 0 1 100 1 100
Kesadaran Menurun 1 33,3 2 66,7 3 100
Gagal Nafas 3 42,8 4 42,9 57,2 100
Tempat Kejadian
Lontara 1 Bawah Depan (244 m) 0 0 4 100 4 100
Lontara 1 Atas Belakang (278 m) 1 100 0 0 1 100
Lontara 1 Bawah Belakang (267 m) 1 50 1 50 2 100
Lontara 1 Atas Depan (255 m) 0 0 5 100 5 100
Lontara 2 Bawah Depan (210 m) 1 100 0 0 1 100
Lontara 2 Atas Belakang (240 m) 1 50 1 50 2 100
Lontara 3 Bawah Depan (210 m) 2 50 2 50 4 100
Lontara 3 Bawah Belakang (248) 2 100 0 0 2 100
Sumber : Data Primer,2017
39
Tabel 5.7 menunjukkan outcome Code Blue di ruang rawat inap

dewasa berdasarkan karakteristik pasien Code Blue. Didapatkan bahwa

outcome Code Blue berhasil terbanyak terdapat pada jenis kelamin laki-laki

dengan 5 (34,5 %) pasien, sedangkan yang tidak berhasil juga terbanyak

pada jenis kelamin laki-laki dengan 8 (61,5 %) pasien, berdasarkan usia

outcome Code Blue berhasil terbanyak pada kelompok usia manula dengan

3 (50 %) pasien, sedangkan yang tidak berhasil terbanyak pada kelompok

usia dewasa akhir dengan 4 pasien, berdasarkan alasan pemanggilan

outcome Code Blue berhasil terbanyak pada alasan pemanggilan cardiac

arrest dengan 4 (40 %) kejadian, sedangkan yang tidak berhasil juga

terbanyak dengan alasan pemanggilan cardiac arrest dengan 6 (60 %)

kejadian. Berdasarkan tempat kejadian outcome Code Blue berhasil

terbanyak pada Lontara 3 bawah depan dengan 2 (50 %).

Tabel 5.8
Waktu Tanggap Code Blue Team berdasarkan Pelaksanaan Algoritma Code Blue
dan Outcome Code Blue di ruang rawat inap dewasa RS. Dr. Wahidin
Sudirohusodo

Pelaksanaan Algoritma Outcome


Code Blue Code Blue
Waktu Tanggap Kurang Tidak
Baik Berhasil
Baik Berhasil
n % n % n % n %

Tepat 13 100 0 0 6 46,2 7 53,8

Terlambat 6 75 2 25 2 25 6 75
Sumber : Data Primer,2017

Tabel 5.8 menunjukkan waktu tanggap Code Blue Team di ruang

rawat inap dewasa berdasarkan pelaksanaan algoritma Code Blue dan

outcome Code Blue. Didapatkan hasil pelaksanaan waktu tanggap Code


40
Blue Team yang tepat berdasarkan pelaksanaan algoritma didapatkan hasil

terbanyak terjadi dengan pelaksanaan baik dengan 13 kejadian. Sedangkan

waktu tanggap tepat berdasarkan outcome didapatkan waktu tanggap tepat

terbanyak terjadi pada outcome yang tidak berhasil dengan 7 (53,8 %)

kejadian.

Tabel 5.9
Pelaksanaan algoritma Code Blue berdasarkan Outcome Code Blue di ruang rawat
inap dewasa RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo

Pelaksanaan Algoritma
Code Blue
Total
Outcome Code Blue Kurang
Baik
Baik
n % n % N %

Berhasil 8 100 0 0 8 100

Tidak Berhasil 11 84,6 2 15,4 13 100

Sumber : Data Primer,2017

Tabel 5.9 menunjukkan pelaksanaan algoritma Code Blue di ruang

rawat inap dewasa berdasarkan outcome Code Blue. Didapatkan hasil

pelaksanaan algoritma Code Blue yang baik outcome Code Blue terbanyak

yang didapatkan adalah outcome tidak berhasil untuk pelaksanaan baik

dengan 11 (84,6 %) kejadian Code Blue.

41
Tabel 5.10
Pelaksanaan algoritma Code Blue dan Outcome Code Blue berdasarkan Struktur
Code Blue Team di ruang rawat inap dewasa RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo

Pelaksanaan Algoritma Outcome


Code Blue Code Blue
Struktur
Kurang Berhasil Tidak
Code Blue Team Baik
Baik Berhasil
n % n % n % n %

Tepat 8 100 0 0 3 37,5 5 62,5

Tidak Tepat 11 84,7 15,3 100 5 38,5 8 61,5


Sumber : Data Primer,2017

Tabel 5.10 menunjukkan pelaksanaan algoritma Code Blue di ruang

rawat inap dewasa berdasarkan struktur Code Blue Team. Didapatkan hasil

bahwa pelaksanaan algoritma Code Blue baik terbanyak terjadi dengan

struktur Code Blue Team yang tidak tepat yaitu dengan 11 (84,7 %)

kejadian. Berdasarkan outcome didapatkan hasil outcome tidak berhasil

terbanyak terjadi dengan strruktur Code Blue Team tidak tepat dengan 8

(61,5 %) kejadian.

B. Pembahasan

Hasil penelitian yang telah diuraikan, membahas secara sistematis hasil dari

data univariat tentang gambaran pelaksanaan Code Blue. Adapun sistematis

pembahasan terdiri dari dua bagian yaitu pembahasan hasil dan keterbatasan

penelitian. Penelitian ini terdapat 21 sampel yang merupakan kejadian Code

Blue di ruang rawat inap dewasa RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo. Pada bab ini

akan dijelaskan lebih lanjut mengenai gambaran pelaksanaan Code Blue di

ruang rawat inap dewasa RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo.

42
Berikut peneliti akan membahas pelaksanaan Code Blue di ruang rawat

inap dewasa RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo

1. Pelaksanaan Algoritma Code Blue

Pelaksanaan Algoritma Code Blue merupakan suatu urutan dari

beberapa langkah pananggapan kejadian Code Blue yang telah ditetapkan

dan dijadikan acuan dalam pelaksanaan kejadian Code Blue mulai dari

kejadian Code Blue hingga pasien kembali ke keadaan stabil atau telah

mendapat penanganan yang memadai atau pasien meninggal dunia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan algoritma Code Blue

di ruang rawat inap dewasa RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo terdapat 19

pelaksanaan algoritma Code Blue baik. Pelaksanaan algoritma dikatakan

baik apabila semua langkah dalam algoritma dilaksanakan semua dengan

sistematis, atau pasien dinyatakan meninggal dunia sebelum mendapat

penanganan dari Code Blue Team dengan waktu tanggap tepat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari beberapa pelaksanaan yang

baik langkah yang tidak dilaksanakan dalam algoritma Code Blue adalah

tidak melakukan langkah 5 (Setelah Code Blue Team datang, Code Blue

Team akan mengambil /alih resusitasi dan RJP dilanjutkan dan

mendokumentasikan semua kegiatan yang dilakukan) hal ini dikarenakan

pasien yang akan mendapatkan penanganan Code Blue telah meninggal baik

saat Code Blue Team telah tiba di tempat kejadian atau pada saat Code Blue

Team sedang dalam perjalanan menuju tempat kejadian.

43
Hasil penelitian yang menunjukkan pelaksanaan yang kurang baik

seharusnya dilaksanakan semua tahapannya berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Ghamdi et al di rumah sakit King Fahad tahun 2014, dalam

penelitiannya terkait pengaruh penerapan seringnya pelatihan Code Blue

terhadapa kinerja perawat pediatrik menyatakan bahwa pengaktifan sistem

gawat merupakan link penting dari rantai kelangsungan hidup sehingga

harus dilaksanakan semua tahap pelaksanaannya.

Proses Code Blue terdapat algoritma pelaksanaan dimana algoritma ini

menekankan pada rantai kelangsungan hidup (the chain of survival)

diantaranya yang pertama adalah mendeteksi segera kondisi korban dan

meminta pertolongan (early access), rantai kedua adalah resusitasi jantung

paru (RJP) segera (early cardiopulmonary resuscitation), rantai ketiga

adalah defibrilasi segera (early defibrillation), rantai keempat adalah

tindakan bantuan hidup lanjut segera (early advanced cardiovascular life

support) dan rantai kelima adalah perawatan paska henti jantung (post

cardiac-arrest care) (Leon, Ricardo, Stephen, & Mary, 2011).

Hasil penelitian ini didapatkan berdasarkan karakteristik usia pasien

Code Blue didapatkan pelaksanaan baik pada pasien Code Blue terbanyak

pada kelompok usia manula. Pada penelitian ini memilih subyek dewasa hal

ini berdasarkan kejadian-kejadian cardiac dan respiratory arrest terdahulu

berdasarkan penelitian yang dilakukan AHA didapatkan hasil kejadian

cardiac dan respiratory arrest lebih banyak terjadi pada kelompok usia

44
dewasa, sehingga berdasarkan hal tersebut subyek pada penelitian ini adalah

orang dewasa.

Hasil penelitian ini didapatkan berdasarkan pelaksanaan algoritma Code

Blue dengan waktu tanggap, dapat dilihat waktu tanggap yang tepat

menunjukkan pelaksanaan algoritma yang baik, dari 21 kejadian Code Blue

13 kejadian waktu tanggap yang tepat menunjukkan pelaksanaan algoritma

Code Blue yang baik. Sedangkan berdasarkan outcome Code Blue

didapatkan hasil pelaksanaan algoritma Code Blue baik menunjukkan

outcome tidak berhasil dari 21 kejadian Code Blue di ruang rawat inap

dewasa didapatkan hasil 11 pelaksanaan algoritma Code Blue yang baik

menunjukkan outcome yang tidak berhasil.

Sistem alur pelaksanaan algoritma Code Blue di RS. Dr. Wahidin

Sudirohusodo dimulai dari panggilan dari setiap ruangan yang memerlukan

penanganan Code Blue yang diaktifkan dengan menghubungi “8322”

melalui telepon rumah sakit, telepon ini akan terhubung dengan bagian

triage yang ada di IGD RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo, penerima telepon

akan menanyakan tempat kejadian dan akan mengaktifkan alarm Code Blue

yang tersedia, yang akan ditanggapi oleh dokter anastesi ataupun perawat

yang sedang bertanggung jawab terhadap kejadian Code Blue. Selanjutnya

dokter atau perawat yang bertugas akan mengambil perlengkapan yang

diperlukan dan telah dipersiapkan dan akan menuju tempat kejadian Code

Blue, setelah tiba Code Blue Team akan mengambil alih penanganan pasien

yang telah terlebih dahulu mendapatkan penanganan awal dari dokter atau

45
perawat di ruangan tempat kejadian Code Blue terjadi hingga pasien dalam

kondisi stabil atau pasien meninggal.

Penelitian ini didapatkan hasil kejadian Code Blue di ruang rawat inap

dewasa RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo terbanyak terjadi di ruang rawat

inap dewasa Lontara 1 atas depan dengan 5 (23,8%) kejadian, diikuti oleh

Lontara 1 dan 3 Bawah depan dengan 4 (19,0 %), dan yang paling sedikit

terjadi di ruangan Lontara 1 atas belakang dan Lontara 2 bawah depan

dengan 1 (4,8 %) kejadian. Persebaran tempat kejadian Code Blue ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Eroglu et al di rumah sakit

Marmara Istanbul Turki tahun 2012 dalam penelitiannya untuk menentukan

kasus Code Blue yang salah dan alasan penyalahgunaan didapatkan tempat

yang paling umum untuk aktivasi kode biru adalah kamar phlebotomy dan

ruang klinik rawat jalan (68,5%). Kamar klinik rawat inap berada di sebelah

(31,5%), diikuti oleh klinik radiologi invasif.

Berdasarkan struktur Code Blue Team didapatkan hasil bahwa

pelaksanaan Code Blue baik banyak terjadi dengan struktur anggota Code

Blue Team yang tidak tepat dengan 11 kejadian Code Blue. Struktur Code

Blue Team dikatakan tidak tepat apabila team yang menanggapi kejadian

Code Blue kurang dari 2 orang dimana terdiri dari 1 dokter dan 1 perawat

2. Waktu Tanggap Code Blue Team

Waktu tanggap merupakan waktu dari penanggapan kejadian Code Blue

yang dimulai dari berbunyinya alarm Code Blue hingga Code Blue Team

datang ke tempat kejadian Code Blue dan melakukan penanganan kegawat

46
daruratan. Hasil penelitian ini menunjukkan waktu tanggap Code Blue Team

di ruang rawat inap dewasa RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo didapatkan

bahwa sebanyak 61,9 % kejadian Code Blue termasuk dalam kategori

kejadian yang waktu tanggapnya baik dan sebanyak 38,1 % kejadian Code

Blue termasuk dalam kategori terlambat. Waktu tanggap dikatakan

terlambat apabila waktu tanggap Code Blue Team dalam menanggapi

kejadian Code Blue > 5 menit, hal ini berdasarkan indikator kinerja rumah

sakit dalam standar pelayanan rumah sakit.

Hasil penelitian ini didapatkan waktu kedatangan 3 menit sebesar 33,3

%, waktu kedatangan 4 menit sebesar 28,6 %, dan waktu kedatangan 5

menit sebesar 38,1 % 867 dari total 21 kasus kejadian Code Blue di ruang

rawat inap dewasa RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo. Hasil penelitian ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sahin et al untuk menganalisis

penggunaan kasus alarm Code Blue di rumah sakit anak-anak tahun 2014

di rumah sakit anak Behcet Uz Turki didapatkan hasil waktu kedatangan

tim untuk kasus Code Blue berkisar antara 1 sampai 5 menit, Waktu

kedatangan 1 menit di 56,8% dari kasus, 2 menit di 30,9% dari kasus, 3

menit di 11,5%, dan 5 menit di 7% kasus dari total 51 panggilan Code Blue.

Rata-rata waktu tanggap dalam penelitian ini adalah 270,29 detik (4

menit 30 detik) dengan standar deviasi 51,360 detik, median 280,00 detik

(4 menit 40 detik), waktu tanggap minimum 182 detik (3 menit 2 detik),

waktu tanggap maximum 342 detik (5 menit 42 detik) dengan total

panggilan alarm Code Blue sebanyak 21 panggilan, mean waktu tanggap ini

47
terbilang tepat berdasarkan penelitian yang dilakukan Sahin et al dengan

total 139 panggilan Code Blue mean waktu tanggapnya adalah 94,2 detik (1

menit 57 detik).

Waktu tanggap yang tepat terjadi sebanyak 13 (61,9 %) dengan rata-

rata waktu tanggap tepat adalah 237,23 (3 menit 57 detik) dengan standar

deviasi 34,922 detik, median 236,00 (3 menit 56 detik), waktu tanggap

minimum yang tepat adalah 182 detik (3 menit 2 detik), waktu tanggap

maximum yang tepat 297 detik (4 menit 57 detik). Waktu tanggap yang

terlambat sebanyak 8 (38,1 %) dengan rata-rata waktu tanggap terlambat

adalah 324,00 detik (5 menit 42 detik) dengan standar deviasi 10,928 detik,

median 324,00 detik (5 menit 42 detik), waktu tanggap minimum yang

terlambat adalah 307 detik (5 menit 7 detik), waktu tanggap maximum yang

terlambat adalah 342 detik (5 menit 42 detik).

Berdassarkan tempat kejadian Code Blue di ruang rawat inap dewasa

RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo didapatkan waktu tanggap yang tepat

terbanyak terjadi di Lontara 1 bawah depan dengan jarak dari IGD ke tempat

kejadian sejauh 244 meter dengan jumlah 3 (75 %) kejadian Code Blue, lalu

diikuti ruangan Lontara 1 Atas depan dengan jarak dari IGD ke tempat

kejadian 255 meter, Lontara 2 atas belakang dengan jarak dari IGD ke

tempat kejadian 240 meter, Lontara 3 bawah depan dengan jarak dari IGD

ke tempat kejadian 210 meter dengan jumlah 2 kejadian Code Blue. Waktu

tanggap yang tidak tepat terbanyak terjadi di Lontara 1 atas depan dengan

jarak dari IGD ketempat kejadian 255 meter dengan jumlah 3 (60 %), diikuti

48
Lontara 3 bawah depan dengan jarak dari IGD ke tempat kejadian 210 meter

dengan jumlah 2 (50 %) kejadian Code Blue.

Hasil dari penelitan didapatkan hasil berdasarkan jarak kejadian Code

Blue di RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo dengan waktu tanggap didapatkan

hasil jarak terjauh dari IGD ke tempat kejadian adalah lontara 1 atas

belakang dengan 278 meter dan yang terdekat adalah lontara 2 bawah depan

dan lontara 3 bawah depan dengan 210 meter. Hasil penelitian ini

didapatkan jarak mempengaruhi waktu tanggap dari Code Blue Team hal

ini berdasarkan waktu tanggap tepat terbanyak terjadi dengan jarak dari IGD

ke tempat kejadian 244 meter, dan waktu tanggap yang tidak tepat terbanyak

terjadi dengan jarak dari IGD ke tempat kejadian 255 meter.

3. Outcome Code Blue

Outcome pelaksanaan Code Blue merupakan bagaimana hasil yang

didapatkan dan tingkat kesuksekan pelaksanaan Code Blue diliat dari

bagaimana keadaan pasien setelah mendapatkan penanganan yang cepat dan

efisien dari Code Blue Team.

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebanyak 8 kejadian dari

pelaksanaan kejadian Code Blue yang ditanggapi outcome yang didapatkan

adalah berhasil, sedangkan sebanyak 13 kejadian dari pelaksanaan kejadian

Code Blue yang ditanggapi outcome yang didapatkan adalah tidak berhasil.

Outcome dikatakan tidak berhasil karena pasien yang telah mendapatkan

penanganan dari Code Blue Team tidak dapat diselamatkan atau meninggal

dunia atau meninggal dunia sebelum mendapat penanganan dari Code Blue

49
Team dengan waktu tanggap yang tidak tepat, Sedangkan Outcome

dikatakan berhasil apabila pasien berhasil diselamatkan setelah mendapat

penanganan Code Blue dari Code Blue Team, atau pasien dinyatakan

meninggal dunia sebelum Code Blue Team memberikan tindakan ke pasien

dengan waktu tanggap yang tepat.

Outcome Code Blue berdasarkan alasan pemanggilan Code Blue

didapatkan sebanyak 6 (60 %) kejadian Code Blue outcome yang

didapatkan adalah tidak berhasil dengan alasan pemanggilan cardiac arrest,

diikuti oleh gagal nafas dengan 4 (42,9 %) kejadian, kesadaran menurun 2

(66,7 %) kejadian, dan kejang 1 kejadian, sedangkan untuk outcome

berhasil terjadi dengan alasan pemanggilan cardiac arrest didapatkan hasil

4 (40 %) kejadian, kesadaran menurun 1 (33,3 %) kejadian dan gagal nafas

3 (42,8 %) kejadian.

Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian American Heart

Association tahun 2016 untuk melihat angka kejadian cardiac arrest intra

dan out of hospital didapatkan hasil kejadian cardiac arrest di luar rumah

sakit pada tahun 2016 terjadi lebih dari 350.000 insiden hal ini meningkat

karena pada tahun sebelumnya tahun 2015 hanya terjadi 326.000 kejadian.

Sedangkan untuk kejadian di rumah sakit untuk tahun 2016 didapatkan hasil

telah terjadi 209.000 insiden cardiac arrest dengan angka kelangsungan

hidup 24,8 %.

Berdasarkan penelitian ini didapatkan hasil kejadian Code Blue banyak

terjadi pada kelompok usia Manula dengan 6 (28,6 %) kejadian. Outcome

50
Code Blue berdasarkan usia pasien Code Blue didapatkan hasil, outcome

yang tidak berhasil banyak terjadi pada kelompok usia dewasa akhir yaitu 4

pasien, diikuti lansia akhir 3 (75 %) pasien, lansia awal 2 (50 %), dan

manula dan dewasa muda 1 pasien, sedangkan yang berhasil terjadi pada

kelompok usia manula dengan 5 (83,3 %).

AHA 2009 menyatakan bahwa berdasarkan angka kematian tahun 2009

2150 orang amerika setiap harinya meninggal karena gangguan

kardiovaskuler, dan sekitar 153.000 orang amerika meninggal karena

gangguan kardiovaskuler berada pada usia < 65 tahun artinya 34 %

kematian terjadi sebelum usia 75 tahun dimana angka harapan hidup orang

Amerika adalah 78,5 tahun. Hal ini sejalan pada penelitian ini dimana pada

penelitian ini kejadian Code Blue terbanyak terjadi pada kelompok usia

manula (65 tahun ke atas). Indonesia sendiri menurut Riskesdas 2013

didapatkan hasil kelompok usia terbanyak yang terdiagnosis kelainan

jantung berada pada kelompok usia 65-74 (2,0 %) dan 75 tahun ke atas (1,7

%) berdasarkan diagnosis dokter.

Berdasarkan jenis kelamin pada penelitian ini didapatkan hasil sebanyak

13 (61,9 %) pasien berjenis kelamin laki-laki, sedangkan 8 (38,1 %) pasien

berjenis kelamin perempuan. Outcome berhasil yang didapatkan

berdasarkan jenis kelamin pada penelitian ini didapatkan hasil outcome

yang tidak berhasil terbanyak terjadi pada pasien laki-laki yaitu 12 (92,3 %),

sedangkan pada perempuan terjadi pada 6 (75 %) pasien.

51
Hasil penelitian ini sejalan pada penelitian AHA 2011 didapatkan hasil

pada tahun 2007 terjadi sekitar 410.000 kematian akibat gangguan

kardiovaskuler pada laki-laki, sedangkan pada perempuan terjadi sekitar

390.000 kematian akibat gangguan kardiovaskuler. Hasil penelitian ini juga

didapatkan outcome tidak berhasil berdasarkan waktu tanggap yang tepat

adalah 11 (84,6 %) kejadian sedangkan berdasarkan waktu tanggap

terlambat adalah 7 (87,5 %), Wilde (2009) menyatakan bahwa waktu

tanggap (response team) sangat penting bukan hanya pada pasien penyakit

jantung. Mekanisme waktu tanggap selain menentukan keluasan rusaknya

organ juga dapat mengurangi beban pembiayaan.

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan, proses pengumpulan data

dalam penelitian ini dilakukan dengan pengisian lembar observasi oleh peneliti.

Keterbatasan yang ada pada penelitian ini yaitu lembar observasi ini tidak dapat

mengkaji lebih dalam terkait pelaksanaan Code Blue di RS. Dr. Wahidin

Sudirohusodo dalam hal tindakan Code Blue Team ke pasien, hal lain yang

menjadi keterbatasan adalah tidak adanya pengidentifikasian dalam ruangan

tempat kejadian Code Blue sehingga tidak dapat ditentukan apakah outcome

Code Blue yang didapatkan terjadi karena keterlambatan dari Code Blue Team

dalam menanggapi kejadian Code Blue, atau dikarenakan karena keterlambatan

dari tempat kejadian Code Blue dalam mengidentifikasi pasien yang

memerlukan penanganan Code Blue. Selain itu, kejadian Code Blue merupakan

kejadian yang tidak dapat diatur kapan dan dimana akan terjadi sedangkan

52
peneliti dan pembantu peneliti tidak dapat berada di rumah sakit selama 24 jam

penuh.

53
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian yang telah dilakukan tentang gambaran pelaksanaan Code

Blue di ruang rawat inap dewasa RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo menunjukkan,

dari total 21 kejadian Code Blue di ruang rawat inap dewasa RS. Dr. Wahidin

Sudirohusodo memiliki pelaksanaan algoritma yang baik, waktu tanggap yang

tepat (4 menit 37 detik), namun outcome pelaksanaan Code Blue kurang

berhasil. Sedangkan dari segi karakteristik sampel, mayoritas sampel

merupakan pasien yang berada pada kelompok usia manula dengan mayoritas

jenis kelamin laki-laki, dengan jumlah panggilan terbanyak terjadi di ruang

rawat inap dewasa Lontara 1 Atas Depan RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo.

Alasan pemanggilan Code Blue mayoritasnya adalah cardiac arrest.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan serta manfaat yang

ingin dicapai dalam penelitian ini maka peneliti mengajukan saran-saran

sebagai berikut :

1. Bagi RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo

Diharapkan adanya suatu kegiatan yang dapat memberikan informasi bagi

pengembangan kualitas pelayanan terkait pelaksanaan Code Blue di seluruh

lingkungan RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo.

54
2. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Perlu adanya penelitian lanjutan terkait pelaksanaan Code Blue di

ruangan lainnya yang ada di RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo sebagai

perbandingan pelaksanaan di ruang rawat inap dewasa dengan ruang

lainnya yang ada di RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo.

b. Perlu adanya penelitian lanjutan terkait pelaksanaan Code Blue yang ada

di RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo dalam hal penanganan ke pasien

c. Perlu adanya penelitian lanjutan terkait pengetahun dan kemampuan

dari Code Blue Team dalam menanggapi kejadian Code Blue di RS. Dr.

Wahidin Sudirohusodo.

d. Perlu adanya penelitian lanjutan terkait waktu tanggap dari Code Blue

Team dalam penanganan kejadian Code Blue di ruangan lainnya yang

ada di RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo sebagai perbandingan dengan

ruang rawat inap dewasa

e. Perlu adanya penelitian lanjutan terkait pelaksanaan Code Blue di

tingkatan umur lainnya bukan hanya pada tingkat umur dewasa di RS.

Dr. Wahidin Sudirohusodo.

55
DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association. (2013). Heart Disease and Stroke Statistics—2013


Update A Report From the American Heart Association. AHA Statistical
Update, 2.
American Heart Association. (2015). Part 8 :Post Cardiac Arrest Care: 2015
American Heart Association Guidelines Update for Cardiopulmonary
Resuscitation and Emergency Cardiovascular care. Retrieved from
http://circ.ahajournals.org
American Heart Association. (2018, January 19). CPR & First Aid. Retrieved
from Emergency Cardiovascular Care:
cpr.heart.org/AHAECC/CPRAndECC/General/UCM_477263_Cardiac-
Arrest-Statistics.jsp
Angka Keterlambatan Pelayanan Pertama Gawat Darurat. (2012). RSU GMIM
Kalooran Amurang.
Eroglu, S., Onur, O., Urgan, O., Denizbasi, A., & Akoglu, H. (2014). Blue code:
Is it a real emergency? World J Emerg Med, Vol 5, No 1, 20-23.
Ghamdi, G. S., Essawy, M. A., & Qahtani, M. (2014). Effect of Frequent
Application of Code Blue Training Program on the Performance of
Pediatric Nurses. Journal of American Science, 9.
Haryatun, N., & Sudaryanto. (2008). Perbedaan Waktu tanggap Tindakan
Keperawatan Pasien Cedera Kepala Kategori I-V Di Instalasi Gawat
Darurat RSUD Dr. Moewardi. Jurnal Berita Ilmu Keperawatan.
Hidayat. (2007). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisa data. Salemba
medika.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Standar Instalasi
Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik
Indonesia.
Leon, C., Ricardo, S., Stephen, S., & Mary, H. (2011). Pediatric Advanced Life
Support. United States of America : American Heart Association, 38, 107-
15, 161-82.
Maatilu, V., Mulyadi, & Malara, R. (2014). Faktor-faktor yang berhubungan
dengan response time perawat pada penanganan pasien gawat darurat di
IGD RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. 1-2.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129, 2008. (2008). Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Jakarta.
Mosca, L., Barret-connor, E., & Wegner, N. K. (2011). Sex/Gender Differences in
Cardiovascular Disease Prevention. AHA journals, 4.
Notoatmodjo. (2012). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Riskesdas. (2013). Info Datin. Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI.
Rumah Sakit Islam Jemursari. (2015). Panduan Code Blue Rumah Sakit Islam
Jemursari. Surabaya: Bidang Pelayanan Medis Rumah Sakit Islam
Jemursari.
Rumah Sakit Sari Asih Sangiang. (2015). Panduan Code Blue Rumah Sakit Sari
Asih Sangiang. Tangerang.
Sabriyanti, W. N., Islam, A. A., & Gaus, S. (2012). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Ketepatan Waktu Tanggap Penanganan Kasus Pada
Response Time I di Instalasi Gawat Darurat Bedah dan Non-Bedah RSUP
DR. Wahidin Sudirohusodo.
Saed, M., & Mohd, A. (2017, May). Retrieved from http://www.hsajb.moh.gov.
Sahin, K. E., Ozdinc, O. Z., Yoldas, S., Goktay, A., & Dorak, S. (2016). Code
Blue evaluation in children's hospital. World J Emerg Med, Vol 7, No 3,
208-212.
Sugiyono. (2013). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Sultanah Aminah Johor Bahru. (2017). Rapid Response System For the
Management of Intrainstitutional Medical Emergencies. Johor Bahru:
Emergency And Trauma Department Hospital Sultanah Aminah Johor
Bahru .
Sutawijaya. (2009). Gawat Darurat. Yogyakarta: Publishig.
Wilde, E. (2009). Do Emergency Medikal System Response Times Matter For
Health Outcomes? New York: Colombia University.
Lampiran 1

KUESIONER PENELITIAN

LEMBAR OBSERVASI
GAMBARAN PELAKSANAAN CODE BLUE DI RUANG RAWAT INAP
DEWASA RS. DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO

Hari/Tanggal :
Waktu Alarm Berbunyi : Waktu Selesai Pelakasanaan :
Tempat :
Diagnosa Pasien :
Code Blue Team : - -
- -
- -
- -
- -
Algoritma Code Blue

No. Prosedur Ya Tidak


1 Ditemukan pasien

cardiac/respiratory arrest atau

keadaan gawat darurat lainnya

2 Staff rumah sakit memanggil

pertolongan dan mengaktifasi

alarm atau menghubungi

nomor telepon Code Blue Team

3 Penolong pertama terlebih


dahulu melakukan BLS/CPR

bila memiliki skill yang

mumpuni sampai Code Blue

Team datang. Jika tidak mampu

melakukan BLS/CPR tunggu

pertolongan datang dan

amankan pasien

4 Setelah aktifasi Code Blue,

petugas yang bertugas di sekitar

tempat kejadian bergegas

menuju lokasi dengan

membawa alat resusitasi

5 Setelah Code Blue Team

datang, Code Blue Team akan

mengambil /alih resusitasi dan

RJP dilanjutkan dan

mendokumentasikan semua

kegiatan yang dilakukan

6 Pindahkan pasien secepat

mungkin setelah pasien stabil

untuk mendapatkan perawatan

lebih lanjut, jika resusitasi


berhasil atau korban meninggal

di tempat, pasien tetap harus

dipindahkan untuk mendapat

perawatan lebih lanjut atau

konfirmasi kematian.

Outcome :
Lampiran 2

MASTER TABEL PENELITIAN

Hari/ Jarak Jumlah


Waktu Waktu Waktu Jenis Alasan Algoritma code blue
No. Tanggal Tempat dari Umur Code Blue Team Outcome
Kejadian Tanggap selesai Kelamin Pemanggilan
Kejadian IGD Dokter Perawat 1 2 3 4 5 6
Lontara 2
3 menit 48
1. 14/11/2017 23:05 23:10 Bawah 210 m P Cardiac Arrest - 1     -  Meninggal
27 detik Tahun
Depan
Lontara 1
5 menit 32
2. 16/11/2017 20:13 20:27 Atas 255 m L Kejang 1 1       Meninggal
15 detik Tahun
Depan
Lontara 1
3 menit 53 Kesadaran
3. 16/11/2017 09.13 09:26 Bawah 244 m P 1 -       Meninggal
20 detik Tahun menurun
Depan
Lontara 1
3 menit 87
4. 19/11/2017 19:15 19:32 Bawah 244 m L Cardiac arrest - 1       Meninggal
42 detik Tahun
Depan
Lontara 1
4 menit 62
5. 21/11/2017 12:34 12:38 Atas 278 m L Gagal nafas 1 -     -  Meninggal
40 detik Tahun
Belakang
Lontara 3
4 menit 2 77
6. 21/11/2017 09:07 09:20 Bawah 210 m L Gagal Nafas 1 2       Perawatan
detik Tahun
Depan
Lontara 1
5 menit 64
7. 24/11/2017 14:10 14:27 Bawah 244 m L Cardiac arrest - 1       Meninggal
26 detik Tahun
Depan
Lontara 1
5 menit 79
8. 27/11/2017 09:51 10:06 Bawah 267 m P Cardiac Arrest 1 -     -  Meninggal
31 detik Tahun
Belakang
Lontara 3
5 menit 26
9. 27/11/2017 13:15 13:40 Bawah 210 m L Gagal Nafas 1 1       Perawatan
18 detik Tahun
Depan
Lontara 3
4 menit 42 Kesadaran
10. 2/12/2017 19:15 19:40 Bawah 210 m P 1 1       Meninggal
15 detik Tahun Menurun
Depan
Lontara 1
3 menit 22
11. 5/12/2017 15:34 15:47 Bawah 267 m L Cardiac Arrest 1 -       Perawatan
43 detik Tahun
Belakang
Lontara 3
5 menit 47 Kesadaran
12. 7/12/2017 08:52 08:59 Bawah 248 m P 1 -       Perawatan
22 detik Tahun menurun
Belakang
Lontara 1
5 menit 44
13. 7/12/2017 10:25 10:40 Atas 255 m L Cardiac arrest 1 1       Meninggal
42 detik Tahun
Depan
Lontara 1
3 menit 43
14. 8/12/2017 15:45 15:52 Bawah 244 m P Gagal Nafas - 1       Meninggal
27 detik Tahun
Depan
Lontara 3
3 menit 2 65
15. 11/12/2017 08:30 08:34 Bawah 248 m L Cardiac Arrest 1 1     -  Meninggal
detik Tahun
Belakang
Lontara 3
5 menit 75
16. 11/12/2017 15:04 15:14 Bawah 210 m L Gagal Nafas - 1     -  Meninggal
31 detik tahun
Depan
Lontara 1
4 menit 46
17. 13/12/2017 14:57 15:04 Atas 255 m L Gagal Nafas 1 1       Meninggal
57 detik Tahun
Depan
Lontara 1
4 menit 56
18. 15/12/2017 10:53 11:02 Atas 255 m L Gagal Nafas - 1       Meninggal
42 detik Tahun
Depan
Lontara 1
5 menit 7 42
19. 22/12/2017 07:27 07:43 Atas 255 m L Cardiac Arrest 1 1       Meninggal
detik Tahun
Depan
Lontara 2
4 menit 58
20. 23/12/2017 16:41 16:58 Atas 240 m P Cardiac Arrest 1 -       Meninggal
11 detik Tahun
Belakang
Lontara 2
3 menit 77
21. 27/12/2017 09:23 09:28 Atas 240 m P Cardiac Arrest 1 -     -  Meninggal
56 detik Tahun
Belakang
Lampiran 3

HASIL ANALISA DATA

ANALISA UNIVARIAT

Statistics
Tepat

Valid 13
N
Missing 0
Mean 237.23
Median 236.00
Std. Deviation 34.922
Minimum 182
Maximum 297

Statistics
tidak_tepat

Valid 8
N
Missing 0
Mean 324.00
Median 324.00
Std. Deviation 10.928
Minimum 307
Maximum 342

Jenis_Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Laki-laki 13 61.9 61.9 61.9

Valid Perempuan 8 38.1 38.1 100.0

Total 21 100.0 100.0


Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Remaja akhir 1 4.8 4.8 4.8

Dewasa muda 2 9.5 9.5 14.3

Dewasa akhir 4 19.0 19.0 33.3

Valid Lansia awal 4 19.0 19.0 52.4

Lansia akhir 4 19.0 19.0 71.4

Manula 6 28.6 28.6 100.0

Total 21 100.0 100.0

Ruangan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Lontara 1 bawah depan 4 19.0 19.0 19.0

Lontara 1 atas belakang 1 4.8 4.8 23.8

Lontara 1 bawah belakang 2 9.5 9.5 33.3

Lontara 1 atas depan 5 23.8 23.8 57.1

Valid Lontara 2 bawah depan 1 4.8 4.8 61.9

Lontara 2 atas belakang 2 9.5 9.5 71.4

Lontara 3 bawah depan 4 19.0 19.0 90.5

Lontara 3 bawah belakang 2 9.5 9.5 100.0

Total 21 100.0 100.0

Alasan_pemanggilan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Cardiac arrest 10 47.6 47.6 47.6

Kejang 1 4.8 4.8 52.4

Valid Kesadaran menurun 3 14.3 14.3 66.7

Gagal Nafas 7 33.3 33.3 100.0

Total 21 100.0 100.0


waktu_pemanggilan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Dinas Pagi 10 47.6 47.6 47.6

Dinas Siang 9 42.9 42.9 90.5


Valid
Dinas Malam 2 9.5 9.5 100.0

Total 21 100.0 100.0

Pelaksanaan_codeblue

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Baik 19 90.5 90.5 90.5

Valid Kurang baik 2 9.5 9.5 100.0

Total 21 100.0 100.0

waktu_tanggap

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

tepat 13 61.9 61.9 61.9

Valid terlambat 8 38.1 38.1 100.0

Total 21 100.0 100.0

Outcome

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Berhasil 8 38.1 38.1 38.1

Valid Tidak berhasil 13 61.9 61.9 100.0

Total 21 100.0 100.0


CROSTAB

pelaksanaan * Jenis_Kelamin Crosstabulation


Count

Jenis_Kelamin Total

Laki-laki Perempuan

baik 12 7 19
pelaksanaan
kurang baik 1 1 2
Total 13 8 21

pelaksanaan * Umur Crosstabulation


Count

Umur Total

Remaja Dewasa Dewasa Lansia Lansia Manula


akhir muda akhir awal akhir

baik 1 2 4 4 4 4 19
pelaksanaan kurang
0 0 0 0 0 2 2
baik
Total 1 2 4 4 4 6 21

pelaksanaan * Ruangan Crosstabulation


Count

Ruangan Total

Lontara 1 Lontara 1 Lontara 1 Lontara 1 Lontara 2 Lontara 2 Lontara 3 Lontara 3


bawah atas bawah atas bawah atas bawah bawah
depan belakang belakang depan depan belakang depan belakang

baik 4 1 1 5 1 2 3 2 19
pelaksanaan kurang
0 0 1 0 0 0 1 0 2
baik
Total 4 1 2 5 1 2 4 2 21
pelaksanaan * Alasan_pemanggilan Crosstabulation
Count

Alasan_pemanggilan

Cardiac Kejang Kesada Gagal Nafas Lansia Manula


arrest ran akhir
menuru
n

baik 9 1 3 6 19 1 3
pelaksana
kurang
an 1 0 0 1 2 5 18
baik
Total 10 1 3 7 21 6 21

waktu_tanggap * Jenis_Kelamin Crosstabulation


Count

Jenis_Kelamin Total

Laki-laki Perempuan

Tepat 7 6 13
waktu_tanggap
terlambat 6 2 8
Total 13 8 21

waktu_tanggap * Umur Crosstabulation


Count

Umur Total

Remaja Dewasa Dewasa Lansia Lansia Manula


akhir muda akhir awal akhir

tepat 1 0 2 3 3 4 13
waktu_tanggap
terlambat 0 2 2 1 1 2 8
Total 1 2 4 4 4 6 21

waktu_tanggap * Alasan_pemanggilan Crosstabulation


Count

Alasan_pemanggilan Total

Cardiac arrest Kejang Kesadaran Gagal Nafas


menurun

waktu tepat 6 0 2 5 13
_tang
terlambat 4 1 1 2 8
gap
Total 10 1 3 7 21
waktu_tanggap * Umur Crosstabulation
Count

Umur Total

Remaja Dewasa Dewasa Lansia Lansia Manula


akhir muda akhir awal akhir

tepat 1 0 2 3 3 4 13
waktu_tanggap
terlambat 0 2 2 1 1 2 8
Total 1 2 4 4 4 6 21

outcome * Jenis_Kelamin Crosstabulation


Count

Jenis_Kelamin Total

Laki-laki Perempuan

Berhasil 5 3 8
outcome
Tidak berhasil 8 5 13
Total 13 8 21

outcome * Umur Crosstabulation


Count

Umur Total

Remaja Dewasa Dewasa Lansia Lansia Manula


akhir muda akhir awal akhir

Berhasil 1 1 0 2 1 3 8
outcome Tidak
0 1 4 2 3 3 13
berhasil
Total 1 2 4 4 4 6 21

outcome * Ruangan Crosstabulation


Count

Ruangan Total
Lontara Lontara 1 Lontara 1 Lontara Lontara 2 Lontara 2 Lontara Lontara 3
1 bawah atas bawah 1 atas bawah atas 3 bawah bawah
depan belakang belakang depan depan belakang depan belakang

Berhasil 0 1 1 0 1 1 2 2 8
Outcome Tidak
4 0 1 5 0 1 2 0 13
berhasil
Total 4 1 2 5 1 2 4 2 21
outcome * Alasan_pemanggilan Crosstabulation
Count

Alasan_pemanggilan Total

Cardiac Kejang Kesadaran Gagal


arrest menurun Nafas

Berhasil 4 0 1 3 8
outcome
Tidak berhasil 6 1 2 4 13
Total 10 1 3 7 21

Waktu_tanggap * Pelaksanaan_codeblue Crosstabulation


Count

Pelaksanaan_codeblue Total

Baik Kurang baik

Tepat 13 1 14
Waktu_tanggap
Terlambat 6 1 7
Total 19 2 21

Outcome * Pelaksanaan_codeblue Crosstabulation


Count

Pelaksanaan_codeblue Total

Baik Kurang baik

Berhasil 8 0 8
Outcome
Tidak berhasil 11 2 13
Total 19 2 21

Waktu_tanggap * Outcome Crosstabulation


Count

Outcome Total

Berhasil Tidak berhasil

Tepat 7 7 14
Waktu_tanggap
Terlambat 1 6 7
Total 8 13 21

Anda mungkin juga menyukai