Anda di halaman 1dari 47

ASKEP POST OPERATIF

Ns. Sri Suparti., M. Kep


Pokok Bahasan
• Askep keperawatan (Pengkajian, Diagnosis keperawatan ,
rencana, implementasi evaluasi )
• Kriteria lolos ruang recovery roo, PACU ,
• Alderette Score
Fase Post operasi/pasca operasi
• Adalah suatu kondisi dimana pasien suadah masuk
diruang pulih sadar sampai pasien dalam kondisi sadar
betul untuk dibawa ke ruag rawat inap (Muttaqin, 2009)

• Tempatnya di Ruang Pulih Sadar (Recovery ROOM), Unit


perawatan Pasca anestesi (PACU)
4

Ruang Recovery ROOM


Prasyarat
• Perawat
• Ahli anestesi dan bedah
• Alat pemantau dan peralatan khusus ,medikasi,
penggantian cairan
• Ruangan dicat warna cat yang lembut
• Dijaga ketenangannya
• Pencahayaan yg tidak langsung
• Pafon kedap suara
• Peralatan yang mnegontrol atau menghilangkan suara
• Ruang isolasi dengan kotak berkaca
ASKEP POST-OPERATIVE

 Post OPERASI dimulai saat pasien akan dipindahkan


dari kamar operasi ke Recovery ROOM
 PERIODE POST OPERATIVE DIBAGI MENJADI 2
FASE:
 IMMEDIATE POSTANESTHESIA AND POSTOPERATIVE
PERIOD: beberapa jam setelah pasien operasi, ketika klien mulai
sembuh dari pengaruh anestesi
 LATER POSTOPERATIVE: penyembuhan luka operasi dan
pencegahan komplikasi
ALDRETE SCORE
Aldrete score/Lockharte score Jam 1 /15 mnt Jam 2 /15 mnt Jam 3 /15 mnt Jam 4 /15 mnt

Aktivitas 2
Gerak ke 4 anggota gerak atas perintah 1
Gerak ke 2 anggota gerak atas perintah 0
Tidak respon

Respirasi 2
Bisa bernafas dalam dan batuk 1
Dispnea dan hipoventilasi 0
Apnoe

Sirkulasi 2
Perubahan < 20 % tekanan darah preoperasi 1
Perubahan 20-50 % tekanan darah preoperasi 0
Perubahan lebih dari 50 % tekanan darah preoperasi

Kesadaran 2
Sadar penuh 1
Dapat dibangunkan 0
Tidak respon

Warna kulit
Merah 2
Pucat 1
Sianotik 0

Total skor lebih dari 7 bisa keluar RR


Steward Score (anak-anak)

• Pergerakan • Kesadaran
• Gerak bertujuan 2 • Menangis 2
• Gerak tak bertujuan 1 • Bereaksi terhadap
• Tidak bergerak 0
rangsangan 1
• Tidak bereaksi 0
• Jika jumlah > 5, penderita
• Pernafasan
dapat dipindahkan ke
• Batuk, menangis 2
ruangan.
• Pertahankan jalan nafas 1
• Perlu bantuan 0
Bromage Score (spinal anestesi)
Kriteria Nilai

• Gerakan penuh dari tungkai, 0


• Tak mampu ekstensi tungkai, 1
• Tak mampu fleksi lutut, 2
• Tak mampu fleksi pergelangan kaki, 3
• Jika Bromage Score 2 dapat pindah ke ruangan.
Kriteria pasien keluar dari RR ke bangsal

 ALDRETE SCORE LEBIH DARI 7 DALAM WAKTU 1-2


JAM
 Vital sign stabil
 Drain produksinya tidak berlebih
 Efek fisiologis anestesia telah distabilisasi
 Pasien sudah sadar dan dapat mempertahankan
kepatenan jalan nafas
 UO adekuat minimal 30 cc/jam
 Perawat siap mengawasi transport pasien dan bangsal
yang bersangkutan sudah siap menerima pasien
Pengkajian yang perlu dilakukan di bangsal

 Status respirasi
 Status kardiovaskuler
 Status neurologis
 Luka operasi
 Infus
 Tube jika ada
 Posisi
 nyeri
Pengkajian
• Pengkajian jalan nafas
• Tingkat kesadaran
• Status vaskular
• Sirkulasi
• Perdarahan
• Suhu tubuh
• Saturasi oksigen
• Pengaturan posisi kepala sangat penting untuk memastikan
kepatenan jalan nafas (posisi kepala dibelakang)
• Oral airway masih terpasang
• Selimut terpasang
Pengkajian Implikasi dan Hasil Pengkajian

Pengkajian 1. diagnosis medis dan jenis pembedahan yang dilakukan


awal 2. Usia dan kondisi umum pasien , kepatenan jalan nafas dan TTV
3. Anestesi dan medikasi lain yang diberikan (misalnya : narkotik, relaksasi otot,
antibiotik)
4. Segala maslah diruang operasi yang mungkin mempengaruhi perawatan
pasca operatif (hemoragi, syok, perdarahan,henti jantung)
5. Patologi yg dihadapi
6. Cairan yg diberikan, kehilangan darah dan penggantian
7. Segala selang , drain, kateter atau alat bantu pendukung lainnya
8. Informasi spesifik tetang siapa ahli bedah atau ahli anestesi yg akan
diberitahu

Sistem Kontrol pernafasan


Pernafasan 1. Obat anestesi tertentu dapat menyebabkan depresi pernafasan, shingga
perawat perlu mewaspadai peernafasan yg dangkal, lambat serta batukn
yang lemah
2. Perawat mengkaji frekuensi nafas , irama, kedalaman ventilasi pernafasan,
kesimetrisan gerakan dinding dada , bunyi nafas dan warna membran
mukosa. Apabila pernafasan dangkal , letakan tangan diatas muka atau mulut
pasien sehingga perawat bisa merasakan udara yg keluar
Pengkajian Implikasi dan Hasil Pengkajian

Sistem Kepatenan jalan nafas


Pernafasan 1. Jalan nafas oral atau oral airway masi terpasang untuk
mempertahankan kepatenan jalan nafas sampai pernafasan yg
nyaman dengan kecepatan normal. Apabila fungsi pernafasan
sudah kembali normal , maka perawat mengajarkan pasien cara
membersihkan jalan nafas dengan meludah yg menandakan
kembalinya refkeks muntah pasien
2. Obstruksi jalan nafas akibat aspirasi muntah, akumulasi
sekresi mukosa difaring , atau spasme faring

Status sirkulasi Respon TTV


1. Pasien berisiko mengalami komplikasi kardiovaskukar akibat
kehilangna darah aktual dan risiko dari t4 pembedahan, efek
saping anestesi, ketidkseimbangan cairan dan elektrolit , depresi
mekanisme regulasi sirkulasi normal.
2. Pengkajian kecepatan denyut jantug, irama dna TD menujukkan
sttatus kardiovaskular
3. Perawat membandingkan TTV pra dan post opeartif
4. Megakkaji perfusi sirkulasi denganmelihat warna kuku dan
mukosa oral
Implikasi dan Hasil Pengkajian
Pengkajian

Status Respon perdarahan pascaoperatif


sirkulasi 1. Yang sering terjadi adalah masalah perdarahan
2. Kehilangan darah terjadi melalalui internal (luka bedah) dan eksternal (drain
atau insis)
3. Perdarahan menyebabkan turunya TD, meningkatnya denyut jantung, RR,
denyut nadi lemah, kulit dingin, lemab, pucat dan gelisah

Respon cedera sirkulasi


1. Pasien yang menjalani bedah pelvis atau pasien yg diposisikan lithotomi
selama pembedahan berisiko mengalami trombosis vena profunda (TVP).
TVP adalah trombosis pada vena dan letaknya dalam bukan supervisial
2. Dua komplikasi serius dari TVP adalah embolisme pulmonari dan sindrom
pasca flebitis
3. Respon TVP dimulai dengan adanya inflamasi ringan sampai berat dari vena
yg terjadi kaitannya dengan pembekuan darah. Komplikasi ini dapat terjadi
karena pengikat yang terlalu ketat atau penahan tungkai waktu operasi ,
tekanan dari gulungan selimut dibawah lutut, hemokonsentrasi akibat
kehilangan cairan atau dehidrasi atau karena melambatnya aliran darah pd
ekstreitas akibat metabolisme yg melambat dan depresi sirkulasi setelah
pembedahan , tungkai kiri lebih sering.
4. Pengkajian JVP harus dilakukan
Posisi operasi
Pengkajian gejala tromboflebitis
• Lutut fleksi , pasien mengeluh nyeri pada beds saat dordoflrksi
kaki (tanda homan): tanda trombosis dini dan subklinis
• Tungkai yang terkena dapat membengkak dan vena lebih
menonjol dan dapata teraba dengan mudah.
Pengkajian Implikasi dan Hasil Pengkajian

Kontrol suhu 1. Penurunan tingkat fungsi tubuh menyebabkan turunya metabolisme dan
menurunkan suhu tubuh, jika sadar mereka akan mengeluh kedinginan
2. Perawat memberikan selimut dna mengukur suhu badan
3. menggigil bukan tanda dari hipotermia , tetapi efek samping obat anaestesi
tertentu
4. Menggigil dapat dikurangi dengan memberikan demerol dalam jumlah kecil
5. Hati-hati hipertermia malignan yang dapat menyebabkan takipneu, takikardi,
TD tidak stabil dan kaku otot

Satus 1. Pengkajian tingkat kesadaran


neurologi 2. Periksa refleks puils, muntah, genggaman tangan dan ekstremitas
Respon nyeri 1. Saat sadar dari nestesi umum , rasanyeri menjadi sangat terasa, yang bisa
menyaebabkan gelisah dan perubahan TTV
2. Pengkajian rasa tidak nyaman dan nyeri dengan menggunakan skala
3. Kaji nyeri komprehensif PQRST
Genito 1. Dalam waktu 6-8 jam setelah anestesi pasien akan mendapatkan kontrol
urianari fungsi berkemih secara volunter, bergantung pada jenis pembedahan
2. Pasien perlu dibantu berkemih jika dalam 8 jam belum berkemih dengan
dilakukan pemasangan kateter
3. Apabila sudah terpasnag kateter , maka urin harus mengalir seddikitnya
2ml/kg/jam pd dewasa dan anak 1 ml/kg/jam
4. Perawat mengobservasi warna dan bau urine
5. Pembdedahan yg melibatkan sal. Kemih menyebabkan urin mengandung
Pengkajian Implikasi dan Hasil Pengkajian

Sistem 1. Anestesi memperlambat motilitas Gi menyebabkan mual, setelah pulih


Gastrointestinal akan kembbali perlahan
2. Inspeksi abdomen menentukan adanya distensi yang mungkin terjadi
akibat akumulasi gas
3. Pada pasien yang menjaalani abdomen , distensi terjadi jika pasien
mengalami perdarahan internal, distensi jg terjadi pada pasien yang
mengalami ileus paralitik
4. Karena pengosongan lambung lambat akibat pengaruh anestesi , mka isi
lambung yang terakumulasi tidak bisa keluar menyebabkan mual dan
muntah,. Normalnya pasien tidak boleh minum diruang pulih sadar
karena lambatnya gerakan usus menyebabkan mual dan muntah jkarena
pengaruh anestesi

Keseimbangan 1. Pasien bedah berisiko kekurangn cairan dan elektrolit , maka perawat
cairan dan mengkaji status hidrasi, fungsi jantung, neurologi untuk melihat tanda2
elektrolit kekurangan cairan dan elektrolit
2. Mencatat intake , output, urine , lambung , darainase, muntah , luka
damun mucus yang disuction tidak termasuk

Integritas kulit, 1. Kaji konsisi kulit diruang pulih sadar, adanya kemerahan, ptekie, abrasi,
kondisi luka dan luka bakar dll
drainase 2. Perawat mengobservasi jumlah, warna, bau dan konsistensi drainase
yang tersapat dalam balutan , bisa juga dengan mencatat julah kasa yang
basah
Pasca operatif

Efek anaestesi umum intervensi


bedah

B1 (breathing ) sistem B2 (Blood)


B3 (Brain)sistem saraf
pernafasan Sistem kardiovaskular

Respon depresi RR Depresi mekanisme regulasi Kontrol krsadran masinh


Kontrolkepatenan jalan sirkulasi normal menurun
nafasa, lidan menurun,
Perdarahan pasca operratif Kemampuan orintasi
Penurunan curah jantung rendah
kontrol batuk efektif dan Perubahan kemampuan
munta menurun Nyeri pasca op mneingkat
kontrol suhu tubuh Reaksi penurunan reaksi
Perubahan elektrolit dan
metabolisme
anestesi
Risiko cedera vaskular Kecemasan postoperatif

Risiko pola nafas tidak Penurunan perfusi jaringan Penurunsn kesadarn


Riisko penurunan CO
efektif Nyeri
Hipoteri, hipertermi
Jalan nafas tidak efektif Risko trombosis vena profunda
Kecemasan
Ketidakseimbangan cairan &
elektrolit
Pasca operatif

Efek anaestesi umum intervensi


bedah

B4 (bladder ) sistem B5 (B0wel) B3 (bone)sistem muskulo,


perkemihan Sistem pencernaan integritas kulit dan luka

Kontrol peristaltik usus Respon risiko posisi


menurun bedah (tromboembois ,
Kontrol kemampuan miksi Risiko paralisis usus dengan cedera tekan, parastesia)
menurun distensi pada gejala obstruksi Adanya luka bedah,
Penurunan kemampuan sistem drainase
pengosongan lambung Penurunan kontrol otot
dan keseimbangan

Gangguan pemenuhan Risiko aspirasi muntah


Penuruan motilitas usus Keruskan integritas
eliminasi urin
jaringan
Risiko infeksi
Risiko cedera
Tujuan Perawatan Post Operasi
 Mengembalikan homeostasis dan mencegah komplikasi
 Memelihara fungsi jalan nafas dan pernafasan
 Menjaga fungsi kardiovaskuler dan perfusi jaringan
 Menjaga fungsi keseimbangan cairan dan elektrolit dan fungsi ginjal
 Meningkatkan istirahat dan tidur
 Adekuatnya fungsi nutrisi dan eliminasi
 Membantu proses penyembuhan luka
 Menjaga fungsi mobilitas dan aktivitas
 Memberikan support emosional
 Rencanakan discharge planning
KOMPLIKASI IMMEDIATE

 Komplikasi spinal anestesi

 Komplikasi pernafasan

 Komplikasi kardiovaskuler

 Komplikasi terkait dengan fungsi renal keseimbangan cairan dan


elektrolit
 Ganggguan temperatur

 Nyeri

 Komplikasi lain
Komplikasi post operasi:

 Shock hiopovolemik ---- perdarahan


 Shock septik ---- sepsis
 Shock kardiogenik ---- henti jantung, infark miokard dan
aritmia
 Shock anafilaktik ---- sensitivitas obat
 Reaksi tranfusi
 Emboli paru
Penyebab komplikasi respirasi
 Infeksi respirasi sebelum operasi yang tidak ditangani
 Pemakaian anestesi
 Aspirasi
 Imobilisasi selama pembedahan
 Riwayat merokok
 Riwayat peny: COPD, asthma,
 Penekanan agen narkotik pada reflek batuk
 Nyeri berat postoperasi
 Insisi pada dada atau perut atas
 Usia tua
 Imobilisasi post operasi
Menjaga fungsi kardiovaskuler dan perfusi
jaringan
 Trombophlebitis ---- emboli ---7-14 hari after surgery
 Infark miokard --- 72 jam after surgery --- faktor resiko:
riwayat disritmia, penyakit jantung, usia lebih dari 70
tahun
 Blood loss --- tranfusi
Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
dan fungsi ginjal
 Adaptasi cairan dan elektrolit 5-7 hari postop:
 Diuresis
 ECF---NORMAL
 NATRIUM SERUM NORMAL
 PENURUNAN EKSKRESI POTASIUM
 Adaptasi cairan dan elektrolit 3 -4 hari postoperasi:
 Retensi ginjal terhadap air dan sodium
 Peningkatan ECF, Natrium, Klorida
 Peningkatan ekskresi potasium
 Penurunan hematokrit
Meningkatkan istirahat dan tidur

 NYERI POSTOP HARUS DITANGANI DENGAN BAIK


Adekuatnya fungsi nutrisi dan eliminasi

 24-36 POST OPERASI KLIEN MENGALAMI NAUSEA


BAHKAN ADA YANG VOMITUS
 PERISTALTIK NORMAL AKAN KEMBALI 48-72 JAM
POSTOPERASI
 BOLEH DIBERI MAKAN DAN MINUM JIKA SUARA
USUS SUDAH TERDENGAR DENGAN AUSKULTASI
SERTA DIPALPASI TIDAK ADA DISTENSI ABDOMEN
ATAU KEMBUNG
Membantu penyembuhan luka

Proses penyembuhan luka

• Fase hemostasis = vasokonstriksi vaskuler,terbentuknya formasi


platelet,clothing,fibrinolisis
• Fase pengembalian jaringan:

a. Fase inflamasi= vasoditasi vaskuler,phagocytosis,mulai


dilepaskan faktor pertumbuhan
b. Fase proliferasi= angiogenesis,proliferasi
sel,granulasi,epitelisasi
c. Fase maturasi = pematangan jaringan baru
Techniques for Wound Closure
• Suturing

• Tape and adhesive • Staples


FASE PROSES PENYEMBUHAN LUKA
Haemostasis &
• Haemostasis Coagulation

&Coagulation
Inflammation
1-5 days

• Inflammation Proliferation
21 days

• Proliferation
Maturation
1 –2 years
• Maturation

Injury 4h 12h
KALISIFIKASI PENYEMBUHAN LUKA
• Primary intention
- kehilangan sedikit jaringan, luka menutup dg jahitan, clips
, minimal scar
• Delayed primary intention
- Luka prime yg terinfeksi, benda asing, menutup 3-5 hari lebih
lambat.
• Secondary intention
- luka sembuh terlambat dg granulasi, cantraksi dan
epitelisasi. Tdp scar
Infeksi pada luka post operasi
 Infeksi luka operasi akan muncul 36-48 jam postoperasi dan
gejalanya muncul 5-7 hari post op.
 Faktor resiko infeksi luka opeasi:
 Kulit pasien
 Mencukur
 Persiapoan kulit sebelum operasi
 Pemakaian sarung tangan
 Lamanya operasi
 Lamanya dirawat sebelum operasi
 Usia
 Alat-alat yang digunakan dalam pembedahan
 Selang drain
 Periode selama operasi
 Periode setelah operasi
PENGKAJIAN YANG DIPERLUKAN:
 Kaji kondisi balutan;monitor awal 24 jam post operasi
KAJI LUKA OPERASI : tanda infeksi; kemerahan, cairan, bau,
nyeri, pembengkakan
Kaji kondisi luka dan balutan, adanya perdarahan
Kaji aproksimasi luka
Monitor drain operasi
Penggantian balutan ; setelah 48 jam atau tergantung kondisi
balutan
Angkat jahitan 7-10 hari; bila terlalu lama menimbulkan abses,
skar dan minculnya sinus
Perawatan setelah pembedahan
• Pembersihan luka dimulai dari pusat luka
• Hindari penggunaan yang bersifat citotoxic
• Pertahankan luka tetap kering
• Berikan nutrisi tinggi protein, vitamin dan mineral
• Pertahankan kebersihan lingkungan
• Komplikasi infeksi luka bedah dehisence
Menjaga fungsi mobilitas dan aktivitas

 Komplikasi imobilisasi dapat dicegah dengan:


 Perubahan posisi

 ROM

 Nafas dalam dan batuk


Memberikan support emosional

 Operasi-operasi yang terkait dengan body image


memerlukan dukungan sosial agar pasien bisa berkoping
positif
 Fasilitasi klien untuk mengexpresikan perasaan dan
diskusi dengan orang terdekat
Rencanakan discharge planning

 Discharge planning minimal contains:


 Perawatan luka

 Pembatasan aktivitas

 Diet

 Minum obat teratur, terutama antibiotik

 Personal hygiene

 kontrol
Diagnosis Keperawatan
• Pola nafas tidak efektif b.d penurunan kontrl pernafasan efek
sekunder anestesi
• Ketidakefektifan Bersihan jalan nafas b. d penurunan kontrol
kepatenan jalan nafas (lidah), penurunan reflek batuk dan
muntah efek sekunder anestesi
• Penurunan perfusi jaringan perifer b.d depresi mekansme
regulasi sirkulasi normal, perdarahan pascaoperatif, penurunan
curah jantung, hipovolemia
• Nyeri b. d agen injuri fisik jaringan lunak bedah, kerusakan
neuromuskular pasca bedah
• Risiko cedera vaskular (trombosis ven aprofunda) b. d cedera
vaskular, pembentukan trombus pada ekstremitas,efek
sekunder kompresi posisi pembedahan
• Konstipasi b.d penurunan motilitas lambung dan usus
selama periode intraopertif
• Perubahan eliminasi urin b,d penurunan aktivitas sekunder
efek medikasi dan penurunan masukan cairan
• kerusakan integritas kulit b.d tempat insisi bedah dan
drainase
• Risiko infeksi b. d kerentanan terhadap invasi bakteri
CONTOH TRIPLE N
 NANDA
 Resiko infeksi

 NOC
 Wound healing: primary intention

 NIC
 Perawatan luka

 Kontrol infeksi

 Proteksi infeksi
Evaluasi
• Kembalinya fungsi fisologis pada seluruh sistem secara
normal
• Tidak terjadi komplikasi pembedahan
• Pasien dapat beistirahat dan memperoleh rasanyaman
• Tidak terjadi luka sekunder operasi
• Hilangnya rasa cemas
• Meningkatnya konsep diri pasien
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai