Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL

KEGIATAN TERAPI SENI INOFATIF PADA PASIEN RESIKO PERILAKU


KEKERASAN DENGAN TERAPI SENI MELUKIS
DI RUANG SADEWA RSUD BANYUMAS

DI SUSUN OLEH :

1. DIANA ALFI Y 1811040057


2. WARTI 1811040118
3. MUNOVA ANJARWATI 18110400
4. RAFA AFIFAH 1811040011
5. RATNASARI 1811040126
6. SAFIRA AMALIA P 1811040055
7. IBA ADIN P 1811040033
8. KIKI ARMANSYAH 1811040040

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2018/2019

TAK RPK (RESIKO PERILAKU KEKERASAN)


A. Topik : TAK STIMULASI PERSEPSI : Perilaku Kekerasan
B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok (TAK) dengan terapi seni kelompok
melukis diharapkan klien dapat mengontrol resiko perilaku kekerasa (RPK).
2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya.
b. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan fisik.
c. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui interaksi sosial.
C. Landasan Teori
1. Masalah Keperawatan
a. Pengertian resiko perilaku kekerasan
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis (Direja, 2011).
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah yang diekspresikan
dengan melakukan ancaman, mencederai orang lain, dan atau merusak
lingkungan. Respon tersebut biasanya muncul akibat adanya stresor. Respon ini
dapat menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri, orang lain, maupun
lingkungan (Keliat dkk, 2012).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun
orang lain (Yosep, 2010).
b. Tanda dan gejala
1) Fisik : mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup,
wajah memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
2) Verbal : mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan
nada keras, kasar dan ketus.
3) Perilaku : menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak
lingkungan, amuk/agresif.
4) Emosi : tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam,
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan dan menuntut.
5) Intelektual : mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan dan tidak
jarang mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
6) Spiritual : merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak
bermoral dan kreativitas terhambat.
7) Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran.
8) Perhatian : bolos, melarikan diri dan melakukan penyimpangan seksual.
2. Terapi Aktifitas Kelompok
b. Pengertian Terapi Aktivitas Kelompok
Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan
yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (Stuart & Laraia,
2001 dikutip dari Cyber Nurse, 2009).
Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok
pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau
diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih
(Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental Rumah Sakit Jiwa di Indonesia dalam
Yosep, 2010). Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara
kelompok untuk memberikan stimulasi bagi pasien dengan gangguan interpersonal
(Yosep, 2010).
c. Jenis – Jenis Terapi Aktivitas Kelompok
Menurut Keliat & Akemat, 2012, terapi aktivitas kelompok dibagi menjadi
empat :
1) Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Kognitif / Persepsi
Pada terapi ini pasien dilatih mempersepsikan stimulus yang ada atau
stimulus yang pernah dialami sebelumnya. Kemampuan persepsi klien
dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi. Diharapkan respon klien terhadap
berbagai stimulus menjadi adaptif. Stimulus yang disediakan seperti
membaca buku, menonton tv, stimulus dari masa lalu yang menghasilkan
proses persepsi klien yang maladaptif. Misalnya : kemarahan, pandangan
negatif terhadap orang lain, halusinasi.
2) Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori
Pada terapi ini aktivitas digunakan sebagai stimulus pada sensoris pasien.
Lalu dilakukan observasi reaksi sensoris pasien pada stimulus yang
disediakan, berupa ekspresi perasaan nonverbal (ekspresi wajah, gerak tubuh).
Aktivitas yang dapat digunakan sebagai stimulus seperti: musik, menari,
menyanyi.
3) Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realita
Dalam terapi ini pasien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar
pasien yaitu diri sendiri, orang lain yang ada disekitar pasien atau orang yang
dekat dengan pasien. Demikian juga dengan orientasi waktu pada saat ini,
masa lalu dan yang akan datang.
4) Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
Pada terapi ini pasien dibantu untuk bersosialisasi dengan individu yang
ada di sekitar pasien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari
interpersonal, kelompok dan massa. Aktivitas dapat berupa latihan
bersosialisasi dalam kelompok. Dengan perawat ruangan sebagai terapis,
TAKS dimulai dari tahap orinetasi seperti memperkenalkan nama terapis, lalu
memberitahukan tujuan dari terapi dan kontrak waktu, lalu dilanjutkan tahap
kerja atau dilakukannya terapi dan diakhiri dengan tahap terminasi atau
penutup.
D. Klien
1. Karakteristik atau kriteria inklusi
a. Klien dngan riwayat
halusinasi
b. Klien yang sudah kooperatif
c. Klien dengan umur rentang
tahun
d. Klien yang bersedia mengikuti
terapi aktivitas kelompok.
2. Proses Seleksi
Proses seleksi dilakukan dengan mengobservasi dan wawancara di Ruang
Sadewa yang direncanakan mengikuti terapi aktivitas kelompok (TAK) kemudian
melakukan kontrak apakah klien bersedia atau tidak untuk ikut serta dalam terapi
akivitas kelompok (TAK).
3. Daftar nama peserta Terapi Aktifitas Kelompok:

E. PENGORGANISASIAN
1. Waktu dan tempat kegiatan :
Tempat : Ruang Sadewa
Hari, tanggal : Selasa, 13 November 2018
Jam : 09.30 s.d 10.30
Durasi : 60 menit
2. Peran dan tugas dalam TAK:
a. Leader : Munova Anjarwati
1) Tugas Utama : Memimpin jalannya terapi aktifitas kelompok.
2) Tugas Lain :
a) Membuka acara
b) Katalisator yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan
menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi
untuk mengekspresikan perasaannya.
c) Auxiliary ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau
mendominas
d) Koordinator, mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan
dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam
kegiatan
e) Menutup acara terapi aktivitas kelompok.
b. Co leader : Kiki Armansyah
1) Tugas utama : Membantu leader mengatur anggota kelompok
2) Tugas lain :
a) Mendampingi leader jika terjadi blocking.
b) Bersama leader memecahkan masalah.
c) Mengkoreksi dan mengingatkan leader jika terjadi kesalahan
c. Fasilitator : Iba Adin P, Diana Alfi Y, Rafa Afifah, Ratnasari, Safira Amalia P
1) Tugas Utama :Memfasilitasi kegiatan terapi aktivitas kelompok
2) Tugas lain :
a) Ikut serta dalam kegiatan kelompok.
b) Memberikan stimulus dan motivator pada anggota kelompok untuk aktif
mengikuti jalannya therapy.
c) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan.
d) Mengatur posisi kelompok dalam lingkaran untuk melaksanakan kegiatan.
e) Mempertahankan kehadiran peserta.
f) Membimbing kelompok selama permainan diskusi.
g) Membantu leader dalam pelaksanaan kegiatan.
h) Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar
maupun dari dalam kelompok.
d. Observer : Warti
1) Tugas utama : Mengawasi jalannya aktifitas kelompok mulai dari
persiapan, proses, hingga penutupan.
2) Tugas lain :
a) Mengidentifikasi isu penting dalam proses
b) Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader
c) Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada session atau kelompok
yang akan datang
d) Memprediksi respon anggota kelompok pada sesi berikutnya
e) Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format yang
tersedia):
 Jumlah anggota yang hadir
 Daftar hadir
 Siapa yang memberi pendapat atau ide

3. Setting tempat:
a. Atur posisi pasien duduk dikursi yang ada meja.
b. Bagikan alat mewarnai dan gambar yang sudah disediakan.
c. Motivasi klien untuk mengikuti yang dicontohkan instruktur.

Keterangan :
: Leader
: Co Leader
: Fasilitator
: Perserta TAK
: Observer

4. Alat:
a. Alat mewarnai (cat air/crayon)
b. Kertas putih
c. Jadwal kegiatan pasien
5. Metode:
Metode yang digunakan adalah demonstrasi kelompok.
6. Program Antisipasi
a. Apabila klien berhenti mengikuti jalannya terapi dengan alasan sakit maka salah
satu fasilitator bisa menepi dan menemani klien beristirahat.
b. Apabila klien walk out saat jalannya terapi, fasilitator mendampingi dengan
melakukan tindakan mengumpulkan pasien.
c. Apabila klien kesulitan maka fasilitor dapat membantu klien selama terapi sedang
berlangsung.
d. Selama kegiatan apabila leader mengalami kesulitan dapat digantikan/ dibantu oleh
co leader maupun fasilitator
F. Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Mengumpulkan semua klien yang terjadwal ikut terapi seni kelompok mewarnai
b. Membuat kontrak dengan klien.
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi ( 10 menit)
a. Salam perkenalan
1) Salam dari instruktur terapi seni kelompok mewarnai pada klien.
2) Perkenalkan nama dan panggilan instruktur terapi seni kelompok.
b. Penjelasan tujuan
Setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok (TAK) dengan terapi seni kelompok
mewarnai diharapkan klien dapat mengontrol halusinasinya pada klien agar
mampu merubah perilakunya dari yang maladaptive menjadi adaptif dalam
mengekspresikan perasaannya melalui sebuah seni yang dimana dalam seni
tersebut pasien dapat menyalurkan berupa perasaan/emosionalnya dalam sebuah
gambar yang diwarnainya.
c. Tata tertib :
Adapun tata tertib dibawah ini adalah
1) Selama melakukan kegiatan klien dilarang makan minum.
2) Tidak boleh membuat gaduh
3) Menyelesaikan kegiatan sampai selesai
4) Apabila pusing atau merasa tidak nyaman klien dapat menyampaikan kepada
fasilitator.
5) Kegiatan ini dilaksanakan ± 60 menit
d. Kerja (40 menit
1) Mengucapkan salam
2) Leader mengenalkan diri dan mengenalkan anggota terapis lain
3) Leader mengatakan maksud dan tujuan diadakan terapi stimulasi sensori.
4) Leader mengevaluasi keadaan hari ini
5) Leader menjelaskan aturan main
6) Atur tempat duduk pasien
7) Persiapkan alat untuk mewarnai
8) Motivasi pasien untuk mengikuti terapi seni kelompok ini seperti yang di
contohkan instruktur.
9) Membenahi hasil kreasi pasien apabila ada yang kurang pas atau tidak sesuai.
10) Memberikan apresiasi pada pasien atas karya mereka dengan mengatakan
karya buatannya bagus.
11) Observer mengevaluasi kegiatan TAK stimulasi persepsi
e. Terminasi (10 menit)
1) Leader melakukan evaluasi subjektif.
2) Leader melakukan evaluasi objektif.
3) Leader bersama pasien membuat rencana tindak lanjut
4. Proses

No. Aspek yang K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8


Dinilai

1. Salam

2. Berkenalan

3. SP I RPK

4. Melukis

5. Ikut kegiatan
dari awal sampai
akhir

5. Hasil

No. Aspek yang K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8


Dinilai

1 Mengenal
perilaku
kekerasan

2 Mencegah
perilaku
kekerasan
melalui kegiatan
fisik

3 Mencegah
perilaku
kekerasan
melalui interaksi
sosial

Petunjuk checklist :

1. Berikan tanda (√) pada kolom yang tersedia apabila klien melakukan sesuai yang ada di kolom aspek yang
dinilai.
2. Berikan tanda (-) pada kolom yang tersedia apabila klien tidak melakukan sesuai yang ada di kolom aspek yang
dinilai.
DAFTAR PUSTAKA

Direja, A. H. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Keliat, B.A dan Akemat. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Cetakan I. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC

Keliat, B.A dan Akemat. 2012. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Cetakan I. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC

Stuart & Laraia. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan). Jakarta:EGC

Townsend. M.C, 2010. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri Rencana Asuhan &
Medikasi Psikotropik. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai