Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KEPERAWATAN KOMPLEMENTER

TERAPI PADA KASUS STROKE DAN DIARE

Disusun oleh:

Syahrir Arif Herbowo (1611020158)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2020
KASUS STROKE

A. Pengertian Stroke
Stroke merupakan penyebab utama kecacatan dari seluruh penyakit di dunia sehingga setengah
dari orang-orang yang bertahan hidup dengan penyakit stroke menjadi tergantung pada orang lain
dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Logan, Legg., Drummond., Leonardi-Bee, et al (2007).
Pada tahun 2009, 70 persen dari tiga juta orang yang terkena stroke di negara bagian Missouri
Amerika Serikat mengalami kecacatan fungsional dan mereka tinggal di rumah bersama keluarga
(Krug & McCormack, 2009)
B. Pengobatan Stroke
Sejak serangan pertama stroke pemulihan fisik dan kognitif menjadi bagian yang sangat penting
untuk ditingkatkan dalam penatalaksanaan keperawatan. Salah satu aktivitasnya adalah
memberikan terapi aktivitas untuk mengembalikan fungsi motorik (Krug & McCormack, 2009).
Pendekatan terapi pada pasca stroke untuk mengembalikan fungsi motorik adalah:
1. Terapi Secara Medis
a. Fibrinolitik/trombolitik (rtPA/ recombinant tissue plasminogen activator) intravena.
Golongan obat ini digunakan sebagai terapi reperfusi untuk mengembalikan perfusi darah
yang terhambat pada serangan stroke akut. Jenis obat golongan ini adalah alteplase,
tenecteplase dan reteplase, namun yang tersedia di Indonesia hingga saat ini hanya
alteplase.6 Obat ini bekerja memecah trombus dengan mengaktivasi plasminogen yang
terikat pada fibrin.7 Efek samping yang sering terjadi adalah risiko pendarahan seperti pada
intrakranial atau saluran cerna; serta angioedema.
b. Antikoagulan
Unfractionated heparin (UFH) dan lower molecular weight heparin (LMWH) termasuk
dalam golongan obat ini. Obat golongan ini seringkali juga diresepkan untuk pasien stroke
dengan harapan dapat mencegah terjadinya kembali stroke emboli. Terapi antikoagulan
dapat diberikan dalam 48 jam setelah onset gejala apabila digunakan untuk pencegahan
kejadian tromboemboli pada pasien stroke yang memiliki keterbatasan mobilitas dan
hindari penggunaannya dalam 24 jam setelah terapi fibrinolitik.
2. Terapi Secara Komplementer
a. Terapi akupresur
Akupresur adalah penekanan dengan kontrol baik waktu maupun tekanannya yang
di lakukan oleh ibu jari, jari, atau siku. (The Online School of Chi Energy , 2012). Pada
klien pasca stroke penyempitan aliran darah dan oksigen menjadi penyebab nyeri dan
kekejangan otot, sehingga akupresur membuka penyempitan knot sehingga mencair dan
membebaskan aliran darah dan oksigen. Pemijatan dan penekanan dilakukan pada 12 titik
meridian (accupoint) di lengan dan kaki yang banyak terdapat serabut saraf sensorik
dengan menstimulasi sel saraf (Yee Chan, 2007). Disekitar titik-titik akupresur banyak
terdapat ujung saraf sensorik dan pembuluh darah yang ikut terstimulasi melepaskan
histamin yang akan membantu pelepasan nitric oxide (NO) dari endotel vaskuler agar
berdilatasi yang akan secara langsung dapat membantu meningkatkan aliran darah menuju
ke sel.
Pada penelitian yang dipublikasi dalam jurnal “Peningkatan Fungsi Motorik
Melalui Akupresur Pada Klien Pasca Stroke”, didapatkan hasil bahwa pengaruh akupresur
terhadap fungsi motorik pretest dan posttest pada klien pasca stroke pada kelompok yang
mendapat perlakuan bermakna pada tiga kemampuan kemampuan: berjalan (p=0,00),
Pergerakan tangan (p= 0,02), dan aktivitas tangan lanjutan (p= 0,003). Penelitian ini
memperlihatkan perubahan skor bila dibandingkan dengan hasil 2 minggu awal yang tidak
mengalami perubahan, yang menunjukkan perbaikan fungsi sel.
Berdasarkan dari hasil penelitian ini, disarankan akupresur ini dapat dikembangkan
dan dilaksanakan oleh tenaga medis sebagai terapi komplementer untuk membantu klien
pasca stroke yang mengalami gangguan motorik.
b. Terapi akupuntur
Pengertian kata dari akupunktur adalah menusuk dengan jarum. Dengan kata lain
akupunktur merupakan teknik penusukan jarum berdasarkan ilmu pengobatan timur dan
ilmu kedokteran barat yang sesuai dengan prinsip pemijatan dengan titik utama dua di
leher, tiga di perut dan dua di tungkai bawah. Menurut WHO (World Health Organization)
akupunktur adalah pengobatan efektif menangani kasus stroke.
Pada penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal “Efektivitas Akupunktur untuk
Rehabilitasi Stroke”, didapatkan hasil bahwa akupunktur dapat dijadikan sebagai terapi
rehabilitasi stroke untuk meningkatkan pemulihan dan kekuatan otot. Rangsangan yang
diberikan dari jarum yang ditusukkan pada titik akupunktur dapat membuka pembuluh
darah yang tersumbat dan memperbaiki aliran darah. Terapi rehabilitasi stroke yang disertai
dengan terapi akupunktur memberikan hasil penyembuhan yang lebih cepat dan lebih baik
untuk pemulihan pembentukan jaras saraf baru, dan optimalisasi jaras yang melewati
bagian rusak dari otak.
3. Terapi Secara Tradisional
Labu siam adalah penghasil folt, vitamin B–nya diperlukan bagi kesehatan
kardiovaskular atau jantung, mencegah menumpuknya homosistein. Homosistein adalah asam
amino alami dalam plasma darah. Kadar homosistein yang tinggi dapat meningkatkan
kemungkinan stroke.
Selain itu, labu siam juga mengandung tanin yang tinggi. Tanin dapat melancarkan
peredaran darah sehingga dipercaya mampu mencegah stroke. Tanin bersifat antimikrobaa dan
alkaloid yang mampu memperlancar peredaran darah.
KASUS DIARE

A. Pengertian Diare
Diare merupakan suatu keadaan dimana konsistensi feses lembek atau cair bahkan dapat berupa
air saja dan frekuensinya lebih dari biasanya, 3 kali atau lebih dalam sehari (Huda 2013). Diare
biasanya merupakan gejala infeksi di saluran pencernaan, yang dapat disebabkan oleh berbagai
bakteri, virus, dan parasit. Infeksi dapat menyebar melalui makanan atau air minum yang
terkontaminasi, dari kebersihan lingkungan yang buruk (WHO, 2017).
B. Pengobatan Diare
United Nations Children’s Fund (UNICEF) dan WHO (2015) menjelaskan penanganan dan
pengobatan diare adalah dengan rehidrasi oral, pemberian gizi kaya nutrisi, rehidrasi intravena
apabila diperlukan, dan pemberian suplemen zinc.
1. Terapi Secara Medis
Diare menyebabkan tubuh kehilangan banyak cairan. Maka, dokter biasanya dapat
memberikan cairan elektrolit atau oralit yang dapat dibeli di apotek. Cairan ini umum
digunakan sebagai pertolongan pertama masalah buang-buang air. Cairan elektrolit dapat
memberikan tubuh asupan glukosa, garam dan mineral penting lainnya yang hilang selama
mengalami dehidrasi. Cairan rehidrasi cocok diberikan untuk anak-anak dan orang tua.
Beberapa obat umumnya diresepkan untuk diare adalah:
a. Loperamide
Loperamide adalah obat untuk memperlambat pergerakan pada sistem pencernaan Anda
yang biasanya diresepkan untuk diare. Obat ini memungkinkan lebih banyak cairan yang
diserap oleh tubuh dan membuat feses Anda kembali padat. Minum obat ini sehabis buang
air besar. 
b. Attapulgite
Obat diare umumnya mengandung zat attapulgite. Zat attapulgite bekerja dengan
merangsang pencernaan Anda, terutama usus, dapat menyerap cairan lebih banyak. Feses
jadi tidak cair, melainkan padat karena cairannya diserap attapulgite. 

2. Terapi Secara Komplementer


a. Madu
Penanganan diare selain menggunakan teknik farmakoterapi terdapat juga terapi
komplementer yang dapat digunakan yaitu dengan memberikan madu. Madu dapat dipakai
untuk mengatasi diare karena efek antibakteri dan kandungan nutrisinya mudah dicerna.
Manfaat madu lain adalah membantu dalam penggantian cairan tubuh yang hilang akibat
diare. Dalam cairan rehidrasi, madu dapat menambah kalium dan serapan air tanpa
meningkatkan serapan natrium. Hal itu membantu memperbaiki mukosa usus yang rusak,
merangsang pertumbuhan jaringan baru dan bekerja sebagai agen anti-inflamasi.
Pada penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal “Madu Sebagai Terapi
Komplementer Untuk Anak Dengan Diare Akut”, didapatkan hasil bahwa rata-rata
frekuensi BAB pada kelompok eksperimen menunjukkan bahwa terdapat penurunan
frekuensi BAB sebelum dan setelah intervensi. Hasil rata-rata frekuensi BAB pada
kelompok kontrol menunjukkan bahwa terdapat penurunan frekuensi BAB sebesar 3.69.
Terapi diare yang utama adalah mengganti cairan yang hilang untuk mencegah
terjadinya dehidrasi, dengan memberikan cairan rehidrasi/oralit. Gula akan meningkatkan
penyerapan garam. Penggantian gula dengan madu pada rehidrasi oral ternyata jauh lebih
menguntungkan karena madu mengandung fruktosa yang meningkatkan serapan air dan
menurunkan serapan garam natrium sehingga mencegah kelebihan natrium dalam tubuh.
Selain itu, fruktosa dapat meningkatkan penyerapan garam kalium, sedangkan gula dapat
mengurangi penyerapannya (Adji, 2007).
b. Terapi Pijat
Pijat terbukti sangat besar manfaatnya bagi tumbuh kembang bayi. Pijat
mempengaruhi sistem saraf dari tepi sampai ke pusat. Tekanan pada reseptor saraf di kulit
akan menyebabkan pelebaran vena, arteri dan kapiler sehingga akan melemaskan tegangan
otot, melambatkan detak jantung dan meningkatkan gerakan usus di saluran cerna.
Pada penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal “Efektifitas Pijat Bayi Terhadap
Frekuensi Buang Air Besar (BAB) Pada Anak Usia 6-24 Bulan Dengan Diare Di SMC RS
Telogorejo”, didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara frekuensi
BAB sebelum dan sesudah diberikan pijat bayi atau dapat dikatakan pijat bayi efektif untuk
menurunkan frekuensi BAB. Dapat dilihat juga pada perbandingan nilai rerata, pada nilai
rerata frekuensi BAB sebelum dilakukan pijat bayiadalah 7.50, dan mengalami penurunan
pada nilai rerata sesudah dilakukan pijat bayi yaitu 3.70 karena semakin kecil nilai maka
semakin baik.
Analisis peneliti dari hasil penelitian dan jurnal terkait berdasarkan frekuensi
buang air besar antara sebelum dan sesudah mendapat terapi pijat bayi. Peneliti
mengatakan bahwa ada perbedaan atau terjadi penurunan frekuensi buang air besar setelah
mendapat terapi pijat bayi, karena pijat bayi dapat memperbaiki saraf nervus dan dapat
pemperbaiki proses absorbsi makanan.
3. Terapi Secara Tradisional
Daun jambu biji mengandung banyak zat yang sehat, meliputi antioksidan seperti
vitamin C. Daun jambu biji juga kaya akan flavonoid seperti quercetin. Daun jambu muda
sebagai obat ini sudah akrab dengan masyarakat di Nusantara sejak zaman leluhur dulu.
Manfaat penting daun jambu biji muda adalah untuk mengatasi masalah diare atau
sakit perut lainnya. Tambahkan daun dan akar jambu biji ke dalam air yang mendidih. Saring
air dan minum pada saat perut kosong. Bahkan di kampung-kampung, ketika ada warga
terserang diare, mereka cukup mencari daun jambu biji muda, lalu memakannya mentah. Cara
itu ternyata manjur untuk mengatasi diare.

Anda mungkin juga menyukai