Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS JURNAL METODE PICO

PERAN PERAWAT ANAK DALAM MENCEGAH


MASALAH TUMBUH
KEMBANG PADA ANAK DENGAN PENYAKIT KRONIS
Dosen Pengampu : Sri Mulyanti

Disusun oleh :
Desta Krisdianto E2114401072

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA 2021/2022
Jl. Tamansari No. KM 2,5 Kel. Mulyasari Kec. Tamansari
Kota Tasikmalaya Email : umtas.ac.id
JURNAL
KESIAPAN PERAWAT GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH KABUPATEN BANDUNG DALAM MENGHADAPI BENCANA
Diah Ayu Sri Lestari, Ayu Prawesti Priambodo, Valentina Belinda Marlianti
Lumbantobing.

ABSTRAK
Bencana merupakan peristiwa yang mengancam serta mengganggu kehidupan
masyarakat. Respon cepat dalam situasi tanggap bencana merupakan hal penting yang
dilakukan oleh seorang first responder untuk meminimalisir korban jiwa. Kesiapan
perawat merupakan hal krusial, termasuk kesiapan perawat sebagai first responder
bencana dalam fase tanggap darurat. Sementara dalam pelaksanaannya, perawat tidak
melakukan implementasi secara maksimal. Hal ini diperkuat oleh sebuah penelitian yang
mengatakan bahwa perawat tidak memiliki persiapan yang baik dalam penanganan
bencana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan perawat gawat darurat
RSUD Kabupaten Bandung dalam menghadapi bencana. Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif kuantitatif dengan jumlah populasi sebanyak 33 perawat IGD RSUD
Soreang dan RSUD Majalaya dengan menggunakan teknik total sampling. Penelitian
menggunakan instrumen Emergency Preparedness Information Questionnaire (EPIQ)
yang membagi kesiapan perawat menjadi 8 dimensi dengan jumlah 24 item pernyataan
diukur menggunakan skala likert dan hasil pengukurannya dihitung dengan
menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 85%
perawat memiliki kesiapan sedang dalam menghadapi bencana, dengan skor mean
tertinggi (3,16) berada pada dimensi sistem komando kejadian dan terendah (2,80)
berada pada populasi khusus. Kesiapan perawat berada dalam kesiapan sedang berarti
dikatakan sudah cukup siap terlebih dalam sistem komando kejadian. Meskipun ada
dimensi yang masih kurang, yaitu populasi khusus. Hal ini dapat dikarenakan
penanganan pada populasi khusus paling banyak memerlukan perhatian pada
perawatannya dan kegagalan dalam penanganannya akan berdampak kurang baik bagi
kehidupan mereka selanjutnya. Maka untuk memenuhi kebutuhan tersebut dapat
dilakukan program pelatihan penanganan populasi khusus.
Kata kunci : bencana, EPIQ, kesiapan perawat
Abstract
Disaster is an event that threatens and disrupts people’s lives. Rapid response in disaster
response situations is important for a first responder to minimize casualties. The nurse’s
readiness is crucial, including the nurse’s preparedness as a first-responder of disaster in
the emergency response phase. While in the implementation, the nurse does not
implement maximally. This is strengthened by a study that says nurses do not have good
preparations for disaster management. This study aims to determine the preparedness of
emergency nurses RSUD Bandung Regency in facing disaster. This research uses
quantitative descriptive method with total population of 33 nurses of IGD RSUD
Soreang and Majalaya Hospital, using total sampling technique. The study used an
Emergency Preparedness Information Questionnaire (EPIQ) instrument that divided the
nurse’s readiness into 8 dimensions with 24 item statements measured using Likert scale,
and the measurement result was calculated using descriptive analysis. The results of this
study indicate that 85% of nurses have a moderate preparedness in facing disaster, with
the highest mean score (3.16) is in the dimension of order command system, and the
lowest mean score (2.80) is in the special population. The readiness of the nurse being in
moderate readiness means that they are sufficiently prepared, especially in the event
command system. Although there are dimensions that are still lacking, such as the
special population. This happens because handling the special populations requires the
most attention to care, and failure in handling will have an adverse effect on the patient’s
next life. To meet these needs, providing some training programs to handle special
population may be a proper way to do.
Keywords : disaster, EPIQ, readiness of emergency nurses
Penulis : Diah Ayu Sri Lestari, Ayu Prawesti Priambo, Valentina Belinda Marlianti
Lumbantobing
Tahun : 2017
Judul : Kesiapan Perawat Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Bnadung Dalam Menghadapi Bencana
Jurnal : Jurnal Keperawatan Aisyiyah (JKA) Vol 4, Nomor 2
No Kriteria Pembenaran ( Critical Thinking )
1 P ( Populatin / Population / Patient
Problem) Dalam jurnal penelitian tersebut melibatkan 33 perawat IGD
RSUD Soreang dan RSUD Majalaya
Problem
Bencana merupakan peristiwa yang mengancam serta
mengganggu kehidupan masyarakat. Respon cepat dalam
situasi tanggap bencana merupakan hal penting yang dilakukan
oleh seorang first responder untuk meminimalisir korban jiwa.
Kesiapan perawat merupakan hal krusial, termasuk kesiapan
perawat sebagai first responder bencana dalam fase tanggap
darurat. Sementara dalam pelaksanaannya, perawat tidak
melakukan implementasi secara maksimal. Hal ini diperkuat
oleh sebuah penelitian yang mengatakan bahwa perawat tidak
memiliki persiapan yang baik dalam penanganan bencana.
Maka dari itu problem dari jurnal tersebut yang telah saya
analisis yaitu bagaimana kesiapan perawat gawat darurat
RSUD dalam menangani berbagai macam keadaan.
2 I ( Intervetion ) Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif.
Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 33 perawat yang
terdaftar sebagai tenaga perawat di IGD RSUD Soreang dan
RSUD Majalaya. Sampel pada penelitian ini merupakan total
populasi karena peneliti menggunakan teknik total sampling.
Penelitian ini menggunakan kuesioner dalam pengambilan
data. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah
EPIQ (Emergency Preparedness Information Questionnaire)
terdiri 8 komponen kesiapan yaitu (1) Sistem Komando
Kejadian, (2) Triase, (3) Epidemiologi dan Pengawasan, (4)
Dekontaminasi, (5) Komunikasi dan Konektivitas, (6) Masalah
Psikologi, (7) Populasi Khusus, dan (8) Akses Sumber Daya
Kritis. Kuesioner pada penelitian ini terdiri dari 24 item
pernyataan. Instrumen EPIQ yang digunakan oleh peneliti telah
digunakan sebelumnya di Indonesia, dengan hasil uji validitas
dan reliabilitas dari instrument didapatkan nilai Cronbach
Alpha 0,812. Peneliti kemudian melakukan face validity pada
instrumen tersebut. Kuesioner ini diukur dengan menggunakan
Skala Likert 1-4 (favorable dan unfavorable) kemudian
dianalisis menggunakan analisa deskriptif.
3 C Analisis karakteristik subyek penelitian menunjukkan bahwa
( Comparration ) sebanyak 33 responden yang merupakan perawat gawat darurat
di RSUD Soreang dan RSUD Majalaya, sebanyak 18
responden (55%) berusia pada kisaran 31-40 tahun, sebanyak
18 responden (55%) berjenis kelamin pria, sebanyak 26
responden (79%) memiliki pendidikan terakhir DIII
Keperawatan, sebanyak 17 responden (52%) bekerja di rumah
sakit selama lebih dari 10 tahun, sebanyak 12 responden (36%)
bekerja di IGD selama 2-5 tahun, sebanyak 14 responden
(42%) telah mengikuti pelatihan BTCLS.
Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kesiapan perawat
gawat darurat Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Bandung dalam menghadapi bencana secara keseluruhan
dinilai dari 8 dimensi kesiapan yang ada: dari 33 responden,
85% perawat (28 responden) memiliki tingkat kesiagaan yang
sedang.
Diketahui subvariabel kesiapan perawat dari 8 dimensi
didapatkan skor mean tertinggi (3,16) yaitu sistem komando
kejadian, dan skor mean terendah (2,80) yaitu populasi khusus.
Semakin tinggi skor mean maka dikatakan semakin siap dalam
subvariabel tersebut. Nilai standar deviasi menunjukkan
semakin besar nilai standar deviasinya maka keragaman
sampelnya semakin besar.
Diketahui skor mean terendah (3,06) dari subvariabel sistem
komando kejadian adalah pernyataan “Bila bencana
mengakibatkan tidak berjalannya fungsi pelayanan kesehatan
di tempat anda bekerja, kendali operasional diambil alih secara
berjenjang ke tempat yang lebih tinggi”.
Berdasarkan hasil penelitian kepada 33 responden yang
merupakan perawat Instalasi Gawat Darurat RSUD Soreang
dan Majalaya dapat diketahui bahwa sebanyak 28 responden
(85%) memiliki kesiapan sedang dalam menghadapi bencana.
Pada kesiapan sedang, perawat dikatakan sudah cukup siap
meskipun ada beberapa dimensi yang masih kurang, pada
penelitian ini dimensi yang masih kurang adalah pada
penanganan populasi khusus. Penelitian ini mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Hidayati pada tahun 2008
dengan judul Pengetahuan Perawat Instalasi Rawat Darurat
RSUP Dr. Sardjito dalam Kesiapan Menghadapi Bencana pada
Tahap Preparedness mengemukakan bahwa dari 45 perawat
yang dijadikan sampel penelitian didapatkan hasil pengetahuan
perawat dalam menghadapi bencana dikategorikan baik yaitu
sekitar 82%. Kesiapan perawat dalam menghadapi bencana
tentu tidak sama satu sama lainnya, kesiapan perawat
kemungkinan dapat dipengaruhi berbagai aspek kesiapan.
4 O ( Outcome ) Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa
85% perawat memiliki kesiapan sedang dalam menghadai
bencana. Nilai mean tertinggi (3,16) berada pada subvariabel
sistem komando kejadian dan skor mean terendah (2,80)
terdapat pada subvariabel populasi khusus. Nilai mean tersebut
menunjukkan semakin besar nilai yang diperoleh pada setiap
dimensi, maka dapat dikatakan dimensi tersebut semakin siap
menghadapi bencana.
Perawat dalam ranah keperawatan gawat darurat diharapkan
meningkatkan kemampuan dalam setiap dimensi kesiapan.
Terlihat masih ada beberapa kekurangan dalam hal kesiapan
pada masing-masing dimensinya. Pada dimensi sistem
komando yang memiliki nilai tertinggi perawat dapat lebih
meningkatkan kualitasnya dalam sistem komando dilapangan
ketika terjadinya bencana, sedangkan dimensi yang paling
rendah yaitu populasi khusus perawat diharapkan mampu
memberikan penatalaksanaan yang tepat kepada orang-orang
dalam populasi khusus tersebut yang memiliki kekurangan
dalam pemenuhan kebutuhan ketika terjadinya bencana. . Maka
dalam usaha memberikan intervensi yang tepat, diperlukan
pemahaman lebih dalam terkait populasi khusus misalnya bagi
perawat dapat dilakukan program pelatihan penanganan
populasi khusus saat bencana

Kelebihan :
 Kata- kata yang mudah dipahami
 Dalam jurnal tersebut tidak ada penulisan yang salah dalam kata- kata nya
Kekurangan :
 Dalam jurnal tersebut paragraph nya masih tkurang enak dipandang

Anda mungkin juga menyukai