Anda di halaman 1dari 9

Faraz Arsya Duta

1811312010
Analisa Jurnal Keperawatan Kritis

1. Judul Artikel
Pengetahuan Perawat Tentang Early Warning Score Dalam Penilaian Dini Kegawatan
Pasien Kritis
2. Penulis
Dyah Restuning Prihati dan Maulidta Karunianingtyas Wirawati
3. Nama Jurnal
Jurnal Keperawatan
4. Volume, Nomor, Tahun, Halaman Artikel
Volume 11, No 4 Desember 2019, Hal 237 – 242
5. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan perawat tentang early
warning score dalam penilaian dini kegawatan pasien kritis di RSUD K.R.M.T.
Wongsonegoro Semarang.
6. Ringkasan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden dengan usia 20-40 tahun dengan
tingkat pengetahuan cukup sebanyak 36 (92,3%) responden dan tingkat pengetahuan
kurang sebanyak 3 (7,7%) responden. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Widodo (2016) tidak ada hubungan antara umur dengan pengetahuan
perawat tentang penatalaksanaan asuhan keperawatan pasien.
Pengetahuan juga dipengaruhi oleh pendidikan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa
responden pendidikan S1 Keperawatan dengan tingkat pengetahuan cukup sebanyak 9
(90%) dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 1 (10%) responden. Responden
pendidikan DIII Keperawatan dengan tingkat pengetahuan cukup sebanyak 27 (93%) dan
tingkat pengetahuan kurang sebanyak 2 (7%) responden. Hal ini sejalan dengan yang
dikatakan Notoatmodjo (2007) bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin
mudah orang tersebut menerima informasi, dan semakin banyak pula pengetahuan yang
didapat tentang kesehatan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden menurut tingkat pengetahuan
sebanyak 36 (92,3%) responden dengan pengetahuan cukup. Responden dengan
pengetahuan kurang sebanyak 3 (7,7%) responden. Penggunaan Early Waring Scores
sangat berkaitan erat dengan peran perawat yang melakukan observasi harian tanda-tanda
vital.
Penggunaan Early Waring Scores sangat berkaitan erat dengan peran perawat yang
melakukan observasi harian tanda-tanda vital. Perawat melaksanakan asuhan
keperawatan, sebagai care giver memberikan pelayanan dengan melakukan pengkajian
harian serta memonitoring keadaan pasien, ketika terjadi perburukan keadaaan, orang
pertama yang mengetahui adalah perawat (Widiastuti, 2017). Pengetahuan perawat yang
baik sangat diperlukan untuk melakukan pengkajian dan mengobsevasi tanda vital agar
dapat menilai dan mengetahui resiko terjadinya perburukan pasien. Early Waring Scores
dilakukan untuk sistem pemantauan fisiologis pada pasien, agar tidak terjadi kondisi
menuruk pada pasien. Pelatihan tentang Early Waring Scores harus dimiliki oleh perawat
untuk pemantauan kondisi pada pasien (The Royal College of Physicians, 2017).
7. Implikasi Hasil Penelitian terhadap Pelayanan Keperawatan Kritis
Penggunaan Early Waring Scores sangat berkaitan erat dengan peran perawat yang
melakukan observasi harian tanda-tanda vital. Perawat melaksanakan asuhan
keperawatan, sebagai care giver memberikan pelayanan dengan melakukan pengkajian
harian serta memonitoring keadaan pasien, ketika terjadi perburukan keadaaan, orang
pertama yang mengetahui adalah perawat (Widiastuti, 2017).
Pengetahuan perawat yang baik sangat diperlukan untuk melakukan pengkajian dan
mengobsevasi tanda vital agar dapat menilai dan mengetahui resiko terjadinya perburukan
pasien. Early Waring Scores dilakukan untuk sistem pemantauan fisiologis pada pasien,
agar tidak terjadi kondisi memburuk pada pasien. Pengetahuan penting untuk dikuasai
perawat, karena seseorang tidak dapat memberikan tindakan yang cepat, tepat dan akurat
kalau dia mengetahui pengkajian kegawatan, hal itu seiring dengan pendapat seorang ahli
yang mengemukakan bahwa pengetahuan sangat mempengaruhi perilaku seseorang.
Tingkat pengetahuan perawat dan keterampilan dalam mengobservasi keadaan pasien
terutama hemodinamik sangat dibutuhkan untuk mencegah komplikasi pada pasien. Oleh
karena itu dalam pelayanan keperawatan kritis khususnya bagi perawat harus memiliki
kemampuan atau ketrampilan dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan gawat darurat
untuk mengatasi berbagai permasalahan kesehatan baik aktual atau potensial mengancam
kehidupan. Pelatihan tentang Early Waring Scores harus dimiliki oleh perawat untuk
pemantauan kondisi pada pasien (The Royal College of Physicians, 2017).
8. Bukti Acc Jurnal Keperawatan Kritis
Jurnal KeperawatanVolume 11No 4 Desember 2019, Hal 237 - 242 p-ISSN2085-1049
LPPMKeperawatanVolume
Jurnal Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal 2019, Hal 231-236
11 No 3 September e-ISSN
LPPM Sekolah Tinggi Ilmu 2549-8118
Kesehatan Kendal

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG EARLY WARNING SCORE DALAM


PENILAIAN DINI KEGAWATAN PASIEN KRITIS
Disetujui. 3 Des 2021
Dyah Restuning Prihati*, Maulidta Karunianingtyas Wirawati
AKPER Widya Husada Semarang, Jl. Subali Raya No.12, Krapyak, , Kota Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
50146
*dyah.erpe@gmail.com
INFORMASI ABSTRAK
ARTIKEL Penggunaan Early Warning Scores sangat berkaitan erat dengan peran
Riwayat Artikel perawat dalam melakukan observasi harian tanda-tanda vital. Perawat
Diterima : 23 Juli 2019 melaksanakan asuhan keperawatan, sebagai care giver memberikan
Diterima dalam bentuk revisi : pelayanan dengan melakukan pengkajian harian serta memonitoring
10 September 2019 keadaan pasien, ketika terjadi perburukan keadaaan, orang pertama yang
Disetujui : mengetahui adalah perawat oleh karena itu disebut Nursing Early
24 Desember 2019 Warning Scores. Penelitian ini untuk mengetahui gambaran
pengetahuan perawat tentang early warning score dalam penilaian dini
kegawatan pasien kritis di RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro Semarang.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif kuantitatif
dengan pendekatan survey. populasi pada penelitian ini adalah seluruh
perawat yang bekerja di ruang Nakula 2 dan 3 sebanyak 39 perawat di
RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro Semarang. Pengambilan sampel
menggunakan teknik total sampling yaitu sebanyak 39 orang.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisis
data mencakup analisis univariat dengan mendeskripsikan distribusi
frekuensi dari masing-masing variabel. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa responden menurut tingkat pengetahuan sebanyak
36 (92,3%) responden dengan pengetahuan cukup. Responden dengan
pengetahuan kurang sebanyak 3 (7,7%) responden. Kesimpulan: tingkat
pengetahuan sebagian besar perawat terhadap early warning score
dalam penilaian dini kegawatan pasien kritis dikategorikan cukup

Kata kunci: pengetahuan, early warning score, kegawatan

NURSES' KNOWLEDGE ABOUT EARLY WARNING SCORE IN THE EARLY


ASSESSMENT OF THE EMERGENCY OF CRITICAL PATIENTS

ABSTRACT
Use of Early Warning Scores are very closely related to the role of nurses in carrying out daily
observations of vital signs. Nurses carry out nursing care, as care giver provides services by carrying
out daily assessments and monitoring the patient's condition, when there is a deterioration in the
situation, the first person to know is a nurse and therefore called the Nursing Early Warning Scores.
This research is to find out the description of nurses' knowledge about the early warning score in the
early assessment of the emergency of critical patients in RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro Semarang. This
study uses a descriptive quantitative research design with a survey approach. the population in this
study were all nurses who worked in Nakul 2 and 3 rooms as many as 39 nurses in the RSUD K.R.M.T.
Wongsonegoro Semarang. Sampling using total sampling technique that is as many as 39 people. Data
collection is done using a questionnaire. Data analysis includes univariate analysis by describing the
frequency distribution of each variable. The results of this study indicate that respondents according to
the level of knowledge as many as 36 (92.3%) respondents with sufficient knowledge. Respondents with
less knowledge of 3 (7.7%) respondents. Conclusion: the knowledge level of most nurses towards the
early warning score in the early assessment of the emergency of critical patients is categorized
sufficient.

Keywords: knowledge, early warning score, emergency

237
Jurnal KeperawatanVolume 11 No 4 Desember 2019, Hal 237-242 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

PENDAHULUAN Warning Scores yang digunakan pada NEWS


Keperawatan merupakan titik penting dari adalah frekuensi pernafasan, saturasi oksigen,
rumah sakit, maka itu pelayanan asuhan temperatur, tekanan darah sistolik, frekuensi
keperawatan yang berkesinambungan yang nadi, dan tingkat kesadaran (National Clinical
diberikan oleh seorang tenaga keperawatan Effectiveness Committee, 2013).
merupakan hal yang sangat penting guna
memberi kepuasan terhadap pasien. Aspek Penggunaan Early Waring Scores sangat
dasar dari dokumentasi keperawatan yang berkaitan erat dengan peran perawat yang
lengkap adalah pengetahuan perawat tentang melakukan observasi harian tanda-tanda vital.
asuhan keperawatan. Perawat dan tim medis Perawat melaksanakan asuhan keperawatan,
lainnya dituntut untuk memberikan pelayanan sebagai care giver memberikan pelayanan
yang cepat karena waktu adalah nyawa (Time dengan melakukan pengkajian harian serta
saving is life saving) dalam pelayanan memonitoring keadaan pasien, ketika terjadi
keperawatan kritis. Hasil penelitian Yoon et al perburukan keadaaan, orang pertama yang
(2003) menjelaskan faktor internal dan mengetahui adalah perawat oleh karena itu
eksternal yang memengaruhi keterlambatan disebut Nursing Early Warning Scores. Sistem
penanganan kasus gawat darurat antara lain scoring sederhana digunakan untuk pengukuran
karakter pasien, penempatan staf, ketersediaan fisiologis ketika pasien tiba, atau yang sedang
stretcher dan petugas kesehatan, waktu ketibaan dipantau di rumah sakit. Penelitian ini
pasien, pelaksanaan manajemen dan, strategi menggunakan desain penelitian deskriptif
pemeriksaan dan penanganan yang dipilih. Hal kuantitatif dengan pendekatan survey, yaitu
ini bisa menjadi pertimbangan dalam penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk
menentukan konsep tentang waktu tanggap mengetahui gambaran pengetahuan perawat
penanganan kasus di IGD rumah sakit. Angka tentang early warning score dalam penilaian
kematian merupakan indikator hasil kinerja dari dini kegawatan pasien kritis di RSUD K.R.M.T.
sebuah proses pelayanan kesehatan, di rumah Wongsonegoro Semarang.
sakit ada kematian di bawah 48 jam dan ada
kematian di atas 48 jam, kematian yang terjadi METODE
di bawah 48 jam diindikasikan jika terjadi Penelitian ini menggunakan desain penelitian
adalah semata karena faktor tingkat kegawatan deskriptif kuantitatif dengan pendekatan survey.
yang berpihak atau berada pada pasien, artinya Lokasi penelitian di Ruang Nakula 1 dan 2
kondisi pasien lebih menentukan kematiannya. RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro Semarang
yang merupakan ruang medikal bedah, dengan
Perawat sebagai pelaksana dalam memberikan populasi pada penelitian ini adalah seluruh
asuhan keperawatan harus melakukan perawat yang bekerja di ruang Nakula 2 dan 3
pengkajian secara terfokus dan mengobsevasi sebanyak 39 perawat. Kuesioner ini terdiri
tanda vital agar dapat menilai dan mengetahui karakteristik perawat meliputi usia, jenis
resiko terjadinya perburukan pasien, kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman kerja
mendeteksi dan merespon dengan mengaktifkan dan pelatihan penilaian kegawat daruratan
emergency call (Duncan, 2012). Pelayanan pasien kritis. Sedangkan kuesioner pengetahuan
cepat dan pengobatan yang efektif merupakan tentang Early Warning Scoring System berisi 20
awal meningkatkan kelangsungan hidup pasien. pernyataan yang disertai dengan alternatif
Di dunia telah diperkenalkan sistem scoring jawaban benar atau salah. Analisis univariat
pendeteksian dini atau peringatan dini untuk tergantung dari jenis datanya yaitu data kategori
mendeteksi adanya perburukan keadaan pasien yang terdiri dari jenis kelamin, tingkat
dengan penerapan Early Warning Scores. EWS pendidikan, pelatihan dan tingkat pengetahuan
telah diterapkan banyak Rumah sakit di Inggris responden tentang kegawat daruratan. Data
terutama National Health Service, Royal dianalisis dengan menggunakan tabel distribusi
College of Physicians yang telah frekuensi.
merekomendasikan National Early Warning
Score (NEWS) sebagai standarisasi untuk HASIL
penilaian penyakit akut, dan digunakan pada Tabel 1 menunjukkan menunjukkan bahwa
tim multidsiplin (National Clinical karakteristik usia resonden paling banyak
Effectiveness Committee, 2013) Enam berusia 20 – 40 tahun, berjenis kelamin
Paramater Fisiologis dalam National Early perempuan, lulusan DIII Keperawatan dengan
238
Jurnal KeperawatanVolume 11 No 3 September 2019, Hal 231-236 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

pengalaman kerja 1 sampai 10 tahun.

Tabel 1.
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan, Lama Kerja (n=39)
Variabel f %
Usia :
a. 20 – 40 tahun 39 100
b. 41 – 60 tahun 0 0
Jenis kelamin:
a. Laki – laki 14 35,9
b. Perempuan 25 64,1
Pendidikan :
a. DIII Keperawatan 29 74,4
b. S1 Keperawatan 10 25,6
Lama Kerja
a. 1-10 tahun 34 87,2
b. 11-20 tahun 5 12,8
Berdasarkan table 1 menunjukkan bahwa perempuan, lulusan DIII Keperawatan dengan
karakteristik usia resonden paling banyak pengalaman kerja 1 sampai 10 tahun.
berusia 20 – 40 tahun, berjenis kelamin

Tabel 2.
Pengalaman pelatihan penilaian kondisi pasien kritis (n=39)
Variabel f %
Pernah 27 69,2
Tidak Pernah 12 30,8
Tabel 2 menunjukkan bahwa responden pelatihan.
memiliki pengalaman pernah mengikuti

Tabel 3.
Tingkat pengetahuan responden tentang pengkajian early warning score dalam penanganan
kondisi kritis berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan, lama kerja dan pelatihan (n=39)
Variabel Tingkat Pengetahuan
Tinggi Cukup Kurang
f % f % f %
Usia
20-40 tahun 0 0 36 92,3 3 7,7
41-60 tahun 0 0 0 0
Pendidikan
DIII Keperawatan 0 0 27 93 2 7
S1 Keperawatan 9 90 1 10
Pengalaman
Kurang 1-10 tahun 0 0 32 94 2 6
11 -20 tahun 4 80 1 20
Pelatihan yang diikuti
Pernah 0 0 26 96 1 4
Tidak pernah 10 83 2 17
Tabel 3 menunjukkan bahwa responden DIII Keperawatan, pengalaman kerja kurang
memiliki tingkat pengetahuan cukup adalah dari 1 sampai 10 tahun dan pernah mengikuti
responden dengan usia 20-40 tahun, pendidikan pelatihan penilaian paisen kondisi kritis.
239
Jurnal KeperawatanVolume 11 No 4 Desember 2019, Hal 237-242 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Tabel 4.
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Variabel f %
Tinggi >80% 0 0
Cukup 60-79% 36 92,3
Kurang 59% 3 7,7
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa analisis bivariat rumus Rank Spearman bahwa
responden memiliki tingkat pengetahuan cukup. tidak ada hubungan antara umur dengan
pengetahuan perawat tentang penatalaksanaan
PEMBAHASAN asuhan keperawatan pasien dekompensasi
Pengetahuan merupakan domain dari perilaku kordis dengan nilai r hitung < r tabel (0, 082 <
yang sangat penting untuk terbentuknya 0,428).
tindakan seseorang (Notoatmojo, 2010).
Tingkat pengetahuan kurang merupakan salah Pengetahuan juga dipengaruhi oleh pendidikan.
satu faktor yang menjadi penghambat dalam Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden
perilaku kepatuhan dalam kesehatan karena pendidikan S1 Keperawatan dengan tingkat
mereka yang mempunyai pengetahuan rendah pengetahuan cukup sebanyak 9 (90%) dan
cenderung sulit untuk mengikuti anjuran dari tingkat pengetahuan kurang sebanyak 1 (10%)
petugas kesehatan. responden. Responden pendidikan DIII
Keperawatan dengan tingkat pengetahuan
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola cukup sebanyak 27 (93%) dan tingkat
pikir seseorang. Semakin bertambah usia pengetahuan kurang sebanyak 2 (7%)
seseorang maka akan semakin berkembang responden. Hal ini sejalan dengan yang
daya tangkap dan pola pikirnya sehingga dikatakan Notoatmodjo (2007) bahwa semakin
pengetahuan yang diperoleh akan semakin baik tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah
(Notoatmojo, 2007). Dimana usia 20-40 tahun orang tersebut menerima informasi, dan
memasuki tahap usia dewasa muda. Pada usia semakin banyak pula pengetahuan yang didapat
ini individu dituntut untuk menjalani peran baru tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat
di tempat kerja, rumah, dan masyarakat, serta kaitannya dengan pendidikan maka seseorang
mengembangkan minat, nilai-nilai, dan sikap dengan pendidikan tinggi, diharapkan orang
yang terkait dengan peran tersebut. Pada tahap tersebut semakin luas pengetahuannya. Asumsi
ini seseorang memiliki tingkat kematangan dan peneliti hal tersebut bukan menjadi tolak ukur,
kemampuan yang lebih dalam berpikir dan karena pendidikan yang tinggi apalagi tidak
bekerja. Sedangkan usia 41-65 tahun dibidang kesehatan, maka akan mempengaruhi
merupakan usia dewasa pertengahan. Pada seseorang dalam memahami tentang masalah
tahap ini kemampuan kognitif dan intelektual kesehatan. Penelitian ini sejalan dengan
tidak banyak mengalami perubahan. Waktu penelitian yang dilakukan oleh Widodo (2016)
reaksi tidak berkurang, memori dan tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan
kemampuan memecahkan masalah tetap sama, dengan pengetahuan perawat tentang
dan proses belajar terus berlanjut dan dapat penatalaksanaan asuhan keperawatan pasien
dikembangkan dengan motivasi yang kian dekompensasi kordis dengan nilai r hitung < r
meningkat (Kozier, 2010). tabel (0,290<0,428). Pendidikan diharapkan
mampu mengubah pola pikir seseorang yang
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada berikutnya mempengaruhi pengetahuan
responden dengan usia 20-40 tahun dengan dan pengambilan keputusan seseorang.
tingkat pengetahuan cukup sebanyak 36 Pendidikan merupakan suatu faktor yang
(92,3%) responden dan tingkat pengetahuan menentukan dalam mendapatkan pengetahuan.
kurang sebanyak 3 (7,7%) responden. Pengetahuan seorang perawat bervariasi
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang tergantung pola pendidikan yang dimiliki. Hal
dilakukan oleh Widodo (2016) tidak ada ini berkaitan dengan perkembangan dari ilmu
hubungan antara umur dengan pengetahuan keperawatan, kedalaman dan luasnya ilmu
perawat tentang penatalaksanaan asuhan pengetahuan akan mempengaruhi kemampuan
keperawatan pasien Dekompensasi Kordis perawat untuk berpikir kritis dalam melakukan
RSUD Dr. Moewardi. pasien Dekompensasi tindakan keperawatan (Eriawan, Wantiyah, &
Kordis. Hasil penelitian menunjukkan nilai Ardiana, 2013).
240
Jurnal KeperawatanVolume 11 No 3 September 2019, Hal 231-236 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perawat pada penanganan pasien gawat darurat.
responden pengalaman kerja kurang dari 1 hal ini bisa terjadi dikarenakan kemampuan
sampai 10 tahun dengan tingkat pengetahuan yang didapat perawat dari pelatihan tidak dapat
cukup sebanyak 32 (94%) responden dan dipraktekkan denga baik karna tidak didukung
tingkat pengetahuan kurang sebanyak 2 (34%) oleh sarana prasarana ataupun lingkungan yang
responden. Responden pengalaman kerja l1-20 ada.
tahun dengan tingkat pengetahuan cukup
sebanyak 4 (80%) dan tingkat pengetahuan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kurang sebanyak 1 (20%) responden. responden menurut tingkat pengetahuan
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan sebanyak 36 (92,3%) responden dengan
adalah suatu cara untuk memperoleh pengetahuan cukup. Responden dengan
pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan kurang sebanyak 3 (7,7%)
pengetahuan yang diperoleh dalam responden. Penggunaan Early Waring Scores
memecahkan masalah. Pengalaman belajar sangat berkaitan erat dengan peran perawat
dalam bekerja memberikan pengetahuan dan yang melakukan observasi harian tanda-tanda
keterampilan professional selama bekerja vital. Perawat melaksanakan asuhan
sehingga dapat mengembangkan kemampuan keperawatan, sebagai care giver memberikan
mengambil keputusan dalam bidang kerjanya pelayanan dengan melakukan pengkajian harian
(Notoatmojo, 2007). Semakin banyak serta memonitoring keadaan pasien, ketika
pengalaman, semakin bertambah pengetahuan terjadi perburukan keadaaan, orang pertama
seseorang tentang diri mereka sendiri, yang mengetahui adalah perawat oleh karena itu
kesehatan klien, kemampuan untuk disebut Nursing Early Warning Scores. Sistem
menginterpretasikan informasi tertentu dan scoring sederhana digunakan untuk pengukuran
melakukan tindakan keperawatan (Christensen, fisiologis ketika pasien tiba, atau yang sedang
2009). Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan dipantau di rumah sakit. Penggunaan Early
seseorang memperoleh pengalaman dan Waring Scores sangat berkaitan erat dengan
pengetahuan. Seorang perawat yang memiliki peran perawat yang melakukan observasi harian
pengetahuan baik karena memiliki pengalaman tanda-tanda vital. Perawat melaksanakan
kerja yang maksimal akan berpengaruh pada asuhan keperawatan, sebagai care giver
peningkatan skill perawat tersebut. Hasil memberikan pelayanan dengan melakukan
penelitian ini menunjukkan perawat yang pengkajian harian serta memonitoring keadaan
memiliki pengalaman pelatihan kondisi pasien pasien, ketika terjadi perburukan keadaaan,
kritis sebanyak 27 (69,2%) responden. Menurut orang pertama yang mengetahui adalah perawat
Notoatmodjo (2010) bahwa untuk (Widiastuti, 2017)
meningkatkan kemampuan seseorang perlu
dilakukan pelatihan. Disamping pendidikan Perawat sebagai bagian penting dari rumah
formal yang dimiliki setiap perawat juga sakit dituntut memberikan perilaku yang baik
mendapatkan pelatihan guna meningkatkan dalam rangka membantu pasien dalam
keterampilan perawat. mencapai kesembuhan. Pendidikan seorang
perawat yang tinggi akan memberikan
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang pelayanan kesehatan yang optimal. Seorang
dilakukan oleh Widodo (2016), tidak ada perawat yang menjalankan profesinya sebagai
hubungan antara lama kerja dengan perawat, saat menjalankan profesinya harus
pengetahuan perawat tentang penatalaksanaan memiliki pengetahuan dan pendidikan dalam
asuhan keperawatan pasien dekompensasi bidang-bidang tertentu, untuk itu dibutuhkan
kordis dengan r hitung < r tabel (0,254 < pendidikan yang sesuai agar dapat berjalan
0,428), dan ada hubungan antara pelatihan dengan baik. Pengetahuan perawat yang baik
dengan pengetahuan perawat tentang sangat diperlukan untuk melakukan pengkajian
penatalaksanaan asuhan keperawatan pasien dan mengobsevasi tanda vital agar dapat
dekompensasi kordis dengan r hitung > r table menilai dan mengetahui resiko terjadinya
(0,542 > 0,428). Hasil penelitian ini tidak perburukan pasien. Early Waring Scores
sejalan dengan penelitian Maatilu (2014) dilakukan untuk sistem pemantauan fisiologis
berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan pada pasien, agar tidak terjadi kondisi menuruk
bahwa tidak adanya hubungan yang bermakna pada pasien. Pengetahuan penting untuk
antara pelatihan perawat dan response time dikuasai perawat, karena seseorang tidak dapat

241
Jurnal KeperawatanVolume 11 No 4 Desember 2019, Hal 237-242 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

memberikan tindakan yang cepat, tepat dan Fox, A., & Elliott, N. (2015). Early Warning
akurat kalau dia mengetahui pengkajian Scores: A sign of Deterioration in Patients
kegawatan, hal itu seiring dengan pendapat and Systems. Nursing Management, 22(1),
seorang ahli yang mengemukakan bahwa 26–31.
pengetahuan sangat mempengaruhi perilaku https://doi.org/10.7748/nm.22.1.26.e1337
seseorang (Notoatmojo, 2007). Tingkat
pengetahuan perawat dan keterampilan dalam Laoh, J. M., & Konny Rako. (2014). Gambaran
mengobservasi keadaan pasien terutama Pengetahuan Perawat Pelaksana Dalam
hemodinamik sangat dibutuhkan untuk Penanganan Pasien Gawat Darurat Di
mencegah komplikasi pada pasien. Perawat Ruangan IGDM BLU RSUP. Prof. Dr. R.
harus memiliki kemampuan atau ketrampilan D Kandou Manado. Jurnal Ilmiah
dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan Perawat Manado, 3(2), 43–51.
gawat darurat untuk mengatasi berbagai
permasalahan kesehatan baik aktual atau National Clinical Effectiveness Committee.
potensial mengancam kehidupan. Pelatihan (2013). National Early Warning Score
tentang Early Waring Scores harus dimiliki National Clinical Guideline No. 1. Royal
oleh perawat untuk pemantauan kondisi pada College of Physicians of Ireland.
pasien (The Royal College of Physicians, https://doi.org/10.7748/nop.30.2.12.s11
2017).
The Royal College of Physicians. (2017).
SIMPULAN National Early Warning Score National
Hasil karakteristik responden yqang didapat Early Warning Score ( NEWS ) 2.
bahwa mayoritas usia responden 20-40 tahun, Retrieved from www.rcplondon.ac.uk
jenis kelamin perempuan, berpendidikan DIII
Keperawatan, dengan pengalaman kerja 1 V Maatilu, N Mulyadi, R. M. (2014). Faktor-
sampai 10 tahun dan responden sudah memiliki Faktor Yang Berhubungan Dengan
pengalaman pelatihan kondisi pasien kritis. Response Time Perawat Pada Penanganan
Pasien Gawat Darurat Di IGD RSUP
DAFTAR PUSTAKA Prof.Dr . R. D. Kandou Manado. Jurnal
Christensen, K. &. (2009). Proses Keperawatan Keperawatan UNSRAT, 2(2). Retrieved
Aplikasi Model Konseptual, Edisi 4. from
Jakarta: EGC. https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/
article/view/5229
Kozier. (2010). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses dan Widiastuti, L. (2017). Efektifitas Early Warning
Praktik. Jakarta: EGC. Score Dalam Deteksi Kegawatdaruratan
Di Trauma Center RUMKITAL Dr.
Notoatmojo. (2010). Pendidikan dan Perilaku Midiyato S Tanjungpinang. Jurnal
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Keperawatan, 7(2), 775–781.

Duncan, K. M. (2012). Early Warning Systems: Widodo. (2016). Faktor-Faktor Yang


the next level of rapid response. Nursing, Berhubungan Dengan Pengetahuan
42(2), 38–44. Perawat Tentang Penatalaksanaan Asuhan
Keperawatan Pasien Dekompensasi
Eriawan, R. D., Wantiyah, & Ardiana, A. Kordis Di Ruang ICVCU RSUD
(2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dr.Moewardi. Jurnal Keperawatan
Perawat dengan Tindakan Keperawatan Global, 1(2), 55–103. Retrieved from
pada Pasien Pasca Operasi dengan http://jurnal.poltekkes-
General Aenesthesia di Ruang Pemulihan solo.ac.id/index.php/JKG/article/view/261
IBS RSD Dr. Soebandi Jember. Jurnal
Pustaka Kesehatan, 1(1), 54–61. Yoon, P., Steiner, I., Reinhardt, G. (2003).
Retrieved from Analysis of Factos Influencing Length of
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPK/arti Stay in The Emergency departments. Can
cle/view/520 J Emerg Med, 5(3), 155–161.Retrieved
fromhttps://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubme
d/17472779
242

Anda mungkin juga menyukai