Anda di halaman 1dari 8

Medimuh: Jurnal Kesehatan Muhammadiyah

Vol. 3 No. 2, Desember 2022


ISSN : 2716-3644 (p) 2776-2823 (e) 67

TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TERHADAP PEMAKAIAN


OBAT ANALGETIK NON-NARKOTIK DI APOTEK K24
CIREMAI PERUMNAS CIREBON

LEVEL OF PATIENT KNOWLEDGE ON THE USE OF NON-


NARCOTIC ANALGESIC DRUGS IN K24 CIREMAI
PERUMNAS CIREBON PHARMACY
Yadi Supriyadi, Sarah Diah Maharani*, Rinto Susilo, Nur Rahmi Hidayati,
Iqbal Bagus Prayogo
Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Cirebon
Jl. Cideng Indah No. 3, Kertawinangun, Kedawung, Cirebon, Jawa Barat 45153
*Email Corresponding: Sarahmaharani.smkf1@gmail.com

Submitted: 14 October 2022 Revised: 22 October 2022 Accepted: 31 October 2022

ABSTRAK
Nyeri adalah salah satu penyakit yang dibutuhkan terapi secepat mungkin. Obat analgetik non-
narkotik obat yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit atau obat-obat
penghilang nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Obat analgesik non-narkotik dapat digunakan
melalui resep tetapi juga tersedia tanpa resep. Obat analgetik non-narkotik mudah didapatkan,
sehingga masalah pengetahuan pengguna tentang efek kesehatan yang merugikan dan potensi
risikonya menjadi sangat relevan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar
pengetahuan pasien tentang bagaimana dalam penggunaan obat analgetik non-narkotik di
Apotek K24 Ciremai Perumnas selama 30 hari. Penelitian ini menggunakan metode analisis
deskriptif secara total sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah 90 pasien yang membeli
analgetik non narkotik di Apotek K24 Ciremai Perumnas dengan resep dokter maupun
swamedikasi. Hasil penelitian dianalisis menggunakan rumus persentase diniliai sesuai
ketentuan skor yang berlaku hasil dari menjawab kuesioner pertanyaan seputar pengetahuan
mengenai penggunaan analgetik non-narkotik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengetahuan penggunaan obat analgetik non-narkotik pasien (83%), 13 pasien mempunyai
pengetahuan yang cukup dan 2 pasien (2%) mempunyai pengetahuan yang kurang.

Kata Kunci: Analgetik non-narkotik, pengetahuan, Apotek K24 Ciremai Perumnas

ABSTRACT
Pain is one of the symptoms of a disease need therapy as soon as possible. Non-narcotic
analgesics drugs used to reduce or relieve pain or painkillers without losing consciousness.
Non-narcotic analgesics can be used by medical prescription but are also available without a
prescription. Non-narcotic analgesic drugs are easy to obtain, the issue of user knowledge of
their adverse health effects and potential risks is particularly relevant. The purpose of this study
was to determine how much patient knowledge about how to use non-narcotic analgesic drugs
at K24 Ciremai Perumnas Pharmacy for 30 days. This methods a descriptive with total
sampling. The population in this study were patients at K24 Ciremai Perumnas Pharmacy who
bought non-narcotic analgesics with a prescription or self-medication. The results of the study
were analyzed using the percentage formula assessed according to the applicable score
provisions, the results of answering the questionnaire questions about knowledge about the use
of non-narcotic analgesics. The results showed that the knowledge of correct use of non-
snarcotic analgesic by patients mostly had good knowledge as many as 75 patients (83%), 13
patients have sufficient knowledge and 2 patients (2%) have less knowledge.

Keywords: Non-narcotic analgesic, knowledge, K24 Ciremai Perumnas Pharmacy

Open Journal Systems STF Muhammadiyah Cirebon : ojs.stfmuhammadiyahcirebon.ac.id


68 ISSN : 2716-3644 (p) 2776-2823 (e)

PENDAHULUAN
Rasa nyeri/sakit pernah diderita oleh hampir setiap orang. Analgesik non-narkotik adalah
obat yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit atau obat-obat
penghilang nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Analgetik non-narkotik adalah obat yang
mengurangi rasa sakit, demam, dan peradangan. Obat analgetik non-narkotik dapat digunakan
melalui resep tetapi juga tersedia tanpa resep. Analgetik non-narkotik bekerja dengan cara
menghambat enzim cyclooxygenase-1 dan 2 (COX-1 dan COX-2) sebagai akibatnya
menurunkan produksi prostaglandin (PGE2) dan prostasiklin (PGI2) adalah perantara inflamasi
sehingga menyebabkan vasokonstriksi. Kemampuan terhadap COX-1 dan COX-2, dibagi
menjadi dua jenis yaitu selektif COX-2 dan non selektif. Analgetik non narkotik bekerja menjadi
obat antiinflamasi dengan cara menghambat enzim cyclooxygenase dalam jalur asam
arakidonat. Penghambatan tadi menyebabkan adanya penghambatan sintesis prostaglandin,
tromboxan, dan prostasiklin yang merupakan perantara inflamasi (Landefeld, 2016). Obat
analgetik non-narkotik mudah didapatkan, sehingga masalah pengetahuan pengguna tentang
efek kesehatan yang merugikan dan potensi risikonya menjadi sangat relevan. Sebagian besar
efek samping obat analgetik non-narkotik yaitu dalam saluran cerna bersifat ringan dan
reversible hanya sebagian kecil yang menjadi berat yakni tukak peptik, perdarahan saluran
cerna dan perforasi. Risiko untuk menerima pengaruh efek samping obat analgetik non-narkotik
tidak sama untuk seluruh orang (Simanjuntak & Siahaan, 2018). Dalam hal ini tentunya peran
dari tenaga kesehatan, khususnya farmasi mampu dalam memberikan pelayanan informasi obat
tepat agar mengurangi dalam kesalahan penggunaan obat pada pasien, salah satunya yaitu
mengetahui hubungan antara karakteristik pasien dengan pengetahuan penggunaan obat
analgetik non-narkotik.

METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian non
eksperimental. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan pasien yang
membeli obat analgetik non-narkotik periode 15 April – 14 Mei 2021 yang memenuhi kriteria
inklusi sebanyak 90. Pengambilan sampel dilakukan secara total sampling pada pasien di
Apotek K24 Ciremai Perumnas yang membeli obat analgetik non-narkotik dengan sediaan oral
baik resep maupun secara swamedikasi. Sampel yang diambil perhari sebanyak 3 responden
selama 30 hari.

Kriteria Penelitian
Kriteria inklusi penelitian yaitu pasien yang membeli obat di Apotek K24 Ciremai
Perumnas secara swamedikasi atau dengan resep dokter, pasien yang bersedia ikut dalam
penelitian dan berdomisili di daerah Cirebon. Kriteria eksklusi yaitu pasien yang mengalami
gangguan seperti tidak bisa melihat atau tidak bisa mendengar.

Alat dan Bahan


Peneliti melakukan pengambilan sampel secara prospektif menggunakan kuesioner
sebagai alat pengumpul data.

Jalannya Penelitian
1. Menentukan topik penelitian
2. Studi Pendahuluan
a. Penentuan jumlah sampel
b. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling.
3. Pengurusan izin penelitian
Pembuatan dan penyerahan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian di Apotek K24
Ciremai Perumnas

Medimuh: Jurnal Kesehatan Muhammadiyah Vol. 3, No.2, Desember 2022, Hal. 67-74
Medimuh ISSN : 2716-3644 (p) 2776-2823 (e) 69

4. Pengambilan data
a. Penyebaran kuesioner kepada pasien sesuai kriteria dan bersedia mengisi kuesioner
(usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jarak rumah dan tingkat
pengetahuan)
b. Memberikan penjelasan pada pasien maksud dan tujuan pengisian kuesioner, bila pasien
kesulitan pada mengisi kuesioner, peneliti membantu mengarahkan pasien.
5. Merekapitulasi data-data yang didapat
6. Analisis data secara deskriptif.

Analisis Data
Data yang dikumpulkan dari. Pada penelitian ini teknik skala pengukuran yang
digunakan dengan teknik analisis data secara deksriptif dengan melihat karakteristik pasien.
Hasil penelitian disampaikan dalam bentuk persentase dengan rumus :

P= X 100%
Keterangan:
P= Persentase
F= Frekuensi
N= Jumlah Pasien
100% = Bilangan tetap

Pasien yang bersedia menjawab pertanyaan akan diberi nilai, yaitu :


1. Nilai 1 : untuk jawaban benar, apabila menjawab benar maka dinilai rasional
2. Nilai 0 : untuk jawaban salah atau memahami, apabila menjawab salah atau tidak memahami

maka dinilai tidak rasional. Jadi diperoleh total skor untuk pertanyaan seputar pengetahuan
mengenai penggunaan obat analgetik non-narkotik merupakan:
a. Maksimum : 1x 20 = 20
b. Minimum : 0 x 20 = 0

Ketentuan skor total pertanyaan kuesioner mengetahui pengetahuan dan rasionalitas obat :
a. < 55% dengan skor <9 : Tingkat pengetahuan kurang
b. 56-74% dengan skor 10-11 : Tingkat pengetahuan cukup
c. > 75 % dengan skor >12 : Tingkat pengetahuan baik (Budiman, 2013).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Data penggunaan obat analgetik non-narkotik di Apotek K24 Ciremai Perumnas Cirebon
berdasarkan karakteristik pasien adalah:

Tabel I. Karakteristik Usia Pasien


JUMLAH PASIEN
USIA ORANG
%
N=90
17 – 25 27 30
26 – 35 35 38,9
36 – 45 17 18,9
46 – 55 19 12,2
JUMLAH 90 100

Penelitian ini menunjukan bahwa pasien usia 26-35 tahun memiliki tingkat penggunaan
obat analgetik lebih banyak dan mayoritas laki-laki karena usia 26-35 tahun pada umumnya
sudah melewati masa pendidikan dan memiliki cukup banyak aktivitas dengan melakukan

Tingkat Pengetahuan Pasien Terhadap Pemakaian Obat Analgetik... (Yadi Supriyadi, dkk)
70 ISSN : 2716-3644 (p) 2776-2823 (e)

pekerjaan lapangan yang cukup berat menyebabkan gejala penyakit seperti nyeri kepala dan
nyeri sendi dibandingkan pasien usia remaja akhir (17-25 tahun).

Tabel II. Karakteristik Jenis Kelamin Pasien


Jumlah Pasien
Jenis Kelamin
Orang %
Laki Laki 61 67,8%
Perempuan 29 32,2%
Jumlah Pasien 90 100%

Jenis kelamin pasien yang menggunakan obat analgetik non -arkotik terbanyak adalah
pasien laki – laki dengan data diperoleh sebanyak 67,8% (61 orang). Jika dihubungkan dengan
pekerjaan mayoritas pasien memiliki pekerjaan pegawai swasta contohnya supir memiliki
aktivitas lapangan yang berat dibandingkan pekerja kantoran sehingga lebih sering mengalami
gejala pennyakit seperti nyeri kepala dan nyeri sendi.

Tabel III. Karakteristik Pendidikan Pasien


Jumlah Pasien
Pendidikan
Orang %
Tidak Tamat SD 0 0
Tamat SD 0 0
Tamat SMP 6 6,7%
Tamat SMA/SMK 47 52,2%
Diploma 22 24,4%
Sarjana 15 16,7%
Jumlah 90 100%

Pendidikan terakhir pasien terbanyak adalah SMA/SMK dengan data diperoleh sebanyak
52,2% (47 orang). Tingkat Pendidikan yang rendah umumnya berpengaruh terhadap pendapatan
yang terkadang rendah, sehingga pasien memilih obat analgetik non-narkotik dengan harga yang
murah dan terjangkau seperti parasetamol dan ibuprofen dalam mengatasi gejala penyakit
seperti nyeri kepala, nyeri gigi dan nyeri sendi.

Tabel IV. Karakteristik Pendapatan Pasien


Jumlah Pasien
Pendapatan
Orang %
Tidak berpenghasilan 32 35,6%
< Rp. 1.000.000,- 1 1,2%
Rp 1.000.000,- s/d Rp 2.900.000,- 34 37,8%
Rp. 3.000.000,- s/d Rp. 5.000.000,- 15 16,7%
>Rp 5.000.000,- 2 2,2%
Tidak bersedia menjawab 6 6.5%
Jumlah 90 100%

Pendapatan responden pasien yang menggunakan obat analgetik non-narkotik terbanyak


adalah Rp 1.000.000,- s/d Rp. 2.900.000,- dengan data diperoleh sebanyak 37,8% (34 orang).
Hubungan pasien dalam menggunakan obat analgetik antipiretik dengan faktor pendapatan
adalah mayoritas pasien memiliki pendapatan Rp 1.000.000,- s/d Rp 2.900.000,- dengan tingkat
pendidikan mayoritas berpendidikan SMA/SMK memiliki aktivitas lebih besar di lapangan

Medimuh: Jurnal Kesehatan Muhammadiyah Vol. 3, No.2, Desember 2022, Hal. 67-74
Medimuh ISSN : 2716-3644 (p) 2776-2823 (e) 71

dengan keluhan nyeri kepala serta obat analgetik yang paling banyak digunakan yaitu
parasetamol.

Tabel V. Karakteristik Pekerjaan Pasien


Jumlah Pasien
Pekerjaan
Orang %
Pegawai Negeri 1 1,1%
Pegawai Swasta 36 40%
Wiraswasta 21 23,3%
Pensiunan/tidak bekerja 32 35,6%
Jumlah Pasien 90 100%

Pekerjaan pasien terbanyak adalah pegawai swasta dengan data diperoleh sebanyak 40%
(36 orang). Hubungan pasien dalam menggunakan obat analgetik non-narkotik dengan
pekerjaan dapat terjadi karena pasien yang memiliki pekerjaan yang terlalu berat dapat
mempengaruhi kesehatan dan berakibat menimbulkan gejala penyakit. Penyakit akibat kerja
atau berhubungan dengan pekerjaan dapat disebabkan oleh paparan dari lingkungan kerja.

Tabel VI. Karakteristik Jarak Rumah Pasien ke Pelayanan Kesehatan


Jumlah Pasien
Jarak
Orang %
1 Km (Dekat) 37 41,1
1-3 Km (Sedang) 46 51,1
3-5 Km (Jauh) 7 7,8
>5Km (Sangat Jauh) 0 0
Jumlah Pasien 90 100

Jarak terdekat antara tempat tinggal dengan tempat pelayanan kesehatan terbanyak adalah
1-3 Km (sedang) dengan data diperoleh sebanyak 51,1% (46 orang). Hal ini berpengaruh
terhadap pengetahuan penggunaan obat analgetik non-narkotik pada pasien karena berhubungan
dengan tempat pasien dalam memperoleh obat analgetik non-narkotik yaitu mayoritas
memperoleh obat di apotek sehingga memiliki pengetahuan baik mengenai penggunaan obat
analgetik non-narkotik.

Tabel VII. Tempat Pasien Memperoleh Obat Analgetik Non-Narkotik


Tempat memperoleh obat Jumlah Pasien
analgetik non-narkotik Orang %
Apotek 80 89
Warung/kios 9 10
Minimarket 1 1
Jumlah 90 100

Berdasarkan tempat pasien memperoleh obat analgetik non-narkotik mayoritas pasien


memperoleh obat analgetik non-narkotik di apotek sebanyak 80 orang (89%) dengan melakukan
swamedikasi (membeli sendiri obat tanpa resep dokter) untuk mengatasi keluhan nyeri yang
diderita. Pada umumnya pasien cenderung membeli obat sendiri tanpa resep ketika
mengkonsumsi obat analgetik non-narkotik.

Tingkat Pengetahuan Pasien Terhadap Pemakaian Obat Analgetik... (Yadi Supriyadi, dkk)
72 ISSN : 2716-3644 (p) 2776-2823 (e)

Tabel VIII. Penyakit pasien dalam mengobati menggunakan obat Analgetik Non-Narkotik

Jumlah Pasien
Penyakit
Orang %
Nyeri kepala 38 42,2
Nyeri gigi 25 27,8
Nyeri sendi 14 15,6
Nyeri pinggang 5 5,6
Nyeri haid 5 5,6
Asam Urat 2 2,2
Sakit Perut 1 1,1
Jumlah Pasien 90 100

Diagnosa pasien dalam menggunakan obat analgetik non-narkotik terbanyak adalah untuk
mengobati nyeri kepala sebanyak 42,2% (38 orang). Pada umunya pasien melakukan
pengobatan sendiri untuk mengatasi penyakit yang ringan sampai sedang contohnya nyeri (nyeri
kepala, nyeri gigi, nyeri sendi dan nyeri lainnya.

Tabel IX. Obat Analgetik non-narkotik yang paling banyak digunakan pasien
Jumlah Pasien
Obat yang digunakan
Orang %
Paracetamol 35 38,9
Ibuprofen 13 14,44
Asam mefenamat 17 18,9
Metamizole 8 8,9
Kalium Diklofenak 8 8,9
Na diklofenak 4 4,44
Piroxicam 1 1,11
Meloxicam 1 1,11
Acetosal 1 1,11
Etoricoxib 2 2,22
Jumlah Pasien 90 10

Analgetik non-narkotik pilihan pertama pasien yang paling banyak digunakan adalah
paracetamol sebanyak 38,9% (35 orang). Setiap obat analgetik non narkotik memiliki merek
yang berbeda-beda dan indikasi analgetik non-narkotik tidak menyebabkan kehilangan
kesadaran. Parasetamol adalah obat penghilang rasa nyeri atau analgesik dijual bebas untuk
mengatasi nyeri ringan sampai sedang, seperti nyeri kepala, sakit gigi, nyeri sendi, nyeri otot
dan nyeri haid melalui pengobatan sendiri tanpa resep dokter.

Tabel X. Distribusi dan Frekuensi Tingkat Pengetahuan Pasien


Tingkat Jumlah Pasien
Pengetahuan Orang %
Kurang 2 2,2
Cukup 13 14,4
Baik 75 83,4
Jumlah Pasien 90 100

Pengetahuan pasien mengenai penggunaan obat analgetik non-narkotik terbanyak adalah


Baik sebanyak 83,4% (75 orang). Hasil tingkat pengetahuan apabila dihubungkan dengan

Medimuh: Jurnal Kesehatan Muhammadiyah Vol. 3, No.2, Desember 2022, Hal. 67-74
Medimuh ISSN : 2716-3644 (p) 2776-2823 (e) 73

tahapan pengetahuan, mayoritas pasien mengetahui apa itu obat analgetik dan dapat mengetahui
contoh analgetik yang biasa digunakan untuk nyeri ringan sampai sedang seperti nyeri kepala
yaitu parasetamol dan dapat mengetahui kapan waktu yang tepat dalam menggunakan analgetik,
cara penyimpanannya, dosis pemakaian analgrtik dengan benar, tetapi dalam hal memahami
efek samping penggunaan analgetik dan lama pemberian masih kurang

KESIMPULAN
Diagnosa pasien dalam menggunakan obat analgetik non-narkotik terbanyak adalah
untuk mengobati nyeri kepala sebanyak 42,2% (38 orang). Analgetik non-narkotik pilihan
pertama pasien yang paling banyak digunakan adalah paracetamol sebanyak 38,9% ( 35 orang).
Hasil tingkat pengetahuan pasien mengenai penggunaan obat analgetik non-narkotik terbanyak
adalah baik sebanyak 83,4% (75 orang), tingkat pengetahuan cukup sebanyak 14,4% (13 orang)
dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 2,2% (2 orang).

UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terima kasih kepada Apotek K24 Ciremai Perumnas.

DAFTAR PUSTAKA
Akhmad, A. M., & Rachmawati, E. (2017). Pengaruh Edukasi Terhadap Tingkat Pengetahuan
Swamedikasi Analgesik Di Kecamatan Patrang Kabupaten Jember.
Afifah, L. N. (2019). Hubungan tingkat pengetahuan terhadap perilaku swamedikasi
penggunaan obat analgesik pada santri tingkat MA di Pesantren Sunan Bonang Pasuruan
(Doctoral dissertation, Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim).
Budiman dan Riyanto, 2013, Kapita Selekta Kuesioner : Pengetahuan dan Sikap dalam
Penelitian Kesehatan, Penerbit Salemba Medika, Jakarta, pp. 11-12
Bare, Y., Kuki, A. D., Rophi, A. H., Krisnamurti, G. C., Lorenza, M. R. W. G., & Sari, D. R. T.
(2019). Prediksi Asam Kuinat sebagai Anti-inflamasi terhadap COX-2 secara
Virtual. Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati, 4(3), 124-129
Chen, L., Deng, H., Cui, H., Fang, J., Zuo, Z., Deng, J., … Zhao, L. 2018. Inflammatory
responses and inflammation-associated diseases in organs. Oncotarget, 9(6).
https://doi.org/10.18632/oncotarget.23208
Darajatun, L. A., Alifiar, I., & Nofianti, T. (2017). Gambaran Penggunaan Analgetika Pada
Pasien Pasca Bedah di Ruang III dan Melati Lantai 4 RSUD Dr. Soekardjo Kota
Tasikmalaya. FITOFARMAKA: Jurnal Ilmiah Farmasi, 7(1), 29-35.
Kamienski, Keogh Jim, and Aldo Sahala (Eds) 2015, Farmakolgi Demystified, diterjemahkan
oleh Ayyu Sandhi, Yogyakarta, 2015
Kemenkes, RI. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2017
Tentang Apotek.
Ladefeld, K., Gonzales, H., and Sander G. 2016. Hypertensive Crisis: The Causative Effects of
Nonsteroidal Anti-Inflamatory Drugs. Journal Of Clinical Case Report. Vol. 6 No. 7 Hal 1-
3.
Lukovic, J. A., Miletic, V., Pekmezovic, T., Trajkovic, G., Ratkovic, N., Aleksic, D., &
Grgurevic, A. (2014). Self-medication practices and risk factors for self-medication among
medical students in Belgrade, Serbia. PLoS ONE, 9(12).
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0114644
Mita, S.R., Husni, P. (2017). Pemberian pemahaman mengenai penggunaan obat analgesik
secara rasional pada masyrakat di Arjasari Kabupaten Bandung. Jurnal Aplikasi Ipteks
Untuk Masyarakat, 6(3).
Notoatmodjo, S., 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Ocktavia, R. P. (2020). Kejadian Efek Samping Penggunaan NSAID Pada pasien di Puskesmas
Ngaglik 2 Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta.
Rekomendasi Perhimpunan Rheumatologi Indonesia (IRA). (2014). Penggunaan Obat Anti
Inflamasi Non Steroid. http://reumatologi.or.id/var/rekomendasi

Tingkat Pengetahuan Pasien Terhadap Pemakaian Obat Analgetik... (Yadi Supriyadi, dkk)
74 ISSN : 2716-3644 (p) 2776-2823 (e)

Rikomah, S. E, 2016. Farmasi Klinik. Edisi 1. Yogyakarta: Deepublish.


Riskesdas, K. (2018). Hasil Utama Riset Kesehata Dasar (RISKESDAS). Journal of Physics A:
Mathematical and Theoretical, 44(8), 1–200. https://doi.org/10.1088/1751-
8113/44/8/085201
Roddy, E., & Choi, H. K. (2014). Epidemiology of gout. Rheumatic Disease Clinics of North
America, 40(2), 155–175. https://doi.org/10.1016/j.rdc.2014.01.001
Roshi, D., Toçi, E., Burazeri, G., SchröderBck, P., & Brand, H. (2017). Users’ Knowledge
About Adverse Effects of Non-steroidal Anti-inflammatory Drugs in Tirana, Albania.
Materia Socio Medica, 29(2), 138. https://doi.org/10.5455/msm.2017.29.138-142
Sesa dan Efendi. 2015. Karakteristik Penderita Hernia Inguinalis Yang Dirawat Inap Di Rumah
Sakit Umum Anutapura Palu Tahun 2012. Jurnal Kesehatan Tadulako Vol.1 No.1, Januari
2015.
Soleha, M., Isnawati, A., Fitri, N., Adelina, R., Soblia, H. T., & Winarsih, W. (2018). Profil
Penggunaan Obat Antiinflamasi Nonstreoid di Indonesia. Jurnal Kefarmasian Indonesia,
109-117
Simanjuntak, S. G. U., & Siahaan, J. M. (2018). Patofisiologi Gastrohepati NSAID. Majalah
Ilmiah Methoda, 8(2), 72–82. http:ojs.lpmmethodistmedan.net
Wicaksono, D. A. (2012). Studi Deskriptif Pemakaian Obat Anti Inflamasi Non Steroid di
Bagian Penyakit Dalam Bangsal Khadijah Rumah Sakit Roemani Periode Januari Sampai
Juni Tahun 2011 (Doctoral dissertation, UNIMUS)
Zahra, A. P., & Carolia, N. (2017). Obat Anti-inflamasi Non-steroid ( OAINS ): Gastroprotektif
vs Kardiotoksik. Majority, 6, 153–158

Medimuh: Jurnal Kesehatan Muhammadiyah Vol. 3, No.2, Desember 2022, Hal. 67-74

Anda mungkin juga menyukai