Anda di halaman 1dari 14

Analisis Jurnal

Implementasi Budaya Keselamatan Pasien oleh Perawat di


Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar
KELOMPOK 1

ACHMAD RIDHO AKBAR NURIYAH SUASTIKA


CEMBERLEE S. WAMBRAUW RAHMAH
HIDAYATURRAHMAN RUSDIANA
MARIA ULFAH SELIZA NEVA USNUL DEWIPA
NOOR HIDAYAH TONI WENDA
Profil Penelitian
1. Judul : Implementasi Budaya Keselamatan Pasien oleh
Perawat di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar.
2. Pengarang : Nur Syarianingsih Syam
3. Sumber : Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan
4. Major/Minor Subject (Key Words) : Hospital;
Makassar; Patient Safety Culture
5. Abstrak
a. Tujuan : Untuk mengurangi kesalahan pengobatan pada
pasien di rumah sakit.
b. Metode Penelitian : Metode penelitian ini menggunakan
metode kuantitatif dengan pendekatan studi kasus dengan
rancangan deskriptif. Penelitian ini menggunakan total
sampling. Sumber data dalam penelitian ini berupa data
primer (Jawaban Koesioner) dan sekunder (Dokumen
Rumah Sakit).
c. Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian diperoleh informasi 90,8% responden
telah mendapatkan sosialisasi dan pelatihan keselamatan
pasien. Gambaran budaya keselamatan pasien jika dilihat per
Instalasi RS Ibnu Sina Makassar juga tergolong positif. Instalasi
rawat inap yang merupakan unit kerja mayoritas responden
menunjukkan 43,26% respon positif terhadap budaya
keselamatan pasien. Budaya keselamatan pasien di RS Ibnu
Sina tergolong positif yakni sebanyak 87,94% sesuai jawaban
responden.
Deskripsi Penelitian Berdasarkan Metode PICO
1. Tujuan Penelitian : Untuk mengurangi kesalahan pengobatan
pada pasien di rumah sakit
2. Desain Penelitian : Metode penelitian ini menggunakan
metode kuantitatif dengan pendekatan studi kasus dengan
rancangan deskriptif. Penelitian ini menggunakan total
sampling. Sumber data dalam penelitian ini berupa data
primer (Jawaban Koesioner) dan sekunder (Dokumen Rumah
Sakit).
Analisis PICO
1. Problem
RS Ibnu Sina Makassar adalah rumah sakit swasta dan merupakan rumah
sakit pendidikan di wilayah kotamadya Makassar dengan status akreditasi
paripurna. Ditemukan beberapa KTD (kejadian tidak diharapkan) dalam masalah
keselamatan pasien di rawat inap dan Instalasi Rawat Darurat (IRD) Rumah Sakit
Ibnu Sina Makassar. Menurut wawancara, tahun 2013 terjadi kasus plafon ruang
perawatan runtuh, namun kejadian ini tidak terdokumentasi dikarenakan tidak
terdapat korban jiwa. RS Ibnu Sina Makassar juga belum pernah melakukan
survei budaya keselamatan pasien guna mengetahui tingkat pemahaman dan
persepsi staf terkait keselamatan pasien itu sendiri. Kelompok sampel terdiri
dari seluruh perawat yang bekerja di RS Ibnu Sina Makassar.
2. Intervention
Metode kuantitaf dengan pendekatan studi kasus dengan rancangan deskriptif. Penelitian ini
menggunakan total sampling dikarenakan mengambil semua perawat (141 Perawat) RS Ibnu Sina
Makassar menjadi responden, dan tidak sedang cuti. Sumber data dalam penelitian ini berupa data
primer (Jawaban Kuesioner) dan sekunder (Dokumen Rumah Sakit). Menggunakan panduan
kuesioner sitasi dari Sorra dan Nieva (AHRQ Quesstionare) yang memuat 12 items budaya dimensi
keselamatan pasien, yakni keterbukaan komunikasi, umpan balik dan komunikasi tentang error,
frekuensi pelaporan kejadian pergantian shift (handoffs) dan transisi/perpindahan, posisi
dukungan manajemen terhadap keselamatan pasien, respon non-punitive (tidak menghukum)
terhadap error, pembelajaran organisasi dan perbaikan berkelanjutan, keseluruhan persepsi
tentang keselamatan pasien, staffing, ekspektasi supervisor/manajer dan tindakan promosi
keselamatan pasien, kerjasama antar unit, kerjasama dalam unit dengan jumlah pertanyaan
sebanyak 46.
3. Compare
Jurnal 1 : Impelementasi Budaya Keselamatan Pasien oleg Perawat di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar
Dari hasil penelitian diperoleh informasi 90,8% responden telah mendapatkan sosialisasi dan
pelatihan keselamatan pasien. Gambaran budaya keselamatan pasien jika dilihat per Instalasi RS Ibnu
Sina Makassar juga tergolong positif. Instalasi rawat inap yang merupakan unit kerja mayoritas
responden menunjukkan 43,26% respon positif terhadap budaya keselamatan pasien. Budaya
keselamatan pasien di RS Ibnu Sina tergolong positif yakni sebanyak 87,94% sesuai jawaban responden.
Jurnal 2 : Budaya Keselamatan Pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit X Kabupaten Jmber
Penelitian menggunakan metode diskriptif dengan 113 responden perawat hasil penelitian
terhadap indikator budaya keselamatan pasien untuk kerjasama dan kepemimpinan dalam kategori
baik. Sedangkan untuk kategori komunikasi, pelaporan dan respon tidak menghukum dalam kategori
cukup.
Perbandingan dari 2 jurmal di atas yang mana menggunakan metode penelitian yang sama.
Tetapi, 2 jurnal tersebut juga memiliki luas cakupan instalasi penelitian yang berbeda.
Untuk jurnal I, cakupan penelitiannya pada semua ruang perawatan termasuk ruang rawat
inap. Sedangkan untuk jurnal II cakupan instalasi penelitiannya hanya pada ruang rawat inap.
Selain itu, kedua jurnal juga memiliki jumlah items dimensi budaya keselamatan pasien yang
berbeda. Untuk jurnal I memiliki 12 items dimensi budaya keselamatan pasien yang terdiri dari:
yakni keterbukaan komunikasi, umpan balik dan komunikasi tentang error, frekuensi pelaporan
kejadian pergantian shift (handoffs) dan transisi/perpindahan, posisi dukungan manajemen
terhadap keselamatan pasien, respon non-punitive (tidak menghukum) terhadap error,
pembelajaran organisasi dan perbaikan berkelanjutan, keseluruhan persepsi tentang
keselamatan pasien, staffing, ekspektasi supervisor/manajer dan tindakan promosi keselamatan
pasien, kerjasama antar unit, kerjasama dalam unit. Sedangkan, untuk jurnal II memiliki 6 items
dimensi budaya keselamatan pasien yaitu: kerjasama, kepemimpinan, komunikasi, pelaporan dan
respon tidak menghukum.
4. Outcome
Dari hasil penelitian diperoleh infromasi mayoritas responden berasal dari Instalasi Rawat Inap
responden berjenis kelamin perempuan, dimana sebagain besar berada pada kelompok usia 28an
tahun. Setengah responden beralatar belakang pendidikan D3 Keperawatan dan Setengahnya lagi
mayoritas sebagai pegawai tetap di RS tersebut. Dari hasil penelitian , responden telah mendapatkan
sosialisasi dan pelatihan keselamatan pasien. Dan Berdasarkan jawaban dan hasil analisis data, respon
perawat pada 12 dimensi pembentuk budaya keselamatan pasien tergolong positif (87,9%). Dimensi
yang memiliki rata-rata respon positif dengan presentasi tertinggi yakni dimensi ekspektasi
supervisor/manajer dan tindakan promosi keselamatan pasien (82,3%). Unit atau instalasi yang
menunjukkan respon positif tertinggi pada dimensi ini adalah unit perinatologi dan endoskopi (100%).
Sedangkan diemensi dengan rata-rata respon negatif tertinggi adalah dimensi respon non punitive
(respon tidak menghukum) (51,8%). Budaya keselamatan pasien di RS Ibnu Sina tergolong positif
yakni sebanyak 87,94% sesuai jawaban responden.
Kelebihan dan kekurangan Jurnal
1. Kelebihan
• Penulisan dalam jurnal teratur dan sesuai dengan kaidah pembuat penulisan jurnal.
• Metode yang digunakan dengan metode kuantatif yang dilakukan sudah benar.
• Dari hasil penelitian tersebut mendapat respon positif.
• Memberikan penjelasan yang cukup baik dan bisa dipahami

2. Kekurangan
• Dalam dimensi non punitive mendapatkan hasil negative tertinggi.
• System dan alur pelaporannya masih kurang.
• Terkadang ada menggunakan istilah yang tidak dimengerti.
Implikasi Dalam Keperawatan
Kepada pihak rumah sakit agar meningkatkan budaya keselamatan pasien
terutama dimensi budaya keselamatan pasien yang memiliki persentase respon
positif rendah dengan cara memberikan pelatihan intensif mengenai
keselamatan pasien kepada seluruh staf. Mengembangkan budaya non punitive
dengan cara aktif dalam melakukan diskusi keperawatan sebagai upaya
mencegah kejadian tidak diharapkan dan sebagai upaya mengetahui penyebab
manajemen jika terjadi KTD. Membentuk sistem dan alur pelaporan (tulisan dan
lisan) kejadian menyangkut keselematan pasien. Menciptakan lingkungan yang
membantu staf melaporkan kesalahan secara spontan. Menciptakan suasana
komunikasi yang terbuka untuk melaporkan efek samping. Mensosialisasikan
mengenai hal-hal terkait keselamatan pasien di setiap instalasi. Melakukan
monitoring dan evaluasi pencapaian dimensi dalam budaya keselamatan pasien.`
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai