Anda di halaman 1dari 25

CASE STUDY

PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN


“ KONSEP SEKSUALITAS ”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4

Akbar Muhammad Ilham 1810913310008

Arsya Rafa Agnis 1810913320004

Dewi Syifah Amtarohim 1810913720002

Ninda Anggraini 1610913320029


Putri Sari Ulfa Halimah
Tusaddiah 1810913320017

Prima Maya Nitias 1810913120011

Rania 1810913220018

Seliza Neva Usnul Dewipa 1810913220003

Sri Erna Kristanti 1810913120004


Yuni Ayu Lestari 1810913720003

KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2020
LEMBARAN PENGESAHAN

Mata Kuliah : Psikososial dan Budaya dalam Keperawatan

Dosen Pengampu : Endang Pertiwiwati, Ns., M.Kes

Anggota Kelompok : Akbar Muhammad Ilham 1810913310008


Arsya Rafa Agnis 1810913320004
Dewi Syifah Amtarohim 1810913720002
Ninda Anggraini 1610913320029
Putri Sari Ulfa Halimah .T 1810913320017
Prima Maya Nitias 1810913120011
Rania 1810913220018
Seliza Neva Usnul Dewipa 1810913220003
Sri Erna Kristanti 1810913120004
Yuni Ayu Lestari 1810913720003

Banjarbaru, 20 Februari 2020


Dosen Pengajar

Nana Astriana H.,Ns.,M.Kes


NIP. 19790317201902209001

ii
KATA PENGANTAR

Bismilahirahmanirahim,
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Syukur
Alhamdulillah, merupakan satu kata yang sangat pantas penulis ucakan kepada Allah Swt,
yang karena bimbingan-Nya lah maka penulis bisa menyelesaikan sebuah makalah Cade
Study berjudul "Konsep Seksualitas”
Sholawat bernada salam kami sanjung sajikan kepada kepangkuan Nabi besar
Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, dengan adanya Rasulullah, Alhamdulillah sampai
saat ini kami dapat menyusun makalah ini. Saya menyadari bahwa masih sangat banyak
kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu saya mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.

Banjarbaru, 20 Februari2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBARAN PENGESAHAN...........................................................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iv
BAB I KASUS......................................................................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
A. Konsep Seksualitas..................................................................................................................2
B. Perkembangan Seksual (Masa Bayi, Masa Usia Bermain Dan Prasekolah, Masa Usia
Sekolah, Pubertas Dan Masa Remaja, Masa Dewasa, Dan Masa Dewasa Tua [Lansia])..........6
C. Kesehatan Seksual (Komponen Kesehatan Seksual).............................................................7
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Seksualitas..................................................................8
E. Siklus Respon Seksual (Model Master & Johnson).............................................................10
F. Masalah Yang Berhubungan Dengan Seksualitas...............................................................13
G. proses keperawatan dan seksualitas.................................................................................18
BAB III...............................................................................................................................................21
PENUTUP..........................................................................................................................................21
A. Kesimpulan.............................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................22

iv
BAB I
KASUS

Tn. Tomi, usia 50 tahun, suku Banjar, mengalami serangan jantung 3 minggu yang
lalu. Tn. Tomi juga memiliki diabetes mellitus. Tn. Tomi mau bekerja sama dengan baik
dalam pengobatan dan program rehabilitasi cardiac. Diabetes mellitusnya dikontrol dengan
diet dan saat ini obat yang diminum oleh Tn. Tomi adalah aspirin yang diminum setiap hari
dan obat antihipertensi.
Selama pemeriksaan rutin, Anda sebagai perawat bertanya bagaimana perasaannya,
apakah ada keluhan yang dirasakannya, dan apakah Tn. Tomi meminum obatnya dengan
rutin. Dengan enggan, dia mengakui bahwa dia mengalami beberapa masalah seksual. Anda
mendorong diskusi lebih lanjut mengenai masalah ini dengan menunjukkan minat dan
menjelaskan bahwa tidak masalah baginya untuk berbagi masalah yang ia alami kepada
Anda. Tn. Tomi kemudian mengatakan bahwa dia mengalami beberapa kesulitan untuk
melakukan hubungan suami istri.
Diskusikan mengenai:
1. Konsep tentang seksualitas (dimensi seksualitas, identitas seksual, dan orientasi seksual)
2. Perkembangan seksual (masa bayi, masa usia bermain dan prasekolah, masa usia sekolah,
pubertas dan masa remaja, masa dewasa, dan masa dewasa tua (lansia)
3. Kesehatan seksual (komponen kesehatan seksual)
4. Faktor yang memengaruhi seksualitas
5. Siklus respon seksual (model Master & Johnson)
6. Masalah yang berhubungan dengan seksualitas
7. Proses keperawatan dan seksualitas (pertanyaan dasar mengenai seksualitas yang harus
perawat tanyakan saat pengkajian, merumuskan diagnosis keperawatan, dan
merencanakan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami masalah seksual)

1
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Konsep Seksualitas
1. Seksualitas

Seks (sex) adalah sebuah konsep tentang pembedaan jenis kelamin manusia
berdasarkan faktor-faktor biologis. Karena dominannya pengaruh pandangan
patriarkal dan heteronormativitas dalam masyarakat, secara biologis manusia
hanya dibedakan secara kaku ke dalam dua jenis kelamin biologis (seks), yaitu
lelaki (male) dan perempuan (female). Demikian pula konsep jenis kelamin yang
bersifat sosial, manusia juga hanya dibedakan dalam dua jenis kelamin sosial
(gender), yakni pria (man) dan wanita (woman).
Seksualitas adalah sebuah proses sosial-budaya yang mengarahkan hasrat
atau berahi manusia. Seksualitas dipengaruhi oleh interaksi faktor-faktor biologis,
psikologis, sosial, ekonomi, politik, agama, dan spiritualitas. Seksualitas
merupakan hal positif, berhubungan dengan jati diri seseorang dan juga kejujuran
seseorang terhadap dirinya.
Ada perbedaan penting antara seks dan seksualitas. Seperti sudah
disampaikan, seks adalah sesuatu yang bersifat biologis dan karenanya seks
dianggap sebagai sesuatu yang stabil. Seks biasanya merujuk pada alat kelamin
dan tindakan penggunaan alat kelamin itu secara seksual. Meskipun seks dan
seksualitas secara analisis merupakan istilah yang berbeda, tetapi istilah seks
sering digunakan untuk menjelaskan keduanya. Misalnya, seks juga digunakan
sebagai istilah yang merujuk pada praktik seksual atau kebiasaan. Walau begitu,
perbedaan antara keduanya sangat jelas, seks merupakan hal yang given atau
terberi.
Sebaliknya, seksualitas merupakan konstruksi sosial-budaya. Seksualitas
adalah konsep yang lebih abstrak, mencakup aspek yang tak terhingga dari
keberadaan manusia, termasuk di dalamnya aspek fisik, psikis, emosional, politik,
dan hal-hal yang terkait dengan berbagai kebiasaan manusia. Seksualitas,
sebagaimana dikonstruksikan secara sosial, adalah pernyataan dan

2
penyangkalan secara rumit dari perasaan dan hasrat. Tidak heran jika seksualitas
mempunyai konotasi, baik positif maupun negatif, serta mengakar dalam konteks
masyarakat tertentu

2. Dimensi Seksualitas

Seksualitas memiliki dimensi dimensi sosiokultural, dimensi agama dan etik,


dimensi psikologis dan dimensi biologis (Perry & Potter,2005). Masing- masing
dimensi tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Dimensi Sosio kultural

Seksualitas dipengaruhi oleh norma dan peraturan kultural yang


menentukan apakah perilaku yang diterima di dalam kultur. Keragaman
kultural secara global menciptakan variabilitas yang sangat luas dalam norma
seksual dan menghadapi spektrum tentang keyakinan dan nilai yang luas.
Misalnya termasuk cara dan perilaku yang diperbolehkan selama berpacaran,
apa yang dianggap merangsang, tipe aktivitas seksual, sanksi dan larangan
dalam perilaku seksual, dengan siapa seseorang menikah dan siapa yang
diizinkan untuk menikah. Setiap masyarakat memainkan peran yang sangat
kuat dalam membentuk nilai dan sikap seksual, juga dalam membentuk atau
menghambat perkembangan dan ekspresi seksual anggotanya. Setiap
kelompok sosial mempunyai aturan dan norma sendiri yang memandu
perilaku anggotanya. Peraturan ini menjadi bagian integral dari cara berpikir
individu dan menggaris bawahi perilaku seksual, termasuk misalnya saja
bagaimana seseorang menemukan pasangan hidupnya, seberapa sering
mereka melakukan hubungan seks, dan apa yang mereka lakukan ketika
mereka melakukan hubungan seks.
b. Dimensi Agama dan etik

Seksualitas juga berkaitan dengan standar pelaksanaan agama dan etik. Ide
tentang pelaksanaan seksual etik dan emosi yang berhubungan dengan
seksualitas membentuk dasar untuk pembuatan keputusan seksual. Spektrum
sikap yang ditunjukan pada seksualitas direntang dari pandangan tradisional
tentang hubungan seks yang hanya dalam

3
perkawinan sampai sikap yang memperbolehkan individu menentukan apa
yang benar bagi dirinya. Keputusan seksual yang melewati batas kode etik
individu dapat mengakibatkan konflik internal.
c. Dimensi Psikologis

Seksualitas bagaimana pun mengandung perilaku yang dipelajari.Apa


yang sesuai dan dihargai dipelajari sejak dini dalam kehidupan dengan
mengamati perilaku orangtua.Orangtua biasanya mempunyai pengaruh
signifikan pertama pada anak-anaknya.
Mereka sering mengajarkan tentang seksualitas melalui komunikasi yang
halus dan nonverbal. Seseorang memandang dirimereka sebagai makhluk
seksual berhubungan dengan apa yang telah orangtua mereka tunjukan
kepada mereka tentang tubuh dan tindakan mereka. Orangtua
memperlakukan anak laki-laki daperempuan secara berbeda berdasarkan
jender.
d. Dimensi Biologis
Seksualitas berkaitan dengan pebedaan biologis antara laki-lakidan
perempuan yang ditentukan pada masa konsepsi. Material genetic dalam telur
yang telah dibuahi terorganisir dalam kromosom yang menjadikan perbedaan
seksual. Ketika hormonseks mulai mempengaruhi jaringan janin, genitalia
membentuk karakteristik laki-laki dan perempuan. Hormon mempengaruhi
individu kembali saat pubertas, dimana anak perempuan mengalami
menstruasi dan perkembangan karakteristik sekssekunder, dan anak laki-laki
mengalami pembentukan spermatozoa(sperma) yang relatif konstan dan
perkembangan karakteristik seks sekunder.

3. Identitas Seksual

Identitas seksual adalah proses dimana seseorang mengenali orientasi seksual


diri mereka. Mereka belajar untuk mengenali dirinya sendiri secara seksual
apakah dia seorang perempuan atau laki-laki yang kemudian menentukan
orientasi seksual mereka. Orientasi seksual yang dimaksud ada

4
tiga macam yaitu heteroseksual, homoseksual, dan biseksual. Heteroseksual yaitu
ketertarikan seseorang terhadap lawan jenis, kemudian homoseksual adalah
ketertarikan seseorang terhadap sesama jenis, sedangkan biseksual adalah
keterarikan seseorang terhadap kedua-duanya yaitu tertarik kepada perempuan
dan laki-laki.
Eccles dkk (2004) dan Igartua dkk(2009), menjelaskan identitas seksual
sebagai persepsi individu tentang peran seksual dirinya yang dipengaruhi oleh
kematangan individu. Identitas seksual adalah apa yang orang katakan mengenai
kita berkaitan dengan perilaku atau orientasi seksual kita, kita benarkan dan
percaya sebagai diri kita. (Demartoto, 2010 : 13)

4. Orientasi Seksual

Orientasi seksual adalah kapasitas yang dimiliki setiap manusia berkaitan


dengan ketertarikan emosi, rasa sayang, dan hubungan seksual. Orientasi seksual
bersifat kodrati, tidak dapat diubah. Tak seorang pun dapat memilih untuk
dilahirkan dengan orientasi seksual tertentu.
Kajian tentang orientasi seksual menyimpulkan ada beberapa varian orientasi
seksual, yaitu heteroseksual (hetero), homoseksual (homo), biseksual (bisek), dan
aseksual (asek). Disebut hetero apabila seseorang tertarik pada lain jenis.
Misalnya, perempuan tertarik pada lelaki atau sebaliknya. Dinamakan homo
apabila seseorang tertarik pada sesama jenis. Lelaki tertarik pada sesamanya
dinamakan gay, sedangkan perempuan suka perempuan disebut lesbian.
Seseorang disebut bisek apabila orientasi seksualnya ganda: tertarik pada sesama
sekaligus juga pada lawan jenis. Sebaliknya, aseksual tidak tertarik pada
keduanya, baik sesama maupun lawan jenis.
Menjadi hetero atau homo atau bisek, atau orientasi seksual lain bukanlah
sebuah pilihan bebas, juga bukan akibat konstruksi sosial, melainkan sebuah
“takdir”. Akan tetapi, tidak tertutup kemungkinan potensi kecenderungan
orientasi seksual seseorang (seberapa pun kecilnya) menjadi aktual setelah
mendapat pengaruh lingkungan. Misalnya, potensi homo dalam diri seseorang
menjadi dominan karena desakan faktor lingkungan tertentu, seperti kondisi

5
tidur dan hidup bersama sesama jenis kelamin di dalam pesantren, seminari,
penjara, atau tempat lain yang sejenis. Tidak ada manusia yang memiliki orientasi
hetero 100% atau orientasi homo 100% atau orientasi seksual lainnya secara
penuh, melainkan bersifat prismatis.

Analisa Kasus :

Tn.Tomi dengan enggan mengakui bahwa dia mengalami beberapa masalah


seksual. Kemudian dia mengatakan bahwa dia mengalami beberapa
kesulitan saat berhubungan suami istri
Karna tidak dijelaskan secara rinci, kesulitan seperti apa yang dialami
Tn.Tomi, secara tidak langsung kita tidak bisa menetapkan apakah Tn.Tomi
mengalami gangguan pada identitas seksual atau orientasi seksual nya.
Namun melihat keadaan Tn.Tomi yang sempat mengalami serangan jantung
dan sedang dalam program pengobatan diabetes mellitus dan rehabilitasi
cardiac, bisa disimpulkan sementara kalau Tn.Tomi ini merasa tidak mampu
untuk melakukan hubungan suami istri karna kondisi penyakit nya dan usia
yang sudah tak lagi muda.

B. Perkembangan Seksual (Masa Bayi, Masa Usia Bermain Dan Prasekolah,


Masa Usia Sekolah, Pubertas Dan Masa Remaja, Masa Dewasa, Dan Masa
Dewasa Tua [Lansia])

Perkembangan seksual menurut Sigmund Freud (Santrock, 2004) Teori


Psikoanalisanya menjelaskan bahwa perkembangan Gender dan perkembangan
seks terbagi kedalam lima fase:
a. Fase oral (Lahir sampai dengan 1 Tahun). Pada tahap perkembangan oral,
anak memperoleh kepuasan berasal dari proses menghisap air susu dan
memperoleh makan.
b. Fase anal (Usia 1 sampai 3 Tahun). Pada tahap ini anak laki-laki
melekatkan dorongan fantasinya pada figure Ibu, dan melihat ayah
sebagai competitor. Begitu juga sebaliknya pada anak perempuan.
c. Fase phallic. Pada tahap ini terjadi anak-anak berusia 3-5 Tahun, berpusat

6
pada kelamin mereka sendiri. Pada fase phallic faktor rasa ingin tahu
berkembang pesat pada anak memberikan pengaruh besar pada sikap dan
perilaku seksual anak.
d. Fase latent. Pada tahap ini terjadi pada usia 5 Tahun – awal pubertas,
masa ini periode tertahannya dorongan-dorongan seks agresif. Pada
tahapan ini anak mengembangkan kemampuannya bersublimasi (seperti
sekolah, mengerjakan tugas rumah dan bermain dan/atau olahraga).
e. Fase Genital / Kelamin. Pada tahap ini kateksis-kateksis dari masa
pragenital bersifat narsisitik, artinya bahwa individu-individu mendapat
kepuasan dari stimulasi dan manipulasi tubuhnya, sedangkan orang lain
hanya sebagai dikatesis.

C. Kesehatan Seksual (Komponen Kesehatan Seksual)


Kesehatan seksual merupakan pengintegrasian aspek somatik, emosional,
intelektual, dan sosial dari kehidupan seksual, dengan cara yang positif yang
memperkaya dan meningkatkan kepribadian, komunikasi, dan cinta (WHO, 1975
dalam Andarmoyo, S. 2012). Komponen Kesehatan seksual menurut Notoatmodjo
terdiri dari Konsep Seksual Diri, Body Image, Identitas Gender dan Orientasi Seksual
(Notoatmodjo S. 2012):
a. Konsep seksual diri yaitu nilai tentang siapa, kapan, di mana dan bagaimana
seseorang mengekspresikan seksualitasnya. Apabila terdapat konsep seksual
diri yang negatif maka dapat menghalangi terbentuknya suatu hubungan
dengan orang lain.
b. Body image yaitu merupakan pusat kesadaran terhadap diri sendiri, secara
konstan dapat berubah. Bagaimana seseorang memandang/merasakan
penampilan tubuhnya berhubungan dengan seksualitasnya. Contohnya:
Kehamilan, proses penuaan, trauma, penyakit, dan terapi tertentu. Contoh:
wanita bentuk tubuh dan ukuran payudara, pria (ukuran penis)

7
c. Identitas Gender yaitu suatu pandangan mengenai jenis kelamin seseorang,
sebagai perempuan atau laki-laki, mencakup komponen biologi, juga norma
sosial dan budaya.
d. Orientasi Seksual (identitas seksual) adalah bagaimana seseorang
mempunyai kesukaan berhubungan intim dengan orang lain, dengan lawan
jenis atau sejenis (LGBT).

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Seksualitas


Seiring proses penuaan, kemampuan seksualitas juga akan mengalami penurunan.
Kemampuan untuk mempertahankan seks yang aktif sampai usia lanjut bergantung pada
beberapa faktor, diantaranya yaitu:
1. Usia
apabila pada usia 60 tahun ke atas mulai mengalami kemunduran dari tahun ke
tahun kreatif sebelumnya. Orang tua mulai cenderung merasa tidak berguna lagi. Masa
lampau lebih dibanggakan. Terasa seklai kemunduran pesat dibidang kekuatan fisik dan
daya tahan mental. Seiring bertambahnya usia, keinginan seseorang untuk melakukan
hubungan seks menurun. Hal ini biasanya dipicu karena adanya perubahan hormone
dalam tubuh, khususnya pada perempuan.
2. Pendidikan
untuk dapat berkomunikasi dengan berhasil maka suami istrii harus mempunyai
taraf pendidikan yang relative sama. Orang yang berpendidikan, secara seksual akan
mempunyai beberapa kualitas diri dan kecakapan tertentu misalnya, bertanggung jawab
terhadap keputusan seksual yang diambil berkaitan dengan apa yang dibutuhkan dan
keinginan,
3. Pengetahuan
pada tingakt individu pertumbuhan pemahaman seksualitas seseorang akan
menambah perkembangan pribadinya, kepercayaan dirinya, kedewasaan dan kecakapan
mengambil keputusan. Banyak pasangan yang masih menganggap bahwa huibungan seks
hanyalah kebutuhan terbatas penyaluran kebutuhan biologis semata. Ini adalah
pemahaman yang salah besar. Lebih jauh, hubungan seks haruslah dipahami sebagai
sarana untuk refreshing dan rekreasi. Terlebih lagi, aktivitas seks merupakan suatu
bentuk atau sarana untuk menjaga keharmonisan di dalam rumah tangga.
4. Penyakit
penurunan fungsi dan potensi seksual pada usia lanjut sering kali berhubungan
dengan berbagai gangguan fisik seperti : gangguan jantung, gangguan metabolisme,
missal diabetes militus, vaginitis. Obat obatan berpengaruh terhadap aktivitas seksual

8
lansia. Konsumsi berbagai obat yang berbeda dan metabolisme obat tersebut dipengaruhi
oleh proses penuaan, sehingga efek dari obat obatan tersebut dapat diperngaruhi siklus
respon seksual.
5. Budaya
faktor eksternal yang mempengaruhi aktivitas seksual berupa budaya yang
berkembang di masyarakat, menganggap aktivitas seksual tidak layak lagi dilakukan oleh
para orang tua/ lansia, sehingga menyebabkan keinginan dalam diri mereka ditekan yang
memberikan dampak penurunan aktivitas seksual
6. Menopause
perubahan tubuh dan emosi secara umum terjadi pada saat menopause, tetapi tidak
berlaku disebabkan atau berhubungan dengan keadaan tersebut. Berhentinya menstruasi
hanya merupakan salah satu aspek dari menopause. Sistem reproduksi menurun dan
berhenti sebagai akibatnya, maka tidak lagi memproduksi hormone ovarium dan
hormone progesterone. Disamping itu, terjadi pengurangan pelumasan selama
bangkitnya gairah seksual. Faktor ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan selama
bersenggama.
7. Tabu, malu, bosan dan kecemasan
Tabu bersangkut paut dengan larangan berbicara dan bertindak terhadap seks.
Faktor psikologis yang mempengaruhi penurunan fungsi dan potensi seksual adalah rasa
tabu dan malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia. Kelelahan atau
kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya. Disfungsi seksual karena
perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya, misalnya cemas, defresi,
pikun dan sebagainya.
8. Pasangan hidup
Lanjut usia masih mempunyai harapan untuk menikah dan masih memiliki minat
terhadap lawan jenis. Hal tersebut ditunjukkan dengan usaha berkunjung ke lawan jenis
yang sudah tidak memiliki pasangan. Addanya fenimena keinginan menikah, pengacuhan
kebutuhan seksual lanjut usia yang berdampak pada kebahagiaan dan gangguan
hemeostatis, teori teori yang menunjukkan perlu adanya kebutuhan seksual dipenuhi, dan
masih adanya anggapan yang keliru mengenai pemenuhan kebutuhan seksual pada lanjut
usia.
Namun, kondisi hubungan seksual dan nonseksual dengan pasangan hidup
memberi pengaruh besar. Makin baik hubungan, makin memuaskan kehidupan
seksualnya. Maka, seks akan bertambah lama sampai tidak ada batasannya. Akhirnya
salah satu penentu lainnya adalah tidak adanya pasangan. Wanita usia lanjut yang tidak
mempunyai pasangan lagi umumnya akan menekan dorongan seksnya sampai habis.
Sebaliknya, pria yang sudah kehilangan pasangan, sebagian akan menikah lagi.

9
Jabaran dari kasus
Pada kasus seksualitas faktor yang dapat mempengaruhi seksualitas pada bapak toni
yaitu:
Penyakit, penurunan fungsi dan potensi seksual pada usia lanjut sering kali
berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti : gangguan jantung, gangguan
metabolisme, missal diabetes militus, vaginitis. Sedangkan pada kasus terdapat bahwa
Tn. Toni mengalami serangan jantung dan juga memiliki penyakit diabetes mellitus, dan
beliau mengkonsumsi obat.
E. Siklus Respon Seksual (Model Master & Johnson)
Sejak dipublikasikan sejak tahun 1966 oleh Masters & Johnson, dalam buku
yang berjudul sama, Human Sexual Response secara berurutan pada laki-laki dan
perempuan terbagi ke dalam empat fase atau tahapan. Excitement, Plateau, Orgasm
dan Resolution.
1. Excitement (Peningkatan bertahap dalam rangangan seksual)
Tubuh memperlihatkan perubahan dan tanda terangsang dan bangkitan
seksual. Dengan tanda yang bisa diperhatikan seperti dimulainya ereksi penis,
ereksi klitoris, lubrikasi awal hingga kelamin mengembang karena aliran darah
menuju kelamin.
Yang terjadi pada wanita pada tahap ini adalah :
a. Lubrikasi vaginal: yaitu dinding vagina berkeringat
b. Ekspansi 2/3 bagian dalam rongga vagina
c. Peningkatan sensitivitas dalam pembesaran klitoris serta labia
d. Terjadi ereksi puting dan peningkatan ukuran payudara
Yang terjadi pada pria pada tahap ini adalah:
a. Ereksi penis
b. Penebalan dan elevasi skrotum
c. Pembesaran skrotum
d. Ereksi puting susu dan pembengkakan

2. Plateau (Penguatan respon fase exicetement)


Bangkitan seksual terus meningkat dan terpelihara terus dalam jangka waktu
yang relatif lama sebelum klimaks seksual. Ereksi meningkat, lubrikasi

10
bertambah dan semakin banyak, dan saat ini penetrasi kelamin dalam hubungan
seksual terjadi dalam durasi lebih lama di banding fase lainnya.
Yang terjadi pada wanita pada tahap ini adalah:
a. Pembesaran klitoris
b. Pembentukan platform orgasmus: pembengkakan 1/3 luar vagina dan labia
minora
c. Elevasi serviks dan uterus: perubahan warna kulit yang tampak hidup pada
labia minora
d. Pembesaran areola dan payudara
e. Peningkatan tegangan otot dan pernafasan
f. Peningkatan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, dan frekuensi
pernafasan
Yang terjadi pada pria pada tahap ini adalah:
a. Peningkatan ukuran glans
b. Peningkatan intensitas warna glans
c. Elevasi dan peningkatan 50% ukuran testis
d. Peningkatan tegangan otot dan pernfasan
e. Peningkatan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, dan frekuensi
pernafasan
3. Orgasm (Penyaluran kumpulan darah dan tegangan otot)
Pencapaian klimaks atau puncak dari ketegangan seksual. Yang ditandai
dengan kontraksi atau mengejangnya otot-otot tanpa disadari, puting payudara
teras lebih keras lagi, detak jantung sangat meningkat, rasa nikmat yang luar biasa
dengan terkadang disertai desahan kuat. Pada laki-laki umumnya disertai dengan
ejakulasi.
Yang terjadi pada wanita pada tahap ini adalah:
a. Kontraksi volunter platformorgasmik, uterus, rektal, spinter uretral, dan
kelompok otot lain
b. Hiperventilasi dan peningkatan frekuensi jantung
c. Memuncaknya frekuensi jantung, tekanan darah dan frekuensi pernafasan
Yang terjadi pada pria pada tahap ini adalah:
a. Penutupan sfinter urinarius internal
b. Sensasi ejakulasi yang terjadi tidak tertahankan
c. Kontraksi duktus deferens vesikel seminalis prostat dan duktus ejakulatoris
11
d. Relaksasi sfinter kandung kemih eksternal
e. Memuncaknya frekuensi jantung, tekanan darah, dan frekuensi pernafasan
f. Ejakulasi
4. Resolution (Fisiologis dan psikologis kembali ke dalam keadaan tidak terangsang)
Relaksasi dan kembali ke keadaan semula sebelum mengalami rangsangan
seksual. Ereksi penis kembali mengendur, ereksi klitoris mengendur ke arah
normal, lubrikasi berhenti, detak jantung kembali melambat, tubuh menjadi letih
dan lemas. Semua kembali ke normal dan seringkali menjadi tidur.
Yang terjadi pada wanita pada tahap ini adalah:
a. Relaksasi bertahap pada dinding vagina
b. Perubahan warna yang cepat pada dinding labia minora
c. Berkeringat
d. Secara bertahap frekuensi jantung, tekanan darah, dan frekuensi pernafasan
kembali normal
e. Wanita mampu kembali mengalami orgasmus karena tidak mengalami periode
refraktori seperti yang terjadi pada pria
Yang terjadi pada pria pada tahap ini adalah:
a. Kehilangan eresi penis
b. Periode refraktori ketika dilanjutkan stimulasi menjadi tidak enak
c. Reaksi berkeringat
d. Penurunan testis
e. Secara bertahap frekuensi jantung, tekanan darah, dan frekuensi pernafasan
kembali normal

Analisa Kasus:
Tn. Tomi mengatakan bahwa dia mengalami beberapa kesulitan untuk melakukan
hubungan suami istri.
Karena dalam kasus tersebut tidak dijelaskan apa masalah yang di alami Tn. Tomi
sehingga kesulitan melakukan hubungan suami istri, sehingga kita tidak bisa
menentukan gangguan apa yang terjadi pada Tn. Tomi pada saat ini. Namun, seperti
yang di jelaskan dalam Model Master & Johnson (1966) tentang Siklus Respon
Seksual bahwa lumrahnya seseorang mengalami 4 siklus/ fase yaitu excitement,
plateau, orgasm dan resolution. Namun meliat keadaan Tn. Tomi yang sempat
mengalami serangan jantung dan sedang dalam tahap pengobatan, kemungkinan
12
masalah yang di hadapi Tn. Tomi saat ini adalah beliau tidak melewati atau tidak
mencapai siklus respon seksual (tidak memiliki gairah ke hal tersebut) akibat kondisi
dan juga faktor usia.

F. Masalah Yang Berhubungan Dengan Seksualitas


1. Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah pencegaha terbuahinya sel telur oleh sel sperma
(konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding
Rahim. Dimana kontrasepsi ini menjadi upaya yang diambil dalam mengatur dan
mengontrol angka kelahiran bayi dalam masyarakat. Dalam hal ini kontrasepsi
ditujukan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan sejahtera dengan
terpenuhinya semua kebutuhan kesehatan anak-anak dan anggota keluarga lainnya.
Ada beberapa jenis kontrasepsi seperti berikut :
a. Kombinasi Hormon
Hormon kombinasi adalah metode kontrasepsi dengan menggunakan
kombinasi hormon esterogen dan progesteron. Terdapat dua jenis sediaan
untuk hormon kombinasi, yaitu sediaan pil dan sediaan injeksi.
Kelebihan Pil KB :
1) Sangat efektif.
2) Efek samping jarang terjadi.
3) Tidak mengganggu kegiatan seksual.
4) Mudah dihentikan setiap saat.
5) Kesuburan akan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan.
6) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
7) Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause.
8) Membantu meringankan nyeri yang terjadi pada saat menstruasi.
9) Mengurangi resiko terjadinya kanker ovarium, kanker rahim, kehamilan
ektopik, kanker endometrium, kista ovarium, penyakit radang panggul,
kelainan jinak pada payudara dan jerawat.
10) Efek positif dan negatif akan segera hilang ketika obat dihentikan.
Kekurangan Pil KB :
1) Membosankan karena harus menggunakan setiap hari.
2) Tidak boleh diberikan kepada wanita yang sedang menyusui.
3) Terdapat resiko terjadi masalah kecil seperti pembekuan darah.
13
4) Pada beberapa wanita mengalami efek samping seperti pendarahan,
perubahan suasana hati dan nyeri payudara.
5) Harus mengingat waktu untuk penggunaan obat.
6) Tidak dapat digunakan oleh wanita dengan kondisi tertentu, seperti
penyakit hipertensi/ tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol, migrain,
dan wanita yang memiliki riwayat masalah dengan pembekuan darah.
7) Tidak mencegah terjadinya infeksi menular seksual.

b. Metode Amenore Laktasi (MAL)


Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang
mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif. ASI eksklusif
adalah pemberian ASI pada bayi tanpa memberi tambahan makanan atau
minuman apa pun lainnya. Metode ini memiliki cara kerja menunda atau
menekan ovulasi. Metode ini tidak memiliki efek samping. Syarat untuk dapat
menggunakan metode ini adalah menyusui secara eksklusif dan lebih efektif
apabila pemberian lebih dari 8 kali sehari.
c. Kondom
Kondom merupakan selubung/sarung karet sebagai salah satu metode
kontrasepsi atau alat untuk mencegah kehamilan dan penularan penyakit
kelamin pada saat berhubungan seksual. Memiliki cara kerja menghalangi
terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma
diujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut
tidak tercurah ke dalam reproduksi wanita.
2. infertilitas
Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil setelah sekurang-sedikit satu
tahunberhubungan seksi istirahat empati kali seminggu tanpa kontrasepsi (Strigh B,
2005: 5). Adapulapengertian berbaring yaitu, infertilitas adalah pasangan suami istri
yang telah menikahselama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksi tanpa
menggunakan alat kontrasepsitetapi belum memiliki anak (Sarwono, 2000).
Adapun penyebab terjadinya masalah infertilisasi pada wainta:
a. Masalah vagina
Infeksi vagina seperti vaginitis, trikomonas vaginalis yang hebat akan
menyebabkan infeksi lanjut pada portio, serviks, endometrium bahkan sampai ke

14
tuba yang dapat menyebabkan gangguan pergerakan dan penyumbatan pada tuba
sebagai organ reproduksi vital untuk terjadinya konsepsi.
b. Masalah serviks
Gangguan pada setiap perubahan fisiologis yang secara normal terjadi
selama periode praovulatori dan ovulatori yang membuat lingkungan serviks
kondusif bagi daya hidup sperma misalnya peningkatan alkalinitas dan peningkatan
sekresi (Stright B, 2005:60).
c. Masalah uterus
Nidasi ovum yang telah dibuahi terjadi di endometrium. Kejadian ini tidak
dapat berlangsung apabila ada patologi di uterus. Patologi tersebut antara lain polip
endometrium, adenomiosis, mioma uterus atau leiomioma, bekas kuretase dan
abortus septik. Kelainan-kelainan tersebut dapat mengganggu implantasi,
pertumbuhan, nutrisi serta oksigenisasi janin ( Wiknjosastro, 2002:509 ).
Masalah infertilitas pada pria:
Infertilitas terutama lebih banyak terjadi di kota-kota besar karena gaya
hidup yang penuh stres, emosional dan kerja keras serta pola makan yang tidak
seimbang. Seperti Faktor koitus dan bentuk dan gerakan sperma yang tidak
sempurna dan Kualitas sperma atau konsentrasi sperma rendah.
3. Penyakit menular seksual
Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan
seksual baik secara vaginal, anal dan oral.Beberapa faktor yang mempengaruhi
peningkatan kejadian IMS antara lain dari faktor internal meliputi umur, pendidikan,
pengetahuan tentang IMS, status pernikahan, pekerjaan sebagai pekerja seks komersil,
individu yang beresiko tinggi adalah individu yang sering berganti pasangan seksual
dan tidak melakukan hubungan seksual dengan kondom (Najmah, 2016).Hubungan
umur dengan kejadian IMS menurut komisi penanggulangan AIDS 2007 menyatakan
bahwa pada perempuan umur kurang dari 29 tahun tergolong beresiko tinggi untuk
terinfeksi penyakit menular seksual. Pada perempuan remaja mudah terkena IMS
disebabkan sel-sel organ reproduksi belum matang. Hubungan status pernikahan
dengan teori IMS yang tinggi terjadi bagi orang yang belum menikah dan bercerai
yang terpisah dari keluarganya bila dibandingkan dengan orang yang sudah menikah
karena pemenuhan kebutuhan seksualnya terpenuhi (Setyawulan, 2007) Berdasarkan
penelitian bahwa status pernikahan banyak yang tidak menikah dan cerai, dibandingkan
yang masih terikat pernikahan yang sah. WPS yang tidak menikah dan cerai bebas
15
bekerja sebagai WPS tanpa ikatan atau batasan dari suami.Sejalan dengan penelitian
Aprilianingrum (2006) yang menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa status bahwa
yang tidak menikah beresiko 2.63 kali untuk terkena IMS dibandingkan yang menikah.
Menurut (Setyawulan, 2007) ketidakpuasan seksual lebih mudah terjadi pada
pernikahan dengan usia pertengahan (middle marriage). Kehidupan seksual terasa lebih
gersang sehingga mudah mencapai kebosanan dan Aktivitas seksual terasa monoton
karena kurang bervariasi sehingga bisa menyebabkan seseorang suka bergonta ganti
pasangan. Beberapa penyakit menular seksual:
1. Gonorea/kencing nanah
2. Sifilis/raja singa
3. Trikonomiasis
4. Ulkus Mole (Chancroid)
5. Klamidia
6. HIV-AIDS
7. Herpes
8. Kutil Genitalis (Kondiloma Akuminata)
9. Hepatitis B (HBV)
Cara penularan pms
Hanya dengan meneggunnakan pil KB untuk kontrasepsi Kadang orang lebih
menghindari kehamilan daripada PMS sehingga mereka memilih pil KB sebagai alat
kontrasepsi utama. Karena sudah merasa terhindar dari kehamilan, mereka enggan
memakai kondom. Inibisa terjadi ketika orang tidak ingin menuduh pasangannya
berpenyakit (sehingga perlu disuruh pakai kondom) atau memang tidak suka pakai
kondom dan menjadikan pil KB sebagai alasan. Yang jelas, perlindungan ganda (pil
KB dan kondom) adalah pilihan terbaikmeski tidak semua orang melakukannya.
4. absorbsi
Aborsi adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
di luar Rahim. Seorang perempuan dapat melakukan aborsi untuk menyelamatkan
dirinya sendiri Jika seorang perempuan menderita penyakit seperti penyakit jantung,
AIDS atau penyakit menular seksual, dia dapat melakukan aborsi.
5. disfungsi seksual
Disfungsi seksual itu sendiri merupakan kondisi di mana fungsi seksual dalam
tubuh seseorang sudah mulai melemah. Kondisi itu dapat terjadi ketika kita masih
muda, maupun pada usia lanjut karena kondisi fisik dan mental yang semakin
16
berkurang. Kondisi disfungsi seksual dapat terjadi pada pria maupun wanita. Disfungsi
seksual disebabkan oleh berbagai gangguan dan penyakit, baik fisik maupun mental.
Penyakit fisik yang menyebabkan disfungsi seksual adalah diabetes mellitus (kencing
manis), anemia, kurang gizi, penyakit kelamin, penyakit otak dan sumsum tulang,
akibat operasi prostat pada pria, tumor atau kanker rahim pada wanita, menurunnya
hormon (pada pria maupun wanita), akibat pembedahan indung telur, penggunaan
narkoba, obat penenang, alkohol, dan rokok. Sedangkan penyakit mental yang
menyebabkan disfungsi seksual adalah psikosis schizoprenia, neurosis cemas, histerik,
obsesif-kompulsif, Disfungsi seksual harus dicari penanggulannya sebab dapat
menimbulkan masalah yang lebih besar jika tidak diatasi sejak dini. Impotensia,
misalnya, dapat timbul karena berbagai penyakit tubuh atau penyakit lokal didaerah alat
vital pria, seperti diabetes yang biasanya menyebabkan pria tidak mampu memiliki
gairah seksual. Untuk mengatasinya, penyakit diabetes sebaiknya harus diobati terlebih
dahulu. Sedangkan untuk mengobati frigiditas pada wanita dapat dilakukan dengan
faktor biologik (masa birahi pada saat ovulasi dan menstruasi), faktor psikologis
(menghilangkan rasa takut atau jijik), dan factor psikodinamik (menghilangkan rasa
kotor, takut ditolak pasangannya, dan sebagainya).
6. penganiyayaan seksual
Penganiyayaan seksual adalah semua tingkah laku seksual atau kecenderungan
untuk bertingkah laku seksual yang tidak diinginkan oleh seseorang baik verbal
(psikologis) atau fisik yang menurut si penerima tingkah laku sebagai merendahkan
martabat, penghinaan, intimidasi, atau paksaan Rentang pelecehan seksual ini sangat
luas, yakni meliputi: main mata, siulan nakal, komentar berkonotasi seks atau gender,
humor porno, cubitan, colekan, tepukan atau sentuhan di bagian tubuh tertentu, gerakan
tertentu atau isyarat yang bersifat seksual, ajakan berkencan dengan iming-iming atau
ancaman, ajakan melakukan hubungan seksual hingga perkosaan.
Analisis kasus
Tn. Toni mengatakan bahwa dia mengalami beberapa kesulitan untuk melakukan
hubungan suami istr.
Pada kasus dikatakan bahwa tn. toni memiliki penyakit diabetes mellitus dimana
penyakit tersebut dapat menganggu masalah seksualitas,dimana masalah seksualitasnya
termasuk dalam masalah disfungsi seksual. Dimana disfungsi seksual sendiri
disebabkan oleh berbagai gangguan dan penyakit, baik fisik maupun mental.salah satu
penyakit fisik yang menyebabkan disfungsi seksual adalah diabetes mellitus yang
17
dapat menyebabkan berkurangnya gairah seksual. Sehingga dengan begitu, tn. Toni
harus melakukan atau menjalani pengobatan diabetes mellitus terlrbih dahulu.
G. proses keperawatan dan seksualitas
Stres merupakan suatu respon fisiologis, psikilogis manusia yang mencoba untuk
mengadaptasi dan mengatur baik tekanan internal dan eksternal, Dan juga stress Stres
adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan yang terganggu,
suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat
dihindari, setiap orang mengalaminya, stres memberi dampak secara total pada individu
yang terhadap fisik, psikologis, intelektual, sosial dan spiritual, stres dapat mengancam
keseimbangan fisiologis (Rasmun, 2004). Yang dimaksud dengan stres (Hans Selye)
adalah respon tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya.
Misalnya bagaimana respon tubuh seseorang manakala yang bersangkutan mengalami
beban pekerjaan yang berlebihan. Bila ia sanggup mengatasinya artinya tidak ada
gangguan pada fungsi organ tubuh, maka dikatakan yang bersangkutan tidak
mengalami stres. Tetapi sebaliknya bila ternyata ia mengalami gangguan pada satu atau
lebih organ tubuh sehingga yang bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan fungsi
pekerjaannya dengan baik, maka ia disebut mengalami distres.
untuk mematikan respons stres dapat memiliki konsekuensi biologis dan mental yang
negatif bagi individu. Respons manusia yang sehat terhadap stres melibatkan tiga
komponen :
1. Kendali otak (yang memediasi) respons segera. Respons ini akan memberikan
sinyal ke medula adrenal untuk melepaskan epinefrin dan norepinefrin
2. Hipotalamus (area pusat di otak) dan kelenjar pituitari memulai (memicu) respons
yang lebih lambat sebagai respons mempertahankan dengan cara memberikan
sinyal ke korteks adrenal untuk melepaskan kortisol dan hormon lainnya
3. Sirkuit saraf yang terlibat dalam respons perilaku. Respons ini meningkatkan
gairah (kewaspadaan, kesadaran), memfokuskan perhatian, menghambat makan
dan perilaku reproduksi, mengurangi persepsi nyeri, dan perubahan perilaku.
Hasil gabungan dari ketiga komponen respons stres tersebut akan menjaga
keseimbangan internal (homeostasis) dan mengoptimalkan produksi dan pemanfaatan
energi. Respons tersebut juga mempersiapkan individu dengan sistem saraf simpatik.
Saraf simpatik beroperasi dengan meningkatkan denyut jantung, peningkatan tekanan
darah, mengarahkan aliran darah ke jantung, otot, dan otak, dan melepaskan bahan

18
bakar (glukosa dan asam lemak) untuk membantu memerangi masalah atau melarikan
diri dari bahaya.
Kondisi fisik dan psikologis seseorang seringkali saling terkait. Dari sakit fisik
bisa muncul gangguan psikologis. Sebaliknya pula, dari gangguan psikologis bisa
muncul sakit fisik. Dalam mengkaji hubungan di antara keduanya, analisis
permasalahan meliputi pencarian/penggalian dan penjelasan hubungan antara
kepribadian dan penyakit fisik yang diikuti dengan pendekatan penelitian kontemporer.
Apa sebenarnya perbedaan antara gangguan psikologis seperti cemas dan depresi
dengan gangguan fisik seperti penyakit infeksi dan kanker? Secara langsung, gangguan
psikologis dapat dijelaskan dengan mengetahui penyebab psikologis itu sendiri seperti
stres, pengalaman trauma, dan masalah kanak-kanak. Sementara itu, gangguan fisik
diakibatkan oleh penyebab fisik. Dari situ diketahui bahwa gangguan psikologis
seharusnya disembuhkan dengan sarana psikologi seperti psikoterapi dan terapi
perilaku, sedangan gangguan fisik disembuhkan secara medis.
Gangguan psikologis berkisar dari penyakit mental yang serius sampai kasus
yang depresi yang relatif ringan yang biasanya disebabkan ketidakseimbang biokimia,
sering dianggap sebagai keturunan. Hal ini terutama didukung oleh penelitian DNA. Di
sisi lain, jenis kepribadian tertentu ada yang mudah terkena penyakit jantung dan stres,
yang merupakan faktor utama dalam penyebab banyak penyakit fisik. Pengobatan
holistik dan terapi sejenisnya untuk penyakit fisik seringnya mempunyai komponen
psikologi yang besar seperti program manajemen stres, relaksasi, hingga pelatihan
pernafasan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Stres adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan yang
terganggu, suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan
19
tidak dapat dihindari, setiap orang mengalaminya, stres memberi dampak secara total
pada individu yang terhadap fisik, psikologis, intelektual, sosial dan spiritual, stres
dapat mengancam keseimbangan fisiologis (Rasmun, 2004). Respons manusia yang
sehat terhadap stres melibatkan tiga komponen :

1. Kendali otak (yang memediasi) respons segera. Respons ini akan memberikan sinyal
ke medula adrenal untuk melepaskan epinefrin dan norepinefrin
2. Hipotalamus (area pusat di otak) dan kelenjar pituitari memulai (memicu) respons
yang lebih lambat sebagai respons mempertahankan dengan cara memberikan sinyal
ke korteks adrenal untuk melepaskan kortisol dan hormon lainnya
3. Sirkuit saraf yang terlibat dalam respons perilaku. Respons ini meningkatkan gairah
(kewaspadaan, kesadaran), memfokuskan perhatian, menghambat makan dan
perilaku reproduksi, mengurangi persepsi nyeri, dan perubahan perilaku. Adapun
faktor yang mempengaruhi, yaitu : Intensitas, Sifat stressor, Jumlah stressor, Durasi
stressor , Pengalaman masa lalu,Tipe kepribadian.

DAFTAR PUSTAKA
1. Alhamdu. “Orientasi Seksual : Faktor, Pandangan Kesehatan dan Agama”. Studi
Literatur
2. Marliana, Sekar Dwi. 2013. “Identitas Seksualitas Remaja Dalam Film The Love Of
Siam”. Skripsi. Fakultas Komunikasi dan Informatika, Ilmu Komunikasi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta
3. Prasetyanti, Kartika Nurindah,. Dkk. 2012. “Konsep Seksualitas”. Fakultas Kedokteran.
Ilmu Keperawatan. Universitas Diponegoro
4. Zein, Laila Fariha,. Setiawan, Adib Rifqi. “Konsep Dasar Seksualitas”. Pelantan 13 Juni
2019.
5. Kaplan, Harold dkk. 1997. Sinopsis Psikiatri Jilid II Edisi Ketujuh. BinarupaAksara.
Jakarta.
6. Durand, V. M dan Barlow, D. H. 2006. Psikologi Abnormal (Edisi Keempat),
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
7. Stevens, PJM. 1999. Ilmu Keperawatan Jilid 2 Edisi 2. Jakarta: EGC

20
8. Santrock, John W. 2004. Life-Span Development. 9th ed. New York: McGraw-Hill.
Sheu HsiuChih. 2008.
9. Andarmoyo, S. 2012. Psikoseksual dalam Pendekatan Konsep dan Proses Keperawatan.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
10. Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.

21

Anda mungkin juga menyukai