Rania 1810913220018
KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2020
LEMBARAN PENGESAHAN
ii
KATA PENGANTAR
Bismilahirahmanirahim,
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Syukur
Alhamdulillah, merupakan satu kata yang sangat pantas penulis ucakan kepada Allah Swt,
yang karena bimbingan-Nya lah maka penulis bisa menyelesaikan sebuah makalah Cade
Study berjudul "Konsep Seksualitas”
Sholawat bernada salam kami sanjung sajikan kepada kepangkuan Nabi besar
Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, dengan adanya Rasulullah, Alhamdulillah sampai
saat ini kami dapat menyusun makalah ini. Saya menyadari bahwa masih sangat banyak
kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu saya mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.
Banjarbaru, 20 Februari2020
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBARAN PENGESAHAN...........................................................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iv
BAB I KASUS......................................................................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
A. Konsep Seksualitas..................................................................................................................2
B. Perkembangan Seksual (Masa Bayi, Masa Usia Bermain Dan Prasekolah, Masa Usia
Sekolah, Pubertas Dan Masa Remaja, Masa Dewasa, Dan Masa Dewasa Tua [Lansia])..........6
C. Kesehatan Seksual (Komponen Kesehatan Seksual).............................................................7
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Seksualitas..................................................................8
E. Siklus Respon Seksual (Model Master & Johnson).............................................................10
F. Masalah Yang Berhubungan Dengan Seksualitas...............................................................13
G. proses keperawatan dan seksualitas.................................................................................18
BAB III...............................................................................................................................................21
PENUTUP..........................................................................................................................................21
A. Kesimpulan.............................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................22
iv
BAB I
KASUS
Tn. Tomi, usia 50 tahun, suku Banjar, mengalami serangan jantung 3 minggu yang
lalu. Tn. Tomi juga memiliki diabetes mellitus. Tn. Tomi mau bekerja sama dengan baik
dalam pengobatan dan program rehabilitasi cardiac. Diabetes mellitusnya dikontrol dengan
diet dan saat ini obat yang diminum oleh Tn. Tomi adalah aspirin yang diminum setiap hari
dan obat antihipertensi.
Selama pemeriksaan rutin, Anda sebagai perawat bertanya bagaimana perasaannya,
apakah ada keluhan yang dirasakannya, dan apakah Tn. Tomi meminum obatnya dengan
rutin. Dengan enggan, dia mengakui bahwa dia mengalami beberapa masalah seksual. Anda
mendorong diskusi lebih lanjut mengenai masalah ini dengan menunjukkan minat dan
menjelaskan bahwa tidak masalah baginya untuk berbagi masalah yang ia alami kepada
Anda. Tn. Tomi kemudian mengatakan bahwa dia mengalami beberapa kesulitan untuk
melakukan hubungan suami istri.
Diskusikan mengenai:
1. Konsep tentang seksualitas (dimensi seksualitas, identitas seksual, dan orientasi seksual)
2. Perkembangan seksual (masa bayi, masa usia bermain dan prasekolah, masa usia sekolah,
pubertas dan masa remaja, masa dewasa, dan masa dewasa tua (lansia)
3. Kesehatan seksual (komponen kesehatan seksual)
4. Faktor yang memengaruhi seksualitas
5. Siklus respon seksual (model Master & Johnson)
6. Masalah yang berhubungan dengan seksualitas
7. Proses keperawatan dan seksualitas (pertanyaan dasar mengenai seksualitas yang harus
perawat tanyakan saat pengkajian, merumuskan diagnosis keperawatan, dan
merencanakan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami masalah seksual)
1
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Konsep Seksualitas
1. Seksualitas
Seks (sex) adalah sebuah konsep tentang pembedaan jenis kelamin manusia
berdasarkan faktor-faktor biologis. Karena dominannya pengaruh pandangan
patriarkal dan heteronormativitas dalam masyarakat, secara biologis manusia
hanya dibedakan secara kaku ke dalam dua jenis kelamin biologis (seks), yaitu
lelaki (male) dan perempuan (female). Demikian pula konsep jenis kelamin yang
bersifat sosial, manusia juga hanya dibedakan dalam dua jenis kelamin sosial
(gender), yakni pria (man) dan wanita (woman).
Seksualitas adalah sebuah proses sosial-budaya yang mengarahkan hasrat
atau berahi manusia. Seksualitas dipengaruhi oleh interaksi faktor-faktor biologis,
psikologis, sosial, ekonomi, politik, agama, dan spiritualitas. Seksualitas
merupakan hal positif, berhubungan dengan jati diri seseorang dan juga kejujuran
seseorang terhadap dirinya.
Ada perbedaan penting antara seks dan seksualitas. Seperti sudah
disampaikan, seks adalah sesuatu yang bersifat biologis dan karenanya seks
dianggap sebagai sesuatu yang stabil. Seks biasanya merujuk pada alat kelamin
dan tindakan penggunaan alat kelamin itu secara seksual. Meskipun seks dan
seksualitas secara analisis merupakan istilah yang berbeda, tetapi istilah seks
sering digunakan untuk menjelaskan keduanya. Misalnya, seks juga digunakan
sebagai istilah yang merujuk pada praktik seksual atau kebiasaan. Walau begitu,
perbedaan antara keduanya sangat jelas, seks merupakan hal yang given atau
terberi.
Sebaliknya, seksualitas merupakan konstruksi sosial-budaya. Seksualitas
adalah konsep yang lebih abstrak, mencakup aspek yang tak terhingga dari
keberadaan manusia, termasuk di dalamnya aspek fisik, psikis, emosional, politik,
dan hal-hal yang terkait dengan berbagai kebiasaan manusia. Seksualitas,
sebagaimana dikonstruksikan secara sosial, adalah pernyataan dan
2
penyangkalan secara rumit dari perasaan dan hasrat. Tidak heran jika seksualitas
mempunyai konotasi, baik positif maupun negatif, serta mengakar dalam konteks
masyarakat tertentu
2. Dimensi Seksualitas
Seksualitas juga berkaitan dengan standar pelaksanaan agama dan etik. Ide
tentang pelaksanaan seksual etik dan emosi yang berhubungan dengan
seksualitas membentuk dasar untuk pembuatan keputusan seksual. Spektrum
sikap yang ditunjukan pada seksualitas direntang dari pandangan tradisional
tentang hubungan seks yang hanya dalam
3
perkawinan sampai sikap yang memperbolehkan individu menentukan apa
yang benar bagi dirinya. Keputusan seksual yang melewati batas kode etik
individu dapat mengakibatkan konflik internal.
c. Dimensi Psikologis
3. Identitas Seksual
4
tiga macam yaitu heteroseksual, homoseksual, dan biseksual. Heteroseksual yaitu
ketertarikan seseorang terhadap lawan jenis, kemudian homoseksual adalah
ketertarikan seseorang terhadap sesama jenis, sedangkan biseksual adalah
keterarikan seseorang terhadap kedua-duanya yaitu tertarik kepada perempuan
dan laki-laki.
Eccles dkk (2004) dan Igartua dkk(2009), menjelaskan identitas seksual
sebagai persepsi individu tentang peran seksual dirinya yang dipengaruhi oleh
kematangan individu. Identitas seksual adalah apa yang orang katakan mengenai
kita berkaitan dengan perilaku atau orientasi seksual kita, kita benarkan dan
percaya sebagai diri kita. (Demartoto, 2010 : 13)
4. Orientasi Seksual
5
tidur dan hidup bersama sesama jenis kelamin di dalam pesantren, seminari,
penjara, atau tempat lain yang sejenis. Tidak ada manusia yang memiliki orientasi
hetero 100% atau orientasi homo 100% atau orientasi seksual lainnya secara
penuh, melainkan bersifat prismatis.
Analisa Kasus :
6
pada kelamin mereka sendiri. Pada fase phallic faktor rasa ingin tahu
berkembang pesat pada anak memberikan pengaruh besar pada sikap dan
perilaku seksual anak.
d. Fase latent. Pada tahap ini terjadi pada usia 5 Tahun – awal pubertas,
masa ini periode tertahannya dorongan-dorongan seks agresif. Pada
tahapan ini anak mengembangkan kemampuannya bersublimasi (seperti
sekolah, mengerjakan tugas rumah dan bermain dan/atau olahraga).
e. Fase Genital / Kelamin. Pada tahap ini kateksis-kateksis dari masa
pragenital bersifat narsisitik, artinya bahwa individu-individu mendapat
kepuasan dari stimulasi dan manipulasi tubuhnya, sedangkan orang lain
hanya sebagai dikatesis.
7
c. Identitas Gender yaitu suatu pandangan mengenai jenis kelamin seseorang,
sebagai perempuan atau laki-laki, mencakup komponen biologi, juga norma
sosial dan budaya.
d. Orientasi Seksual (identitas seksual) adalah bagaimana seseorang
mempunyai kesukaan berhubungan intim dengan orang lain, dengan lawan
jenis atau sejenis (LGBT).
8
lansia. Konsumsi berbagai obat yang berbeda dan metabolisme obat tersebut dipengaruhi
oleh proses penuaan, sehingga efek dari obat obatan tersebut dapat diperngaruhi siklus
respon seksual.
5. Budaya
faktor eksternal yang mempengaruhi aktivitas seksual berupa budaya yang
berkembang di masyarakat, menganggap aktivitas seksual tidak layak lagi dilakukan oleh
para orang tua/ lansia, sehingga menyebabkan keinginan dalam diri mereka ditekan yang
memberikan dampak penurunan aktivitas seksual
6. Menopause
perubahan tubuh dan emosi secara umum terjadi pada saat menopause, tetapi tidak
berlaku disebabkan atau berhubungan dengan keadaan tersebut. Berhentinya menstruasi
hanya merupakan salah satu aspek dari menopause. Sistem reproduksi menurun dan
berhenti sebagai akibatnya, maka tidak lagi memproduksi hormone ovarium dan
hormone progesterone. Disamping itu, terjadi pengurangan pelumasan selama
bangkitnya gairah seksual. Faktor ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan selama
bersenggama.
7. Tabu, malu, bosan dan kecemasan
Tabu bersangkut paut dengan larangan berbicara dan bertindak terhadap seks.
Faktor psikologis yang mempengaruhi penurunan fungsi dan potensi seksual adalah rasa
tabu dan malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia. Kelelahan atau
kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya. Disfungsi seksual karena
perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya, misalnya cemas, defresi,
pikun dan sebagainya.
8. Pasangan hidup
Lanjut usia masih mempunyai harapan untuk menikah dan masih memiliki minat
terhadap lawan jenis. Hal tersebut ditunjukkan dengan usaha berkunjung ke lawan jenis
yang sudah tidak memiliki pasangan. Addanya fenimena keinginan menikah, pengacuhan
kebutuhan seksual lanjut usia yang berdampak pada kebahagiaan dan gangguan
hemeostatis, teori teori yang menunjukkan perlu adanya kebutuhan seksual dipenuhi, dan
masih adanya anggapan yang keliru mengenai pemenuhan kebutuhan seksual pada lanjut
usia.
Namun, kondisi hubungan seksual dan nonseksual dengan pasangan hidup
memberi pengaruh besar. Makin baik hubungan, makin memuaskan kehidupan
seksualnya. Maka, seks akan bertambah lama sampai tidak ada batasannya. Akhirnya
salah satu penentu lainnya adalah tidak adanya pasangan. Wanita usia lanjut yang tidak
mempunyai pasangan lagi umumnya akan menekan dorongan seksnya sampai habis.
Sebaliknya, pria yang sudah kehilangan pasangan, sebagian akan menikah lagi.
9
Jabaran dari kasus
Pada kasus seksualitas faktor yang dapat mempengaruhi seksualitas pada bapak toni
yaitu:
Penyakit, penurunan fungsi dan potensi seksual pada usia lanjut sering kali
berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti : gangguan jantung, gangguan
metabolisme, missal diabetes militus, vaginitis. Sedangkan pada kasus terdapat bahwa
Tn. Toni mengalami serangan jantung dan juga memiliki penyakit diabetes mellitus, dan
beliau mengkonsumsi obat.
E. Siklus Respon Seksual (Model Master & Johnson)
Sejak dipublikasikan sejak tahun 1966 oleh Masters & Johnson, dalam buku
yang berjudul sama, Human Sexual Response secara berurutan pada laki-laki dan
perempuan terbagi ke dalam empat fase atau tahapan. Excitement, Plateau, Orgasm
dan Resolution.
1. Excitement (Peningkatan bertahap dalam rangangan seksual)
Tubuh memperlihatkan perubahan dan tanda terangsang dan bangkitan
seksual. Dengan tanda yang bisa diperhatikan seperti dimulainya ereksi penis,
ereksi klitoris, lubrikasi awal hingga kelamin mengembang karena aliran darah
menuju kelamin.
Yang terjadi pada wanita pada tahap ini adalah :
a. Lubrikasi vaginal: yaitu dinding vagina berkeringat
b. Ekspansi 2/3 bagian dalam rongga vagina
c. Peningkatan sensitivitas dalam pembesaran klitoris serta labia
d. Terjadi ereksi puting dan peningkatan ukuran payudara
Yang terjadi pada pria pada tahap ini adalah:
a. Ereksi penis
b. Penebalan dan elevasi skrotum
c. Pembesaran skrotum
d. Ereksi puting susu dan pembengkakan
10
bertambah dan semakin banyak, dan saat ini penetrasi kelamin dalam hubungan
seksual terjadi dalam durasi lebih lama di banding fase lainnya.
Yang terjadi pada wanita pada tahap ini adalah:
a. Pembesaran klitoris
b. Pembentukan platform orgasmus: pembengkakan 1/3 luar vagina dan labia
minora
c. Elevasi serviks dan uterus: perubahan warna kulit yang tampak hidup pada
labia minora
d. Pembesaran areola dan payudara
e. Peningkatan tegangan otot dan pernafasan
f. Peningkatan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, dan frekuensi
pernafasan
Yang terjadi pada pria pada tahap ini adalah:
a. Peningkatan ukuran glans
b. Peningkatan intensitas warna glans
c. Elevasi dan peningkatan 50% ukuran testis
d. Peningkatan tegangan otot dan pernfasan
e. Peningkatan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, dan frekuensi
pernafasan
3. Orgasm (Penyaluran kumpulan darah dan tegangan otot)
Pencapaian klimaks atau puncak dari ketegangan seksual. Yang ditandai
dengan kontraksi atau mengejangnya otot-otot tanpa disadari, puting payudara
teras lebih keras lagi, detak jantung sangat meningkat, rasa nikmat yang luar biasa
dengan terkadang disertai desahan kuat. Pada laki-laki umumnya disertai dengan
ejakulasi.
Yang terjadi pada wanita pada tahap ini adalah:
a. Kontraksi volunter platformorgasmik, uterus, rektal, spinter uretral, dan
kelompok otot lain
b. Hiperventilasi dan peningkatan frekuensi jantung
c. Memuncaknya frekuensi jantung, tekanan darah dan frekuensi pernafasan
Yang terjadi pada pria pada tahap ini adalah:
a. Penutupan sfinter urinarius internal
b. Sensasi ejakulasi yang terjadi tidak tertahankan
c. Kontraksi duktus deferens vesikel seminalis prostat dan duktus ejakulatoris
11
d. Relaksasi sfinter kandung kemih eksternal
e. Memuncaknya frekuensi jantung, tekanan darah, dan frekuensi pernafasan
f. Ejakulasi
4. Resolution (Fisiologis dan psikologis kembali ke dalam keadaan tidak terangsang)
Relaksasi dan kembali ke keadaan semula sebelum mengalami rangsangan
seksual. Ereksi penis kembali mengendur, ereksi klitoris mengendur ke arah
normal, lubrikasi berhenti, detak jantung kembali melambat, tubuh menjadi letih
dan lemas. Semua kembali ke normal dan seringkali menjadi tidur.
Yang terjadi pada wanita pada tahap ini adalah:
a. Relaksasi bertahap pada dinding vagina
b. Perubahan warna yang cepat pada dinding labia minora
c. Berkeringat
d. Secara bertahap frekuensi jantung, tekanan darah, dan frekuensi pernafasan
kembali normal
e. Wanita mampu kembali mengalami orgasmus karena tidak mengalami periode
refraktori seperti yang terjadi pada pria
Yang terjadi pada pria pada tahap ini adalah:
a. Kehilangan eresi penis
b. Periode refraktori ketika dilanjutkan stimulasi menjadi tidak enak
c. Reaksi berkeringat
d. Penurunan testis
e. Secara bertahap frekuensi jantung, tekanan darah, dan frekuensi pernafasan
kembali normal
Analisa Kasus:
Tn. Tomi mengatakan bahwa dia mengalami beberapa kesulitan untuk melakukan
hubungan suami istri.
Karena dalam kasus tersebut tidak dijelaskan apa masalah yang di alami Tn. Tomi
sehingga kesulitan melakukan hubungan suami istri, sehingga kita tidak bisa
menentukan gangguan apa yang terjadi pada Tn. Tomi pada saat ini. Namun, seperti
yang di jelaskan dalam Model Master & Johnson (1966) tentang Siklus Respon
Seksual bahwa lumrahnya seseorang mengalami 4 siklus/ fase yaitu excitement,
plateau, orgasm dan resolution. Namun meliat keadaan Tn. Tomi yang sempat
mengalami serangan jantung dan sedang dalam tahap pengobatan, kemungkinan
12
masalah yang di hadapi Tn. Tomi saat ini adalah beliau tidak melewati atau tidak
mencapai siklus respon seksual (tidak memiliki gairah ke hal tersebut) akibat kondisi
dan juga faktor usia.
14
tuba yang dapat menyebabkan gangguan pergerakan dan penyumbatan pada tuba
sebagai organ reproduksi vital untuk terjadinya konsepsi.
b. Masalah serviks
Gangguan pada setiap perubahan fisiologis yang secara normal terjadi
selama periode praovulatori dan ovulatori yang membuat lingkungan serviks
kondusif bagi daya hidup sperma misalnya peningkatan alkalinitas dan peningkatan
sekresi (Stright B, 2005:60).
c. Masalah uterus
Nidasi ovum yang telah dibuahi terjadi di endometrium. Kejadian ini tidak
dapat berlangsung apabila ada patologi di uterus. Patologi tersebut antara lain polip
endometrium, adenomiosis, mioma uterus atau leiomioma, bekas kuretase dan
abortus septik. Kelainan-kelainan tersebut dapat mengganggu implantasi,
pertumbuhan, nutrisi serta oksigenisasi janin ( Wiknjosastro, 2002:509 ).
Masalah infertilitas pada pria:
Infertilitas terutama lebih banyak terjadi di kota-kota besar karena gaya
hidup yang penuh stres, emosional dan kerja keras serta pola makan yang tidak
seimbang. Seperti Faktor koitus dan bentuk dan gerakan sperma yang tidak
sempurna dan Kualitas sperma atau konsentrasi sperma rendah.
3. Penyakit menular seksual
Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan
seksual baik secara vaginal, anal dan oral.Beberapa faktor yang mempengaruhi
peningkatan kejadian IMS antara lain dari faktor internal meliputi umur, pendidikan,
pengetahuan tentang IMS, status pernikahan, pekerjaan sebagai pekerja seks komersil,
individu yang beresiko tinggi adalah individu yang sering berganti pasangan seksual
dan tidak melakukan hubungan seksual dengan kondom (Najmah, 2016).Hubungan
umur dengan kejadian IMS menurut komisi penanggulangan AIDS 2007 menyatakan
bahwa pada perempuan umur kurang dari 29 tahun tergolong beresiko tinggi untuk
terinfeksi penyakit menular seksual. Pada perempuan remaja mudah terkena IMS
disebabkan sel-sel organ reproduksi belum matang. Hubungan status pernikahan
dengan teori IMS yang tinggi terjadi bagi orang yang belum menikah dan bercerai
yang terpisah dari keluarganya bila dibandingkan dengan orang yang sudah menikah
karena pemenuhan kebutuhan seksualnya terpenuhi (Setyawulan, 2007) Berdasarkan
penelitian bahwa status pernikahan banyak yang tidak menikah dan cerai, dibandingkan
yang masih terikat pernikahan yang sah. WPS yang tidak menikah dan cerai bebas
15
bekerja sebagai WPS tanpa ikatan atau batasan dari suami.Sejalan dengan penelitian
Aprilianingrum (2006) yang menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa status bahwa
yang tidak menikah beresiko 2.63 kali untuk terkena IMS dibandingkan yang menikah.
Menurut (Setyawulan, 2007) ketidakpuasan seksual lebih mudah terjadi pada
pernikahan dengan usia pertengahan (middle marriage). Kehidupan seksual terasa lebih
gersang sehingga mudah mencapai kebosanan dan Aktivitas seksual terasa monoton
karena kurang bervariasi sehingga bisa menyebabkan seseorang suka bergonta ganti
pasangan. Beberapa penyakit menular seksual:
1. Gonorea/kencing nanah
2. Sifilis/raja singa
3. Trikonomiasis
4. Ulkus Mole (Chancroid)
5. Klamidia
6. HIV-AIDS
7. Herpes
8. Kutil Genitalis (Kondiloma Akuminata)
9. Hepatitis B (HBV)
Cara penularan pms
Hanya dengan meneggunnakan pil KB untuk kontrasepsi Kadang orang lebih
menghindari kehamilan daripada PMS sehingga mereka memilih pil KB sebagai alat
kontrasepsi utama. Karena sudah merasa terhindar dari kehamilan, mereka enggan
memakai kondom. Inibisa terjadi ketika orang tidak ingin menuduh pasangannya
berpenyakit (sehingga perlu disuruh pakai kondom) atau memang tidak suka pakai
kondom dan menjadikan pil KB sebagai alasan. Yang jelas, perlindungan ganda (pil
KB dan kondom) adalah pilihan terbaikmeski tidak semua orang melakukannya.
4. absorbsi
Aborsi adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
di luar Rahim. Seorang perempuan dapat melakukan aborsi untuk menyelamatkan
dirinya sendiri Jika seorang perempuan menderita penyakit seperti penyakit jantung,
AIDS atau penyakit menular seksual, dia dapat melakukan aborsi.
5. disfungsi seksual
Disfungsi seksual itu sendiri merupakan kondisi di mana fungsi seksual dalam
tubuh seseorang sudah mulai melemah. Kondisi itu dapat terjadi ketika kita masih
muda, maupun pada usia lanjut karena kondisi fisik dan mental yang semakin
16
berkurang. Kondisi disfungsi seksual dapat terjadi pada pria maupun wanita. Disfungsi
seksual disebabkan oleh berbagai gangguan dan penyakit, baik fisik maupun mental.
Penyakit fisik yang menyebabkan disfungsi seksual adalah diabetes mellitus (kencing
manis), anemia, kurang gizi, penyakit kelamin, penyakit otak dan sumsum tulang,
akibat operasi prostat pada pria, tumor atau kanker rahim pada wanita, menurunnya
hormon (pada pria maupun wanita), akibat pembedahan indung telur, penggunaan
narkoba, obat penenang, alkohol, dan rokok. Sedangkan penyakit mental yang
menyebabkan disfungsi seksual adalah psikosis schizoprenia, neurosis cemas, histerik,
obsesif-kompulsif, Disfungsi seksual harus dicari penanggulannya sebab dapat
menimbulkan masalah yang lebih besar jika tidak diatasi sejak dini. Impotensia,
misalnya, dapat timbul karena berbagai penyakit tubuh atau penyakit lokal didaerah alat
vital pria, seperti diabetes yang biasanya menyebabkan pria tidak mampu memiliki
gairah seksual. Untuk mengatasinya, penyakit diabetes sebaiknya harus diobati terlebih
dahulu. Sedangkan untuk mengobati frigiditas pada wanita dapat dilakukan dengan
faktor biologik (masa birahi pada saat ovulasi dan menstruasi), faktor psikologis
(menghilangkan rasa takut atau jijik), dan factor psikodinamik (menghilangkan rasa
kotor, takut ditolak pasangannya, dan sebagainya).
6. penganiyayaan seksual
Penganiyayaan seksual adalah semua tingkah laku seksual atau kecenderungan
untuk bertingkah laku seksual yang tidak diinginkan oleh seseorang baik verbal
(psikologis) atau fisik yang menurut si penerima tingkah laku sebagai merendahkan
martabat, penghinaan, intimidasi, atau paksaan Rentang pelecehan seksual ini sangat
luas, yakni meliputi: main mata, siulan nakal, komentar berkonotasi seks atau gender,
humor porno, cubitan, colekan, tepukan atau sentuhan di bagian tubuh tertentu, gerakan
tertentu atau isyarat yang bersifat seksual, ajakan berkencan dengan iming-iming atau
ancaman, ajakan melakukan hubungan seksual hingga perkosaan.
Analisis kasus
Tn. Toni mengatakan bahwa dia mengalami beberapa kesulitan untuk melakukan
hubungan suami istr.
Pada kasus dikatakan bahwa tn. toni memiliki penyakit diabetes mellitus dimana
penyakit tersebut dapat menganggu masalah seksualitas,dimana masalah seksualitasnya
termasuk dalam masalah disfungsi seksual. Dimana disfungsi seksual sendiri
disebabkan oleh berbagai gangguan dan penyakit, baik fisik maupun mental.salah satu
penyakit fisik yang menyebabkan disfungsi seksual adalah diabetes mellitus yang
17
dapat menyebabkan berkurangnya gairah seksual. Sehingga dengan begitu, tn. Toni
harus melakukan atau menjalani pengobatan diabetes mellitus terlrbih dahulu.
G. proses keperawatan dan seksualitas
Stres merupakan suatu respon fisiologis, psikilogis manusia yang mencoba untuk
mengadaptasi dan mengatur baik tekanan internal dan eksternal, Dan juga stress Stres
adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan yang terganggu,
suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat
dihindari, setiap orang mengalaminya, stres memberi dampak secara total pada individu
yang terhadap fisik, psikologis, intelektual, sosial dan spiritual, stres dapat mengancam
keseimbangan fisiologis (Rasmun, 2004). Yang dimaksud dengan stres (Hans Selye)
adalah respon tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya.
Misalnya bagaimana respon tubuh seseorang manakala yang bersangkutan mengalami
beban pekerjaan yang berlebihan. Bila ia sanggup mengatasinya artinya tidak ada
gangguan pada fungsi organ tubuh, maka dikatakan yang bersangkutan tidak
mengalami stres. Tetapi sebaliknya bila ternyata ia mengalami gangguan pada satu atau
lebih organ tubuh sehingga yang bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan fungsi
pekerjaannya dengan baik, maka ia disebut mengalami distres.
untuk mematikan respons stres dapat memiliki konsekuensi biologis dan mental yang
negatif bagi individu. Respons manusia yang sehat terhadap stres melibatkan tiga
komponen :
1. Kendali otak (yang memediasi) respons segera. Respons ini akan memberikan
sinyal ke medula adrenal untuk melepaskan epinefrin dan norepinefrin
2. Hipotalamus (area pusat di otak) dan kelenjar pituitari memulai (memicu) respons
yang lebih lambat sebagai respons mempertahankan dengan cara memberikan
sinyal ke korteks adrenal untuk melepaskan kortisol dan hormon lainnya
3. Sirkuit saraf yang terlibat dalam respons perilaku. Respons ini meningkatkan
gairah (kewaspadaan, kesadaran), memfokuskan perhatian, menghambat makan
dan perilaku reproduksi, mengurangi persepsi nyeri, dan perubahan perilaku.
Hasil gabungan dari ketiga komponen respons stres tersebut akan menjaga
keseimbangan internal (homeostasis) dan mengoptimalkan produksi dan pemanfaatan
energi. Respons tersebut juga mempersiapkan individu dengan sistem saraf simpatik.
Saraf simpatik beroperasi dengan meningkatkan denyut jantung, peningkatan tekanan
darah, mengarahkan aliran darah ke jantung, otot, dan otak, dan melepaskan bahan
18
bakar (glukosa dan asam lemak) untuk membantu memerangi masalah atau melarikan
diri dari bahaya.
Kondisi fisik dan psikologis seseorang seringkali saling terkait. Dari sakit fisik
bisa muncul gangguan psikologis. Sebaliknya pula, dari gangguan psikologis bisa
muncul sakit fisik. Dalam mengkaji hubungan di antara keduanya, analisis
permasalahan meliputi pencarian/penggalian dan penjelasan hubungan antara
kepribadian dan penyakit fisik yang diikuti dengan pendekatan penelitian kontemporer.
Apa sebenarnya perbedaan antara gangguan psikologis seperti cemas dan depresi
dengan gangguan fisik seperti penyakit infeksi dan kanker? Secara langsung, gangguan
psikologis dapat dijelaskan dengan mengetahui penyebab psikologis itu sendiri seperti
stres, pengalaman trauma, dan masalah kanak-kanak. Sementara itu, gangguan fisik
diakibatkan oleh penyebab fisik. Dari situ diketahui bahwa gangguan psikologis
seharusnya disembuhkan dengan sarana psikologi seperti psikoterapi dan terapi
perilaku, sedangan gangguan fisik disembuhkan secara medis.
Gangguan psikologis berkisar dari penyakit mental yang serius sampai kasus
yang depresi yang relatif ringan yang biasanya disebabkan ketidakseimbang biokimia,
sering dianggap sebagai keturunan. Hal ini terutama didukung oleh penelitian DNA. Di
sisi lain, jenis kepribadian tertentu ada yang mudah terkena penyakit jantung dan stres,
yang merupakan faktor utama dalam penyebab banyak penyakit fisik. Pengobatan
holistik dan terapi sejenisnya untuk penyakit fisik seringnya mempunyai komponen
psikologi yang besar seperti program manajemen stres, relaksasi, hingga pelatihan
pernafasan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Stres adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan yang
terganggu, suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan
19
tidak dapat dihindari, setiap orang mengalaminya, stres memberi dampak secara total
pada individu yang terhadap fisik, psikologis, intelektual, sosial dan spiritual, stres
dapat mengancam keseimbangan fisiologis (Rasmun, 2004). Respons manusia yang
sehat terhadap stres melibatkan tiga komponen :
1. Kendali otak (yang memediasi) respons segera. Respons ini akan memberikan sinyal
ke medula adrenal untuk melepaskan epinefrin dan norepinefrin
2. Hipotalamus (area pusat di otak) dan kelenjar pituitari memulai (memicu) respons
yang lebih lambat sebagai respons mempertahankan dengan cara memberikan sinyal
ke korteks adrenal untuk melepaskan kortisol dan hormon lainnya
3. Sirkuit saraf yang terlibat dalam respons perilaku. Respons ini meningkatkan gairah
(kewaspadaan, kesadaran), memfokuskan perhatian, menghambat makan dan
perilaku reproduksi, mengurangi persepsi nyeri, dan perubahan perilaku. Adapun
faktor yang mempengaruhi, yaitu : Intensitas, Sifat stressor, Jumlah stressor, Durasi
stressor , Pengalaman masa lalu,Tipe kepribadian.
DAFTAR PUSTAKA
1. Alhamdu. “Orientasi Seksual : Faktor, Pandangan Kesehatan dan Agama”. Studi
Literatur
2. Marliana, Sekar Dwi. 2013. “Identitas Seksualitas Remaja Dalam Film The Love Of
Siam”. Skripsi. Fakultas Komunikasi dan Informatika, Ilmu Komunikasi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta
3. Prasetyanti, Kartika Nurindah,. Dkk. 2012. “Konsep Seksualitas”. Fakultas Kedokteran.
Ilmu Keperawatan. Universitas Diponegoro
4. Zein, Laila Fariha,. Setiawan, Adib Rifqi. “Konsep Dasar Seksualitas”. Pelantan 13 Juni
2019.
5. Kaplan, Harold dkk. 1997. Sinopsis Psikiatri Jilid II Edisi Ketujuh. BinarupaAksara.
Jakarta.
6. Durand, V. M dan Barlow, D. H. 2006. Psikologi Abnormal (Edisi Keempat),
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
7. Stevens, PJM. 1999. Ilmu Keperawatan Jilid 2 Edisi 2. Jakarta: EGC
20
8. Santrock, John W. 2004. Life-Span Development. 9th ed. New York: McGraw-Hill.
Sheu HsiuChih. 2008.
9. Andarmoyo, S. 2012. Psikoseksual dalam Pendekatan Konsep dan Proses Keperawatan.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
10. Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
21