Anda di halaman 1dari 13

“ UPAYA PENCEGAHAN RISIKO &

HAZARD PADA SETIAP TAHAP


ASUHAN KEPERAWATAN “
: KELOMPOK 5

Aldie Rachmadani (1810913310021)


Farah Aulia Safitri (1810913120016)
Febriyanti Paramita Puteri (1810913320016)
Mahendra (1810913110015)
Nurahmasari (1810913220001)
Nurhana Khofifah (1810913120007)
Putri Sari Ulfa Halimah Tusaddiah (1810913320017)
Rania (1810913220018)
Rifka Adelina (1810913120008)
Robiatul Adawiyah (1810913120001)
KASUS
 
Data Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan,
menunjukkan sebanyak 7.000 tenaga kesehatan (Nakes) terinfeksi hepatitis B.
Sebanyak 4.900 di antaranya disebabkan karena tertusuk jarum suntik, dan hanya
2.200 yang terinfeksi dari populasi. Hal ini menunjukkan jika tenaga kesehatan
menjadi profesi yang paling rawan tertular hepatitis B.
Penularan virus hepatitis B terjadi dalam insiden ‘kecelakaan’. Kecelakaan berupa
tertusuk jarum terjadi saat Nakes mencoba menutup jarum suntik terutama saat
selesai melakukan tindakan seperti setelah selesai melakukan pemberian obat atau
pengambilan sampel darah. Dengan metode penutupan yang salah dan kurang hati-
hati, banyak Nakes yang akhirnya tertusuk jarum.
“Rata-rata empat dari tindakan menutup jarum suntik bekas pakai, satu diantaranya
tertusuk jarum,” Peneliti Hepatitis dari Universitas Indonesia, dr Lukman Hakim
Tarigan MMedSc, ScD, di Jakarta, kemarin.
Upaya Mencegah dan
Meminimalkan Risiko dan Hazard
A. Upaya pencegahan dari rumah sakit / tempat kerja :
1. Memberikan imunisasi hepatitis pada semua tenaga kesehatan
yang berkerja dan belum mendapat imunisasi hepatitis
sebelumnya, terlebih pada tenaga kesehatan yang mempunyai
resiko tinggi tertular.
2. Rutin mengadakan konseling dan rutin mengadakan
pemeriksaan kesehatan berkala kepada tenaga kesehatan,
terutama pada tenaga kesehatan yang bergelut di tempat
berisiko terkena kecelakaan kerja
3. Memberikan pendidikan, pengetahuan kepada seluruh tenaga
kesehatan tentang cara menutup jarum suntik yang benar, tidak
membahayakan, dan sesuai dengan prosedur.
4. Menyediakan tempat sampah khusus jarum
dan benda benda tajam yang sesuai dan
praktis.
5. Menyediakan semua alat pelindung diri bagi
tenaga kesehatan yang sesuai dengan standar
keselamatan
6. Menyediakan lingkungan kerja yang aman
dan nyaman. Seperti kelengkapan
perlengkapan kerja dan lain lain.
B. Upaya pencegahan pada perawat :
1. Membentengi diri dengan imunisasi seperti imunisasi hepatitis
sebagai upaya preventif awal bagi diri sendiri
2. Menggunakan APD yang lengkap seperti : Handscoone, masker,
dan google jika diperlukan
3. Selalu menerapkan tindakan aseptic terhadap semua klien
4. Menanamkan sikap kehati-hatian, konsentrasi yang tinggi, dan
ketenangan saat bekerja terutama saat melakukan tindakan yang
berisiko ke pasien.
5. Memahami prosedur penggunaan jarum suntik dan cara selesai
digunakan terutama saat menutup jarum suntik.
6. Memahami prosedur dan pertolongan awal apabbila terjadi sesuatu
yang membahayakan
7. Menyiapkan peralatan dengan lengkap seperti menyiapkan bengkok
sebagai tempat awal pembuangan jarum suntik
Alur Pelaporan
A. Alur pelaporan sesuai SOP
Sebagai petugas kesehatan yang bekerja di lingkungan rumah
sakit penting untuk mengetahui apa itu Needle Stick
Injury. Needle Stick Injury atau NSI merupakan istilah untuk
kecelakaan kerja yang dialami oleh petugas kesehatan yang
disebabkan karena tertusuk jarum atau tertusuk benda medis tajam
yang sudah terkontaminasi cairan infeksius dari pasien. Jika kita
mengalami kejadian NSI :
1. langkah pertama yang harus kita lakukan adalah menyiram
luka pada area tusukan di air mengalir dalam jumlah yang
banyak menggunakan sabun antiseptik sampai darah tidak
keluar lagi.
2. Langkah selanjutnya yang dilakukan petugas terpapar adalah
wajib melaporkan kepada penanggung jawab ruang atau
penanggung jawab pengawasan perawatan agar dibuatkan
kronologi kejadian yang meliputi kedalaman tusukan, jumlah
darah yang keluar, bagian tubuh yang tertusuk, serta status
sumber pajanan untuk kemudian dikaji ulang status sumber
pajanan dari Rekam Medis Pasien dengan mengisi Formulir
Paska Pajanan 1 (PP 1).
B. Pelaporan Insiden Kecelakaan Kerja
1. Setiap petugas yang mengalami insiden atau kecelakaan kerja
karena tertusuk jarum setelah tindakan pada pasien atau tertusuk
jarum bekas, jarum infuse, pisau bedah dan benda tajam lainnya yang
berhubungan dengan pasien segera di bawa ke UGD untuk diberi
pertolongan pertama.
2. Apabila korban tertusuk jarum dengan pasien hepatitis atau
penyakit infeksi lain, maka petugas yang mengalami kecelakaan kerja
diberi pertolongan di UGD untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan
lanjutan di poli pegawai.
3. Setelah mendapatkan pertolongan, petugas atau rekan korban
melaporkan kejadian kecelakaan kerja tetapi langsung pada atasan.
4. Atasan korban segera membuat laporan insiden atau kecelakaan
kerja dengan formulir laporan insiden pada jam kerja ditanda tangani
pelapor dan diketahui oleh atasan langsung.
5. Atasan langsung akan memeriksa laporan dan melakukan
investigasi sederhana penyebab terjadinya kecelakaan.
6. Setelah selesai melakukan investigasi, laporan hasil investigasi
dan laporan insiden dilaporkan ke ketua komite mutu K3RS dalam
waktu 2x24 jam setelah terjadinya insiden atau kecelakaan kerja.
7.Komite mutu K3RS akan menganalisa kembali hasil investigasi
dan laporan insiden untuk menentukan apakah perlu dilakukan
investigasi lanjutan.
8. Hasil investigasi lanjutan, rekomendasi dan rencana kerja
dilaporkan ke direksi.
9. Rekomendasi untuk perbaikan dan pembelajaran diberikan
umpan blik kepada unit kerja terkait.
10.Unit kerja membuat analisa dan trend kejadian insiden atau
kecelakaan kerja di unit kerjanya masing-masing setiap 1 bulan 1x
Organisasi IPCN Rumah Sakit

PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi)

Tujuan pengorganisasian PPI adalah mengidentifikasi dan


menurunkan resiko infeksi yang dapat serta ditularkan di
antara pasien, staf, tenaga profesiona kesehatan, tenaga
kontar, tenaga sukarela, mahasiswa, dan pengunjung.
Maksud dan Tujuan Standar PPI
Kegiatan PPI menjangkau ke dalam setiap unit di rumah
sakit dan melibatkan staf klinis dan nonklinis di berbagai unit
kerja, antara lain departemen klinik, fasilitas pemeliharaan,
dapur, kerumahtanggaan, laboratorium, farmasi, dan unit
sterilisasi. Rumah sakit menetapkan mekanisme untuk
mengatur koordinasi kegiatan PPI. Sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, pimpinan rumah sakit membentuk
organisasi pengelola kegiatan PPI di rumah sakit dan
menetapkan tanggung jawab dan tugas meliputi:
1) menetapkan definisi infeksi terkait layanan kesehatan;
2) metode pengumpulan data (surveilans);
3) membuat strategi/program menangani risiko PPI;
4) proses pelaporan.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai