Data Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan, menunjukkan sebanyak 7.000 tenaga kesehatan (Nakes) terinfeksi hepatitis B. Sebanyak 4.900 di antaranya disebabkan karena tertusuk jarum suntik, dan hanya 2.200 yang terinfeksi dari populasi. Hal ini menunjukkan jika tenaga kesehatan menjadi profesi yang paling rawan tertular hepatitis B. Penularan virus hepatitis B terjadi dalam insiden ‘kecelakaan’. Kecelakaan berupa tertusuk jarum terjadi saat Nakes mencoba menutup jarum suntik terutama saat selesai melakukan tindakan seperti setelah selesai melakukan pemberian obat atau pengambilan sampel darah. Dengan metode penutupan yang salah dan kurang hati- hati, banyak Nakes yang akhirnya tertusuk jarum. “Rata-rata empat dari tindakan menutup jarum suntik bekas pakai, satu diantaranya tertusuk jarum,” Peneliti Hepatitis dari Universitas Indonesia, dr Lukman Hakim Tarigan MMedSc, ScD, di Jakarta, kemarin. Upaya Mencegah dan Meminimalkan Risiko dan Hazard A. Upaya pencegahan dari rumah sakit / tempat kerja : 1. Memberikan imunisasi hepatitis pada semua tenaga kesehatan yang berkerja dan belum mendapat imunisasi hepatitis sebelumnya, terlebih pada tenaga kesehatan yang mempunyai resiko tinggi tertular. 2. Rutin mengadakan konseling dan rutin mengadakan pemeriksaan kesehatan berkala kepada tenaga kesehatan, terutama pada tenaga kesehatan yang bergelut di tempat berisiko terkena kecelakaan kerja 3. Memberikan pendidikan, pengetahuan kepada seluruh tenaga kesehatan tentang cara menutup jarum suntik yang benar, tidak membahayakan, dan sesuai dengan prosedur. 4. Menyediakan tempat sampah khusus jarum dan benda benda tajam yang sesuai dan praktis. 5. Menyediakan semua alat pelindung diri bagi tenaga kesehatan yang sesuai dengan standar keselamatan 6. Menyediakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman. Seperti kelengkapan perlengkapan kerja dan lain lain. B. Upaya pencegahan pada perawat : 1. Membentengi diri dengan imunisasi seperti imunisasi hepatitis sebagai upaya preventif awal bagi diri sendiri 2. Menggunakan APD yang lengkap seperti : Handscoone, masker, dan google jika diperlukan 3. Selalu menerapkan tindakan aseptic terhadap semua klien 4. Menanamkan sikap kehati-hatian, konsentrasi yang tinggi, dan ketenangan saat bekerja terutama saat melakukan tindakan yang berisiko ke pasien. 5. Memahami prosedur penggunaan jarum suntik dan cara selesai digunakan terutama saat menutup jarum suntik. 6. Memahami prosedur dan pertolongan awal apabbila terjadi sesuatu yang membahayakan 7. Menyiapkan peralatan dengan lengkap seperti menyiapkan bengkok sebagai tempat awal pembuangan jarum suntik Alur Pelaporan A. Alur pelaporan sesuai SOP Sebagai petugas kesehatan yang bekerja di lingkungan rumah sakit penting untuk mengetahui apa itu Needle Stick Injury. Needle Stick Injury atau NSI merupakan istilah untuk kecelakaan kerja yang dialami oleh petugas kesehatan yang disebabkan karena tertusuk jarum atau tertusuk benda medis tajam yang sudah terkontaminasi cairan infeksius dari pasien. Jika kita mengalami kejadian NSI : 1. langkah pertama yang harus kita lakukan adalah menyiram luka pada area tusukan di air mengalir dalam jumlah yang banyak menggunakan sabun antiseptik sampai darah tidak keluar lagi. 2. Langkah selanjutnya yang dilakukan petugas terpapar adalah wajib melaporkan kepada penanggung jawab ruang atau penanggung jawab pengawasan perawatan agar dibuatkan kronologi kejadian yang meliputi kedalaman tusukan, jumlah darah yang keluar, bagian tubuh yang tertusuk, serta status sumber pajanan untuk kemudian dikaji ulang status sumber pajanan dari Rekam Medis Pasien dengan mengisi Formulir Paska Pajanan 1 (PP 1). B. Pelaporan Insiden Kecelakaan Kerja 1. Setiap petugas yang mengalami insiden atau kecelakaan kerja karena tertusuk jarum setelah tindakan pada pasien atau tertusuk jarum bekas, jarum infuse, pisau bedah dan benda tajam lainnya yang berhubungan dengan pasien segera di bawa ke UGD untuk diberi pertolongan pertama. 2. Apabila korban tertusuk jarum dengan pasien hepatitis atau penyakit infeksi lain, maka petugas yang mengalami kecelakaan kerja diberi pertolongan di UGD untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan lanjutan di poli pegawai. 3. Setelah mendapatkan pertolongan, petugas atau rekan korban melaporkan kejadian kecelakaan kerja tetapi langsung pada atasan. 4. Atasan korban segera membuat laporan insiden atau kecelakaan kerja dengan formulir laporan insiden pada jam kerja ditanda tangani pelapor dan diketahui oleh atasan langsung. 5. Atasan langsung akan memeriksa laporan dan melakukan investigasi sederhana penyebab terjadinya kecelakaan. 6. Setelah selesai melakukan investigasi, laporan hasil investigasi dan laporan insiden dilaporkan ke ketua komite mutu K3RS dalam waktu 2x24 jam setelah terjadinya insiden atau kecelakaan kerja. 7.Komite mutu K3RS akan menganalisa kembali hasil investigasi dan laporan insiden untuk menentukan apakah perlu dilakukan investigasi lanjutan. 8. Hasil investigasi lanjutan, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan ke direksi. 9. Rekomendasi untuk perbaikan dan pembelajaran diberikan umpan blik kepada unit kerja terkait. 10.Unit kerja membuat analisa dan trend kejadian insiden atau kecelakaan kerja di unit kerjanya masing-masing setiap 1 bulan 1x Organisasi IPCN Rumah Sakit
PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi)
Tujuan pengorganisasian PPI adalah mengidentifikasi dan
menurunkan resiko infeksi yang dapat serta ditularkan di antara pasien, staf, tenaga profesiona kesehatan, tenaga kontar, tenaga sukarela, mahasiswa, dan pengunjung. Maksud dan Tujuan Standar PPI Kegiatan PPI menjangkau ke dalam setiap unit di rumah sakit dan melibatkan staf klinis dan nonklinis di berbagai unit kerja, antara lain departemen klinik, fasilitas pemeliharaan, dapur, kerumahtanggaan, laboratorium, farmasi, dan unit sterilisasi. Rumah sakit menetapkan mekanisme untuk mengatur koordinasi kegiatan PPI. Sesuai dengan peraturan perundang-undangan, pimpinan rumah sakit membentuk organisasi pengelola kegiatan PPI di rumah sakit dan menetapkan tanggung jawab dan tugas meliputi: 1) menetapkan definisi infeksi terkait layanan kesehatan; 2) metode pengumpulan data (surveilans); 3) membuat strategi/program menangani risiko PPI; 4) proses pelaporan. Terimakasih