Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN KEPATUHAN

PELAKSANAAN EARLY WARNING SYSTEM


DI RUANG RAWAT INAP DEWASA
Nelly Hermala Dewi 1, Lisnawati Yupartini 2
1
Penulis utama, 2Penulis anggota
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
E-mail: nelly.hd@untirta.ac.id

ABSTRAK

Sistem pengenalan dini (early warning system) penurunan kondisi pasien adalah komponen pertama dari rantai
keselamatan (“Chain of survival). Early Warning Score (EWS) adalah suatu alat untuk memprediksi penurunan kondisi
pasien yang secara rutin didapatkan dari pemeriksaan tekanan darah, nadi, kesadaran, sistem pernapasan dan lain-lain,
ang diharapkan dapat mengatasi keadaan yang mengancam jiwa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan
tingkat pengetahuan perawat dengan kepatuhan pelaksanaan early warning system di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Daerah dr. Dradjat Prawiranegara Serang. Jenis penelitian ini analitik desain cross sectional yang dilakukan di
ruang rawat inap RSUD Dr. Dradjat Prawiranegara Serang dari bulan Februaril sampai Maret 2022 dengan jumlah
sampel 76 perawat. Alat pengumpulan data adalah kuesioner dan lembar observasi. Analisis menggunakan univariat
dengan distribusi frekuensi dan analisis bivariat dengan uji chi-square. Hasil penelitian didapatkan 69,7% mempunyai
pengetahuan kurang baik dan 72,4% kurang patuh melaksanakan EWS dan code blue. Hasil analisis bivariat
menunjukkan terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan pelaksanaan EWS (0,011). Berdasarkan hasil
penelitian ini diharapkan kepada Bidang Diklat RSUD Dradjat Prawiranegara Serang untuk mengadakan inhouse
training EWS untuk perawat sehingga pelaksanaan EWS dapat dilaksanakan lebih optimal.

Kata kunci: Pengetahuan, early warning sistem,

PENDAHULUAN medical error dan merupakan penyebab kematian ke-3


setelah penyakit jantung dan kanker.(James, 2013)
Patient Safety (keselamatan pasien) merupakan
komponen dasar dari pelayanan kesehatan yang Kebijakan rumah sakit dalam penanganan korban
berkualitas. Prinsip utama pelayanan kesehatan adalah dengan henti jantung tidak terbatas hanya pada respon
(First, do no harm), sehingga program keselamatan terhadap korban dengan henti jantung tetapi juga
pasien harus menjadi prioritas pengembangan untuk meliputi strategi pencegahan yang melibatkan seluruh
dapat dilakukan secara optimal di rumah sakit, komponen rumah sakit. Sistem pengenalan dini
sehingga upaya-upaya dalam peningkatan keselamatan penurunan kondisi pasien (early warning system)
pasien harus dilaksanakan dengan efektif dan efisien. adalah komponen pertama dari rantai keselamatan
Kejadian kegawatan medis termasuk henti jantung (“Chain of survival). sistem pencegahan ini penting
dapat terjadi kapan saja dan di mana saja, tidak terbatas mengingat banyaknya kegagalan rumah sakit dalam
kepada pasien, tetapi dapat terjadi pada keluarga mengenali secara dini gejala dan penurunan kondisi
pasien, bahkan karyawan rumah sakit. Pasien dengan pasien, atau bereaksi lambat untuk mencegah kejadian
kegawatan medis seringkali dengan permasalahan yang henti jantung. Sebagian besar kasus kardiorespirasi
kompleks yang memerlukan resusitasi dengan segera arrest yang terjadi di rumah sakit secara umum
dan tahapan-tahapan yang sistematis untuk menentukan didahului dengan periode penurunan kondisi klinis
penyebab definitifnya. Kegagalan mengenali secara yang harus secara dini dikenali.
dini, respon yang tidak sesuai terhadap kondisi pasien,
dan penelusuran sebab secara definitive yang tidak American Heart Association/ European Resuscitation
tepat akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas Council tahun 2015 mengharuskan bahwa setiap rumah
pasien. sakit harus memiliki sistem respon yang optimal
terhadap penurunan kondisi (pasien kritis) untuk
Kurangnya pemahaman dan keterampilan dalam mencegah terjadinya henti jantung baik pada area
penatalaksanaan pasien kritis dapat menyebabkan perawatan maupun non perawatan. Kementrian
terjadinya medical error. Error dapat meliputi factor kesehatan RI dalam petunjuk akreditasi rumah sakit
manusia, problem peralatan, obat-obatan, problem juga memberi amanat bahwa pelayanan resusitasi harus
teknis medis ataupun kesalahan dalam menilai derajat seragam di rumah sakit dan diarahkan oleh kebijakan
kondisi pasien. Meskipun ilmu dan teknologi telah dan prosedur yang sesuai.
berkembang, ternyata angka kejadian medical error
masih cukup tinggi, laporan tahun 2013 di Amerika Diperlukan suatu sistem atau strategi terhadap
Serikat. Setiap tahun terdapat 440.000 kematian akibat penurunan kondisi pasien di rumah sakit, resusitasi
secara optimal dan memastikan bahwa tindakan optimal, dan motivasi untuk melakukan early warning
bantuan hidup dasar dan lanjut dilakukan secara efektif system masih kurang. Menurut Notoatmodjo (2007)
terhadap pasien dengan kegawatan medis termasuk yang mengutip dari Lewin perilaku ketaatan pada
kejadian henti jantung. Sistem ini melibatkan sumber individu sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
daya manusia yang terlatih, peralatan dan obat-obatan pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi
yang lengkap dengan standar operasional prosedur setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu.
yang baku, yang disebut dengan code blue system. Pengetahuan merupakan hal yang sangat
Aktivasi code blue system yang ideal harus mampu mempengaruhi terbentuknya perilaku seseorang.
memfasilitasi resusitasi pada pasien dengan kegawatan Pengetahuan perawat tentang early warning system
medis dan kondisi henti jantung dengan respon yang yang rendah yang dapat menimbulkan kesadaran yang
adekuat. Meliputi response time, standar tim resusitasi, rendah pula yang berdampak dan berpengaruh pada
standar peralatan, dan standar perawatan paska perilaku perawat dalam melakukan monitoring
resusitasi. terhadap pasien akibatnya dapat terjadi komplikasi
kasus gawat darurat dan bahkan terjadi henti nafas dan
Early Warning Score (EWS) adalah suatu alat yang henti jantung.
dikembangkan untuk memprediksi penurunan kondisi
pasien yang secara rutin didapatkan dari pemeriksaan
tekanan darah, nadi, kesadaran, sistem pernapasan dan Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan
lain-lain. Dengan pengenalan secara dini kondisi yang tingkat pengetahuan perawat dengan kepatuhan
mengancam jiwa diharapkan dapat dilakukan respon pelaksanaan early warning system di Ruang Rawat
yang sesuai termasuk melakukan assessment ulang Inap Rumah Sakit Umum Daerah dr. Dradjat
secara detail, meningkatkan monitoring pasien, Prawiranegara Serang 2019
melapor ke kepala perawat atau dokter jaga,
melaporkan ke dokter penanggung jawab pasien atau
jika diperlukan aktivasi Medical emergency team/code METODE PENELITIAN
blue team apabila memenuhi kriteria pemanggilan.
Diharapkan dengan sistem ini kegawatan secara dini Jenis penelitian ini analitik dengan pendekatan secara
dapat dikenali, dan dapat dilakukan resusitasi segera potong lintang (cross sectional). Penelitian ini
serta perawatan pasien sesuai dengan level dilaksanakan dari bulan Februari-April 20229,
kegawatannya, apakah dapat dilakukan perawatan pengumpulan data dilaksanakan pada bulan sFebruari-
lanjutan di bangsal atau harus dilakukan perawatan di Maret 2022 di ruang rawat inap dewasa RSUD dr.
HCU atau ICU. Secara umum Early warning dan Code Dradjat Prawiranegara Serang. Jumlah sampel dalam
blue system rumah sakit akan meningkatkan penelitian ini adalah 76 orang.
kemampuan petugas kesehatan dalam mengenali tanda
kegawatan dan aktivasi sistem emergency, Pengumpulan data dilakukan pada perawat ruang rawat
mempercepat Response time, meningkatkan kualitas inap RSUD dr. Drajat Prawiranegara Serang. Teknik
resusitasi dan penatalaksanaan paska resusitasi, pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan adalah menggunakan instrumen berupa kuesioner
mortalitas pasien kritis di rumah sakit. pengetahuan EWS dan lembar observasi kepatuhan
pelaksanaan EWS dan code blue.
Belum optimalnya fungsi pencegahan pada sistem
Code Blue di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan
Dradjat Prawiranegara memiliki dampak yang besar program SPSS. Analisis univariat terdiri dari variabel
terhadap morbiditas dan mortalitas pasien. pasien yang jenis kelamin, lama bekerja, tingkat pendidikan dan
mengalami penurunan kondisi di area perawatan tidak kepatuhan pelaksanaan EWS dengan analisis deskriptif
termonitor dengan baik, sehingga tindakan yang sesuai untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi.
tidak dapat dilakukan sehingga kondisi yang lebih Analisis bivariat dilakukan dengan uji Chi Square
buruk termasuk henti jantung dan henti napas tidak antara variabel pengetahuan dan kepatuhan
dapat dicegah. Hal ini dapat menyebabkan angka pelaksanaan EWS dan code blue.
admisi pasien ke ICU meningkat dengan prognosis
yang buruk, Tidak ada respon yang optimal dari tim HASIL DAN PEMBAHASAN
resusitasi apabila dijumpai pasien yang mengalami
kondisi kritis di area perawatan (termasuk response Gambaran Beban Kerja Perawat
time, jumlah tim resusitasi, maupun kualifikasi tim Pengetahuan (Knowledge) adalah suatu proses dengan
resusitasi) sehingga kualitas resusitasi tidak efektif dan menggunakan pancaindra yang dilakukan seseorang
berdampak pada keberhasilan resusitasi yang rendah. terhadap objek tertentu dapat menghasilkan
Secara umum meningkatnya morbiditas dan mortalitas pengetahuan dan keterampilan (Hidayat, 2007).
pasien yang mengalami penurunan kondisi di rumah Berdasarkan tabel 1 bahwa sebagian besar mempunyai
sakit. pengetahuan EWS kurang baik yaitu sebanyak 53
(69,7%) responden. Hal tersebut terjadi karena
Walaupun sudah ada panduan melakukan early kurangnya mendapat informasi dan pengalaman latihan
warning system, tapi masih banyak perawat yang melaksanakan EWS pada perawat ruang rawat inap
mendokumentasikan early warning system belum secara berkesinambungan.
secara dini dan bila perlu mencari bantuan dokter/
Menurut teori Bloom dalam Gulo (2005), secara garis perawat yang kompeten untuk memastikan bahwa
besar pengetahuan dibagi menjadi 6 tingkatan yaitu tindakan resusitasi dilakukan secara efektif. Pengenalan
tahu, memahami, aplikasi, analysis, synthesis dan secara dini dengan menggunakan sistem skoring yaitu
evaluasi. Pengetahuan merupakan aspek kognitif paling memonitor penurunan kondisi pasien di rumah sakit
rendah tetapi paling penting dalam membentuk dengan menilai parameter klinis pasien, menilai skor
tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan dan melakukan intervensi dan terapi sesuai dengan skor
EWS dan Code Blue yang baik dapat meningkatkan EWS. Sistem skoring ini tidak bisa menggantikan
kepatuhan perawat dalam pelaksanaan Early Warning sepenuhnya pemeriksaan klinis pasien secara lengkap,
System. pemeriksaan secara lengkap tetap diperlukan untuk
dapat menilai pasien secara komprehensif. Saat
Early Warning Score (EWS) adalah suatu alat yang melaksanakan EWS responden hanya melihat lembar
dikembangkan untuk memprediksi penurunan kondisi checklist dan melakukan checklist, tidak sesuai dengan
pasien yang secara rutin didapatkan dari pemeriksaan apa yang sedang dilaksanakan, yaitu pelaksanaan EWS
tekanan darah, nadi, kesadaran, sistem pernapasan dan dilakukan secara bersamaan dalam 1 waktu, walaupun
lain-lain. Dengan pengenalan secara dini kondisi yang pekerjaan tersebut belum dilaksanakan, yaitu semua
mengancam jiwa diharapkan dapat dilakukan respon dikerjakan pada saat pendokumentasian asuhan
yang sesuai termasuk melakukan assessment ulang keperawatan.
secara detail, meningkatkan monitoring pasien,
melapor ke kepala perawat atau dokter jaga, Faktor yang mempengaruhi kepatuhan perawat
melaporkan ke dokter penanggung jawab pasien atau diantaranya adalah pendidikan, tingginya pendidikan
jika diperlukan aktivasi Medical emergency team/code seorang perawat dapat meningkatkan kepatuhan dalam
blue team apabila memenuhi kriteria pemanggilan. melaksanakan kewajibannya, sepanjang bahwa
Diharapkan dengan sistem ini kegawatan secara dini pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif.
dapat dikenali, dan dapat dilakukan resusitasi segera Adanya dukungan sosial dari pimpinan rumah sakit,
serta perawatan pasien sesuai dengan level kepala perawat, perawat itu sendiri dan teman-teman
kegawatannya, apakah dapat dilakukan perawatan sejawat juga sangat berpengaruh, lingkungan
lanjutan di bangsal atau harus dilakukan perawatan di berpengaruh besar pada pelaksanaan prosedur asuhan
HCU atau ICU. Secara umum Early warning dan Code keperawatan yang telah ditetapkan. Supervisi oleh
blue system rumah sakit akan meningkatkan kepala ruangan, lingkungan yang harmonis dan positif
kemampuan petugas kesehatan dalam mengenali tanda akan membawa dampak yang positif pula pada
kegawatan dan aktivasi sistem emergency, kinerja perawat, kebalikannya apabila supervisi tidak
mempercepat Response time, meningkatkan kualitas dilaksanakan lingkungan negatif akan membawa
resusitasi dan penatalaksanaan paska resusitasi, dampak buruk pada proses pemberian pelayanan
sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan asuhan keperawatan.
mortalitas pasien kritis di rumah sakit.
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pendokumentasian
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pemngetahuan Praktik Keselamatan Pasien Di Ruang Operasi
Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD dr. Dradjat RSUD dr. Dradjat Prawiranegara Serang 2018
Prawiranegara Serang 2018 Kepatu
Tingkat Persentase han Perse
Frekuensi Frek
Pengetahuan (%) Pelaksa ntase
uensi
Kurang Baik 53 69,7 naan (%)
Baik 23 30,3 EWS
Total 76 100,0 Kurang 55 72,4
Patuh
Patuh 21 27,6
Gambaran Kepatuhan Pendokumentasian Praktik Total 76 100,0
Keselamatan Pasien

Kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan dan Hubungan Pengetahuan Perawat dengan
berdisiplin. Kepatuhan petugas profesional (perawat) Kepatuhan Pelaksanaan Early Warning System
adalah sejauh mana perilaku seorang perawat sesuai
dengan ketentuan yang telah diberikan pimpinan Kepatuhan individu baru dapat menjadi optimal jika
perawat ataupun pihak rumah sakit (Niven, 2012). perubahan perilaku terjadi melalui proses
Observasi terhadap responden dilaksanakan sebanyak 3 internalisasi, dimana perilaku yang baru itu
kali kepada masing-masing responden. Berdasarkan dianggap bernilai positif bagi diri individu dan
table 2 diketahui sebagian besar responden kurang diintegrasikan dengan nilai-nilai lain dari hidupnya.
patuh melaksanakan EWS dan code blue yaitu Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 20 perawat dengan
sebanyak 55 (72,4%) responden. pengetahuan kurang baik sebagian besar 43 (81,1%)
kurang patuh dalam melaksanakan EWS dan code blue.
EWS merupakan suatu strategy dimana perawat Jika dibandingkan dengan perawat dengan pengetahuan
mampu mengidentifikasi keadaan pasien memburuk baik lebih sedikit kurang patuh dalam melaksanakan
EWS dan code blue 12 (52,2%) dari 23 perawat ruang yang sesuai termasuk melakukan assessment ulang
rawat inap. secara detail, meningkatkan monitoring pasien,
melapor ke kepala perawat atau dokter jaga,
Hasil uji statistik dengan tingkat kepercayaan 95% melaporkan ke dokter penanggung jawab pasien atau
diperoleh nilai p sebesar 0.011 (p< α) yang berarti H 0 jika diperlukan aktivasi Medical emergency team/code
ditolak artinya terdapat hubungan yang bermakna blue team apabila memenuhi kriteria pemanggilan.
antara pengetahuan dengan pelaksanaan EWS dan code Diharapkan dengan sistem ini kegawatan secara dini
blue. Sedangkan Nilai Odd Ratio (OR) sebesar 3,942 dapat dikenali, dan dapat dilakukan resusitasi segera
(1,353 – 11,480) artinya bahwa perawat dengan serta perawatan pasien sesuai dengan level
pengetahuan kurang baik berisiko 3,942 kali lebih kegawatannya, apakah dapat dilakukan perawatan
besar melaksanakan EWS dan code blue kurang baik. lanjutan di bangsal atau harus dilakukan perawatan di
HCU atau ICU. Secara umum Early warning dan Code
Niven (2012) menyebutkan proses internalisasi blue system rumah sakit akan meningkatkan
kepatuhan perilaku dapat dicapai jika petugas atau kemampuan petugas kesehatan dalam mengenali tanda
pimpinan tersebut merupakan seseorang yang dapat kegawatan dan aktivasi sistem emergency,
dipercaya (kredibilitasnya tinggi) yang dapat membuat mempercepat Response time, meningkatkan kualitas
individu memahami makna dan penggunaan perilaku resusitasi dan penatalaksanaan paska resusitasi,
tersebut serta membuat mereka mengerti akan sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan
pentingnya perilaku tersebut bagi kehidupan mereka mortalitas pasien kritis di rumah sakit.
sendiri. Memang proses internalisasi ini tidaklah
mudah dicapai sebab diperlukan kesediaan individu Alur early warning system pasien dewasa dimulai saat
untuk mengubah nilai dan kepercayaan mereka agar dilakukan monitoring vital sign oleh perawat jaga dan
menyesuaikan diri dengan nilai atau perilaku yang baru dilakukan pemeriksaan terhadap 7 parameter fisiologis.
(Teori The Health Belief Model). Parameter ini adalah laju pernapasan, saturasi oksigen,
penggunaan suplementasi O2, tekanan darah sistolik,
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dengan temperatur, laju jantung, dan kesadaran, dengan
semakin kurang pengetahuan responden tentang EWS masing-masing memiliki skor 1. Setelah menentukan
dan Code Blue, maka responden menunjukakan skoring EWS pasien kemudian dilakukan
semakin tidak patuh. Hal ini sangat relevan dengan pengeompokan sesuai skor yang didapat. Pada pasien
teori The Health Belief Model. Teori ini dituangkan stabil di bangsal dengan 0, maka monitong dan
dalam lima segi pemikiran dalam diri individu, yang evaluasi dilakukan secara berkala setiap 8 jam. Jika
mempengaruhi upaya yang ada dalam diri individu skor 1 – 4 termasuk katagori risiko rendah, yang
untuk menentukan apa yang baik bagi dirinya, yaitu selanjutnya dilakukan assessment oleh perawat senior
perceived susceptibility (kerentanan yang dirasakan/ (respon time maksimal 5 menit), eskalasi perawatan
diketahui), perceived severity (bahaya yang dirasakan), (manajemen nyeri, demam, trapi oksigen, dll), jika
perceived benefit of action (manfaat yang dirasakan diperlukan assessmenet dilakukan oleh dokter jaga dan
dari tindakan yang diambil), perceived barrier to action konsultasi pada dokter penanggung jawab pasien. Pada
(hambatan yang dirasakan akan tindakan yang keadaan ini monitoring dan evaluasi ditingkatkan
diambil), cues to action (isyarat untuk melakukan setiap 4 jam. Jika mendapatkan skor 5-6 respon yang
tindakan). Hal tersebut dilakukan dengan tujuan self harus dilakukan adalah assessment segera oleh dokter
efficacy atau upaya diri sendiri untuk menentukan apa bangsal dengan respon time maksimal 5 menit, eskalasi
yang baik bagi dirinya. Ditinjau dari proses terjadinya perawatan dan terapi, juga dengan meningkatkan
perubahan perilaku dalam Health Belief Model (HBM), frekuensi monitoring minimal 1 jam, dengan
perilaku akan berubah salah satunya yaitu jika individu mengkonsultasika pada dokter penanggung jawab
diberikan pemahaman tentang keuntungannya. pasien, jika diperlukan dipindahkan ke area yang
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan juga bahwa sesuai/ area dengan fasilitas bed side monitor (HCU).
sangat sedikit responden yaitu sebesar 11, 1% dengan Jika skor 7 atau lebih ( katagori risiko tinggi), maka
pengetahuan baik namun dapat patuh melaksanakan respon selanjutnya adalah melakukan resusitasi
EWS terhadap pasien. Analisis peneliti bahwa hal ini (bebaskan jalan napas, support oksigenasi dan
dapat terjadi dikarenakan proses internalisasi motivasi sirkulasi) dan monitoring secara kontinyu, mengambil
sudah terjadi pada responden tersebut, motivasi troli emergensi termasuk defibrillator, aktivasi/ telpon
merupakan suatu proses emosi dan proses psikologis tim medis reaksi cepat, memanggil dokter jaga bangsal
dan bukan logis. Motivasi pada dasarnya merupakan dan mengkonsultasika pada dokter penanggung jawab
proses yang tidak disadari (Swanburg, 2009). Jadi pasien. Jika pasien mengalami henti jantung (nadi
dalam individu responden tersebut sudah timbul karotis tidak teraba, lakukan resusitasi jantung paru
motivasi sepenuh hati untuk melaksanakan EWS. (RJP), aktivasi henti jantung pada tim medis
emergency.
Early Warning Score (EWS) adalah suatu alat yang
dikembangkan untuk memprediksi penurunan kondisi TME akan menganalisis informasi dan mengaktifkan
pasien yang secara rutin didapatkan dari pemeriksaan tim code blue yang terdekat pada lokasi dengan respon
tekanan darah, nadi, kesadaran, sistem pernapasan dan time maksimal 5 menit. Jika terdapat gejala dan tanda
lain-lain. Dengan pengenalan secara dini kondisi yang lain diluar 7 parameter fisologis dan tim primer
mengancam jiwa diharapkan dapat dilakukan respon menyatakan terdapat tanda yang mengancam jiwa
secara langsung, maka dapat pula mengaktifkan code pelaksanaan asuhan keperawatan yang profesional.
blue kegawatan medis. Manajemen paska resusitasi Perawat salah satu komponen utama pemberi layanan
adalah menenutukan level of care pasien (LOC) dengan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran penting
nilai 0, 1, 2, 3, kemudian mentransportasikan ke area karena terkait langsung dengan pemberi asuhan
yang sesuai. Pasien dengan LOC 0, yaitu pasien keperawatan kepada pasien sesuai dengan kemampuan
dengan kondisi stabil dilakukaan perawatan di bangsal yang dimiliki. Perawat sebagai bagian dari tim
umum, pasien dengan LOC 1 yaitu pasien dengan pelayanan kesehatan dan perawat merupakan bagian
potensial penurunan kondisi terapi masih cukup stabil dari tim yang mengadakan kontak terbanyak dengan
dilakukan perawatan di bangsal uumum dengan pasien, sehingga memegang peranan dalam
pengawasan khusus dari tim spesialis. Pasien dengan menentukan patient safety dalam melakukan
LOC 2 pasien yang memerlukan observasi ketat dan monitoring dan deteksi dini terhadap kegawatan serta
intervensi termasuk support untuk single organ aktifasi keadaan kritis untuk mencegah kejadian henti
dilakukan perawatan di high care unit (HCU). Pasien jantung.
dengan LOC 3 yaitu pasien dengan support pernapsan
lanjut atau support pernapasan dasar dengan sekurang- Walaupun sudah ada panduan melakukan early
kurangnya support 2 organ sistem lainnya dilakukan warning system, tapi masih banyak perawat yang
perawatan di ruang perawatan intesif (ICU). Pasien mendokumentasikan early warning system belum
dengan problem stadium terminal/ do not resuscitate optimal, dan motivasi untuk melakukan early warning
(DNR) dilakukan perawatan lanjutan sesuai standar system masih kurang. Menurut Notoatmodjo (2007)
prosedur pasien paliatif. Kesimpulannya penentuan yang mengutip dari Lewin perilaku ketaatan pada
LOC sangat berperan untuk menentukan tindakan individu sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
perawatan yang terbaik sehingga dapat mncegah pasien pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi
pada kondisi perburukan/ henti jantung. setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu.
Pengetahuan merupakan hal yang sangat
Kualitas pelayanan kesehatan yang bermutu tentunya mempengaruhi terbentuknya perilaku seseorang.
hanya dapat dihasilkan oleh sumber daya yang Pengetahuan perawat tentang early warning system
berkualitas, sarana dan prasarana yang mendukung, yang rendah yang dapat menimbulkan kesadaran yang
serta sistem manajerial dan kepemimpinan yang rendah pula yang berdampak dan berpengaruh pada
efektif. Manusia adalah kunci keberhasilan suatu perilaku perawat dalam melakukan monitoring
organisasi. Rumah sakit, sumber daya manusia, baik terhadap pasien akibatnya dapat terjadi komplikasi
tenaga kesehatan maupun non kesehatan adalah kasus gawat darurat dan bahkan terjadi henti nafas dan
penggerak utama institusi pemberi jasa pelayanan henti jantung.
kesehatan. Perawat sebagai suatu profesi, secara
profesional harus mampu memberikan pelayanan
keperawatan yang berkualitas serta mampu mencapai manajemen post operas
tingkat kepuasan dan memenuhi harapan klien melalui

Tabel 3 Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Pelaksanaan EWS


di RSUD RSUD dr. Drajat Prawiranegara Serang 2019

Kepatuhan Pelaksanaan
EWS OR
Total Nilai p
Pengetahuan Kurang ( 95% CI)
Patuh
Patuh
n % N % n % 0.011 3,942
Kurang Baik 43 81,1 10 18,9 53 100,0 (1,353 –
Baik 12 52,2 11 47,8 23 100,0 11,480)
Jumlah 55 72,4 21 27,6 76 100,0

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan pada penelitian ini bahwa sebagian besar


responden mempunyai pengetahuan kurang baik, dan
sebagian besar responden kurang patuh melaksanakan
EWS dan code blue. Terdapat hubungan bermakna
antarapengethuan perawat dengan kepatuhan
pelaksanaan EWS di Ruang Rawat Inap RSUD Dr.
Dradjat Prawiranegara Serang tahun 2019.

Saran
Bagi bidang diklat RSUD Dradjat Prawiranegara prediction in emergency department patients
Bidang Diklat RSUD Dradjat Prawiranegara Serang with community-acquired pneumonia: results
untuk mengadakan inhouse training EWS untuk from a 6-year prospective cohort study. BMJ
perawat dan drill secara berkala dan berkelanjutan. open, 6(9), e011021. doi:10.1136/bmjopen-
2015-011021
Bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan
penelitian pada hal lain seperti Re Desain Early
warning dan code blue sistem dengan metode FMEA
(Failure Mode Effect Analysis).

DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association (2015) American Heart


Association Guidelines for Cardio Pulmonary
Resuscitation and Emergency Cardiovascular
Care in: Circulation .

Goeschel, A (2012) Translation of Evidence into


Nursing and Health Care Practice.

Graves. J (2007) Code Blue Mnaual. Royal Brisbane&


Womens Hospital Service District. Quensland.

National Early Warning Score (NEWS) (2012)


Standardising the assessment of acute-illness
severity in the NHS, Royal College of
Physicans. London.

Notoatmodjo (2010). Metodelogi Penelitian. Rineka


Cipta. Jakarta

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 1691/Menkes/Per/ VIII/2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Kementerian Kesehatan. Jakarta.

Psirides. A. Pedersen. A (2015) Proposal for A


National New Zealand Early Warning Score&
Vital Sign Chart. Wellingngton Regional
Hospital.

James, John T (2013) A new, Evidence-based Estimate


of Patient Harms associated with Hospital
Care Journal of Patient Safety September
2013 Volume 9 Issue 3.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2015)


Pedoman Nasional Keselamatan Pasien
Rumah Sakit. Jakarta.

Bilben, B., Grandal, L., & Søvik, S. (2016). National


Early Warning Score (NEWS) as an
emergency department predictor of disease
severity and 90-day survival in the acutely
dyspneic patient - a prospective observational
study. Scandinavian journal of trauma,
resuscitation and emergency medicine, 24, 80.
doi:10.1186/s13049-016-0273-9

Sbiti-Rohr, D., Kutz, A., Christ-Crain, M., Thomann,


R., Zimmerli, W., Hoess, C., … ProHOSP
Study Group (2016). The National Early
Warning Score (NEWS) for outcome

Anda mungkin juga menyukai