Anda di halaman 1dari 8

PENGALAMAN PERAWAT DALAM PENATALAKSANAAN PENGAKTIFAN CODE

BLUE SYSTEM PADA KASUS PASIEN HENTI NAFAS DAN HENTI JANTUNG DI
RSUD WANGAYA DENPASAR
NURSE EXPERIENCE IN CODE BLUE SYSTEM ACTIVATION MANAGEMENT
IN THE CASE OF PATIENTS WITH RESPIRATORY ARREST AND CARDIAC
ARREST IN WANGAYA HOSPITAL DENPASAR
IPutuEkaSurya1 , NiKomangSukraandini , S . Kep . Ns . , MNS2 ,
3
NiLuhPutuDevhy , S . KM , M . Kes
1
RSUD Wangaya Kota Denpasar1
2
STIKesWiraMedika Bali2
3
STIKesWiraMedika Bali3
Email : iputuekasurya.nurse@gmail.com

ABSTRAK
Pendahuluan :Henti nafas merupakan berhentinya pernafasan spontan karena gangguan jalan nafas baik
parsial maupun total atau disebabkan oleh gangguan pusat pernafasan, sumbatan jalan nafas sedangkan Henti
jantung adalah penghentian mendadak sirkulasi normal darah karena kegagalan jantung berkontraksi. Code blue
system merupakan salah satu kode prosedur emergensi yang harus segera diaktifkan jika ditemukan seseorang
dan kondisi henti nafas dan henti jantung. Tujuan penelitian ini adalah Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
gambaran Pengalaman Perawat dalam Penatalaksanaan Pengaktifan Code Blue System Pada Kasus Pasien
Henti Nafas dan Henti Jantung. Metode :Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif penomenologi. Partisipan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak lima orang,
dengan tehnik purposive sampling. Hasil penelitian didapatkan empat tema utama yaitu Pemahaman perawat
tentang henti nafas dan henti jantung, Pemahaman perawat tentang code blue system, Penerapan pengaktifan
code blue system dan Hambatan dan solusi dalam pengaktifan code blue system.Diskusi : Perawat ruang rawat
inap RSUD Wangaya Denpasar dapat lebih meningkatkan pengetahuan dalam penatalaksanaan pengaktifan
code blue system pada pasien dengan kondisi henti nafas dan henti jantung, sehingga dapat menekan angka
kematian pada pasien diruang rawat inap yang masih memiliki harapan hidup yang tinggi.
Kata kunci :henti nafas, henti jantung, code blue system

ABSTRACT
Introduction :Respiratory arrest is the cessation of spontaneous breathing due to airway disorders both partially
and totally or caused by a respiratory center disorder, airway obstruction. While Cardiac arrest is the sudden
cessation of normal circulation of blood due to heart failure to contract. The Code blue system is one of the
codes of emergency procedures that must be activated immediately if someone is found and the condition of
breathing stops and cardiac arrest. The purpose of this study was to conduct an overview of the Nurse's
Experience in the Management of Activation of the Code Blue System in Cases of Stopping Breath Patients and
Cardiac Stopping.Methods :This study uses qualitative research methods with a descriptive phenomenological
approach, the participants used in this study were as many as five people, with purposive sampling
technique.Results :the study found four main themes, namely the understanding of nurses about stopping
breathing and cardiac arrest, nurses' understanding of the code blue system, application of activation of code
blue systems and barriers and solutions in activating the code blue system.
Keywords: stop breathing, heart failure, code blue system.

PENDAHULUAN edema laring akibat trauma, atau tumor),


Henti nafas atau respiratory arrest gangguan paru (infeksi, aspirasi, edema
merupakan berhentinya pernafasan paru, kontusio paru) dan gangguan
spontan karena gangguan jalan nafas baik neuromuskular (Miastenia Gravis)
parsial maupun total atau disebabkan oleh (Subagjo dkk, 2011 ; Hardisman, 2014).
gangguan pusat pernafasan, sumbatan Henti jantung atau cardiac arrest adalah
jalan nafas (benda asing, muntahan, penghentian mendadak sirkulasi normal
darah karena kegagalan jantung cardiac arrest pada ruang rawat inap
berkontraksi (Suharsono dan Ningsih, dalam 3 bulan terakhir (Mei – Juli 2018)
2009) yaitu : bulan Mei terdapat 40 kasus, bulan
Henti jantung secara statistik banyak
Juni terdapat 49 kasus, bulan Juli terdapat
terjadi diluar rumah sakit dan perlu
39 kasus.
mendapatkan penanganan yang cepat Suatu sistem atau strategi
dan tepat untuk mencegah komplikasi. pencegahan kejadian henti jantung
Penelitian di Amerika Serikat ditemukan dirumah sakit dan memastikan bahwa
400.000 - 460.000 kasus henti jantung tiap tindakan ba ntuan hidup dasardan lanjutan
tahun diluar rumah sakit dan Ventrikuler dapat dilakukan dengan efektif. Sistem ini
Fibrilasi serta Pulsesles Ventrikular melibatkan sumber daya manusia yang
takikardi sekitar 40-50% menjadi terlatih, peralatan dan obat-obatan yang
penyebab kematian (Suharsono dan lengkap dengan standar operasional
ningsih, 2009). Di Indonesia belum prosedur yang baku, sehingga disebut
didapatkan yang jelas mengenai jumlah dengan code blue system.Menurut
prevalensi angka kejadian henti nafas dan American Heart Association (AHA)
henti jantung, namun diperkirakan sekitar 2015Code bluesystem merupakan salah
10.000 orang per tahun yang berarti 30 satu kode prosedur emergensi yang harus
orang per hari mengalami henti jantung, segera diaktifkan jika ditemukan
dimana kejadian terbanyak dialami oleh seseorang dan kondisi cardiac respiratory
penderita jantung koroner. Kematian yang arrest. Aktivasi sistem emergency dan
diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah resusitasi kejadian henti jantung di rumah
seperti jantung koroner dan stroke sakit, yang melibatkan seluruh komponen
diperkirakan akan terus akan mengalami sumber daya manusia (medis dan non
peningkatan mencapai 23,3 juta kematian medis), sarana (peralatan dan obat-
pada tahun 2030 (Depkes, 2014). Provinsi obatan) sistem (SPO) serta mekanisme
Bali khususnya Kota Denpasar juga belum kontrol dan evaluasi. Sistem ini termasuk
terdapat data tentang kasus henti jantung aktivasi sistem kegawatdaruratan di
tetapi ditemukan data pada tahun 2013 rumah sakit dengan satu nomor telpon
prevalensi penyakit jantung koroner aktivasi code blue yang langsung
sebanyak 0.7% dan penyakit gagal terhubung dengan tim medis dengan
jantung sebanyak 0,1% yang berisiko kemampuan bantuan hidup lanjut yang
mendapatkan serangan jantung dan disebut dengan Code Blue Team. Tim ini
terjadi henti jantung (Pranata, dkk, 2013). terdiri dari dokter dan perawat terlatih
Sedangkan data yang diperoleh dari bantuan hidup lanjut yang berespon
instalasi Rekam Medis RSUD Wangaya terhadap panggilan dari kriteria/kondisi
Denpasar untuk kasus henti jantung atau spesifik dari pasien. Pencegahan henti
jantung di rumah sakit memerlukan kepada penolong untuk mengaktifkan
edukasi dari staf, monitoring pasien yang sistem emergensi terpadu di rumah sakit.
Data yang diperoleh dari Instalasi
optimal dan sistem yang dapat
Rekam Medis RSUD Wangaya 2018,
mengaktifkan respon emergency secara
belum terdapat data khusus terkait
efektif. Sistem pencegahan ini penting
dengan penatalaksanaan code blue
mengingat banyaknya kegagalan rumah
system, tetapi data yang ditemukan hanya
sakit dalam kemampuan mengenali
jumlah pasien meninggal yang mengalami
secara dini gejala dan penurunan kondisi
cardic arrest diruang rawat inap dalam 3
pasien, atau bereaksi lambat untuk
bulan terakhir yaitu bulan Mei sebanyak
mencegah kejadian henti jantung.
Menurut buku pedoman Code Blue 40 kasus, bulanJuni sebanyak 49 kasus
System RSUD Wangaya Denpasar 2016, dan bulan Juli sebanyak 39 kasus
penatalaksaan sistem code blue system kematian. Setelah dilakukan menelusuran
yang efektif di rumah sakit memerlukan data pada bukulaporan perawat dalam 24
sistem / regulasi yang mengatur seperti : jam disetiap ruang rawat inap ditemukan
SDM baik medis dan non medis yang pada bulan Mei terdapat 5 kali pengaktifan
terlibat dalam proses resusitasi, sarana code blue systemdari 40 kasus cardiac
dan prasarana termasuk obat / peralatan arrest, bulan Juni terdapat 8 kali
emergency. Tim Respon Cepat Kode Biru pengaktifan code blue system dari 49
(RCKB) merupakan satuan tugas yang kasus cardiac arrest, dan bulan Juli
dibentuk untuk menangani terdapat 5 kali pengaktifan code blue
kegawatdaruratan di lingkungan RSUD system dari 39 kasus cardiac arrest.
Data yang diperoleh dari hasil
Wangaya Denpasar termasuk di
wawancara terhadap 2 orang partisipan
didalamnya keadaan henti nafas dan henti
yang memiliki pengalaman dalam
jantung yang melibatkan semua
pengaktifan code blue system di RSUD
komponen rumah sakit (medis dan non
Wangaya Denpasar dapat disimpukan :
medis). Anggota dari Tim RCKB terdiri dari
(1) partisipan A sudah memahami tentang
: Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
code blue system yang ada di rumah
(DPJP), Dokter Spesialis Anastesi sebagai
sakit, tetapi dalam pelaksanaannya
koordinator Tim RCKB, Dokter Spesialis
ditemukan kedala seperti tim code blue
Kardiologi, Dokter IGD (MOD), Perawat
yang datang hanya petugas keamanan
ICU/ICCU, Perawat Ruangan, Farmasi,
(satpam), sehingga pada dalam
Satuan pengamanan. RSUD Wangaya
penerapannya menggunakan sistem yang
telah mendesain nomor telpon untuk
lama yaitu dengan menelpon dokter MOD.
aktivasi code blue system yaitu “111”,
(2) partisipan B, dalam suatu kondisi
bertujuan memberikan akses / kemudahan
emergency tentunya akan banyak faktor
yang bisa muncul sehingga membuat kita Penelitian ini dilakukan di RSUD
tidak bisa berpikir tenang yang berujung Wangaya Denpasar.Penelitian ini akan
pada kepanikan. Inilah yang dialami oleh dilakukan pada Oktober - November 2018
partisipan B, pada saat menemukan dengan melakukan wawancara semi
pasien dengan cardiac respiratory errest terstruktur secara mendalam terhadap
karena berada dalam kondisi yang panik partisipan, dalam hal ini perawat yang
sehingga partisipan B lupa untuk bertugas di ruang rawat inap RSUD
menjalankan code blue system, tetapi Wangaya Denpasar. Proses pengolahan
partisipan B sudah mengetahui tentang data dilakukan setiap kali peneliti
keberadaan sistem tersebut. memperoleh informasi atau data dari
partisipan.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini menggunakan metode HASIL
penelitian kualitatif dengan pendekatan Karakteristik Partisipan dalam
fenomenologi. Metode ini mengekplorasi penelitian ini adalah perawat yang
secara langsung pengalaman partisipan, bertugas di ruang rawat inap RSUD
menganalisa dan mendeskripsikan Wangaya Denpasar yang telah memenuhi
pengalaman partisipan/fenomena yang kriteria inklusi dan eksklusi dengan
diteliti melalui penggungkapan intuisi karakteristik yaitu : umur antara 25-30
peneliti secara maksimal terhadap tahun berjumlah 2 orang (40%), umur
fenomena yang diteliti (Polit & Beck, diatas 30-35 tahun berjumlah 2 orang
2012).Tujuan dari penelitian kualitatif (40%), umur diatas 35-40 tahun berjumlah
deskriptif ini adalah untuk memberikan 1 orang (20%). Berdasarkan alamat
gambaran fenomena yang diteliti dari partisipan, sejumlah 2 orang (40%)
partisipan yang selanjutnya memunculkan berasal dari kota Denpasar, 1 orang (20%)
teori (Afiyanti & Rachmawati,2014). berasal dari kabupaten Badung, 1 orang
Fenomenologi merupakan pengalaman (20%) berasal dari kabupaten Gianyar, 1
yang fenomenal yang dipersepsikan orang (20%) berasal dari kabupaten
secara subjektif oleh partisipan atau Tabanan. Berdasarkan kualifikasi
pelajaran tentang kesadaran persepsi pendidikan DIII sebanyak 3 orang (60%)
seseorang (Moleong, 2010). Dalam dan pendidikan Ners sebanyak 2 orang
penelitian ini peneliti mengekplorasi (40%). Berdasarkan masa kerja di Rumah
pengalaman perawat dalam Sakit sebanyak 2 orang (40%) dengan
penatalaksanaan pengaktifan code blue masa kerja 1-4 tahun, 1 orang (20%)
system pada kasus pasien henti nafas dan dengan masa kerja 4-8 orang, 1 orang
henti jantung di RSUD Wangaya. (20%) dengan masa kerja 8-12 tahun, dan
1 orang (20%) dengan masa kerja 12-16
tahun. Berdasarkan kepemilikan sertifikat konsep-konsep, teori-teori dan hasil
BHD yang masih aktif sebanyak 5 orang peneliti sebelumnya, Peneliti ini telah
(100%) dengan pelatihan BHD pada tahun mengidentifikasikan empat tema utama,
2017. dimana tema-tema yang teridentifikasi
Berdasarkan hasil wawancara dan
adalah (1) Pemahaman perawat tentang
oservasi dari 5 partisipan didapatkan 4
henti nafas dan henti jantung,
tema yang menunjukan pengalaman
mengidentifikasi dengan cepat kondisi
Perawat Dalam Penatalaksanaan
pasien yang mengalami henti nafas dan
Pengaktifan Code Blue System Pada
henti jantung sudah dapat dilakukan oleh
Kasus Pasien Henti Nafas dan Henti
partisipan yaitu dengan cara melihat
Jantung di RSUD Wangaya Denpasar,
pergerakan dada untuk mengetahui
yaitu: 1) Pemahaman perawat tentang
terjadinya henti nafas serta meraba
henti nafas dan henti jantung, dengan sub
denyutan nadi carotis untuk mengetahui
tema yaitu Pergerakan dada dan denyutan
terjadinya henti jantung. (2) Pemahaman
nadi carotis, (2) Pemahaman perawat
perawat tentang code blue system,Sistem
tentang code blue system, dengan sub
penanganan emergency pada kasus henti
tema yaitu Prosedur Emergency dan
nafas dan henti jantung yang disebut
sistem untuk mempercepat pertolongan.
dengan code blue system merupakan
(3) Penerapan pengaktifan code blue
prosedur emergency yang harus dimiliki
system, dengan sub tema yaitu
oleh rumah sakit. dimana sistem ini
Melakukan RJP, mengaktifkan code blue
diharapakan dapat mencegah angka
system dan pengambilan troley
mortalitas pada pasien. (3) Penerapan
emergency, serta menelpon nomor
pengaktifan code blue system,Dalam
emergency rumah sakit. (4) Hambatan
penerapan pengaktifan code blue system
dan solusi dalam pengaktifan code blue
dirumah sakit harus didukung oleh
system, dengan sub tema yaitu
beberapa faktor seperti ketersedian
Keterbatasan jumlah troley emergency
fasilitas dan sarana, kemampuan SDM
dan letak sangat jauh, kesulitan
serta sistem pengaktifan code blue
menghubungi call emergency papa malam
system yang telah dibuat harus dipahami
hari, alat pengeras suara tidak terdengar
oleh seluruh petugas rumah sakit,
keseluruh ruangan, tim code blue
sehingga penerapannya berjalan sesuai
datangnya lama, dan menghubungi dokter
standar yang tersedia. (4) Hambatan dan
MOD dan tim code blue lainnya.
solusi dalam pengaktifan code blue

PEMBAHASAN system, Penanganan hambatan yang

Interprestasi hasil penelitian dilakukan terjadi dalam pengaktifan code blue

dengan cara membandingkan dengan system disesuaikan dengan hambatan


yang ditemukan sehingga dalam
penelitian ini hambatan yang teridentifikasi sub tema yaitu Keterbatasan jumlah troley
dari partisipan adalah Keterbatasan emergency dan letak sangat jauh,
jumlah troley emergency dan letak sangat kesulitan menghubungi call emergency
jauh, Kesulitan menghubungi call papa malam hari, alat pengeras suara
emergency pada malam hari, Alat tidak terdengar keseluruh ruangan, tim
pengeras suara tidak terdengar keseluruh code blue datangnya lama, dan
ruangan serta Tim code blue datangnya menghubungi dokter MOD dan tim code
lama. Dari sekian hambatan yang blue lainnya.
Saran yang dapat diajukan
ditemukan oleh partisipan sehingga solusi
berdasarkan hasil penelitian dan
yang diambil untuk mengatasi hambatan
pembahasan adalah sebagai berikut :
tersebut adalah dengan menghubungi
Perawat ruang rawat inap RSUD
dokter MOD dan tim code blue lainnya,
Wangaya Denpasar dapat lebih
sehingga sistem pengaktifan code blue
meningkatkan pengetahuan dalam
dapat dilaksanakan.
penatalaksanaan pengaktifan code blue
SIMPULAN DAN SARAN system pada pasien dengan kondisi henti
Berdasarkan hasil penelitian yang nafas dan henti jantung, sehingga dapat
telah dilakukan didapatkan fenomenologi menekan angka kematian pada pasien
Pengalaman Perawat Dalam diruang rawat inap yang masih memiliki
Penatalaksanaan Pengaktifan Code Blue harapan hidup yang tinggi, Hasil penelitian
System Pada Kasus Pasien Henti Nafas ini diharapkan bisa menjadi refrensi
dan Henti Jantung di RSUD Wangaya pembelajaran bagi mahasiswa
Denpasar, sebagai berikut : (1) keperawatan STIKes Wira Medika Bali,
Pemahaman perawat tentang henti nafas mengenai teori penatalaksanaan
dan henti jantung, dengan sub tema yaitu pengaktifan code blue system pada
Pergerakan dada dan denyutan nadi pasien henti nafas dan henti jantung dan
carotis, (2) Pemahaman perawat tentang sebagai bahan acuan untuk
code blue system, dengan sub tema yaitu mengembangkan penelitian ini lebih lanjut,
Prosedur Emergency dan sistem untuk Diharapkan dapat menjadi acuan dalam
mempercepat pertolongan. (3) Penerapan mengembangkan ilmu penatalaksanaan
pengaktifan code blue system, dengan pengaktifan code blue system pada
sub tema yaitu Melakukan RJP, pasien henti nafas dan henti jantung
mengaktifkan code blue system dan dilingkungan rumah sakit, selain itu
pengambilan troley emergency, serta perawat dapat membagi informasi dan
menelpon nomor emergency rumah sakit. pengetahuan sehingga nantinya dapat
(4) Hambatan dan solusi dalam meningkatkan upaya penanganan kasus
pengaktifan code blue system, dengan henti nafas dan henti jantung, serta
Hendaknya penelitian ini dapat 6. Krisanty, P. (2009). Asushan
dikembangkan oleh peneliti berikutnya Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta:
terkait dengan penatalaksanaan Trans Info Medika.
pengaktifan code blue system, baik 7. American Heart Association (2015).
penelitian dengan metode kualitatif Guidellines For Resuscitation and
maupun kuantitatif dan dapat menjadi Emergency Cardiovasculare Care.
sumber ilmu dalam peningkatan 8. Judy Graves, J. (2007). Code Blue
penanganan pasien henti nafas dan henti manual, Royal Brisbane & Womens
jantung. Hospital Service District, Quensland.
9. Mansjoer, A,.Suprohaita, Wardhani

KEPUSTAKAAN WI,. & Setiowulan, (2011). Kapita

1. Suharsono, T., dan Ningsih, D.K. Selekta Kedokteran edisi 2. Jakarta :

(2008). Penatalaksanaan Henti EGC

Jantung Diluar Rumah Sakit, Malang: 10. Muttaqin, A. 2009. Buku Ajar Asuhan

UMM Press. Keperawatan dengan Gangguan

2. Hardisman. (2014). Gawat Darurat Sistem Pernafasan. Jakarta :

Medis Praktis. Yogyakarta : Gosyen Salemba Medika.

Publishing. 11. Hackley, Baughman, 2009.

3. Subagjo, A,. Achyar, Ratnaningsih, E., Keperawatan Medikal-Bedah.

Sugiman, T., Kosasis, A.,Agustinus,R. Jakarta : EGC.

(2011). Buku Panduan Khusus 12. Muttaqin, A. 2009. Pengantar Asuhan

Bantuan Hidup Dasar. Jakarta : Keperawatan Klien dengan

Perhimpunan Dokter Spesialis Gangguan Sistem Kardiovaskular.

Kardioavaskular Indnesia. Jakarta : Salemba Medika

4. Pranata, S., Fauziah, Y., Budisuari, 13. Ulfah AR. 2010. Advance Cardiac Life

M.A., dan Kusrini, A. 2013. Riset Support, Pusat Jantung Nasional

Kesehatan Dasar Dalam Angka Harapan Kita. Jakarta : ECG

Provinsi Bali 2013. Jakarta: Badan 14. Kowalak, J.P. 2011. Buku Ajar

Penelitian dan Pengembangan Patofisiologi. Jakarta

Kesehatan (BPPK) RI. 15. Notoatmodjo, S. 2012. Metodelogi

5. Departemen Kesehatan RI. (2014). Penelitian Kesehatan. Jakarta Rineka

Lingkungan Sehat Jantung Sehat Cipta.

(http://www.depkes.go.id/article/view/2 16. Darmawan, R. 3013. Pengalaman

01410080002/ lingkungan sehat- Usability dan Antarmuka Grafis :

jantung-sehat.html diakses tanggal 8 Sebuah penelusuran Teoritis, ITB

Agustus 2018 pukul 15.30 WITA) Journal of Visual Art and Design.
Bandung Remaja Rosdakarya
17. Afiyanti, Y danRachmawati, I. N.
2014.Metodelogi Penelitian Kualitatif
dalam Riset Keperawatan. Jakarta
Rajawali Press
18. Moleong, L. J. 2014. Metodelogi
Penelitian Kualitatif. Bandung Remaja
Rosdakarya
19. Polit, D. F & Hungler, B. P (2012).
Nursing Research : Principle and
Methods. Philadelphia : Lippincot.
20. Creswell, J. W. 2010. Research
Design : Pendekatan Kualitatif, dan
Mixed. Yogyakarta : PT Pustaka
Pelajar.
21. Sugiono. 2013. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.
Bandung : Alfabeta
22. Satori, D & Komariah, A., 2013.
Metode Penelitian Kualitatif.
Bandung :alfabeta.
23. Nursalam.2011b. Konsep dan
Penerapan Metodelogi Penelitian
Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi,
Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan, Edisi 2, Jakarta :
Salemba.
24. Notoatmodjo, S. 2012. Metodelogi
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai