Anda di halaman 1dari 10

STUDI FENOMENOLOGI : PENGALAMAN KETIDAKBERHASILAN

CARDIOPULMONARY RESUSCITATION PADA PASIEN CARDIAC ARREST DI UNIT


GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT ADVENT BANDAR LAMPUNG
hanya mampu menyediakan sejumlah 10-
Mayer Derold Panjaitan , Busjra M.30%
1 Nurdari aliran
2, and Watidarah normal3 ke jantung dan
Jumaiyah
1
Nursing Student in the Faculty of Nursing Muhammmadiyah University of Jakarta
2
Lecturer in Faculty of Health Medicine Muhammadiyah University of Jakarta
3
Lecturer in Faculty of Nursing Muhammadiyah University of Jakarta
Correspondence email address : maderpanbres@yahoo.co.id

ABSTRAK
Resusitasi jantung paru merupakan suatu tindakan life saving untuk mempertahankan
kesempatan hidup setelah berhentinya jantung. Kemampuan merespon dengan cepat dan efektif
dalam situasi serangan jantung tergantung pada tim resusitasi yang kompeten, sementara
kurangnya keterampilan tim resusitasi teridentifikasi sebagai faktor yang berkontribusi untuk
hasil yang buruk pada serangan jantung. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi
pengalaman partisipan terkait ketidakberhasilan CPR pada pasien cardiac arrest di unit gawat
darurat Rumah sakit Advent Bandar Lampung, menggunakan rancangan penelitian kualitatif
dengan pendekatan fenomenologi deskriptif yang melibatkan perawat yang bertugas di unit
gawat darurat. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dan dianalisis berdasarkan
pendekatan analisa Colaizzi. Informasi mendalam tentang bagaimana pengalaman partisipan
terkait ketidakberhasilan cardiopulmonary resuscitation pada pasien cardiac arrest di unit
gawat darurat Rumah Sakit Advent Bandar Lampung peneliti mendapatkan 4 tema yaitu;
pengetahuan perawat tentang cardiac arrest, kesiapan perawat dalam penanganan pasien
cardiac arrest, ketidakberhasilan CPR pada pasien cardiac arrest, dan manfaat mengikuti
pelatihan kegawatdaruratan. Diharapkan perawat selalu memperbaharui ilmu dan keterampilan
tentang tehnik CPR untuk meningkatkan kemampuan.

Kata Kunci : Pengalaman, Ketidakberhasilan, CPR, Cardiac Arrest

PHENOMENOLOGY STUDY: EXPERIENCE OF UNSUCCESSFUL


CARDIOPULMONARY RESUSCITATION OF PATIENTS WITH
CARDIAC ARREST IN EMERGENCY ROOM
HOSPITAL ADVENTIST BANDAR LAMPUNG

ABSTRACT
One of the important part of the emergency services is the process of resuscitation of patients in
emergency and life-threatening conditions. The ability to respond quickly and effectively to a
situations of heart attack lies in nurses competence in performing safety procedures of
cardiopulmonary resuscitation. On the other side, lack of skills of resuscitation is identified as
factor that contribute to poor outcomes of nursing intervention. The aim of this study is to explore
the experiences of nurses related to unsuccessful CPR in patients who has cardiac arrest. This
study used a qualitative design with descriptive phenomenology approach to nurses in the
emergency room. Data collected through interviews analyzed by Colaizzi analysis. In-depth
information about how the experiences of nurses related to unsuccessful of CPR to patients with
cardiac arrest in emergency room Bandar Lampung Adventist Hospital get four theme; level of
knowledge about cardiac arrest, readyness of nursing to be able trough CPR, unsuccessful of
CPR, and emergency training. The expected that nurses will always update their knowledge and
skills on CPR techniques to improve their skills.

Keywords : Experience, Unsuccessful, CPR, Cardiac Arrest.


PENDAHULUAN 0,55 per 1000. Berdasarkan American Hearth
Association (2016), prevalensi kejadian henti
Kasus Cardiac arrest atau henti jantung jantung di United States pada tahun 2014
merupakan suatu kondisi di mana sirkulasi diperkirakan 356.500 pasien diluar rumah
darah normal tiba-tiba berhenti sebagai sakit, hanya 12% kejadian yang ditangani di
akibat dari kegagalan jantung untuk UGD dan 209.000 pasien mengalami henti
berkontraksi secara efektif. Di negara maju jantung di rumah sakit.
seperti Amerika Serikat, henti jantung masih
menjadi masalah masyarakat paling utama. Di Indonesia sendiri belum didapatkan data
Kualitas dari cardiopulmonary resuscitation yang jelas mengenai jumlah prevalensi
(CPR) atau Resusitasi jantung Paru (RJP) kejadian henti jantung di kehidupan sehari-
memberi pengaruh sangat besar terhadap hari atau di luar rumah sakit, namun
angka ketahanan hidup, menurut catatan diperkirakan sekitar 10.000 warga per
bahwa CPR yang dilakukan sesuai pedoman tahun yang berarti 30 orang per hari
30-40% ke otak sehingga perawat pemberi mengalami henti jantung. Kejadian terbanyak
resusitasi harus mampu memberikan RJP dialami oleh penderita jantung koroner.
dengan kualitas terbaik dan sedini mungkin, Kematian yang disebabkan oleh penyakit
(Elazazay, 2012). jantung pembuluh darah, terutama penyakit
jantung koroner dan stroke diperkirakan akan
Resusitasi adalah usaha untuk perbaikan terus meningkat mencapai 23,3 juta
tanda vital secara mekanis, fisiologis, dan kematian pada tahun 2030 (Depkes, 2014).
farmakologis. Resusitasi jantung paru telah
digunakan untuk lebih dari 30 tahun. Laju Berdasarkan data dari unit gawat darurat
keberhasilan, diartikan sebagai kembalinya rumah sakit Advent Bandar Lampung,
tanda vital adekuat dengan kemampuan jumlah kunjungan UGD dari tahun 2016
hidup jangka panjang tanpa komplikasi sampai bulan Mei 2017 semakin meningkat.
kecacatan, tetap distres rendah. Prosedur ini Pada tahun 2016 jumlah kunjungan UGD
didasarkan pada massase jantung eksternal, dalam satu tahun sebanyak 17.972 pasien,
dimulai tahun 1960-an, dan menggunakan sedangkan pada tahun 2017 dari bulan
obat IV, yang telah diperbaharui secara terus- Januari sampai dengan bulan Mei jumlah
menerus sepanjang dekade ini (Hudak, C. M kunjungan pasien ke UGD sebanyak 8500
dan Gallo, B. M, 2010). CPR dilakukan pada pasien. Dari jumlah tersebut, terdapat kasus
pasien yang mengalami henti jantung atau henti jantung rata-rata 10-15 kasus setiap
cardiac arrest. Henti jantung merupakan bulannya.
keadaan dimana terjadinya penghentian
mendadak sirkulasi normal darah ditandai Penatalaksanaan pelayanan
dengan menghilangnya tekanan darah arteri. kegawatdaruratan yang diberikan pada
Hal ini dapat mengakibatkan asistol, fibrilasi pasien yang datang ke UGD memerlukan
ventrikel dan takikardia ventrikel tanpa nadi standar sesuai dengan kompetensi dan
(Hardisman, 2014). kemampuan sehingga dapat menjamin
suatu penanganan gawat darurat dengan
Black, J. M. & Hawks, J. H, (2014) waktu tanggap yang cepat dan penanganan
mengatakan bahwa kematian jantung yang tepat. Hal ini dapat dicapai dengan
mendadak didefenisikan sebagai kematian meningkatkan sarana, prasarana, sumber
akibat berhentinya fungsi jantung secara tiba- daya manusia dan manajemen UGD
tiba (cardiac arrest). Waktu dan mode rumah sakit sesuai standar. Dengan
kematian tidak dapat diprediksi, dan demikian semua tindakan yang dilakukan
kematian terjadi beberapa menit setelah petugas untuk memberi pelayanan kepada
manifestasi muncul. Lebih dari 163.000 pasien, dapat dilihat dari aspek kecepatan
kematian terjadi tiap tahun karena kematian dan ketepatan pelayanan (Kemenkes, 2011).
jantung tiba-tiba, dengan insiden tahunan
Kesiapan tenaga kesehatan dalam fenomena-fenomena yang dihadapi dalam
penanganan cardiac arrest dipengaruhi oleh situasi tertentu (Polit & Beck, 2012 dalam
pengetahuan yang cukup tentang Susilo W., H., dkk., 2014). Pendekatan yang
penanganan situasi kegawatan, pengalaman tepat digunakan dalam penelitian ini adalah
yang memadai, peraturan atau protokol fenomenologi deskriptif yang menekankan
yang jelas, sarana dan suplai yang cukup, pada pengalaman manusia dengan gambaran
serta pelatihan atau training tentang yang cermat dari pengalaman kehidupan
penanganan situasi kegawatan (Wolff et al, sehari-hari, menjelaskan hal-hal yang dialami
2010). manusia seperti mendengar, melihat, merasa,
mengingat, memutuskan, menilai, dan
Berdasarkan studi pendahuluan peneliti bertindak.
melalui wawancara dengan 3 orang perawat
yang bertugas diruangan UGD RS Advent Partisipan yang dipilih dalam penelitian ini
Bandar Lampung didapatkan hasil bahwa adalah perawat yang bekerja di UGD rumah
kegagalan dalam pemberian CPR disebabkan sakit Advent Bandar Lampung. Partisipan ini
karena kurang skill, rasa tidak percaya diri dipilih dengan menggunakan teknik
pada perawat, kurang pengalaman, serta Purposive sampling, yaitu sampel yang
mempunyai pengalaman gagal dalam CPR dipilih berorientasi pada tujuan penelitian
sebelumnya. Ketidakberhasilan pemberian dan yang memiliki pengalaman sesuai
resusitasi jantung paru dimanifestasikan oleh dengan fenomena yang diteliti (Afriyanti &
perawat secara berbeda-beda, satu perawat Rachmawati, 2014). Partisipan penelitian ini
mengatakan ketidakberhasilan memberikan berjumlah 6 orang perawat yang sesuai
resusitasi jantung paru karena kurang kriteria inklusi yaitu: memiliki pendidikan
pengalaman dan pelatihan. Dua perawat yang minimal D III Keperawatan, telah bekerja
lain mengatakan kurang tenaga yang lebih dari dua tahun di UGD, memiliki
bertugas di UGD dan juga tergantung akan sertifikat pelatihan basic trauma cardiac life
kasus-kasus kegawatdaruratan yang support (BTCLS) atau sertifikat pertolongan
ditangani. pertama gawat darurat (PPGD), dan bersedia
Berdasarkan fenomena diatas, peneliti menjadi partisipan. Data dikumpulkan
tertarik untuk melakukan penelitian dengan melalui metode wawancara mendalam. hasil
pendekatan fenomenologi untuk penelitian dianalisa dengan menggunakan
mengeksplorasi secara mendalam pendekatan analisa Colaizzi.
pengalaman partisipan terkait
ketidakberhasilan cardiopulmonary
resuscitation pada pasien cardiac arrest. HASIL PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Penelitian ini menghasilkan 4 tema yaitu: (1)
mengeksplorasi pengalaman partisipan Pengetahuan perawat tentang cardiac arrest,
terkait ketidakberhasilan CPR pada pasien (2) Kesiapan perawat dalam melakukan CPR,
cardiac arrest di unit gawat darurat Rumah (3) Ketidakberhasilan CPR pada pasien
sakit Advent Bandar Lampung. cardiac arrest, (4) Manfaat mengikuti
pelatihan kegawatdaruratan.

METODE Tema 1 : Pengetahuan perawat tentang


Penelitian ini menggunakan rancangan cardiac arrest
penelitian kualitatif dengan pendekatan Tema ini didapatkan dalam rangka menjawab
Fenomenologi. Tujuan dari penelitian tujuan khusus pertama yaitu gambaran
fenomenologi dalam ilmu keperawatan pengetahuan perawat tentang penanganan
adalah mencari atau menemukan makna dari cardiac arrest. Mereka menyatakan
hal-hal yang esensial atau mendasar dalam pengertian cardiac arrest, tanda dan gejala
pengalaman hidup pada kelompok pasien cardiac arrest, tindakan yang
masyarakat maupun pasien dengan dilakukan pada pasien cardiac arrest,
pengkajian awal BHD yang dilakukan pada “kalau tanda-tanda cardiac arrest
pasien cardiac arrest, evaluasi tindakan biasanya itu nafas tersengal-
CPR, indikasi dihentikannya CPR, sengal....(P4)
pemberian obat-obatan pada saat CPR.
Kategori selanjutnya adalah sianosis. Seperti
Sub tema pengetahuan perawat tentang yang diungkapkan 2 partisipan berikut :
pengertian cardiac arrest diperoleh 2 “dia bisa juga kulitnya biru.....(P5)
kategori yaitu henti jantung dan gangguan “jaringan kulit tampak biru atau
sirkulasi. Terdapat 5 partisipan yang sianosis....(P6)
mengungkapkan pengertian cardiac arrest
adalah henti jantung seperti yang Kategori selanjutnya adalah syok. Seperti
diungkapakan partisipan berikut ini: yang diungkapkan 2 partisipan berikut :
“cardic arrest itu yang jelas henti “....tensinya turun...(P5)
jantung....... (P1, P5) “....tekanan darah tidak dapat
“sepengertian saya cardiac arrest itu diukur...(P6)
ialah gagalnya fungsi jantung.....(P3)
“ya..tidak ada nafas dan tidak ada Sub tema selanjutnya pengetahuan perawat
nadi......(P4, P5) tentang tindakan yang dilakukan pada pasien
“cardiac arrest suatu keadaan fungsi cardiac arrest diperoleh 3 kategori yaitu
organ jantung berhenti untuk melakukan bantuan hidup dasar, pemberian obat-obatan
aktifitasnya......(P6) dan defibrilasi. Terdapat 6 partisipan yang
mengungkapkan tindakan yang dilakukan
Kategori selanjutnya adalah gangguan pada pasien cardiac arrest adalah bantuan
sirkulasi. Seperti yang diungkapkan 4 hidup dasat seperti yang diungkapakan
partisipan berikut ini : partisipan berikut ini:
“cardiac arrest itu adalah sirkulasi “kita lakukan bantuan hidup dasar
oksigen memang terganggu dan memang dulu....(P1)
tidak ada......(P1, P2, P4, P6). “langsung lakukan CPR....(P1, P2, P3,
P4, P5, P6)
Sub tema selanjutnya pengetahuan perawat “....lakukan kompresi....(P3)
tentang tanda dan gejala pasien cardiac “....pompa jantung....(P4)
arrest diperoleh 5 kategori yaitu tidak ada
respon, tidak ada nafas dan nadi, nafas Kategori selanjutnya adalah pemberian obat-
tersengal-sengal, sianosis dan syok. Terdapat obatan. Sepeti yang diungkapkan 3 partisipan
3 partisipan yang mengungkapkan tanda dan berikut :
gejala pasien cardiac arrest adalah tidak ada “....kita berikan obat-obatan.....(P2)
respon seperti yang diungkapakan partisipan “....pasang infus sesuai dengan order
berikut ini: dokter....(P5, P6)
“....tidak ada respon....(P1)
“....tidak sadarkan diri...(P3) Kategori selanjutnya adalah defibrilasi.
“....kesadaran pasien menghilang....(P6) Seperti yang diungkapkan 1 partisipan
berikut :
Kategori selanjutnya adalah tidak ada nafas “....defibrilasi....(P2)
dan nadi. Seperti yang diungkapkan 3
partisipan berikut : Sub tema selanjutnya pengetahuan perawat
“...tidak ada nafas dan nadi....(P1, P2, tentang pengkajian awal BHD yang
P4) dilakukan pada pasien cardiac arrest
diperoleh 5 kategori yaitu danger, respons,
Kategori selanjutnya adalah nafas tersengal- circulation, airway, dan breathing. Terdapat
sengal. Seperti yang diungkapkan 1 2 partisipan yang mengungkapkan
partisipan berikut : pengkajian awal BHD yang dilakukan pada
pasien cardiac arrest adalah danger seperti Sementara itu ada 1 partisipan mengatakan 5
yang diungkapakan partisipan berikut ini: menit atau 10 menit. Hal ini dapat dilihat dari
“yang pasti kita lakukan 3A aman diri, pernyataan berikut ini :
aman pasien dan aman lingkungan....(P1, “evaluasi setiap 5 menit atau 10 menit,
P3) saya ragu-ragu loh....(P2)

Kategori selanjutnya adalah respons. Seperti Sub tema selanjutnya pengetahuan perawat
yang diungkapkan 4 partisipan berikut : tentang kapan dihentikannya CPR diperoleh
“....kita cek respons dengan cara 4 kategori yaitu setelah 30 menit CPR tiadak
APVU....(P1, P3) ada respon, pupil dilatasi maksimal,
“.....cek ada ngak respons....(P2) permintaan keluarga, dan penolong
“....ya cek respons....(P5) kelelahan. Terdapat 4 partisipan yang
mengungkapkan dihentikannya CPR adalah
Kategori selanjutnya adalah circulation. setelah 30 menit CPR tidak ada respon,
Seperti yang diungkapkan 6 partisipan seperti yang diungkapakan partisipan berikut
berikut : ini:
“....cek nadi tidak lebih dari 10 “30 menit kita lakukan CPR tidak ada
detik....(P1, P3, P6) respon....(P1, P4)
“....cek nadi karotis....(P2) “tidak ada respon dari pasien....(P2)
“....circulation yang utama ya....(P4, P5) “setengah jam tidak ada respon....(P3)

Kategori selanjutnya adalah airway. Seperti Kategori berikutnya adalah pupil dilatasi
yang diungkapkan 3 partisipan berikut : maksimal. Seperti yang diungkapakan 2
“....lakukan head tild chin leaf....(P3) partisipan berikut :
“....bantuan airwaynya....(P4) “....pupil maksimal dilatasi....(P1)
“....cek airwaynya....(P6) “pupil itu melebar, itu salah
satunya....(P3)
Kategori selanjutnya adalah breathing.
Seperti yang diungkapkan 4 partisipan Kategori selanjutnya adalah permintaan
berikut : keluarga. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan
“....ventilasi 2 kali kita berikan....(P1, P2) 3 partisipan berikut :
“....breathing....(P4, P5) “....kalau keluarga minta
diberhentikan....(P1, P3)
Sub tema selanjutnya pengetahuan perawat “....permintaan dari keluarga....(P6)
tentang evaluasi pada CPR diperoleh 2 Kategori selanjutnya adalah penolong
kategori yaitu 5 siklus dan 2 menit. Terdapat kelelahan. Hal ini dapat dilihat dari
2 partisipan yang mengungkapkan evaluasi pernyataan 4 partisipan berikut :
pada CPR yang dilakukan pada pasien adalah “....sipenolong lelah....(P2)
5 siklus seperti yang diungkapakan partisipan “....tim sudah kelelahan....(P3)
berikut ini: “penolong sudah capek....(P5)
“sesudah melakukan 5 siklus....(P1,P3, “kondisi pemberi penolong sudah
P6) capek....(P6)
Sementara itu ada 1 partisipan mengatakan 4
siklus. Hal tersebut dapat dilihat pada Sub tema selanjutnya pengetahuan perawat
pernyataan berikut ini : tentang obat yang diberikan pada saat CPR
“evaluasi setelah 4 siklus....(P5) diperoleh 1 kategori yaitu adrenalin,
amiodarone, dan SA. Terdapat 6 partisipan
Kategori selanjutnya adalah 2 menit. Seperti yang mengungkapkan obat yang diberikan
yang diungkapkan 2 partisipan berikut : pada saat CPR adalah adrenalin, amiodarone
“setiap 2 menit dievaluasi....(P3) dan SA seperti yang diungkapakan partisipan
“setelah 2 menit....(P4) berikut ini:
“ada adrenalin dan amiodarone....(P1) Sub tema selanjutnya fasilitas yang
“paling SA dan epineprin....(P2) digunakan pada saat CPR diperoleh 1
“yang sering memang epineprin, SA kategori yaitu perlengkapan alat yang
hanya itu saja....(P3) digunakan pada saat CPR. Terdapat 6
“obat-obat yang biasa diberikan partisipan yang mengungkapkan sarana yang
adrenalin yang utama, SA dan dipakai pada saat CPR adalah EKG
amiodarone....(P4) monitoring, defibrilator, chest lead, ETT,
“....adrenalin dan SA....(P5) bagging, selang oksigen, mouth gage, alat
“ada adrenalin, SA dan untuk pemasangan infus, laringoscope,
amiodarone....(P6) syringe 3 cc sampai 20 cc, O2 sungkup, alat-
alat di ER trolley, ruang resusitasi seperti
Tema 2 : Kesiapan perawat dalam yang diungkapakan partisipan berikut ini:
penanganan pasien cardiac arrest “kesiapan alat selalu ready, ada ETT,
Tema kesiapan perawat dalam penanganan bagging, selang oksigen, defibrilator,
pasien cardiac arrest diperoleh 3 sub tema EKG monitor dan ruang resusitasi masih
yaitu manfaat dari pengalaman melakukan terlalu sempit....(P1, P2, P3, P4)
CPR, fasilitas yang digunakan pada saat “....oksigen, ambubag, chest lead, mouth
CPR, dan ketenagaan perawat di UGD. Sub gage, ER trolley....(P3)
tema pertama yaitu manfaat dari pengalaman “.....alat untuk pemasangan infus....(P4)
melakukan CPR diperoleh 2 kategori yaitu “ruang resusitasi kurang nyaman,
evaluasi diri dan profesional. Terdapat 4 laringoscope, syringe 3 cc sampai 20 cc,
partisipan yang mengungkapkan manfaat O2 sungkup....(P5)
dari pengalaman melakukan CPR adalah “....alat-alat sudah tua, alat-alatnya
untuk evaluasi diri, seperti yang kurang lengkap....(P6)
diungkapakan oleh partisipan berikut :
“....pengalaman itu mempengaruhi Sub tema selanjutnya kecukupan tenaga
tingkat keberhasilan....(P1) perawat di UGD diperoleh 1 kategori yaitu
“dari pengalaman kita bisa intorpeksi apa tenaga yang kurang. Terdapat 6 partisipan
yang akan kita perbaiki dari penanganan- yang mengungkapkan semuanya sudah bisa
penanganan pasien yang kita sudah CPR, SDM shiff pagi sudah memadai, shiff
berikan....(P3) malam kurang tenaga, seperti yang
“....menjadi modal kita untuk menangani diungkapakan partisipan berikut ini:
pasien berikutnya....(P4) “semuanya sudah bisa CPR....(P1, P6)
“pengalaman itu membuat kita menjadi “SDM di UGD ini sudah memadailah ya,
lebih matang.....(P6) cuma kalau untuk shiff malam
kuranglah....(P2, P3, P6)
Kategori berikutnya adalah profesional. Hal “shiff pagi sudah mantap....(P3)
tersebut dapat dilihat dari pernyataan 4 “kalau untuk ketenagaan di UGD ini
partisipan berikut : masih kurang ya, tapi gimanalah
“....karena dari pengalaman itu kan kita ya....(P4)
bisa belajar....(P2) “kesiapannya secara semangat....(P6)
“....pengalaman itu menjadi pelajaran
yang berharga deh serta menambah Tema 3 : Ketidakberhasilan CPR pada
wawasan kita dalam menangani pasien pasien cardiac arrest
yang mengalami Tema ketidakberhasilan CPR pada pasien
kegawatdaruratan....(P4) yang mengalami cardiac arrest diperoleh 2
“meningkatkan skill dan pengetahuan, sub tema yaitu persentase keberhasilan dan
semakin tahu kita untuk melakukan yang kegagalan CPR, dan respon psikologis. Sub
lebih baik deh....(P5) tema pertama yaitu persentase keberhasilan
“menjadi pelajaran yang berharga buat dan kegagalan CPR diperoleh 2 kategori
kita untuk menambah pengetahuan....(P6) yaitu persentase keberhasilan, dan persentase
kegagalan. Terdapat 6 partisipan yang meningkatkan pengetahuan, seperti yang
mengungkapkan persentase diungkapkan oleh partisipan berikut :
ketidakberhasilan CPR, seperti yang “kalau kita ngak dikasih pelatihan
diungkapakan oleh partisipan berikut : berkala, ya kita ngak akan tahu
“....kira-kira keberhasilan itu perkembangnya....(P1)
gambarannya 25%....(P1) “....meningkatkan pengetahuan
“kalau dilihat sih 40% berhasil....(P2) kita....(P2)
“....80% berhasil....(P3) “....penting karena ada ilmu baru....(P3)
“kira-kira 10% berhasil....(P4) “sebenarnya di UGD harus penting
“kalau saya bilang persentase pelatihan tiap tahun....(P5)
keberhasilan sangat kecil ya, besarnya
keberhasilan 45%....(P5) Kategori selanjutnya adalah meningkatkan
“kalau saya pikir 60% mengalami skill. Seperti yang diungkapkan 2 partisipan
keberhasilan....(P6) berikut :
“....kalau tidak ada pelatihan kita tidak
Kategori berikutnya adalah persentase bisa melakukan sesuai dengan jalur yang
kegagalan CPR. Seperti yang diungkapkan 6 benar....(P4)
partisipan berikut : “untuk seorang perawat profesional yang
“....yang gagal 75%....(P1) bekerja di UGD dibutuhkan pelatihan-
“....60% gagal....(P2) pelatihan....(P6)
“....20% gagal....(P3)
“....kayaknya 90% gagal....(P4)
“....yang tidak berhasil 55%....(P5) PEMBAHASAN
“....40% gagal....(P6) Penelitian ini memiliki tujuan yaitu
mengeksplorasi pengalaman perawat terkait
Sub tema selanjutnya respon psikologis ketidakberhasilan CPR pada pasien cardiac
diperoleh 2 kategori yaitu kecewa dan sedih. arrest di unit gawat darurat Rumah sakit
Terdapat 6 partisipan yang mengungkapkan Advent Bandar Lampung. Empat tema
kecewa seperti yang diungkapakan partisipan teridentifikasi dari hasil penelitian dan telah
berikut ini: dianalisa dan merupakan representasi hasil
“kecewa yang pertama bang....(P1, P2, dari pengalaman yang dirasakan oleh
P3, P4, P5, P6) partisipan secara langsung.
“....kayaknya kita tidak puas....(P2)
“....yang pasti kita kecewalah....(P3) 1. Pengetahuan perawat tentang cardiac
“....kalau tidak berhasil kayaknya kita arrest.
gimana ya, kurang puas....(P5) Berdasarkan hasil penelitian dari 6 partisipan
Kategori selanjutnya adalah sedih. Seperti menunjukkan bahwa yang diungkapkan
yang diungkapkan 2 partisipan berikut : partisipan sesuai dengan teori yang sudah
“sedih....(P2) ada. hal tersebut menunjukkan bahwa
“kita tentu merasa sedihlah....(P6) perawat yang bertugas di UGD sudah
mempunyai pengetahuan yang baik tentang
Tema 4 : Manfaat mengikuti pelatihan cardiac arrest. Menurut Notoadmodjo
kegawatdaruratan (2014) mengatakan bahwa pengetahuan
Tema manfaat mengikuti pelatihan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
kegawatdaruratan diperoleh 1 sub tema yaitu melakukan penginderaan terhadap suatu
peningkatan kompetensi. Sub tema objek tertentu, sedangkan penginderaan ini
peningkata kompetensi diperoleh 2 kategori terjadi melalui panca indera manusia yakni
yaitu meningkatkan pengetahuan dan indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
meningkatkan skill. Terdapat 4 partisipan rasa dan raba yang sebahagian besar
yang mengungkapkan manfaat mengikuti pengatuhan manusia diperoleh melalui mata
pelatihan kegawatdaruratan adalah dan telinga. Pemahaman adalah kemampuan
seseorang untuk mengerti atau memahami sudah cukup baik terlihat dari cara perawat
sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan menangai pasien dengan cardiac arrest,
diingat. Kemampuan memiliki pengetahuan dapat dilihat juga dari fasilitas yang sudah
atas objek masalah yang dihadapi sangat mendukung dalam melakukan tindakan CPR,
ditentukan oleh pengalaman, latihan atau sementara itu jika dilihat dari ketenagaan
proses belajar. yang ada di ruang UGD untuk saat ini sudah
dioptimalkan. Hasil dari penelitian ini sejalan
Suatu penelitian yang memiliki 500 dengan teori yang ada yaitu fasilitas
responden, 70% dari responden pernah merupakan faktor pendukung yang
menghadiri kursus tentang CPR, tetapi mempermudah perawat dalam menangani
hampir 80% dari mereka menghadiri pasien dengan cardiac arrest (Arikunto,
pelatihan itu sudah 10 tahun yang lalu. 2008).
Kurang dari setengah responden tahu bahwa
CPR meliputi pernapasan (47%) dan 3. Ketidakberhasilan CPR pada pasien
kompresi dada (44,6%). Pengetahuan tentang cardiac arrest.
keterampilan Resusitasi Jantung Paru (RJP) Berdasarkan hasil penelitian
atau Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) ketidakberhasilan CPR pada pasien cardiac
umumnya sedikit. hanya 1,2 % tahu tingkat arrest dilihat dari persentase keberhasilan dan
kompresi dada, 2,2% tahu rasio antara kegagalan CPR serta respon psikologis yang
kompresi dada dan pernapasan buatan yang di dapatkan dari hasil wawancara terhadap
benar pada orang dewasa, dan hanya 3 dari partisipan peneliti hanya menggali sebatas
500 (0,6%) responden yang tahu keduanya pengetahuan tentang CPR, tidak sampai pada
(Rajapakse & Kersnik, 2010). Ini skill/keterampilan dari partisipan. Dan jika
membuktikan bahwa pengetahuan mengenai dilihat dari respon psikologisnya dari
definisi maupun teknik resusitasi yang masih partisipan bila mengalami ketidakberhasilan
sangat kurang dan sedikit. Apabila kita merasa bersedih dan kecewa.
mengetahui dan memahami teknik
resusitasi, kita dapat menolong orang yang Kualitas Resusitasi jantung Paru (RJP)
membutuhkan bantuan kita. memberi pengaruh sangat besar terhadap
angka ketahanan hidup, perlu dicatat bahwa
2. Kesiapan perawat dalam melakukan RJP yang dilakukan mengikuti pedoman
CPR. hanya mampu menyediakan sejumlah 10-
Kesiapan adalah keseluruhan kondisi 30% dari aliran darah normal ke jantung dan
seseorang yang membuatnya siap untuk 30-40% ke otak, sehingga perawat pemberi
memberi respon atau jawaban dengan cara resusitasi harus mampu memberikan RJP
tertentu terhadap suatu situasi. Faktor yang dengan kualitas terbaik dan sedini mungkin
mempengaruhi kesiapan adalah pengetahuan, Kemampuan untuk merespon dengan cepat
pengalaman dan pelatihan atau training. dan efektif untuk situasi serangan jantung
Ketiga faktor tersebut akan saling terletak pada perawat yang kompeten dalam
menguatkan untuk membentuk suatu prosedur keselamatan pasien dengan
kesiapan. Kemampuan untuk menilai, resusitasi jantung paru, sementara kurangnya
kemampuan untuk berfikir kritis dan keterampilan resusitasi perawat
mengambil keputusan terhadap tindakan teridentifikasi sebagai faktor yang
sesuai dengan kondisi klien itulah yang berkontribusi untuk hasil yang buruk pada
disebut kesiapan (Wolff, dkk., 2010). serangan jantung (Elazazay, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Ketidakberhasilan suatu tindakan resusitasi


kesiapan perawat dalam penanganan pasien memberikan dampak tersendiri secara
cardiac arrest dilhata dari pengalaman, psikologis pada perawat. Dampak tersebut
fasilitas dan ketenagaan didapatkan bahwa akan menimbulkan stressor pada perawat.
pengalaman yang dimiliki oleh perawat UGD Penelitian yang dilakukan oleh Rinjani, dkk
(2016) didapatkan bahwa ketidakberhasilan untuk saat ini. Ketidakberhasilan CPR pada
resusitasi menyebabkan stressor dan pasien yang mengalami cardiac arrest
mempengaruhi psikologis perawat. memberi dampak respon psikologis bagi
partisipan, dimana mereka memiliki perasaan
4. Manfaat mengikuti pelatihan kecewa dan sedih. Untuk meningkatkan
kegawatdaruratan. pengetahuan dan keterampilan partisipan
Berdasarkan hasil penelitian manfaat dari maka diperlukan pelatihan dan penyegaran
mengikuti pelatihan kegawatdarurat berkala agar persamaan persepsi antar
didapatkan keterangan dari partisipan yang anggota tim UGD sama, sehingga itu dapat
diwawancara bahwa mengikuti pelatihan meningkatkan kualitas tim resusitasi, akan
meningkatkan skill dan pengetahuan tetapi hambatan yang ditemukan peneliti
partisipan dalam penanganan pasien dengan adalah kurangnya informasi dan dana dari
cardiac arrest. pihak manajemen rumah sakit.

Menurut Ivancevich (2008) mengatakan Saran


bahwa Pelatihan membantu perawat untuk Institusi pelayanan kesehatan
menguasai keterampilan dan kemampuan Diharapkan bagi rumah sakit Advent Bandar
atau kompetensi yang spesifik untuk berhasil Lampung untuk menambahkan tenaga
dalam pekerjaannya. Hasil penelitian Palu, R. perawat di ruang UGD khususnya tenaga
A (2013) menunjukkan bahwa ada hubungan shiff malam. Disarankan untuk pihak rumah
bermakna pelatihan dengan kesiapan perawat sakit agar memfasilitasi perawat yang
dalam menangani cardiac arrest (p = 0,025). bertugas di UGD untuk mengikuti pelatihan-
Pengetahuan dan pelatihan berhubungan pelatihan yang berhubungan dengan
dengan kesiapan perawat dalam menangani kegawatdaruratan agar pengetahuan dan
cardiac arrest. kemampuan perawat meningkat dan
mengetahui perkembangan terbaru terkait
dengan tehnik CPR dan juga untuk
KESIMPULAN DAN SARAN sosialisasinya.
Kesimpulan Institusi pendidikan
Karakteristik partisipan dalam penelitian ini Diharapkan dapat meningkatkan informasi
6 orang, yang terdiri dari 4 orang laki-laki kepada peserta didik untuk mempelajari dan
dan 2 orang wanita, dimana usia dari memberi pelatihan-pelatihan tentang
partisipan 32-45 tahun. Pengetahuan penanganan pasien yang mengalami cardiac
Partisipan yang mencakup pemahaman arrest.
tentang pengertian cardiac arrest, tanda dan Ilmu keperawatan
gejala cardiac arrest, tindakan yang Hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan
dilakukan pada cardiac arrest, pengkajian untuk penelitian selanjutnya dengan metode
awal BHD, evaluasi CPR, faktor yang berbeda dan meneliti faktor-faktor lain
dihentikannnya CPR, dan obat-obat yang seperti peraturan atau protokol yang jelas,
diberikan pada saat CPR cukup baik, dimana sarana dan prasarana yang lebih lengkap yang
mereka memiliki kemampuan untuk berhubungan dengan penanganan cardiac
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka arrest.
miliki dalam memberikan tindakan CPR pada
pasien cardiac arrest. Kesiapan Partisipan
yang mencakup pengalaman, fasilitas, dan
tenaga perawat yang bekerja di UGD untuk
menangani pasien cardiac arrest pada
umumnya siap untuk melakukan tindakan,
dan pihak manajemen SDM rumah sakit
Advent Bandar Lampung mengoptimalkan
jumlah tenaga perawat yang ada di UGD
DAFTAR PUSTAKA
Afiyanti, Y., & Rahcmawati, I., M. (2014). Notoatmodjo, S. (2014). Kesehatan
Metodologi penelitian kualitatif dalam riset masyarakat ilmu dan seni. Ed. Revisi.
keperawatan, cetakan ke-2. Jakarta: PT. Raja Jakarta: Rineka Cipta.
grafindo persada.
Palu, R. A. (2013). Analisis Faktor Yang
American Heart Association. (2016). Heart Berhubungan Dengan Kesiapan Perawat
disease, stroke and research statistics at a Dalam Menangani Cardiac Arrest Di
glance. Retrieved on April, 1, 2016. Ruangan Iccu Dan Icu. Jurnal Keperawatan
Soedirman (The Soedirman Journal Of
American Heart Association. (2015). Adult Nursing), 8(3).
basic life support: guidlines for
cardiopulmonary resuscitation and Rajapakse, R., Noc, M., & Kersnik, J. (2010).
emergency cardiovascular care. Public knowledge of cardiopulmonary
http://www.circ.ahajournals.org/content. resuscitation in Republic of Slovenia. Wiener
klinische Wochenschrift, 122(23), 667-672.
Arikunto, S. (2008). Prosedur penelitian
suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Rinjani, Mekka, R., Ratnawati, R., &
Cipta. Rachmawati, S. D. (2016). Studi
Fenomenologi: Pengalaman Perawat Terkait
Black, J. M. & Hawks, J. H. (2014). Ketidakberhasilan Resusitasi Pada Neonatal
Keperawatan medikal bedah-manajemen Dengan Asfiksia Di Ruang Neonatus Rsud
klinis untuk hasil yang diharapkan. 8th ed. Dr. R. Soedjono Selong Lombok
Singapore : Elseiver. Timur.Jurnal Ilmu Keperawatan, 4(2), 271-
288.
Departemen Kesehatan RI. (2014).
Lingkungan Sehat Jantung Sehat Wolff, A. C., Regan, S., Pesut, B., & Black,
(http://www.depkes.go.id/article/view/20141 J. (2010). Ready for what? An exploration of
0080002/lingkungan-sehat-jantung- the meaning of new graduate nurses'
sehat.html. readiness for practice.International Journal
of Nursing Education Scholarship, 7(1), 1-
Elazazay, H. M., Abdelazez, A. L., & Elsaie, 14.
A. (2012). Effect of cardiopulmonary
resuscitation training program on nurses
knowledge and practice. Life Science
Journal, 9(4), 3497-3499.

Hardisman. (2014). Gawat darurat medis


praktis. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Hudak, C., M., & Gallo, B., M., (2010).


Keperawatan kritis: pendekatan holistik. Ed.
6, Vol. 1. Jakarta: EGC.

Ivancevich, John M. dkk. (2008). Perilaku


dan manajemen organisasi. Jilid 1 dan 2.
Jakarta: Erlangga.

Kemenkes. (2011). Standard pelayanan


keperawatan gawat darurat di rumah sakit.
Jakarta: Kemenkes R. I.

Anda mungkin juga menyukai