ABSTRAK
Resusitasi jantung paru merupakan suatu tindakan life saving untuk mempertahankan
kesempatan hidup setelah berhentinya jantung. Kemampuan merespon dengan cepat dan efektif
dalam situasi serangan jantung tergantung pada tim resusitasi yang kompeten, sementara
kurangnya keterampilan tim resusitasi teridentifikasi sebagai faktor yang berkontribusi untuk
hasil yang buruk pada serangan jantung. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi
pengalaman partisipan terkait ketidakberhasilan CPR pada pasien cardiac arrest di unit gawat
darurat Rumah sakit Advent Bandar Lampung, menggunakan rancangan penelitian kualitatif
dengan pendekatan fenomenologi deskriptif yang melibatkan perawat yang bertugas di unit
gawat darurat. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dan dianalisis berdasarkan
pendekatan analisa Colaizzi. Informasi mendalam tentang bagaimana pengalaman partisipan
terkait ketidakberhasilan cardiopulmonary resuscitation pada pasien cardiac arrest di unit
gawat darurat Rumah Sakit Advent Bandar Lampung peneliti mendapatkan 4 tema yaitu;
pengetahuan perawat tentang cardiac arrest, kesiapan perawat dalam penanganan pasien
cardiac arrest, ketidakberhasilan CPR pada pasien cardiac arrest, dan manfaat mengikuti
pelatihan kegawatdaruratan. Diharapkan perawat selalu memperbaharui ilmu dan keterampilan
tentang tehnik CPR untuk meningkatkan kemampuan.
ABSTRACT
One of the important part of the emergency services is the process of resuscitation of patients in
emergency and life-threatening conditions. The ability to respond quickly and effectively to a
situations of heart attack lies in nurses competence in performing safety procedures of
cardiopulmonary resuscitation. On the other side, lack of skills of resuscitation is identified as
factor that contribute to poor outcomes of nursing intervention. The aim of this study is to explore
the experiences of nurses related to unsuccessful CPR in patients who has cardiac arrest. This
study used a qualitative design with descriptive phenomenology approach to nurses in the
emergency room. Data collected through interviews analyzed by Colaizzi analysis. In-depth
information about how the experiences of nurses related to unsuccessful of CPR to patients with
cardiac arrest in emergency room Bandar Lampung Adventist Hospital get four theme; level of
knowledge about cardiac arrest, readyness of nursing to be able trough CPR, unsuccessful of
CPR, and emergency training. The expected that nurses will always update their knowledge and
skills on CPR techniques to improve their skills.
Kategori selanjutnya adalah respons. Seperti Sub tema selanjutnya pengetahuan perawat
yang diungkapkan 4 partisipan berikut : tentang kapan dihentikannya CPR diperoleh
“....kita cek respons dengan cara 4 kategori yaitu setelah 30 menit CPR tiadak
APVU....(P1, P3) ada respon, pupil dilatasi maksimal,
“.....cek ada ngak respons....(P2) permintaan keluarga, dan penolong
“....ya cek respons....(P5) kelelahan. Terdapat 4 partisipan yang
mengungkapkan dihentikannya CPR adalah
Kategori selanjutnya adalah circulation. setelah 30 menit CPR tidak ada respon,
Seperti yang diungkapkan 6 partisipan seperti yang diungkapakan partisipan berikut
berikut : ini:
“....cek nadi tidak lebih dari 10 “30 menit kita lakukan CPR tidak ada
detik....(P1, P3, P6) respon....(P1, P4)
“....cek nadi karotis....(P2) “tidak ada respon dari pasien....(P2)
“....circulation yang utama ya....(P4, P5) “setengah jam tidak ada respon....(P3)
Kategori selanjutnya adalah airway. Seperti Kategori berikutnya adalah pupil dilatasi
yang diungkapkan 3 partisipan berikut : maksimal. Seperti yang diungkapakan 2
“....lakukan head tild chin leaf....(P3) partisipan berikut :
“....bantuan airwaynya....(P4) “....pupil maksimal dilatasi....(P1)
“....cek airwaynya....(P6) “pupil itu melebar, itu salah
satunya....(P3)
Kategori selanjutnya adalah breathing.
Seperti yang diungkapkan 4 partisipan Kategori selanjutnya adalah permintaan
berikut : keluarga. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan
“....ventilasi 2 kali kita berikan....(P1, P2) 3 partisipan berikut :
“....breathing....(P4, P5) “....kalau keluarga minta
diberhentikan....(P1, P3)
Sub tema selanjutnya pengetahuan perawat “....permintaan dari keluarga....(P6)
tentang evaluasi pada CPR diperoleh 2 Kategori selanjutnya adalah penolong
kategori yaitu 5 siklus dan 2 menit. Terdapat kelelahan. Hal ini dapat dilihat dari
2 partisipan yang mengungkapkan evaluasi pernyataan 4 partisipan berikut :
pada CPR yang dilakukan pada pasien adalah “....sipenolong lelah....(P2)
5 siklus seperti yang diungkapakan partisipan “....tim sudah kelelahan....(P3)
berikut ini: “penolong sudah capek....(P5)
“sesudah melakukan 5 siklus....(P1,P3, “kondisi pemberi penolong sudah
P6) capek....(P6)
Sementara itu ada 1 partisipan mengatakan 4
siklus. Hal tersebut dapat dilihat pada Sub tema selanjutnya pengetahuan perawat
pernyataan berikut ini : tentang obat yang diberikan pada saat CPR
“evaluasi setelah 4 siklus....(P5) diperoleh 1 kategori yaitu adrenalin,
amiodarone, dan SA. Terdapat 6 partisipan
Kategori selanjutnya adalah 2 menit. Seperti yang mengungkapkan obat yang diberikan
yang diungkapkan 2 partisipan berikut : pada saat CPR adalah adrenalin, amiodarone
“setiap 2 menit dievaluasi....(P3) dan SA seperti yang diungkapakan partisipan
“setelah 2 menit....(P4) berikut ini:
“ada adrenalin dan amiodarone....(P1) Sub tema selanjutnya fasilitas yang
“paling SA dan epineprin....(P2) digunakan pada saat CPR diperoleh 1
“yang sering memang epineprin, SA kategori yaitu perlengkapan alat yang
hanya itu saja....(P3) digunakan pada saat CPR. Terdapat 6
“obat-obat yang biasa diberikan partisipan yang mengungkapkan sarana yang
adrenalin yang utama, SA dan dipakai pada saat CPR adalah EKG
amiodarone....(P4) monitoring, defibrilator, chest lead, ETT,
“....adrenalin dan SA....(P5) bagging, selang oksigen, mouth gage, alat
“ada adrenalin, SA dan untuk pemasangan infus, laringoscope,
amiodarone....(P6) syringe 3 cc sampai 20 cc, O2 sungkup, alat-
alat di ER trolley, ruang resusitasi seperti
Tema 2 : Kesiapan perawat dalam yang diungkapakan partisipan berikut ini:
penanganan pasien cardiac arrest “kesiapan alat selalu ready, ada ETT,
Tema kesiapan perawat dalam penanganan bagging, selang oksigen, defibrilator,
pasien cardiac arrest diperoleh 3 sub tema EKG monitor dan ruang resusitasi masih
yaitu manfaat dari pengalaman melakukan terlalu sempit....(P1, P2, P3, P4)
CPR, fasilitas yang digunakan pada saat “....oksigen, ambubag, chest lead, mouth
CPR, dan ketenagaan perawat di UGD. Sub gage, ER trolley....(P3)
tema pertama yaitu manfaat dari pengalaman “.....alat untuk pemasangan infus....(P4)
melakukan CPR diperoleh 2 kategori yaitu “ruang resusitasi kurang nyaman,
evaluasi diri dan profesional. Terdapat 4 laringoscope, syringe 3 cc sampai 20 cc,
partisipan yang mengungkapkan manfaat O2 sungkup....(P5)
dari pengalaman melakukan CPR adalah “....alat-alat sudah tua, alat-alatnya
untuk evaluasi diri, seperti yang kurang lengkap....(P6)
diungkapakan oleh partisipan berikut :
“....pengalaman itu mempengaruhi Sub tema selanjutnya kecukupan tenaga
tingkat keberhasilan....(P1) perawat di UGD diperoleh 1 kategori yaitu
“dari pengalaman kita bisa intorpeksi apa tenaga yang kurang. Terdapat 6 partisipan
yang akan kita perbaiki dari penanganan- yang mengungkapkan semuanya sudah bisa
penanganan pasien yang kita sudah CPR, SDM shiff pagi sudah memadai, shiff
berikan....(P3) malam kurang tenaga, seperti yang
“....menjadi modal kita untuk menangani diungkapakan partisipan berikut ini:
pasien berikutnya....(P4) “semuanya sudah bisa CPR....(P1, P6)
“pengalaman itu membuat kita menjadi “SDM di UGD ini sudah memadailah ya,
lebih matang.....(P6) cuma kalau untuk shiff malam
kuranglah....(P2, P3, P6)
Kategori berikutnya adalah profesional. Hal “shiff pagi sudah mantap....(P3)
tersebut dapat dilihat dari pernyataan 4 “kalau untuk ketenagaan di UGD ini
partisipan berikut : masih kurang ya, tapi gimanalah
“....karena dari pengalaman itu kan kita ya....(P4)
bisa belajar....(P2) “kesiapannya secara semangat....(P6)
“....pengalaman itu menjadi pelajaran
yang berharga deh serta menambah Tema 3 : Ketidakberhasilan CPR pada
wawasan kita dalam menangani pasien pasien cardiac arrest
yang mengalami Tema ketidakberhasilan CPR pada pasien
kegawatdaruratan....(P4) yang mengalami cardiac arrest diperoleh 2
“meningkatkan skill dan pengetahuan, sub tema yaitu persentase keberhasilan dan
semakin tahu kita untuk melakukan yang kegagalan CPR, dan respon psikologis. Sub
lebih baik deh....(P5) tema pertama yaitu persentase keberhasilan
“menjadi pelajaran yang berharga buat dan kegagalan CPR diperoleh 2 kategori
kita untuk menambah pengetahuan....(P6) yaitu persentase keberhasilan, dan persentase
kegagalan. Terdapat 6 partisipan yang meningkatkan pengetahuan, seperti yang
mengungkapkan persentase diungkapkan oleh partisipan berikut :
ketidakberhasilan CPR, seperti yang “kalau kita ngak dikasih pelatihan
diungkapakan oleh partisipan berikut : berkala, ya kita ngak akan tahu
“....kira-kira keberhasilan itu perkembangnya....(P1)
gambarannya 25%....(P1) “....meningkatkan pengetahuan
“kalau dilihat sih 40% berhasil....(P2) kita....(P2)
“....80% berhasil....(P3) “....penting karena ada ilmu baru....(P3)
“kira-kira 10% berhasil....(P4) “sebenarnya di UGD harus penting
“kalau saya bilang persentase pelatihan tiap tahun....(P5)
keberhasilan sangat kecil ya, besarnya
keberhasilan 45%....(P5) Kategori selanjutnya adalah meningkatkan
“kalau saya pikir 60% mengalami skill. Seperti yang diungkapkan 2 partisipan
keberhasilan....(P6) berikut :
“....kalau tidak ada pelatihan kita tidak
Kategori berikutnya adalah persentase bisa melakukan sesuai dengan jalur yang
kegagalan CPR. Seperti yang diungkapkan 6 benar....(P4)
partisipan berikut : “untuk seorang perawat profesional yang
“....yang gagal 75%....(P1) bekerja di UGD dibutuhkan pelatihan-
“....60% gagal....(P2) pelatihan....(P6)
“....20% gagal....(P3)
“....kayaknya 90% gagal....(P4)
“....yang tidak berhasil 55%....(P5) PEMBAHASAN
“....40% gagal....(P6) Penelitian ini memiliki tujuan yaitu
mengeksplorasi pengalaman perawat terkait
Sub tema selanjutnya respon psikologis ketidakberhasilan CPR pada pasien cardiac
diperoleh 2 kategori yaitu kecewa dan sedih. arrest di unit gawat darurat Rumah sakit
Terdapat 6 partisipan yang mengungkapkan Advent Bandar Lampung. Empat tema
kecewa seperti yang diungkapakan partisipan teridentifikasi dari hasil penelitian dan telah
berikut ini: dianalisa dan merupakan representasi hasil
“kecewa yang pertama bang....(P1, P2, dari pengalaman yang dirasakan oleh
P3, P4, P5, P6) partisipan secara langsung.
“....kayaknya kita tidak puas....(P2)
“....yang pasti kita kecewalah....(P3) 1. Pengetahuan perawat tentang cardiac
“....kalau tidak berhasil kayaknya kita arrest.
gimana ya, kurang puas....(P5) Berdasarkan hasil penelitian dari 6 partisipan
Kategori selanjutnya adalah sedih. Seperti menunjukkan bahwa yang diungkapkan
yang diungkapkan 2 partisipan berikut : partisipan sesuai dengan teori yang sudah
“sedih....(P2) ada. hal tersebut menunjukkan bahwa
“kita tentu merasa sedihlah....(P6) perawat yang bertugas di UGD sudah
mempunyai pengetahuan yang baik tentang
Tema 4 : Manfaat mengikuti pelatihan cardiac arrest. Menurut Notoadmodjo
kegawatdaruratan (2014) mengatakan bahwa pengetahuan
Tema manfaat mengikuti pelatihan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
kegawatdaruratan diperoleh 1 sub tema yaitu melakukan penginderaan terhadap suatu
peningkatan kompetensi. Sub tema objek tertentu, sedangkan penginderaan ini
peningkata kompetensi diperoleh 2 kategori terjadi melalui panca indera manusia yakni
yaitu meningkatkan pengetahuan dan indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
meningkatkan skill. Terdapat 4 partisipan rasa dan raba yang sebahagian besar
yang mengungkapkan manfaat mengikuti pengatuhan manusia diperoleh melalui mata
pelatihan kegawatdaruratan adalah dan telinga. Pemahaman adalah kemampuan
seseorang untuk mengerti atau memahami sudah cukup baik terlihat dari cara perawat
sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan menangai pasien dengan cardiac arrest,
diingat. Kemampuan memiliki pengetahuan dapat dilihat juga dari fasilitas yang sudah
atas objek masalah yang dihadapi sangat mendukung dalam melakukan tindakan CPR,
ditentukan oleh pengalaman, latihan atau sementara itu jika dilihat dari ketenagaan
proses belajar. yang ada di ruang UGD untuk saat ini sudah
dioptimalkan. Hasil dari penelitian ini sejalan
Suatu penelitian yang memiliki 500 dengan teori yang ada yaitu fasilitas
responden, 70% dari responden pernah merupakan faktor pendukung yang
menghadiri kursus tentang CPR, tetapi mempermudah perawat dalam menangani
hampir 80% dari mereka menghadiri pasien dengan cardiac arrest (Arikunto,
pelatihan itu sudah 10 tahun yang lalu. 2008).
Kurang dari setengah responden tahu bahwa
CPR meliputi pernapasan (47%) dan 3. Ketidakberhasilan CPR pada pasien
kompresi dada (44,6%). Pengetahuan tentang cardiac arrest.
keterampilan Resusitasi Jantung Paru (RJP) Berdasarkan hasil penelitian
atau Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) ketidakberhasilan CPR pada pasien cardiac
umumnya sedikit. hanya 1,2 % tahu tingkat arrest dilihat dari persentase keberhasilan dan
kompresi dada, 2,2% tahu rasio antara kegagalan CPR serta respon psikologis yang
kompresi dada dan pernapasan buatan yang di dapatkan dari hasil wawancara terhadap
benar pada orang dewasa, dan hanya 3 dari partisipan peneliti hanya menggali sebatas
500 (0,6%) responden yang tahu keduanya pengetahuan tentang CPR, tidak sampai pada
(Rajapakse & Kersnik, 2010). Ini skill/keterampilan dari partisipan. Dan jika
membuktikan bahwa pengetahuan mengenai dilihat dari respon psikologisnya dari
definisi maupun teknik resusitasi yang masih partisipan bila mengalami ketidakberhasilan
sangat kurang dan sedikit. Apabila kita merasa bersedih dan kecewa.
mengetahui dan memahami teknik
resusitasi, kita dapat menolong orang yang Kualitas Resusitasi jantung Paru (RJP)
membutuhkan bantuan kita. memberi pengaruh sangat besar terhadap
angka ketahanan hidup, perlu dicatat bahwa
2. Kesiapan perawat dalam melakukan RJP yang dilakukan mengikuti pedoman
CPR. hanya mampu menyediakan sejumlah 10-
Kesiapan adalah keseluruhan kondisi 30% dari aliran darah normal ke jantung dan
seseorang yang membuatnya siap untuk 30-40% ke otak, sehingga perawat pemberi
memberi respon atau jawaban dengan cara resusitasi harus mampu memberikan RJP
tertentu terhadap suatu situasi. Faktor yang dengan kualitas terbaik dan sedini mungkin
mempengaruhi kesiapan adalah pengetahuan, Kemampuan untuk merespon dengan cepat
pengalaman dan pelatihan atau training. dan efektif untuk situasi serangan jantung
Ketiga faktor tersebut akan saling terletak pada perawat yang kompeten dalam
menguatkan untuk membentuk suatu prosedur keselamatan pasien dengan
kesiapan. Kemampuan untuk menilai, resusitasi jantung paru, sementara kurangnya
kemampuan untuk berfikir kritis dan keterampilan resusitasi perawat
mengambil keputusan terhadap tindakan teridentifikasi sebagai faktor yang
sesuai dengan kondisi klien itulah yang berkontribusi untuk hasil yang buruk pada
disebut kesiapan (Wolff, dkk., 2010). serangan jantung (Elazazay, 2012).