Penyakit
Jantung
Bawaan
Pembimbing : dr. Adhitia Budy P, Sp.JP (K) FIHA
Oleh :
Coass Ilmu Penyakit Dalam P40
Penyakit Jantung Bawaan
PJB Asianotik PJB Sianotik
Defek Septum Ventrikel
Tetralogi Fallot
Defek Septum Atrium
Transposisi Arteri Besar
Duktus Arteriosus Persisten
Anomali Ebstein
Stenosis Pulmonal
Atresia Pulmonal
Stenosis Aorta
Atresia trikuspid
Koarktasio Aorta
Aliran darah jantung normal
Sirkulasi janin
4 pirau (shunt):
- plasenta,
- duktus venosus,
- foramen ovale,
- duktus arteriosus
Faktor risiko:
lingkungan Infeksi
genetik Paparan noninfeksi
: teratogenik, polutan,
ibu perokok
. Intrauterin penyakit ibu
Embriologi organ jantung
Sianosis sentral
Anomali Atresia
Ebstein pulmonal
PJB
Sianotik
Transposisi
Atresia
Arteri
Trikuspid
Besar
Trunkus
Arteriosus
TETRALOGY OF
FALLOT
RV outflow obstruction
VSD
RV Hypertrophy
Overriding Aorta
TETRALOGI FALLOT
INSIDEN
● Yang paling sering ditemukan = 5 - 8%.
ANATOMI
● Tetralogi Fallot terjadi bila terdapat kegagalan perkembangan infundibulum.
● Sindrom ini terdiri dari 4 kelainan, yakni
1. Defek Septum Ventrikel
2. Stenosis Pulmonal
3. Over-riding Aorta
4. Hipertrofi Ventrikel Kanan.
● Namun secara fisiologis, yang penting adalah stenosis pulmonal dan defek
septum ventrikel.
Hypoxic spell (serangan sianotik)
Menangis/mengejanl
¯ SVR
O2 sangat rendah Spasme RVOT
R-L Shunt
pO2
pCO2
pH
Aliran balik vena
hyperpnea
Systemic venous return
Knee-chest position :
- memperthankan aliran vena di ekstremitas bawah
- menekan aliran a. femoralis SVR (resistensi perifer)
Preparat morfin
Hypoxic spell (serangan sianotik)
Desaturasi darah arterial kronik
kompensasi
Pembentukan eritrosit ↑↑
Polisitemia
Viskositas darah
meningkat Hematokrit meningkat
Abses otak
● Kombinasi obstruksi jalan keluar ventrikel kanan dan defek septum ventrikel menyebabkan hanya
sebagian darah dari ventrikel kanan yang menuju ke a. Pulmonalis dan sebagian (besar) menuju ke
ventrikel kiri, kemudian ke aorta.
● Derajat sianosis ditentukan oleh derajat stenosis pulmonal.
KELAINAN HEMODINAMIK
● Terdapatnya obstruksi jalan keluar ventrikel kanan yang disertai dengan defek
septum ventrikel besar terjadi pirau dari ventrikel kanan ke ventrikel
kiri/aorta, sehingga pasien mengalami kekurangan darah ke paru dan kelebihan
darah ke tubuh.
Manifestasi Klinis
● Terapi definitif adalah operasi koreksi, yakni dengan cara operasi jantung terbuka stenosis pulmonal
diperlebar sedangkan defek septum ventrikel ditutup.
● Pinatasan Blalock-Taussimg (yakni anastomosis a. Subklavia dengan a. pulmonalis) ataupun modifikasinya.
● Diharapkan beberapa bulan diameter a. Pulmonalis mendekati normal, sehingga operasi koreksi dapat
dilaksanakan.
● Tindakan mencegah serangan sianotik yang pertama harus dilakukan adalah mencegah anemia relatif, dengan
mempertahankan kadar Hb 16-19 g/dl dah Ht 50-60 vol%.
● Pada bayi yang pernah mengalami serangan sianotik perlu diberi propanolol (Inderal) 1-2 mg/Kg/hari.
● Serangan sianotik berulang menunjukkkan bahwa pasien memerlukan tindakan bedah, baik paliatif atau
koreksi.
ATRESIA
PULMONAL
ATRESIA PULMONAL
INSIDEN
● Atresia pulmonal dengan septum ventrikel utuh = 1 - 3 %.
EMBRIOLOGI
● Atresia pulmonal secara garis besar dibagi menjadi 2 kelompok, yakni :
● (a) Atresia pulmonal dengan defek septum ventrikel;
● (b) Atresia pulmonal tanpa defek septum ventrikel (biasa pula disebut sebagai atresia pulmonal dengan
septum yang utuh).
karena katup pulmonal atretik, maka a. Pulmonalis mendapat pasokan darah dari aorta melalui duktus
arteriosus, sehingga ia merupakan lesi yang tergantung pada duktus).
ANATOMI
● Pada neonatus yang sianotik beberapa jam setelah lahir terdengar bunyi jantung II tunggal dan tidak disertai
bising jantung.
● Pada foto dada, yakni pembesaran atrium kanan, segmen pulmonal yang cekung, dan vaskularisasi paru
menurun.
● Pada EKG terdapat deviasi sumbu QRS ke kanan, hipertrofi ventrikel kanan, dan pembesaran atrium kanan.
● Ekokardiografi dapat memecahkan masalah diagnosis ini.
TATA LAKSANA
● Tatalaksana atresia pulmonal tanpa defek septum ventrikel dibagi menjadi dua tahapan.
● Pada tahapan awal diberikan prostaglandin (PGE1) untuk menjamin agar duktus arteriosus persisten tidak
menutup.
● Setelah evaluasi dengan ekokardiografi (dan apabila perlu dengan kateterisasi), diputuskan apakah akan
dilakukan volvulotomi atau pemasangan pintasan Blalock-Taussing atau lainnya.
● Bila aliran darah paru dapat diperbaiki, baik dengan valvulotomi atau dengan pintasan, maka sianosis akan
berkurang dan pasien akan tumbuh cukup memadai.
● Dalam beberapa bulan kateterisasi ulang dilakukan untuk menilai keadaan a. Pulmonalis. Bila dianggap
memenuhi syarat, dapat dipasang konduit untuk menyambung a. Pulmonalis, dan pintasan yang ada dapat
dicabut.
Transposisi
Arteri Besar
TRANSPOSISI ARTERI BESAR
INSIDENS
● 5% dari seluruh panyakit jantung bawaan. lebih sering pada anak lelaki.
ANATOMI
● Kesalahan dalam proses pemutaran trunkus dapat menyebabkan aorta keluar dari ventrikel kanan
sedangkan a. Pulmonalis keluar dari ventrikel kiri.
● Katup pulmonal biasanya terletak dibelakang katup aorta.
● Akibatnya darah dari vena kava masuk ke atrium kanan dan terus ke aorta dan ke seluruh tubuh,
sedang darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri kemudian ke a. Pulmonalis kembali lagi ke paru.
● Jadi pada transposisi terdapat 2 sirkulasi paralel. Keadaan tersebut tidak menjamin pasien hidup,
kecuali ada percampuran darah pada atrium (melalui defek septum atrium atau foramen ovale), atau
antara kedua ventrikel (melalui defek septum ventrikel), ataupun di arteri besar (melalui duktus
arteriosus).
● Percampuran terbaik bila terjadi di atrium melalui defek septum atrium besar. Spektrum anatomik
transposisi arteri besar sangat bervariasi; ia dapat disertai atau tanpa defek septum ventrikel, defek
septum atrium, foramen ovale persisten, duktus arteriosus persisten, stenosis pulmonal, dan lain-lain.
Transposotion Great Artery atau Transposisi Arteri Besar adalah kelainan
letak dari aorta dan arteri pulmonalis. Dalam keadaan normal, aorta berhubungan
dengan ventrikel kiri jantung dan arteri pulmonalis berhubungan dengan ventrikel
kanan jantung. Pada transposisi arteri besar yang terjadi adalah kebalikannya.
Aorta terletak di ventikel kanan jantung dan arteri pulmonalis terletak di ventrikel
kiri jantung. Darah dari seluruh tubuh yang kekurangan oksigen akan mengalir ke
dalam aorta dan kembali dialirkan ke seluruh tubuh. Sedangkan darah yang
berasal dari paru-paru dan kaya akan oksigen akan kembali dialirkan ke paru-
paru.
● Epidemiologi Prevalensi TGA adalah 4,7
per 10.000 kelahiran hidup.
TGAmenyumbang 3% dari semua PJB dan
20% penyakit jantung sianotik
INSIDENS
● jarang ditemukan; dari pelbagai laporan insidennya sekitar 1 %.
ANATOMI
● Apabila septasi trunkus arteriosus menjadi aorta dan a. Pulmonalis gagal, maka trunkus arteriosus akan menetap
dan menerima darah dari kedua ventrikel.
● kegagalan septasi trunkus juga akan berakibat terdapatnya defek septum ventrikel yang letaknya tinggi.
● Dikenal 3 tipe trunkus arteriosus :
● Tipe I. : a. Pulmonalis utama berasal dari sisi posterior-kiri trunkus, kemudian bercabang menjadi a. Pulmonalis
kanan dan kiri; 80% trunkus adalah tipe ini.
● Tipe II : kedua a. Pulmonalis sejak awal terpisah, berasal dari bagian dorsal trunkus.
● Tipe III ; kedua a. Pulmonalis sejak awal terpisah, berasal kedua sisi lateral trunkus.
●Gambar utama memperlihatkan tipe I, yakni a. Pulmonalis utama
berasal dari trunkus, kemudian bercabang menjadi a. Pulmonalis
kanan dan kiri.
●A : tipe II, a. Pulmonalis kanan dan kiri terpisah berasal dari aspek
posterior kiri trunkus;
●B : tipe III, a. Pulmonalis kanan dan kiri berasal dari sisi lateral
trunkus.
KELAINAN HEMODINAMIK
● Pada trunkus arteriosus, trunkus menerima dan menyalurkan darah dari ke dua ventrikel.
● Perdarahan paru dapat normal, bertambah atau berkurang, yang bergantung kepada besarnya a. Pulmonalis
serta ada atau tidak adanya stenosis pulmonal.
MANIFESTASI KLINIS
● Sianotik, meskipun tidak jarang hanya sianosis ringan dan baru nyata
setelah bayi berusia beberapa bulan.
● Gagal jantung kongestif, dengan gejala batuk, dispne, takipne, takikardia,
dan hepatomegali.
● Nadi biasanya teraba keras (pulsus seler).
● Pada auskultasi bunyi jantung I normal, sedangkan bunyi jantung II
tunggal.
● Akibat dilatasi trunkus, maka sering terdengar klik ejeksi, yang diikuti
oleh bising sistolik.
● Kadang terdengar bising kontinu.
● Bila aliran darah ke paru amat banyak, maka terjadi beban volume di
atrium kiri, sehingga akan terdengar bising mid-diastolik di apeks akibat
stenosis mitral relatif.
DIAGNOSIS
● Bayi sianotik
● Bunyi jantung II tunggal,
● Terdengar bising yang dapat bervariasi dari bising sistolik hingga bising
kontinu
● Foto dada Kardiomegali dengan pembuluh darah paru meningkat,
● EKG hipertrofi biventrikular.
● Diagnosis pasti ekokaridografi ada / atau kateterisasi jantung.
● Pada kateterisasi tampak penurunan saturasi oksigen di ruang jantung
kanan dan aorta.
TATA LAKSANA
● Pada kasus dengan gagal jantung kongestif pemberian obat dekongestan harus diberikan dengan segera.
● Bila pengobatan berhasil memperbaiki keadaan, maka operasi dapat ditunda sampai usia 3 – 4 bulan.
● Operasi Rastelli, yang prinsipnya adalah menutup defek septum ventrikel, lalu memotong a. Pulmonalis
dan menyambungnya dengan ventrikel kanan dengan kondulit.
● Operasi kedua biasanya diperlukan bila anak sudah lebih besar untuk mengganti ukuran konduit.
● Operasi Rastelli hasilnya lebih baik bila dilakukan pada anak yang lebih besar. Karenanya, bila a.
Pulmonalis besar dan terjadi gagal jantung, mula-mula dilakukan pemasangan jerat a. Pulmonalis
(pulmonary arteri banding), sehingga gagal jantung dapat dikontrol dan operasi definitif dapt ditunda
sampai pasien berusia 1 – 2 tahun.
ATRESIA
TRIKUSPID
ATRESIA TRIKUSPID
INSIDENS
● 1% dari semua penyakit jantung bawaan.
ANATOMI
● Apabila terjadi gangguan keseimbangan antara proliferasi dan resorpsi jaringan
selama perkembangan katup trikuspid, dapat terjadi kelainan yang disebut atresia
trikuspid.
● daun-daun katup trikuspid saling melekat sehingga tidak dapat membuka.
● Karena darah dari atrium kanan tidak dapat ke ventrikel kanan, maka harus terdapat
defek septum atrium sebagai jalan darah dari atrium kanan ke atrium kiri, dan defek
septum ventrikel sebagai jalan darah dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan.
● Atresia trikuspid dibagi dalam 2 golongan besar, yakni
1. dengan posisi arteri besar normal
2. dengan transposisi arteri besar.
● Masing-masing kelompok mempunyai sub-kelompok.
● Yang akan dibahas adalah atresia trikuspid dengan posisi arteri besar normal.
● Darah dari atrium kanan menuju ke atrium kiri melalui defek septum atrium,
kemudian ke ventrikel kiri.
● Ventrikel kanan mendapat pasokan darah dari ventrikel kiri.
● Duktus arteriosus persisten dapat ada atau tidak.
KELAINAN HEMODINAMIK
● Pasien dengan atresia trikuspid tidak dapat mengalirkan darah dari atrium
kanan ke ventrikel kanan.
● Karenanya harus ada jalan lain, yakni komunikasi atrium kanan dan atrium
kiri melalui defek septum atrium.
● Meskipun terdapat pelbagai klasifikasi, namun aliran darah dalam jantung
sama, yakni darah mengalir dari atrium kanan ke atrium kiri melalui defek
septum atrium.
MANIFESTASI KLINIS
● Sianotik sejak dini.
● Karena ventrikel kanan kecil, tidak teraba aktivitas ventrikel kanan, namun dapat
diraba peningkatan aktivitas ventrikel kiri.
● Auskultasi : BJ I tunggal karena komponen trikuspid tidak ada, BJ II
juga seringkali terdengar tunggal.
● Tidak terdengar bising jantung.
● Bila ada, bising sangat bervariasi, diantaranya adalah bising diastolik akibat stenosis
mitral relatif atau bising pansistolik akibat defek septum ventrikel.
DIAGNOSIS
● Pasien sianotik dengan atau tanpa bising,
● Foto toraks pembesaran jantung,
● EKG deviasi sumbu QRS kekiri disertai dengan hipertrofi ventrikel kiri dengan atau tanpa
pembesaran atrium kiri.
● Hanya atresia trikuspid yang menyebabkan deviasi sumbu QRS ke kiri.
● EKG sangat penting dalam diagnosis atresia trikuspid.
● Diagnosis pasti dengan ekokardiografi.
● Pada kateterisasi jantung kateter tidak dapat masuk ke ventrikel kanan, tekanan atrium kanan dan kiri
meningkat, dan terdapat penurunan saturasi oksigen di atrium kiri. Lihat tabel.
● Pemeriksaan angiokardiografi akan memperjelas kelainan anatomik dan hemodinamik.
TATA LAKSANA
● Operasi Fontan.
● Prinsip operasi ini adalah mengalirkan darah dari atrium kanan langsung ke a. Pulmonalis; dengan demikian
maka fungsi ventrikel kanan diambil alih oleh atrium kanan.
● Dalam perkembangannya, operasi ini telah mengalami banyak modifikasi.
● Idealnya operasi harus dilakukan sedini mungkin pada masa bayi, namun pertimbangan anatomik dan
fisiologis tidak memungkinkan hal tersebut.
● Pascabedah, pasien tidak lagi sianotik, meskipun secara anatomis struktur dalam jantungnya sendiri tidak
dikoreksi.
ANOMALI
EBSTEIN
ANOMALI EBSTEIN
INSIDENS
● Relatif jarang ditemukan, kira-kira 1% dari seluruh jenis penyakit jantung bawaan.
ANATOMI
● Apabila terjadi gangguan mekanisme pembentukan katup trikuspid tersebut, maka mungkin anulus katup trikuspid
terletak dibawah, sehingga sebagian ventrikel kanan menjadi bagian atrium kanan.
● Korda tendine kanan menjadi pendek sehingga akhirnya akan terbentuk atrium kanan yang sangat besar, ventrikel
kanan sangat kecil, dan katup trikuspid menjadi insufisien.
● Sistem konduksi juga dapat terkena pada kelainan ini. Disrupsi bundel kanan dapat terjadi sehinga terjadi RBBB. Juga
dapat terjadi jalan abnormal melalui katup trikuspid, sehingga terjadi sindrom Wolff-Parkinson-White.
● Tampak anulus trikuspid yang rendah, dengan kedua daun katup trikuspid
yang tertarik ke bawah akibat muskulus papilaris yang pendek.
● Akibatnya maka terbentuk atrium kanan yang amat besar dan ventrikel kanan
yang kecil.
KELAINAN HEMODINAMIK
● Pasien dengan anomali ebstein mempunyai atrium kanan yang sangat besar, yang dapat meregang septum
atrium sehingga terjadi foramen ovale persisten, sehingga terjadi pirau kanan ke kiri melalui defek septum
atrium atau foramen ovale.
MANIFESTASI KLINIS