PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
tidak mendapatkan penanganan yang baik dari petugas kesehatan adalah cardiac
arrest atau henti jantung. Henti jantung adalah hilangnya fungsi jantung untuk
memompa darah yang terjadi secara mendadak. Angka kejadian henti jantung
berkisar 10 dari 10.000 orang normal yang berusia dibawah 35 tahun dan setiap
kurangnya oksigen yang dapat disalurkan ke seluruh tubuh terutama otak dan
jantung itu sendiri. Bila kurang oksigen ke otak, maka sel-sel otak akan mati dan
hilangnya kesadaran dan fungsi otak lainnya. Pada jantung, sel-sel jantung akan
kekurangan oksigen, dan akan mati. Sel-sel yang telah mati tidak dapat
dihidupkan kembali. Bila tidak cepat di tangani, maka dapat berujung pada
Intensive Care Unit (ICU). Elemen struktur dan proses yang diperlukan sebelum
pemusatan dilakukan sangat berbeda diantara kedua kondisi tersebut. Pasien yang
tanda henti jantung, meminta bantuan, dan memulai Resusitasi Jantung Paru, serta
penyedia layanan medis darurat EMS (Emergency Medical Service) yang terlatih
1
secara profesional mengambil alih tanggung jawab, lalu memindahkan pasien ke
pasien dipindahkan ke unit perawatan kritis untuk lebih lanjut. Sebaliknya, pasien
pengawasan yang sesuai (misalnya, sistem tanggapan cepat atau sistem peringatan
dini) untuk mencegah henti jantung (American Heart Association, 2014). Jika
terjadi henti jantung, pasien segera diberikan Resusitasi Jantung Paru, diberikan
akibat henti jantung dapat dicegah dengan segera memberikan tindakan resusitasi
jantung paru.
suatu usaha untuk mengembalikan keadaan henti napas dan/atau jantung (yang
pengaruh sangat besar terhadap angka ketahanan hidup, perlu diketahui bahwa
menyediakan sejumlah 10-30% dari aliran darah normal ke jantung dan 30-40%
ke otak (Ferianto, Ahsan, & Rini, 2016). Untuk memberikan resusitasi jantung
diberikan kepada seluruh lapisan masyarakat. Salah satu lapisan masyarakat yang
sering menjumpai kasus henti jantung adalah tenaga kesehatan termasuk perawat.
2
Peran perawat dalam pelayanan kegawatdaruratan memberikan
perawatan yang berkualitas terhadap pasien dengan cara penggunaan sistem yang
efektif serta menyeluruh dan terkoordinasi dalam perawatan pasien gawat darurat,
oleh perawat gawat darurat. Tindakan penyelamatan nyawa ini meliputi terapi
pemasangan ventilator atau alat bantu nafas, RJP (Resusitasi Jantung Paru) dan
resusitasi seperti pelatihan Basic Life Support (BLS), pelatihan Basic Trauma and
harapan kualitas hidup pasien dengan henti jantung. Hal tersebut menuntut
dengan cepat pada pasien henti jantung baik di dalam maupun di luar rumah sakit.
kualitas terbaik dan sedini mungkin. Resusitasi yang kualitas tinggi dan
kepercayaan diri (self efficacy) sangat penting bagi perawat yang biasanya
3
menjadi responden pertama di dalam klinik gawat darurat rumah sakit (Ferianto,
menghadapi dan memecahkan masalah dengan efektif. Self efficacy juga berarti
meyakini diri sendiri mampu berhasil dan sukses. Mereka yakin bahwa
tugas (Kreitner, Robert, & Kinicki, 2008). Self efficacy dipengaruhi oleh mastery
lain), verbal persuasion, dan physiological and emotional states (Prestiana &
Purbandini, 2012).
performance (melatih diri untuk melakukan yang terbaik). Sedangkan pada verbal
4
sendiri), dan interpretive treatment (interpretasi baru memperbaiki interpretasi
juta orang di dunia meninggal akibat penyakit kardiovaskuler atau 31% dari 56,5
juta kematian di seluruh dunia. Lebih dari 3/4 kematian akibat penyakit
sedang. Dari seluruh kematian akibat penyakit kardiovaskuler 7,4 juta (42,3%) di
antaranya disebabkan oleh Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan 6,7 juta (38,3%)
terdiagnosis dokter tertinggi Sulawesi Tengah (0,8%) diikuti Sulawesi Utara, DKI
Nusa Tenggara Timur (4,4%), diikuti Sulawesi Tengah (3,8%), Sulawesi Selatan
(2,9%), dan Sulawesi Barat (2,6%). prevalensi jantung koroner menurut diagnosis
Indonesia sebesar 0,13% dan yang terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 0,3%.
(0,25%), disusul Jawa Timur (0,19%), dan Jawa Tengah (0,18%) sementara untuk
5
gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur (0,8%), diikuti Sulawesi Tengah (0,7%),
sementara Sulawesi Selatan dan Papua sebesar 0,5% dan untuk Gorontalo sebesar
Berdasarkan data di ruang ICU RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe 3 bulan
terakhir, pasien yang dirawat berjumlah 190 pasien. Pasien yang diberikan
tindakan Resusitasi Jantung Paru berjumlah 149 pasien. Sementara untuk data di
ruang CVCU RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe 3 bulan terakhir, pasien yang dirawat
berjumlah 168 pasien. Pasien yang diberikan tindakan Resusitasi Jantung Paru
berjumlah 96 pasien.
tindakan tersebut dan pernah mengikuti pelatihan Basic Trauma and Cardiac Life
perawat mendapatkan kepercayaan diri dari arahan, bimbingan dan nasihat dari
atasan maupun teman sejawat. Sementara untuk 4 perawat yang jarang melakukan
resusitasi mengatakan setiap kali waktu dinas jarang menemukan pasien yang
tentang “hubungan mastery experience dan verbal persuasion dengan self efficacy
6
perawat dalam melaksanakan Resusitasi Jantung Paru pada pasien henti jantung di
dari 56,5 juta kematian di seluruh dunia. Lebih dari 3/4 kematian akibat
Jantung Koroner (PJK) dan 6,7 juta (38,3%) disebabkan oleh stroke.
Indonesia sebesar 0,13% dan yang terdiagnosis dokter atau gejala sebesar
7
(0,18%) sementara untuk Gorontalo sebesar 0,06%. Prevalensi gagal
Selatan dan Papua sebesar 0,5% dan untuk Gorontalo sebesar 0,2%
(RISKESDAS, 2013)
4. Berdasarkan data di ruang ICU RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe 3 bulan
terakhir, pasien yang dirawat berjumlah 190 pasien. Pasien yang diberikan
5. Berdasarkan data di ruang CVCU RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe 3 bulan
terakhir, pasien yang dirawat berjumlah 168 pasien. Pasien yang diberikan
8
1.3 Rumusan Masalah
yakni “Apakah ada hubungan mastery experience dan verbal persuasion dengan
self efficacy perawat dalam melaksanakan Resusitasi Jantung Paru pada pasien
henti jantung di ruang ICU dan CVCU RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe?”.
dengan self efficacy perawat dalam melaksanakan Resusitasi Jantung Paru pada
pasien henti jantung di ruang ICU dan CVCU RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe.
Resusitasi Jantung Paru pada pasien henti jantung di ruang ICU dan
Resusitasi Jantung Paru pada pasien henti jantung di ruang ICU dan
Jantung Paru pada pasien henti jantung di ruang ICU dan CVCU RSUD
9
5. Menganalisis hubungan verbal persuasion dengan self efficacy perawat
perawat
10
3. Bagi Peneliti
11