Anda di halaman 1dari 7

PEMANFAATAN TEKNOLOGI DALAM KEPERAWATAN

“CARDIOPULMONARY RESUSCITATION (CPR)”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Sistem Informasi Kesehatan

Dosen Pembimbing

Edy Suyanto, SST., MPH

KELOMPOK 8 – 3 C

DELIEV DELIYA ANTA RISQI (P17211203107)

FADGHOM FEBRIAN DHARMA .R (P17211204117)

HILDA ARIN AZZAHRAH (P17211203136)

CINTYA ANINDHA ALICE (P17211204143)

TRI LESTARI WULANDARI (P17211204146)

POLITEKNIK KESEHATAN MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN & PROFESI


NERS

OKTOBER 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat-
Nya sehinga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Penyusunan makalah yang berjudul Pemanfaatan Teknologi Dalam


Keperawatan “Cardiopulmonary Resuscitation (Cpr)” ini dibuat untuk memenuhi
tugas mata kuliah Sistem Informasi Kesehatan, yang diampu oleh Bapak Edy
Suyanto, SST., MPH. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Edy
Suyanto, SST., MPH. selaku dosen mata kuliah Sistem Informasi Kesehatan,
karena tanpa adanya bimbingan beliau makalah ini tidak akan selesai sesuai waktu
yang telah ditentukan.

Melalui makalah ini, diharapkan pembaca bisa mendapatkan perspektif


baru. Tentu penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kami juga
berharap makalah ini juga bisa bermanfaat untuk orang lain. Kritik dan saran
sangat penulis harapkan dari pembaca guna memperbaiki dan meningkatkan
pembuatan makalah.

Malang, 01 Oktober 2022

KELOMPOK 8
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegawatdaruratan merupakan suatu kejadian yang tiba-tiba
menuntut tindakan segera yang mungkin karena epidemi, kejadian alam,
untuk bencana teknologi, perselisihan atau kejadian yang disebabkan oleh
manusia (WHO, 2012 dalam Putri dkk, 2019). Kondisi gawat darurat
dapat terjadi akibat dari trauma atau non trauma yang mengakibatkan henti
nafas, henti jantung, kerusakan organ dan atau perdarahan.
Kegawatdaruratan dapat terjadi terhadap siapa saja dan dimana saja, dapat
berlangsung secara cepat dan tiba – tiba sehingga tidak seorangpun yang
dapat memprediksinya. Oleh sebab itu, pelayanan kedaruratan medik yang
tepat dan segera sangat dibutuhkan agar kondisi kegawatdaruratan dapat
diatasi. Dengan pemahaman yang utuh tentang konsep dasar gawat
darurat, maka angka kematian dan kecacatan dapat ditekan serendah
mungkin (Sudiharto, 2013 dalam Putri dkk, 2019).
Salah satu yang merupakan tugas dari petugas kesehatan yaitu
menangani masalah pada kegawatdaruratan. Walaupun begitu tidak
menutup kemungkinan kondisi kegawatdaruratan tersebut dapat terjadi di
luar rumah sakit atau di daerah yang sulit dijangkau oleh petugas
kesehatan sehingga peran serta masyarakat menjadi hal yang penting
dibutuhkan dalam kondisi tersebut adalah membantu korban sebelum
ditemukan oleh petugas kesehatan (Sudiharto & Sartono, 2011 dalam
Ngirarung dkk, 2017). Maka dari itu, sudah semestinya masyarakat
kalangan apapun mampu berperan serta dalam menangani kondisi
kegawatdaruratan. Contoh kondisi kegawatdaruratan yang dapat
mengancam jiwa dan membutuhkan penanganan segera adalah cardiac
arrest atau henti jantung. Kejadian henti jantung yang terjadi diluar rumah
sakit sebagian besar terjadi di rumah. Di Amerika dan Kanada kejadian
henti jantung sekitar 350.000 orang per tahun. Di Indonesia data pasti atau
pendokumentasian kejadian henti jantung di kehidupan sehari-hari atau di
luar rumah sakit belum jelas (Thoyyibah, 2014).
Henti jantung atau cardiac arrest adalah kondisi dimana sirkulasi
darah normal berhenti secara mendadak yang ditandai dengan
menghilangnya tekanan darah arteri (Ngirarung, Mulyadi, & Malara,
2017). Pada saat henti jantung, kematian mendadak bisa terjadi ketika
sistem kelistrikan pada jantung tidak dapat berfungsi dan menghasilkan
irama yang tidak normal (Santosa, Wihastuti, & Haedar, 2015).
Henti jantung adalah keadaan dimana hilangnya fungsi jantung
sebagai pemompa darah yang terjadi secara mendadak. Pada saat
seseorang mengalami henti jantung, penanganan yang harus segera
dilakukan adalah dengan cara yang tepat agar tidak menyebabkan
kerusakan pada sel permanen akibat kurangnya distribusi oksigen
diseluruh sel pada tubuh termasuk di otak dan jantung (Turangan, Kumaat,
& Malara, 2017).
Diperkirakan terdapat 17,5 juta orang per tahun meninggal akibat
penyakit kardiovaskular dengan total kematian diseluruh dunia sebanyak
31%. Berdasarkan data WHO, 75% kematian terjadi di negara miskin dan
negara berkembang (Turangan et al., 2017). Penelitian di beberapa Negara
Eropa mengatakan bahwa, kasus henti jantung merupakan salah satu
penyebab kematian dengan angka kejadian sekitar 700.000 kasus setiap
tahunnya. Sementara itu, diiAmerika terdapat sekitar 330.000 orang setiap
tahunnya yang meninggal karena henti jantung (Ngirarung et al., 2017).
Indonesia sendiri belum memiliki data yang pasti mengenai
prevalensi kejadian henti jantung di kehidupan sehari-hari atau di luar
rumah sakit, tetapi diperkirakan terdapat sekitar 10.000 orang per tahun
atau sebanyak 30 orang per hari mengalami henti jantung dengan kejadian
terbanyak dialami oleh penderita jantung koroner. Kematian yang
disebabkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah diperkirakan akan
terus meningkat mencapai 23,3 juta kejadian, terutama yang disebabkan
oleh penyakit jantung koroner dan stroke pada tahun 2030 (Ngirarung et
al., 2017).
Pertolongan yang tepat dalam menangani kasus kegawatdaruratan
pada kejandian henti jantung adalah Basic Life Support atau yang dikenal
dengan Bantuan Hidup Dasar (BHD). Cardio Pulmonary Resusitation
(CPR) atau yang disebut dengan Resusitasi Jantug Paru (RJP) merupakan
sebuah tindakan yang terdiri dari pemberian kompresi dada dan bantuan
nafas yang bertujuan untuk mengembalikan dan mempertahanakn fungsi
dari organ vital pada korban henting jantung dan henti nafas (Ngirarung et
al., 2017).
Cardiopulmonary Resuscitation (Resusitasi Jantung Paru) adalah
tindakan yang bertujuan memberikan bantuan hidup yang mengalami
kegawatan kardiovaskuler (Supinah, Khalilati, & Arifin, 2017). Dengan
melakukan Cardiopulmonary Resuscitation yang dilakukan dengan cepat
dapat meningkatkan tingkat keberlansungan hidup dari korban sebanyak
dua sampai tiga kali. Jumlah orang yang dapat melakukan
Cardiopulmonary Resuscitation pada negara-negara tertentu, terutama
negara yang berkembang di Asia Tenggara masih sedikit (Yasin, Ahsan, &
Racmawati, 2017).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada penulisan makalah ini adalah
merujuk pada “Bagaimanakah Pemanfaatan Teknologi Dalam
Keperawatan Dengan Menggunakan Alat Cardiopulmonary Resuscitation
(CPR).”

1.3 Tujuan
11.4.1 Tujuan Umum
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui cara
Pemanfaatan Teknologi Dalam Keperawatan Dengan
Menggunakan Alat Cardiopulmonary Resuscitation (CPR).
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus pada penulisan makalah ini antara lain :
1. Untuk mengetahui definisi dari Cardiopulmonary Resuscitation
(CPR).
2. Untuk mengetahui manfaat Cardiopulmonary Resuscitation
(CPR).
3. Untuk mengetahui cara penggunaan (langkah-langkah) alat
Cardiopulmonary Resuscitation (CPR).
4. Untuk mengetahui cara perawatan alat Cardiopulmonary
Resuscitation (CPR).

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini akan memberikan informasi
mengenai Pemanfaatan Teknologi Dalam Keperawatan Dengan
Menggunakan Alat Cardiopulmonary Resuscitation (CPR).

1.4.2 Pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan

Dapat mengembangkan ilmu dan teknologi terapan di


bidang keperawatan tentang Pemanfaatan Teknologi Dalam
Keperawatan Dengan Menggunakan Alat Cardiopulmonary
Resuscitation (CPR).

1.4.3 Penulis

Manfaat bagi penulis adalah penulis memiliki pengetahuan,


wawasan dan pengalaman mengenai Pemanfaatan Teknologi
Dalam Keperawatan Dengan Menggunakan Alat Cardiopulmonary
Resuscitation (CPR).
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, A. P. (2019). PERBANDINGAN EFEKTIVITAS RESUSITASI


JANTUNG PARU (RJP) MEKANIK DENGAN MANUAL
TERHADAP RETURN OF SPONTANEOUS CIRCULATION
(ROSC) PADA PASIEN HENTI JANTUNG DI RUANG IGD RSUD
PASAR MINGGU JAKARTA SELATAN (Doctoral dissertation,
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta).

Anda mungkin juga menyukai