Anda di halaman 1dari 7

PROPOSAL

PENANGANAN PRE - HOSPITAL PADA PENYAKIT JANTUNG


KORONER (PJK)
DI MASYARAKAT

LITERATUR RIVIEW

OLEH :
TRI AGUSTINA WULANDARI
191210020

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2022
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit jantung koroner (PJK) yaitu penyakit yang sangat

berbahaya dan penyebab utama kematian di negara maju dan berkembang

(Liang & Wang, 2022). Mayoritas orang yang mengalami penyakit

jantung koroner (PJK) mengalami cardiad arrest (henti jantung) dimana

kasus tersebut merupakan salah satu kasus kegawatdaruratan yang harus

ditangani dengan cepat dan tepat supaya bisa menolong nyawa dan

mencegah kecacatan lebih lanjut, karena kondisi kegawatdaruratan bisa

terjadi dimana saja, kapan saja, oleh karena itu orang yang mangalami

cardiac arrest sangat membutuhkan pertolongan pertama untuk

mengembalikan dan mempertahankan fungsi vital organ pada korban

(Oktarina, 2018). Basic Life Support atau bantuan hidup dasar (BHD)

yaitu usaha pertama yang dilakukan untuk mempertahankan

keberlangsungan hidupa pada korban yang mengalami kasus

kegawatdaruratan atau dalam keadaan mengancam nyawa (D Prasetyo,

2019). Sebagian besar kasus henti jantung sering terjadi di luar rumah

sakit atau yang lebih dikenal dengan Out-of-Hospital Cardiac Arrest

(OHCA) dimana kondisi tersebut merupakan kondisi yang mengancam

nyawa seseorang, dalam peristiwa ini diperlukan pertolongan pertama

dengan memberikan bantuan hidup dasar dengan teknik resusitasi jantung

paru (RJP) yang benar untuk meningkatkan atau mempertahankan

keberlangsungan hidup pada korban henti jantung maka dari itu pada
kasus ini diperlukan orang yang mempunyai skill atau kemampuan untuk

memberikan bantuan hidup dasar karena tindakan ini sangat penting untuk

berantisipasi ketika ada kejadian yang jauh dari pelayanan kesehatan,

maka dari itu masyarakat harus dilatih bagaimana cara melakukan

pertolongan pertama pada korban henti jantung (Sentana, 2017).

Menurut data yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2020,

jumlah orang yang meninggal akibat penyakit kardiovaskular setiap tahun

menyumbang 21% dari total jumlah kematian di seluruh dunia, salah satu

diantaranya berada di Asia. Angka kematian yang disebabkan oleh PJK

mencapai 1,8 juta kasus pada Tahun 2020 Penyakit PJK menjadi penyakit

yang mematikan di kawasan Asia salah satu negaranya adalah Indonesia

(WHO, 2020). Angka kematian yang disebabkan oleh PJK di Indonesia

cukup tinggi bisa mencapai 1,25 juta jiwa jika populasi penduduk

Indonesia 250 juta jiwa (Kemenkes, 2020). Di provinsi Jawa Timur

sendiri, prevalensi penyakit jantung sebesar 1,5% dimana 2-3 dari 1000

orang menderita penyakit jantung (Riskesdas, 2018). Penyakit ini rata- rata

lebih banyak menyerang pada usia lansia umur 65-74 tahun dengan

presentase 2 % dan pada usia lebih dari 75 tahun dengan presentase

meningkat sampai 3,6 %(Purnama, 2020).

Penyakit jantung koroner (PJK) adalah kondisi penyakit dimana

terjadi penumpukan plak pada pembuluh darah arteri koroner yang

menyebabkan arteri koroner jadi menyempitnoleh penumpukan kolestrol

sehingga membentuk plak pada dinding arteri dalam jangka waktu yang

cukup lama, Proses pembentukan plak tersebut disebut juga


Aterosklerosis. Penyakit ini bisa menyebabkan otot jantung melemah

sehingga sewaktu- waktu bisa terjadi henti jantung mendadak dimana

peristiwa tersebut sangat memerlukan penanganan yang lebih cepat dan

tepat supaya bisa mempertahankan keberlangsungan hidup pada korban

(Tindakan et al., n.d.). Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan

penyakit jantung yang timbul akibat penyempitan pada arteri koronaria

yang dapat mengganggu aliran darah ke otot jantung sehingga dapat

menyebabkan kematian (syahrafi,2021). Keberhasilan pertolongan

penyakit jantung koroner sangat bergantung kecepatan pertolongan

pertama baik di tingkat masyarakat maupun petugas kesehatan. Kesadaran

penderita mengenal gejala-gejala serangan dan kecepatan mendapat

pertolongan sangat dibutuhkan sehingga mampu meminimalisir angka

kematian dan kecacatan yang diakibatkan oleh penyakit jantung koroner.

Persepsi atau interpretasi dan pengetahuan tentang serangan jantung juga

diperkirakan menjadi penyebab lamanya waktu untuk membuat keputusan

dalam pencarian pertolongan maka dari itu penting nya untuk memberikan

tindakan pertama pada korban yang mengalami seranagn jantung

(Perawatan et al., 2019)

Penangananan atau tindakan pertama yang harus dilakukan pada

kasus henti jantung (cardiac arrest) di luar rumah sakit disebut dengan

bantuan hidup dasar (BHD) ciri- ciri orang yang mengalami henti jantung

tidak sadarkan diri, tidak ada nafas dan denyut nadi karotis tidak teraba

maka dari itu diperlukan pertolongan pertama dengan cara memberikan

bantuan hidup dasar menggunakan teknik RJP karena penanganan tersebut


sangat penting guna mencegah kecacatan atau kematian yang lebih besar

(Sentana, 2017). Pada umumnya tindakan RJP (resustasi jantung paru)

tidak hanya bisa diketahui oleh tenaga kesehatan akan tetapi tindakan

tersebut harus bisa diketahui oleh masyarakat , karena kondisi gawat

darurat banyak ditemukan oleh masyarakat awam. Maka dari itu Sangat

penting bagi masyarakat untuk bisa melakukan atau memahami tindakan

RJP ketika menemukan korban yang mengalami henti jantung di luar

rumah sakit (OHCA) berdasarkan kiutipan diatas penlulis mempunyai ide

untuk mengambil judul “ Penannganan Pre-hospital pada penyakit jantung

koroner dimasyarakat” (Oktarina, 2018).

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah penanganan Pre-hospital pada penyakit jantung

koroner dimasyarakat?

1.3 Tujuan

Mengidentifikasi penanganan Pre-hospital pada penyakit jantung

koroner dimasyarakat berdasarkan studi empiris dalam 5 tahun terakhir


DAFTAR PUSTAKA

Agus purnama. (2020). Edukasi dapat meningkatkan kualitas hidup [asien yang
terdiagnosa penyakit jantung koroner. Jurnal kesehatan indonesia, X(2),
66-71. http://www.journal.stikeshb.ac.id/index.php/jurkessia/article/view/
251.

D Prasetyo, R. (2019). Pengaruh Latihan Basic Life Support Terhadap


Pengetahuan Dan Keterampilan Tim Muhammadiyah Disaster
Management(Mdmc)Banyumas.68–75.
https://doi.org/10.32528/psn.v0i0.1732

Sentana, A. D. (2017). Peran Masyarakat Dalam Penanganan Henti Jantung


Dengan Melakukan Resusitasi Jantung Paru Yang Terjadi di Luar Rumah
Sakit. Jurnal Kesehatan Prima, 11(2), 111–117.
Wenqi Li, dkk. (2022). Prediction of coronary heart disease based on combined
reinforcement multitask progressive time-series networks Wenqi Li Hal.
96–106 https://doi.org/10.1016/j.ymeth.2021.12.009

Kholid Rosyidi . (2018). Illness perception and cardiovascular health behaviour


among persons with ischemic heart disease in Indonesia. International
Journal of Nursing Sciences 5, 174-
180.http://www.elsevier.com/journals/international-journal-of-nursing-
sciences/2352-0132.

Hernando, G., Studi, P., Keperawatan, I., & Kesehatan, F. I. (2016). Pengaruh
Pelatihan Basic Life Support Terhadap Tingkat Kesiapan Melakukan
Cardiopulmonary Resuscitation Pada Mahasiswa Keperawatan Universitas
‘ Aisyiyah Yogyakarta Resuscitation Pada Mahasiswa Keperawatan
Universitas ‘ Aisyiyah Yogyakarta.
Yosi Oktarina, Nurhusna. (2019). PELATIHAN PENANGANAN
KEGAWATDARURATAN HENTI JANTUNG BAGI KADER DAN
MASYARAKAT. 2(1). Hal 33-39
https://online-journal.unja.ac.id/medic/article/view/5899

Riskesdes Kemenkes : Penyakit Jantung Koroner Didominasi Penduduk


Perkotaan https://lingkarmadura.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-
1892709587/riskesdas-kemenkes-penyakit-jantung-koroner-didominasi-
penduduk-perkotaan

Anda mungkin juga menyukai