Anda di halaman 1dari 44

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

LITERATUR RIVIEW

PENANGANAN PRE - HOSPITAL PADA PENYAKIT JANTUNG


KORONER (PJK)
DI MASYARAKAT

TRI AGUSTINA WULANDARI


191210020

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2022
PENANGANAN PRE - HOSPITAL PADA PENYAKIT JANTUNG
KORONER (PJK) DI MASYARAKAT

PROPOSAL LITERATUR RIVIEW / TUGAS AKHIR


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program
STUDI Diploma III Keperawatan vokasi Institut Teknologi Sains Dan Kesehatan Insan
Cendekia Medika Jombang

TRI AGUSTINA WULANDARI


191210020

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2022

LEMBAR PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH


Judul : Penanganan Pre-Hospital Pada Penyakit Jantung Koroner

Di Masyarakat

Nama Mahasiswa : Tri Agustina Wulandari

NIM : 191210020

Telah di uji dan dinilai di hadapan dewan penguji dan diterima sebagai

salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program studi Diploma

III Keperawatan ITSKes Insan Cendekia Medika Jombang.

Menyetujui

Komisi pembimbing

Pembimbing Ketua Pembimbing Anggota

Afif Hidayatul Arham, S.kep.,Ns.,M.ke Inayatur Rosyidah, S.Kep.Ns.,M.Kes


NIK.01.11.439 NIK: 04.05.053

Mengetahui,

Ketua Program Studi

Ucik Indrawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIK.04.08.123

LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL
Judul : Penanganan Pre-Hospital Pada Penyakit Jantung Koroner

Di Masyarakat

Nama : Tri Agustina Wulandari

NIM : 191210020

Telah Diseminarkan Dalam Ujian Proposal Pada :

……………………………………………

Menyetujui,

Dewan Penguji

Penguji Utama : H.Imam Fatoni,.S.KM.,MM (…………………...)

Penguji I : Afif Hidayatul Arham, S.kep.,Ns.M.kep (…………………...)

Penguji II : Inayatur Rosyidah, S.Kep.Ns.,M.Kes (…………………...)

Mengetahui,

Ketua Program Studi

Ucik Indrawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIK.04.08.123
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-

Nya kepada kita semua sehingga Saya dapat menyelesaikan proposal Literatur

Riview dengan judul “Penanganan Pre-Hospital Pada Penyakit Jantung


Koroner ”. Laporan proposal Literatur Riview ini disusun sebagai salah satu

syarat untuk mengerjakan Karya Tulis Ilmiah pada Program Studi Diploma III

Keperawatan ITSKes ICMe Jombang. Penulis menyadari dalam penyusunan

proposal Literatur Riview ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai

pihak. Karena itu pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Prof.Win Darmanto., M.Si., Med Sci.Ph.D selaku Rektor ITSKes

ICMe Jombang.

2. Ibu Ucik Indrawati, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Kaprodi D-III

Keperawatan

3. Bapak Afif Hidayatul Arham, S.kep.,Ns.M.kep selaku pembimbing Satu

yang dengan sabar telah banyak memberikan pengarahan, bimbingan dan

waktunya dalam penyusunan Proposal Literatur Riview ini

4. Inayatur Rosyidah, S.Kep.Ns.,M.Kes selaku pembimbing kedua yang telah

mengarahkan dan membimbing saya dalam penyusunan Proposal Literatur

Riview ini

5. Serta kedua orang tua dan teman-teman yang berperan besar dalam

penyusunan Proposal Literatur Riview ini

Saya menyadari bahwa Literature review ini tidak luput dari berbagai

kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik

demi kesempurnaan dan perbaikan sehingga akhirnya laporan proposal

ini dapat mengembangkan manfaat bagi pendidikan kesehatan dan

penerapan dilapangan serta bisa dikembangkan lagi lebih lanjut, saya

mengucapkan banyak terima kasih atas segala perhatian dan


dukungannya.

Jombang, 4 Apri 2022

Penulis

DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Penyakit jantung koroner (PJK) telah menjadi penyebab utama

kematian di negara maju dan berkembang (Liang & Wang, 2022).

Mayoritas orang yang mengalami penyakit jantung koroner (PJK)

mengalami cardiad arrest (henti jantung) dimana kasus tersebut

merupakan salah satu kasus kegawatdaruratan yang harus ditangani

dengan cepat dan tepat supaya bisa menolong nyawa dan mencegah

kecacatan lebih lanjut (Oktarina, 2018). Dalam peristiwa ini sangat

diperlukan pertolongan pertama dengan memberikan bantuan hidup dasar

dengan teknik resusitasi jantung paru (RJP) yang benar untuk

meningkatkan atau mempertahankan keberlangsungan hidup pada korban

henti jantung maka dari itu pada kasus ini diperlukan orang yang

mempunyai skill atau kemampuan untuk memberikan bantuan hidup dasar

karena tindakan ini sangat penting untuk berantisipasi ketika ada kejadian

yang jauh dari pelayanan kesehatan dan masyarakat harus dilatih

bagaimana cara melakukan pertolongan pertama pada korban henti jantung

(Sentana, 2017).

Data WHO pada tahun 2020, jumlah orang yang meninggal akibat

penyakit kardiovaskular setiap tahun menyumbang 21% dari total jumlah

kematian di seluruh dunia, salah satu diantaranya berada di Asia. Angka

kematian yang disebabkan oleh PJK mencapai 1,8 juta kasus pada Tahun

2020 Penyakit PJK menjadi penyakit yang mematikan di kawasan Asia

salah satu negaranya adalah Indonesia (WHO, 2020). Angka kematian

yang disebabkan oleh PJK di Indonesia cukup tinggi bisa mencapai 1,25
juta jiwa jika populasi penduduk Indonesia 250 juta jiwa (Kemenkes,

2020). Di provinsi Jawa Timur sendiri, prevalensi penyakit jantung

sebesar 1,5% dimana 2-3 dari 1000 orang menderita penyakit jantung

(Riskesdas, 2018). Penyakit ini rata- rata lebih banyak menyerang pada

usia lansia umur 65-74 tahun dengan presentase 2 % dan pada usia lebih

dari 75 tahun dengan presentase meningkat sampai 3,6 % (Purnama,

2020). Terdapat 70,4% keluarga melakukan pertolongan pertama kategori

salah, dan terdapat 73,1% keluarga terlambat membawa pasien PJK ke

Rumah sakit. Sebagian besar masyarakata sebanyak 76 responden (70,4%)

memiliki perilaku penanganan pre hospital yang salah, sedangkan sebagian

kecil dengan responden sebanyak 32 (29,6%) memiliki perilaku

penanganan pre hospital yang benar (Aparicio et al., 2021).

Penyakit jantung koroner (PJK) adalah kondisi penyakit dimana

terjadi penumpukan plak pada pembuluh darah arteri koroner yang

menyebabkan arteri koroner jadi menyempitnoleh penumpukan kolestrol

sehingga membentuk plak pada dinding arteri dalam jangka waktu yang

cukup lama, Proses pembentukan plak tersebut disebut juga

Aterosklerosis. Penyakit ini bisa menyebabkan otot jantung melemah

sehingga sewaktu- waktu bisa terjadi henti jantung mendadak dimana

peristiwa tersebut sangat memerlukan penanganan yang lebih cepat dan

tepat supaya bisa mempertahankan keberlangsungan hidup pada korban

(Pratiwi & Saragi, 2018). Angina pectoris pada umumnya disebabkan oleh

PJK dimana peristiwa tersebuit bisa terjadi saat otot jantung tidak

mendapatkan suplai darah yang cukup karena pembuluh darah arteri pada
jantung menyempit atau tersumbat gejala yang timbul pada penyakit ini

yaitu nyeri pada dada yang dapat menjalar ke lengan kiri, leher, rahang

dan punggung sehingga dapat menghambat aktifitas apabila gejala pada

kasus ini makin parah akan berpotensi menyebabkan serangan jantung

dimana hal tersebut bisa menyebabkan kematian mendadak. (Gunawan,

2018).

Keberhasilan pertolongan pada penyakit jantung koroner sangat

bergantung pada kecepatan pertolongan pertama baik di tingkat

masyarakat maupun petugas kesehatan karena gejala serangan dan

kecepatan mendapat pertolongan sangat dibutuhkan sehingga mampu

meminimalisir angka kematian dan kecacatan (Perawatan et al., 2019).

Penangananan atau tindakan pertama yang harus dilakukan pada kasus

henti jantung (cardiac arrest) di lingkungan masyarakat yaitu dengan

melakukan tindakan bantuan hidup dasar (BHD) ciri- ciri orang yang

mengalami henti jantung tidak sadarkan diri, tidak ada nafas dan denyut

nadi karotis tidak teraba maka dari itu diperlukan pertolongan pertama

dengan cara memberikan bantuan hidup dasar menggunakan teknik RJP

karena penanganan tersebut sangat penting guna mencegah kecacatan atau

kematian yang lebih besar (Sentana, 2017). Terkait pengetahuan

masyarakat yang masih sangat rendah mengenai bagaimana melakukan

pertolongan pertama pada kasus henti jantung yang terjadi di lingkungan

sehingga masyarakat yang melihat korban henti jantung akan cenderung

membawa pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat terlebih dahulu

untuk mencegah hal yang fatal (Sakit et al., 2022).


Pada umumnya tindakan RJP (resustasi jantung paru) tidak hanya

bisa diketahui oleh tenaga kesehatan akan tetapi tindakan tersebut harus

bisa diketahui oleh masyarakat, kondisi gawat darurat banyak ditemukan

oleh masyarakat awam. Maka dari itu Sangat penting bagi masyarakat

untuk bisa melakukan atau memahami tindakan RJP ketika menjumpai

korban yang mengalami henti jantung di luar rumah sakit (OHCA)

berdasarkan kutipan diatas penulis mempunyai ide untuk mengambil judul

“ Penanganan Pre-hospital pada penyakit jantung koroner dimasyarakat”

(Oktarina, 2018).

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah penanganan Pre-hospital pada penyakit jantung

koroner dimasyarakat?

1.3 Tujuan

Mengidentifikasi penanganan Pre-hospital pada penyakit jantung

koroner dimasyarakat berdasarkan studi literatur 5 tahun terakhir.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Jantung Koroner (PJK)

2. 1.1. Pengertian Penyaki Jantung Koroner (PJK)

Penyakit jantung koroner (PJK) atau yang disebut Coronary Heart

Disease (CHD) merupakan penyakit yang sangat berbahaya yag

yang di sebabkan oleh penumpukan plak arteri sehingga dapat

mengakibatkan pembuluh darah tersumbat dan menyempit. Ketika

pembuluh darah tersumbat bisa menimbulkan keluhan berupa nyeri

dada, sesak nafas dan gejala serangan jantung dan bisa

menyebabkan henti jantung mendadak Jika penyakit ini dibiarkan

akan berakibat fatal (Gunawan, 2018).

Penyakit ini perlu di waspadai karena adanya kadar koletrol

yang tingi atau berlebihan yang di sebut dengan kadarr kolestrol

LDL (Low Density Lipoprotein) atau yang dikenal dengan lemak

jahat yang sangat berbahaya (Santosa, 2020).

Penyakit jantung koroner bisa juga disebabkan dari masyarakat

yang menyepelekan faktor makanan – makanan yang seimbang dan

mereka lebih sering mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak

seperti junk food. Serta tingkat aktifitas masyarakat yang sangat

kurang sehingga makanan yang di cerna tidak bisa terbakar dengan

baik dan dampaknya bisa terjadi penumpukan lemak pada dinding

arteri dan bisa menyebabkan terjadinya aterosklorosis yaitu proses


terbentuknya plak yang berdampak pada intima dari arteri (Acces,

2021).

2.1.2 Etiologi pada Penyakit Jantung Koroner (PJK)

Faktor yang bisa menyebabkan terjadinya penyakit jantung

koroner yaitu dari rokok, karena tembakau yang ada di dalam

kandungan rokok yaitu zat nikotin dan karbon monokisida

kandungan ini sangat berbahaya yang bisa menyebabkan

penurunan oksigen yang dialirkan oleh darah dan menyebabkan

cenderung darah menggumpal di pembuluh darah arteri, karena

merokok juga dapat meningkatkan kebutuhan oksigen oleh otot

jantung dan dapat menurunkan kemampuan darah untuk

mengangkut oksigen (Ghani et al., 2016).

2.1.3 Faktor resiko pada Penyakit Jantung Koroner (PJK)

Menurut American Heart Association’s faktor PJK di bagi

menjadi dua yaitu:

a. Faktor resiko mayor (Risiko yang tidak dapat diubah)

1) Umur

Umur merupakan mempunyai hubungan yang kuat

terhadap proses terjadinya arterosklerosis atau yang

disebut dengan adanya penumpukan lemak, kolestrol

pada dinding arteri. Proses terjadinya pembentukan

arterosklerosis pada laki –laki ketika umur 45 tahun

sedangkan pada perempuan pembentuikan tersebut

terjadi pada usia menginjak 50 tahun.


2) Jenis Kelamin

Mayoritas orang yang menderita PJK resiko lebih tinggi

yaitu laki- laki daripada perempuan, karena reseptor

lebih banyak didapatkanoleh wanita dibandingkan laki-

laki

3) Genetik

Mayoritas orang yang menderita PJK resiko lebih tinggi

yang mempunyai riwayat keluarga penyakit

tersebut .dari pada orang yang tidak memiliki riwayat

keluarga yang menderita PJK.

b. Faktor resiko minor (Resiko yang dapat di ubah)

1) Merokok

Merokok bisa menyebabkan penebalan dinding

arteri. Akibatnya arteri jadi menyempit dan aliran

darah serta suplai oksigen menuju jantung menjadi

terhambat.

2) Hipertensi

Orang yang memiliki riwayat tekanan darah

tinggi (hipertensi) memicu terjadinya penumpukan

plak di dinding pembuluh darah arteri. Penderita

tekanan darah tinggi berisiko dua kali lipat

menderita penyakit jantung koroner karena Arteri

tmengalami pengerasan yang disebabkan oleh

endapan lemak pada dinding, sehingga


menyempitka lumen yang terdapat di dalam

pembulu darah.

3) Diabetes Mellitus

Resiko terjadinya PJK pada orang yang memiliki

riwayat penyakit DM karena kadar gula darah yang

tinggi dapat memicu kerusakan pada dinding

pembuluh darah, termasuk pembuluh darah pada

jantung.

2.1.4 Manifestasi Penyakit Jantung Koroner (PJK)

Adapun menurut Pedoman Perhimpunan Dokter Spesialis

Kardiovaskuler Indonesia Tahun 2017 Gejala klini PJK yakni :

a. Merasakan nyeri dan tidak naman bagian dada, substernal,

dada kiri hingga menjalar ke leher, bahu kiri serta tangan dan

punggung.

b. Merasakan ada tekanan, remasan, terbakar hingga tertusuk.

c. Merasakan keringat dingin, mual, muntah, lemas pusing

hingga pingsan.

d. Merasakan secara tiba-tiba dengan kecepatan tinggi dan waktu

bervariasi.

2.1.5 Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner (PJK)

Patofisiologi dari penyakit jantung koroner (PJK) bermula

dari awal terjadinya pembentukan arteroklorosis. Yaitu

pembentukan plak ( lemak ) pada dinding pembuluh darah arteri


sehingga menyebabkan terjadinya penyumbatan aliran darah

keseluruh tubuh dan bisa menurunkan elastisisas pada pembuluh

darah. Telah dilakukan oleh berbagai para penelitian bahwa lesi

awal yang terjadi pada arterosklerosis membentuk lapisan lemak.

Gangguan metabolisme, Gangguan yang terjadi pada

metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan dan

penurunan fraksi lipid dalam plasma atau disebut dengan

dislipidemia (Ariyanti, 2019).

Banyak faktor penyebab yang terlibat dalam menentukan

terjadinya penyakit CVD dan PJK, terutama faktor biologis,

psikososial dan perilaku. Kelompok pertama terdiri dari faktor

risiko CVD biologis tradisional, seperti kolesterol HLD tinggi,

tekanan darah tinggi atau diabetes, yang telah diidentifikasi dalam

studi prospektif epidemiologi besar. Selain itu, ada bukti kuat

bahwa orang yang merokok, aktivitas fisik, obesitas, diet tidak

sehat, dan memiliki kepatuhan yang buruk terhadap obat akan

meningkatkan risiko terjadinya penyakit CVD dan berkontribusi

pada peningkatan faktor risiko kardiovaskular seperti hipertensi.

Kematian akibat penyakit kardiovaskular dapat dicegah dengan

menghilangkan kebiasaan merokok, menajaga pola makan yang

baik, menghindari asupan alkohol, dan melakukan aktifitas seperti

olahraga supaya bisa membuang lemak di dalam tubuh (Alesio

dkk, 2021).
2.1.6 Pencegahan terjadinya PJK

Proses terjadinya PJK yang cukup panjang sesungguhnya

tersedia cukup waktu untuk mencegah dan mengendalikannya.

Beberapa langkah pencegahan penyakit jantung koroner adalah:

a. Pencegahan primer

Adalah suatu upaya untuk pencegahan yang dilakukan sebelum

seseorang menderita PJK. Tujuan dari pencegahan primer

adalah untuk menghambat berkembangnya dan meluasnya

faktor-faktor risiko PJK. Upaya pencegahan ini berupa ;

1) Peningkatan kesadaran pola hidup sehat

Upaya ini lebih baik dilakukan sejak bayi, dengan tidak

membiarkan bayi jadi gemuk dan merubah kriteria bayi

gemuk sebagai seimbang gizi, enyahkan rokok, hindari

Stres, awasi tekanan darah, dan teratur berolahraga.

2) Pemeriksaan kesehatan secara berkala

Banyak orang yang sudah menginjak usia senja (usia diatas

40 tahun) tidak mengetahui bahwa dirinya mengidap

penyakit tekanan darah tinggi, kencing manis ataupun

dislipidemia (kelebihan kolesterol), karena mereka enggan

memeriksakan diri ke dokter atau mungkin pula penyakit

tersebut tidak memberikan suatu keluhan. Tidak jarang

diantara mereka ini kemudian meninggal mendadak karena


serangan jantung. Maka dari itu pentingnya untuk selalu

melakukan pemeriksaan kesehatan berkala

b. Pencegahan Sekunder

Adalah upaya yang dilakukan oleh seseorang yang sudah

menderita PJK. Tujuan Pencegahan Sekunder adalah supaya:

1) tidak terjadi komplikasi lebih lanjut,

2) tidak merasa invalid (cacat di masyarakat), dan

3) status psikologis penderita menjadi cukup mantap.

Secara Umum Upaya Pencegahan yang dilakukan pada

penderita PJK yaitu pada orang yang sehat, orang yang

berisiko, maupun oleh orang yang pernah menderita

penyakit jantung adalah :

a. Berolah raga secara teratur, untuk membantu

pembakaran lemak dan menjaga agar peredaran darah

tetap lancar.

b. Mengurangi konsumsi makanan berlemak/

berkolesterol tinggi dan meningkatkan konsumsi

makanan tinggi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-

buahan.

c. Menjaga berat badan ideal.

d. Cukup istirahat dan kurangi stress, sehingga jumlah

radikal bebas yang terbentuk dalam tubuh tidak terlalu

banyak.

e. Hindari rokok, kopi, dan minuman beralkohol.


f. Melakukan pemeriksaan laboratorium secara berkala

untuk memantau kadar kolesterol dalam darah.

g. Menjaga lingkungan tetap bersih

2.2 Konsep Penanganan Penyakit Jantung Koroner

2.2.1 Pengertian Penanganan

Penanganan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) Yaitu memiliki satu arti yaitu penanganan dan berasal

dari kata dasar tangan. Penanganan memiliki arti yang

menyatakan sebuah tindakan yang dilakukan dalam melakukan

sesuatu dan juga dapat berarti proses, cara, perbuatan menangani

sesuatu yang sedang dialami.

Penanganan merupakan suatu proses yang dilakukan oleh

seseorang untuk melakukan sesuata masalah sehingga masalah

atau perkara yang dihadapi tersebut bisa ditanganai dan

diselesaikan dengan baik.

2.2.2 Peran masyarakat

Masyarakat merupakan seseorang yang sangat penting

ketika menemukan pasien yang menderita penyakit jantung

koroner (PJK) mengalami henti jantung mendadak di luar rumah

sakit (OHCA) untuk mencegah terjadinya kecatatan atau keamtian

yang lebih tinggi maka dari itu masyarakat harus bisa mengetahui

bagaiman teknik untu melakukan petolongan pertama pada

korban yang mengalami henti jantung, karena masyarakat awam

lah yang sering kali menemukan kasus tersebut di luar rumah


sakit. Penurunan risiko kematian pada korban yang mengalami

henti jantung tergantung pada penanganan segera yang

dilakukan oleh masyarakat. Pasien yang mengalami OHCA akan

mengandalkan masyarakat untuk memberikan keberlangsungan

hidup pada korban. Penolong tidak terlatih harus mengenali

serangan, dan harus meminta bantuan untuk memulai RJP/CPR,

serta memberikan defibrilasi (misalnya, PAD/public

accessdefibrilation) hingga tim pelayanan kesehatan medis

darurat (EMS) yang terlatih secara profesional mengambil alih

tanggung jawab, setelah itu pasien dipindahkan ke unit gawat

darurat atau laboratorium kateterisasi jantung. Pada akhirnya,

pasien dipindahkan ke unit perawatan kritis untuk perawatan lebih

lanjut (Sentana, 2017).

Pada Kasus PJK orang yang mengalami kejadian henti

jantung atau cardiac arrest di luar rumah sakit (OHCA)

merupakan kejadian gawat darurat pre-hospital di mana korban

belum dibawa sampai ke rumah sakit. Upaya pelayanan gawat

darurat yang dilaksanakan di tingkat pra rumah sakit meliputi

diketahuinya adanya penderita gawat darurat oleh masyarakat,

Dalam memberikan pertolongan pertama, masyarakat perlu

memiliki pengetahuan tentang kegawatdaruratan, misalnya

tentang bantuan hidup dasar. Selain pengetahuan, kesiapan dan

perilaku dari masyarakat sangat mempengaruhi kecepatan dan

ketepatan dalam melakukan pertolongan. Kesiapan menolong


diharapkan akan menghasilkan keuntungan terhadap pihak lain.

Kegiatan pertolongan medis dan perawatan.

2.2.3 Penanganan masyarkat pada PJK

Peran masyarakat dalam menangani penyakit jantung

koroner masih menjadi masalah utama karena sebagian besar

masyarakat belum paham tentang bagaimana cara menangani

korban yang mengalami henti jantung di lingkungan masyarakat

dan pertolongan yang buruk pada area prehospital sampai saat ini

masih menjadi masalah yang sulit terpecahkan karena mayoritas

masyarakat sering menyepelekan tanda gejala yang muncul saat

serangan sehingga kebanyakan dari keluarga melakukan perilaku

yang tidak tepat sehingga memperpanjang keterlambatan

penanganana PJK. Penangangan yang dilakukan oleh masyarakat

pada PJK yaitu dengan memberikan air hangat atau teh hangat

kemudian disusul mengolesi minyak atau balsem dan melakukan

pijatan dan melakukan kerokan/kerik (coining) (Perawatan et al.,

2019).

2.3 Penanangana Penyakit Jantung Koroner (PJK)

Menurut (Oktarina, 2018) sebagian besra orang yang menderita

PJK mengalami henti jantung (cardiact arrest) dimana kasus tersebut harus

ditangani dengan cepat dan tepat. Berikut penanganan yang harus

dilakukan pada kasus henti jantung (cardiact arrest):

2.3.1 Bantuan hidup dasar (BHD)


BHD yaitu salah satu tindakan untuk mempertahankan

keberlangsungan hidup korban ketika dalam situasi mengancam

nyawa seperti kasus henti jantung mendadak. Keterlambatan

pemberian tindakan BHD pada korban prehospital bisa

menyebabkan kematian secara klinis maupun biologis (Lut et al,

2017)

Basic life support (BLS) atau bantuan hidup dasar yaitu

usaha pertama yang dilakukan pada korban yang mengalami henti

jantung guna Untuk mempertahankan kelangsungan hidup (D

prasetyo, 2019).

Kesimpulannya BHD (bantuan hidup dasar) yaitu

serangkaian upaya pertolongan awal yang dilakukan untuk

menolong korban henti nafas maupun henti jantung yaitu dengan

cara memompa kerja jantung untuk dapat mengaliri darah yang

kaya oksigen keseluruh tubuh agar mencegah terjadinya kecacatan

atau kematian organ pada korban .

Pengetahuan dan keterampilan Bantuan Hidup Dasar

(BLS), termasuk mengenali kejadian henti jantung, teknik

Resusitasi Jantung Paru (RJP) yang tepat, menerapkan Automated

External Defibrillator (AED), dan memanggil EMS, adalah faktor

kunci yang terkait dengan kelangsungan hidup pasien. Tidak hanya

faktor pra-rumah sakit yang disebutkan di atas tetapi sistem EMS,

termasuk waktu respons, perawatan awal di tempat kejadian,

evaluasi pasien, bersama dengan transportasi ke rumah sakit juga


berpotensi meningkatkan tingkat kelangsungan hidup dan hasil

neurologis Pengembangan sistem EMS merupakan faktor penting

untuk meningkatkan perawatan pra-rumah sakit dan meningkatkan

kelangsungan hidup pada korban henti jantung diluar rumah sakit

(OHCA) (Srikul,2022).

Pendidikan kesehatan tentang bantuan hidup dasar (basic

cardiac life support) yang terdiri dari proses kegiatan RJP

(resusitasi jantung paru) bagi penolong non-profesional menjadi

langkah utama untuk meningkatkan kompetensi menolong korban

yang mengarah pada kematian dan memahami penatalaksanaan

korban tidak sadarkan diri diluar rumah sakit yang dapat

menimbulkan terjadinya henti jantung.

Menurut AHA 2015 bahwa teknik BHD dapat disingkat

ABC dalam prosedur CPR (Cardio Pulmonary Resuscitation) atau

RJP (Resustasi Jantung Paru) yaitu:

1. (Airway): Pemeriksaan saluran pernafasan, dengan tujuan

untuk membebaskan dan membuka jalan nafas.

2. (Breathing): pemeriksaan nafas bertujuan untuk memeriksa ada

tidaknya nafas , dengan cara menggunakan teknik look,listen,

feel look : melihat bagaimana pergerakan dada Listen :

dengarkan apakah ada suara nafas Feel : rasakan apakah ada

hembusan nafas

3. (Circulation): jalankan aliran buatan dengan kompresi

cardiopulmonary.
2.3.2 Tujuan BHD ( bantuan hidup dasar )

Tindakan BHD memiliki tujuan :

a. Mempertahankan dan mengembalikan fungdi oksigenasi organ

– organ vital (otak, jantung, dan paru).

b. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi

c. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi

dari korban yang mengalami henti jantung atau henti napas

melalui RJP

2.3.3 Indikasi dan kontraindikasi BHD

a. Indikasi pemberian BHD

Bantuan hidup dasar harus segera dilakukan pada setiap orang

yang mengalami henti jantung atau memiliki ciri – ciri

mengancam nyawa tidak sadarkan diri, nadi tidak teraba dan

tidak bernafas

b. Indikasi pemberian BHD dihentikan

1) Sirkulasi dan ventilasi spontan secara efektif telah membaik

2) Korban sudah sampai dipelayanan tenaga medis atau

rujukan yang standar nya lebih tinggi seperti ICU

3) Penolong sudah tidak bisa meneruskan tindakan karena

sudah lelah

4) Terdapat keadaan lingkungan yang membahayakan

penolong, pasien dan orang lain atau meneruskan tindakan

resusitasi akan menyebabkan cedera pada pasien.


5) Pasien menunjukkan tidak adanya manfaat fisiologis yang

dapat diharapkan karena fungsi vital telah menurun

walaupun telah diberikan terapi yang maksimal.

c. Kontraindikasi pemberian BHD

1) Pada pasien yang telah dinyatakan secara klinis meninggal

lebih dari 5 menit

2) Pada pasien yang sudah menunjukan kematian

3) Pasien yang berada di stadium terminal suatu penyakit

4) Pasien dengan keterangan DNAR (Do Not Attempt

Resucitation)

DNAR (Do Not Attempt Resucitation) merupakan

permintaan yang diajukan oleh pasien, wali atau keluarga

pasien yang megalami penyakit terminal kepada dokter

untuk tidak memberikan tindakan memberikan resusitasi

meluiputi pemberian CPR, kejut jantung, dan pengobatan

apabila pasien berada dalam keadaan mengancam nyawa.

2.3.4 Prosedur pelaksanaan BHD

Langkah-langkah dari bantuan hidup dasar merupakan serangkaian

dari penilaian dan tindakan yang bertahap yang digambarkan pada

alogaritma resusitasi jantung paru (RJP). Tujuan dari gambar

alogaritma dalah untuk mengetahui langkah-langkah atau tahapan

secara logika dan mudah untuk dilakukan. Menurut (Sentan 2017)

Prosedur Pelaksanaan Resusitasi jantung Paru (RJP) secara rinci

adalah sebagai berikut :


a. Pastikan 3A aman diri, korban dan lokasi

Sebelum melakukan tindakan, pertama penolong harus

mengamankan lingkungan sekitar, korban dan diri sendiri serta

memperkenalkan diri pada orang sekitar jika ada.

b. Periksa kesadaan korban

Periksa kesadaran korban dengan cara menepuk bahu atau

menggoyangkan bahu korban dan katakan “apakah bapak/ibu

baik saja ?”. Pastikan menepuk dan menggoyangkan bahu

koban cukup kuat agar dapat mengetahui kesadaran korban.

Bersamaan dengan itu, penolong juga perlu memeriksa

pernapasan korban, jika korban tidak sadarkan diri dan

bernapas secara abnormal (terengah-engah), penolong harus

mengkomsumsikan korban mengalami henti jantung.

Gambar 3.1 cek kesadaran


c. Aktifkan SPGDT (EMS)

Apabila korban tidak berespon setelah bahunya ditepuk maka

teriaklah untuk mendapatkan pertolongan tedekat segera

aktifkan sistem tanggap darurat (SPGDT) atau minta orang lain

untuk menelpon petugas kesehatan terdekat. Ketika

mengaktifkan SPGDT penolong harus siap dengan jawaban

mengenai lokasi kejadian,kejadian yang sedang terjadi, jumlah

korban dan bantuan yang dibutuhkan. Rangkaian tindakan

tersebut dapat dilakukan secara bersamaan apabila pada lokasi

kejadian terdapat lebih dari satu penolong, misalnya, penolong

pertama memeriksa respons korban kemudian melanjutkan

tindakan BHD sedangkan penolong kedua mengaktifkan

SPGDT dengan menelepon ambulans terdekat.

Gambar 3.2 meminta bantuan

d. Membuka jalan nafas (Airway) dan memeriksa pernafasan

(Breathing)
Sebelum melakukan tindakan RJP kita harus melihat posisi

korban terlebih dahulu, jika posisi korban keadaan tengkurap

maka kita harus megubah posisii korban dengan keaddan

terlentang. Setelah itu kita membuka jalan nafas dengan cara

Head Tilt dan Chin Lift apabila tidak ada patah tulang leher

pada korban.

Gambar 3.3 Teknik untuk membebaskan jalan nafas

Teknik Jaw Thrust digunakan apabila ada

kecurigaan patah tulang leher atau kepala. teknik

tersebut untuk menjaga jalan nafas paten dan

memberikan ventilasi yang kuat merupakan prioritas

dalam pelaksanaan Resusitasi jantung paru (RJP).

e. Pemeriksaan pernafasan (Breathing)

Untuk mempertahakan sirkulasi pernafasan tetap terbuka.

Kita harus melakukan look.listen and feel (Lihat, dengarkan,

dan rasakan) adanya pernafasan korban. Bila penolong

memeriksa korban selama 10 detik lalu mendapati korban tidak

bernafas dan tidak teraba nadi karotis segera lakukan RJP


dengan diwali kompresi dada. Jika nadi teraba dan nafas tidak

normal (<12x/menit) maka berikan nafas tiap 5-6 detik dengan

tidal volum hingga muncul pengembangan dada lalu periksa 2

menit sekali.

f. Pemeriksaan nadi

Melakukan pemeriksaan nadi dengan cara Letakkan jari

telunjuk dan jari tengah pada sisi leher tepatnya pada bagian

sisi bawah rahang, turunkan sedikit sampai denyut nadi teraba

oleh jari-jari. Pemeriksaan tidak boleh lebih dari 10 detik.

Apabila saat pemeriksaan nadi tidak teraba (bila penolong ragu

nadi ada atau tidak maka nadi dianggap tidak ada) mulai

lakukan penekanan (kompresi) pada dada sebanyak 30 kali dan

napas 2 kali selama 2 menit atau 5 siklus.

Gambar 3.4 cek nadi karotis

g. Melakukan kompresi dada

1) Kompresi dengan kecepatan minimal 100 x / menit dan

tidak boleh lebih dari 120 x / menit


2) Kedalaman kompesi minimal 5 cm dan tidak boleh lebih

dari 6 cm

3) Beri kesempatan dada mengembang penuh dengan

sendirinya

4) Kompresi tidak boleh terputus kecuali untuk memberi

nafas buatan atau memindahkan pasien (tidak boleh

berhenti >10 detik)

Gambar 3.5 Kompresi Dada

Kompresi dada terdiri dari kegiatan penekanan

dada (kompresi dada) dibagian bawah pada pertengan

sternum secara teratur (rhythmic). Rasio kompresi dan

ventilasi 30:2 artinya sesudah melakukan kompresi dada

30 kali hitungan, berikan nafas buatan sebanyak 2 kali.

h. Bantuan pernafasan

Setelah memberikan kompresi dada sebanyak 30 kali berikan 2

kali napas bantuan. Jepit hidung korban lalu berikan napas

bantuan 2 kali masing masing sekitar 1 detik melalui mulut ke


mulut atau menggunakan pelindung wajah. Napas bantuan

diberikan dari mulut ke mulut atau menggunakan pelindung

wajah yang diletakkan diwajah korban. Lihat dada korban saat

memberikan napas bantuan, apakah dadanya mengembang,

kemudian tunggu hingga kembali turun untuk memberikan

napas bantuan berikutnya.

Gambar 3.5 pemberian pernafasan

Untuk penolong yang tidak terlatih melakukan RJP/CPR,

disarankan untuk melakukan kompresi/penekanan dinding

dada saja, tanpa memberikan bantuan nafas. Setelah

memberikan kompesi dan napas buatan 5 siklus atau 2 menit.

Periksa kembali napas dan nadi korban, perhatikan apakah

nadi sudah teraba dan napas sudah ada . Pemeriksaan tidak

boleh lebih dai 10 detik.

i. Memberikan posisi pemulihan


Posisi ini dilakukan jika korban sudah bernapas dengan

normal.Posisi ini dilakukan untuk menjaga jalan napas tetap

terbuka dan mengurangi risiko tersumbatnya jalan napas dan

tersedak.Tidak ada standard baku untuk melakukanposisi

pemulihan, yangterpenting adalah korban dimiringkan agar

tidak ada tekanan pada dada korban yang bisa mengganggu

pernapasan.

Gambar 3.6 Posisi Pemulihan Korban

Namun rekomendasi posisi pemulihan adalah meletakkan

tangan kanan korban ke atas, tekuk kaki kiri korban, kemudian

tarik korban sehingga korban miring kearah kanan dengan

lengan dibawah kepala korban.


BAB 3

METODE

3.1 Strategi Pencarian Literatur

3.1.1 Framework yang digunakan

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah studi

literature review. studi literature review merupakan sumber

pustaka yang digunakan dalam penyusunan literature review ini

melalui Website Jurnal Nasional dan Internasional seperti science

direct dan Google Scholar. Penelusuran artikel pencarian dalam

periode tahun 2018-2022.

3.1.2 Kata Kunci

Kata kunci adalah suatu kata atau kode yang digunakan

untuk mempermudah penulis ketika melakukan pencarian artikel

dan jurnal. Pencarian artikel atau jurnal menggunakan keyword

dan bolean operator “AND, OR NOT” yang digunakan untuk

menspesifikkan pencarian, sehingga mempermudah dalam

menentukan artikel atau jurnal yang digunakan. Kata kunci yang


digunakan dalam penelitian ini yaitu “Pre-hospital treatment fortt

heart disiase”, AND “coronary heart disiase”.

3.2.2 Database Pencarian (Jurnal Database)

Study Literatur Riview merupakan data yang di ambil dari

berbagai penelitian dan disesuaikan dengan tema atau topik yang

diicari. Pada penelitian ini data yang digunakan adalah data

sekunder dimana data tersebut diperoleh dari hasil penelitian yang

telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Sumber data sekunder

yang didapat berupa artikel atau jurnal bereputasi baik itu nasional

maupun internasional dengan tema yang sudah ditentukan.

Database yang digunakan dalam Study Literatur Riview ini untuk

pencarian artikel dari kriteria kualitas tinggi hingga rendah yaitu

melalui, Science Direct, dan Google Scholar

Tabel 3.1 Kriteria Inklusi Dan Eksklusi Menggunakan Format


PICOS

Kriterai Inklusi Eksklusi


Population/ Problem Artike pada jurnal Artikel pada Jurnal
nasional dan nasional dan
internasional yang internasional yang
berhubungan dengan menjelasakan tentang
Penangangan Pre – penanganan penyakit
Hospital pada jantung koroner di
penyakiit jantung rumah sakit
koroner dimasyarakat
Intervention Tidak terdapat Terdapat tindakan
tindakan intervensi intervensi
Comporation Tidak ada faktor Ada faktor
pembanding pembanding
Outcome Peningkatan dan Pemahaman para
pengetahuan nakes terhadap
masyarakat terhadap penanganan pre -
penanganan pre - hospital pada kasus
hospital pada kasus penyakit jantung
penyakit jantung koroner ketika
koroner henti jantung mengalami henti
pre-hodpital. jantung.
Study design quasy eksperimen, Book chapters,
one group pretest conference info,
post test, studi conference abstracts
deskriptif, Analisis
skunder dan
prospektif studi.
Publication Years Dari tahun 2018 Sebelum tahun 2018
sampai 2022
Language Bahasa indonesia dan Selain bahasa inggris
bahasa inggris dan bahasa indonesia

3.2 Seleksi Studi dan Penelitian Kualitas

3.2.1 Hasil Pencarian dan literature review

Berdasarkan pencarian literature review yang

diterbitkan science direct. Dan Google Schoolar Untuk

science direct menggunakan kata kunci “treatment of

coronary heart disease outside the hospital ”, DAN

“coronary heart disiase”. Peneliti menemukan 27.840 jurnal

yang sama dengan kata kunci tersebut secara keseluruhan

sedangkan di Google Scholar peneliti menemukan 115 jurnal

yang sama dengan kata kunci tersebut dengan menggunakan

bahasa indonesia setelah semuanya di jumlahkan di dapatkan

142.84 jurnal. Setelah jurnal observasi selama 5 tahun terakhir

tertera lantas diskrining mendapatkan di science direct 1.627

jurnal versi sebelum tahun 2018 dan memakai bahasa selain

bahasa inggris Sedangkan di Google Schoolar Peneliti

menemukan 78 Jurnal versi sebelum tahun 2018 dan memakai


bahasa selain bahasa indonesia. Setelah di jumlahakan dari

versi sebelum 2018 oeneliti mendapatkan 1.705 jurnal, jurnal

yang akan dipublikasikan dan jurnal yang tidak memenuhi

kriteria inklusi dan eksklusi, sebanyak 5 jurnal yang dilakukan

review.
Hail penelitian literature
N =142.84
Science direct n= 27. 840 Excluded (n=253) Problem/pop
Google Scholar n = 115 a. Tidak sesuai dengan topik
(n= 150 )
Outcome :
a. Tidak ada hubungan antara p
penanganan pre-hospital pada pe
Seleksi jurnal pada 5 tahun terakhir dengan Bahasa indonesiadimasyarakat
dan bahasa inggris (n= 103 )
N= 1.705 Study design :
Book review
Science direct n = 1.627 Conference info
Gogle Scholar n = 78 Encyclopedia
Book chapters
Conference abstracts
Identifikasi abstark = 768

Seleksi judul dan duplikat


N = 1.452

Identifikasi abstrak N = 255


Exluded (n= 250

Hasil penelitian t
(n= 90 )
Tujuan penelitian
Artikel yang dapat dianalisis sesuai dengan rumusan masalah Metode penelitia
secara rinci ( n=
dan tujuan penulisan
N= 5

3.2.2 Gambar alur diagram review artikel

3.3.3 Daftar jurnal hasil pencarian


Study Literature review ini disintesis menggunakan

desain one group pretest post test, descriptive study,

Analisis skuder dan Study prospectif quasi eksperiment

dengan menggumpulkan data hasil ektraksi yang serupa dan

sesuai dengan hasil yang diukur untuk menjawab tujuan.

Selanjutnya merangkum artikel penelitian yang memenuhi

kriteria inklusi dan dikumpulkan untuk ringkasan artikel

meliputi Author peneliti, tahun artikel diterbitkan, judul

artikel, metode penelitian, hasil penelitian ,database serta

link dari artikel.


Tabel 3.2 Daftar Jurnal Hasil Pencarian
No. Author Tahun Volume Judul Metode Hasil Penelitian Data Base
Angka
(Desain,
Sampel,Variabel,
Instrument,Analisis
)
1. Bell, Sean 2019 21:146 Management D : Cros Sectional Studi ini mengungkapkan Science direct
M of Out-of- S: Purposive penanganan paling penting yang
Kovach, Hospital Sampling terkait dengan peningkatan https://doi.org/
Christophe Cardiac V : Management of kelangsungan hidup pada korban 10.1007/s11886-019-
r Arrest Out-of-Hospital yang mengalami henti jantung di 1249-y
Kataruka, Complicating Cardiac Arrest luar rumah sakit (OHCA) dari
Akash Acute I: Kuesioner masyarakat dengan cara
Brown, Coronary A: Stastik deskriptif melakukan pengenalan dini
Josiah Syndromes serangan jantung dan inisiasi segera
Hira, Ravi yaitu dengan melakukan CPR
S masyarakat awam telah
Bell, Sean meningkatkan hasil di komunitas
M tertentu tetapi secara keseluruhan
dengan tingkat CPR standar di
Amerika Serikat tetap rendah
dengan perbedaan ras dan gender
yang luas, dengan peningkatan
minimal selama beberapa tahun
terakhir
2. Eng, 2018 Vol 391 Out-of- D : descriptive study Kelangsungan hidup dari OHCA Science Direct
Marcus Issue hospital S : Purposive tetap buruk secara global. di
Ong, Hock 10124 cardiac sampling masyarakat, tingkat CPR pengamat https://doi.org/10.1016/
Perkins, arrest 2 V : Kejadian yang dilaporkan rendah, untuk S0140-6736(18)30316-7
Out-of-
Gavin D hospital serangan jantung alasan termasuk kesulitan dalam
Cariou, cardiac diluar rumah sakit mengidentifikasi serangan jantung,
Alain(Eng arrest: I: Observasi tentang takut menyebabkan bahaya,
et al., prehospital manajemen tekanan emosional, dan keengganan
2018) managemen kelangsungan hidup untuk melakukan resusitasi mulut
t pasien henti jantung ke mulut. dalam upaya yang
diluar rumah sakit dilakukan masyarakat ketika
(OHCA) menemukan korban yang
A : Analisis Regresi mengalami henti jantung di luar
rumah sakit yaitu dengan
memanggil nomor tanggap darurat
medis untuk meminta bantuan,
mereka menciptakan peluang untuk
identifikasi awal OHCA dan
penyediaan bantuan, CPR
pengamat, dan penggunaan AED
penggamat) memiliki potensi
terbesar untuk meningkatkan
kelangsungan hidup.
3. Cholik 2020 Volume : Kesalahan D : cross sectional hasil penelitian menggambarkan Google Scholar
Harun 11 Perawatan Di S : purposive bahwa
Rosjidi. No: 1 Rumah Dan sampling 1. 70,4% keluarga yang Jurnal Keperawatan
Dampak V : perawatan pra melakukan pertolongan pertama
Keterlambata rumah sakit dan dalam kategori salah https://
n Di Rujuk scholar.archive.org/
keterlambatan 2. 73,1% keluarga terlambat work/
Di Rumah
Sakit Pada I : Kuesioner membawa pasien PJK ke rumah fbifh3btfvhwbk2oyz4g6h
Pasien A : prosentase dan sakit. Ada yang signifikan gy7m/access/wayback/
Penyakit Chi-Square hubungan antara perilaku https://
Jantung dengan keterlambatan pasien ke ejournal.umm.ac.id/
Koroner rumah sakit. index.php/
3. melakukan kerokan (coining) keperawatan/article/
(38%) download/9752/pdf_1
4. pijatan (45%),
5. mengolesi minyak (52%), air
hangat (64%)
6. dan beberapa memberikan obat-
obatan non resep.

4 Novela 2020 Volume : Analisis D : Deskriptif Hasil penelitian ini berdasarkan


Lyrizki,Sa 4 tindakan S : consecutive jumlah tindakan didapatkan 14 Google Scholar
fri,Lita No : 1 keluarga sampling. orang (41,2%) yang melakukan
dalam V : tindakan satu tindakan yaitu dengan Jurnal Keperawatan
menangani keluarga dalam melakukan tindakan istirahat Abdurrab
pasien Acute menangani pasien terlebih dahulu sebelum dibawa
Coronary Acute Coronary ke rumah sakit. Dengan penelitian http://
Syndrome Syndrome (ACS) ini diharapkan keluarga mampu ojsbimtek.univrab.ac.id/
(ACS) Pre- Pre-Hospital melakukan tindakan yang tepat index.php/keperawatan/
Hospital I : Kuesioner dengan mengistirahatkan pasien article/view/1234/802
A : Unovariat dan segera membawa pasien ke
pelayanan kesehatan supaya bisa
ditangani lebih baik
5. Hurai, 2021 Volume : Kesiapsiagaa D : one group Pertolongan atau penanganan awal Science Direct
Rufina 11 n Masyarakat pretest-posttest. yang diberikan oleh masyarakat
Feneranda No : 1 Budaya S : accidental awam ketika menemukan korban https://www.nejm.org/
, Imelda Sungai V : kesiapsiagaan yang mengalami henti jantung di doi/pdf/10.1056/
Tambi, Bawang kegawatdaruratan luar rumah sakit yaitu dengan NEJMc2010418?
Seravia articleTools=true
Dalam Masyarakat hands-only CPR sampai petugas
Menurunkan Budaya Sungai EMS datang.
Keterlambata Bawang
n Penanganan I : Kuesioner
Henti Jantung A : Wilcoxon test
Di Era New
Normal
DAFTAR PUSTAKA
Acces, O. (2021). Open Acces. 02(04), 4–7.
Ariyanti, R. (2019). Dyslipidemia Associated with Hypertension Increases the Risks for
Coronary Heart Disease : A Case-Control Study in Harapan Kita Hospital ,
National Cardiovascular Center , Jakarta. 2019.
https://doi.org/10.1155/2019/2517013
Eng, M., Ong, H., Perkins, G. D., & Cariou, A. (2018). Out-of-hospital cardiac arrest :
prehospital management. The Lancet, 391(10124), 980–988.
https://doi.org/10.1016/S0140-6736(18)30316-7
Ghani, L., Dewi, M., Novriani, H., Penelitian, P., & Daya, S. (2016). Faktor Risiko
Dominan Penyakit Jantung Koroner di Indonesia. 153–164.
Gunawan, I. M. A. (2018). Aktivitas fi sik dengan penyakit jantung koroner di Indonesia.
115–121.
Liang, F., & Wang, Y. (2022). Integrative Cardiovascular Physiology and
Pathophysiology Coronary heart disease and atrial fi brillation : a vicious cycle.
August 2020, 1–12. https://doi.org/10.1152/ajpheart.00702.2020
Lyrizki, N. (2020). ANALISIS TINDAKAN KELUARGA DALAM MENANGANI PASIEN
ACUTE CORONARY SYNDROME ( ACS ) PRE HOSPITAL. 4(1), 1–13.
Oktarina, Y. (2018). PELATIHAN PENANGANAN KEGAWATDARURATAN. 1.
Perawatan, K., Di, A., & Dan, R. (2019). Kesalahan perawatan awal di rumah dan
dampak pada keterlambatan ke rumah sakit pada pasien penyakit jantung koroner.
2006, 18–24.
Pratiwi, F. W., & Saragi, J. S. (2018). PEMANTAUAN KATETERISASI JANTUNG
PADA TINDAKAN PTCA TERHADAP PASIEN CAD. 03, 182–186.
Purnama, A. (2020). Edukasi dapat meningkatkan kualitas hidup pasien yang terdiagnosa
penyakit jantung koroner. Jurnal Kesehatan Indonesia, X(2), 66–71.
Sakit, R., Kelurahan, D. I., Rahayu, M., & Lubuklinggau, K. (2022). PELATIHAN BASIC
LIFE SUPPORT KORBAN HENTI JANTUNG DI LUAR. 6, 345–348.
Santosa, W. N. (2020). Penyakit Jantung Koroner dan Antioksidan. 1(2), 95–100.
Sentana, A. D. (2017). Peran Masyarakat Dalam Penanganan Henti Jantung Dengan
Melakukan Resusitasi Jantung Paru Yang Terjadi Di Luar Rumah Sakit. Jurnal
Kesehatan Prima, 11(2), 111–117.
Liang, F., & Wang, Y. (2022). Integrative Cardiovascular Physiology and
Pathophysiology Coronary heart disease and atrial fi brillation : a vicious cycle.
August 2020, 1–12. https://doi.org/10.1152/ajpheart.00702.2020
Santosa, W. N. (2020). Penyakit Jantung Koroner dan Antioksidan. 1(2), 95–100.
Sentana, A. D. (2017). Peran Masyarakat Dalam Penanganan Henti Jantung Dengan
Melakukan Resusitasi Jantung Paru Yang Terjadi Di Luar Rumah Sakit. Jurnal
Kesehatan Prima, 11(2), 111–117.
D Prasetyo, R. (2019). Pengaruh Latihan Basic Life Support Terhadap Pengetahuan Dan
Keterampilan Tim Muhammadiyah Disaster Management (Mdmc) Banyumas. 68–
75. https://doi.org/10.32528/psn.v0i0.1732
Pratiwi, F. W., & Saragi, J. S. (2018). PEMANTAUAN KATETERISASI JANTUNG
PADA TINDAKAN PTCA TERHADAP PASIEN CAD. 03, 182–186.
Oktarina, Y. (2018). PELATIHAN PENANGANAN KEGAWATDARURATAN. 1.
Ghani, L., Dewi, M., Novriani, H., Penelitian, P., & Daya, S. (2016). Faktor Risiko
Dominan Penyakit Jantung Koroner di Indonesia. 153–164.
Perawatan, K., Di, A., & Dan, R. (2019). Kesalahan perawatan awal di rumah dan
dampak pada keterlambatan ke rumah sakit pada pasien penyakit jantung koroner.
2006, 18–24.
Gunawan, I. M. A. (2018). Aktivitas fi sik dengan penyakit jantung koroner di Indonesia.
115–121.
Ariyanti, R. (2019). Dyslipidemia Associated with Hypertension Increases the Risks for
Coronary Heart Disease : A Case-Control Study in Harapan Kita Hospital ,
National Cardiovascular Center , Jakarta. 2019.
https://doi.org/10.1155/2019/2517013
Purnama, A. (2020). Edukasi dapat meningkatkan kualitas hidup pasien yang terdiagnosa
penyakit jantung koroner. Jurnal Kesehatan Indonesia,
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2018. Penyakit Jantung Koroner Didominasi
Penduduk Perkotaan. https://lingkarmadura.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-
1892709587/riskesdas-kemenkes-penyakit-jantung-koroner-didominasi-penduduk-
perkotaan

Anda mungkin juga menyukai