Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ST-ELEVASI

MYOCARDIAL INFARCTION (STEMI) DENGAN


FOKUS STUDINYERI AKUT DIRUMAH
SAKIT UMUM DAERAH PAREPARE

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Keperawatan (Amd.Kep) pada Akademi Keperawatan Fatima Parepare

Disusun oleh :
MONTONG LAYUK
NIM :

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN BUDAYA REPUBLIK INDONESIA


AKADEMI KEPERAWATAN FATIMA PAREPARE
TAHUN 2020
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Montong Layuk

NIM :

Progam studi : DIII Keperawatan

Institusi : Akademi Keperawatan Fatima Parepare

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya tulis ilmiah yang saya tulis

ini adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan

pengambilan alihan tulisan dan pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil

tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dibuktikan karay tulis ilmiah ini

hasil jiblakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Parepare, 2020

Pembuat pernyataan

Montong Layuk
NIM :
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah oleh Montong Layuk, NIM : , dengan judul : “

Asuhan Keperawatan Pada Pasien ST-Elevasi Myocardial Infarction dengan

Fokus Studi Nyeri Akut di di Rumah Sakit Umum Daerah Andi Makkasau

Parepare " telah diperiksa dan disetujui untuk diuji.

Parepare, 2020

Pembimbing I Pembimbing II

(Dr.Ns.Henrick Sampeangin S.Kep.,M.kes) (Ns.Bahria S.Kep)


NIDN : 090110704 NIDN :
HALAMAN PENGESAHAN

Karya tulis ilmiah oleh Montong Layuk, NIM : dengan judul : “Asuhan

Keperawatan Pada Pasien ST-Elevasi Myocardial Infarction Dengan Fokus Studi

Nyeri Akut Di Rumah Sakit Umum Daerah Andi Makkasau Parepare ” Telah

dipertahankan di depan Dosen Penguji yang dilaksanakan pada :

Hari/ Tanggal :

Pukul :

Tempat : Kampus Akademi Keperawatan Fatima Parepare

Tim Penguji : Dosen Akademi Keperawatan Fatima Parepare

1. Penguji ketua

2. Penguji Anggota I

3. Penguji Anggota II

Mengetahui,

Direktur Akademi Keperawatan Farima Parepare

Dr. Ns. Henrick Sampeangin S.Kep., M.kes


NIDN : 090110704
RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS

Nama :

Jenis Kelamin :

Tempat, Tanggal lahir :

Agama :

Suku :

Alamat :

Email :

B. PENDIDIKAN

1.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan Rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah Studi Kasus ini dengan judul “ Asuhan Keperawatan Pada Pasien ST-

Elevasi Myocardial Infarction Dengan Fokus Studi Nyeri Akut “, sebagai salah

satu syarat kelulusan ujian akhir Program D-III Keperawatan di Akademi

Keperawatan Fatima Parepare.

Dalam menyusun Proposal Karya Tulis Ilmiah ini penulis menyadari

banyak mengalami kesulitan dan hambatan, akan tetapi berkat dukungan,

dorongan, motivasi, bimbingan dan saran pembimbing sehingga penulis dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah Studi kasus ini khususnya kepada :

1. Yayasan Sentosa Ibu yang telah menyediakan sarana dan prasarana selama

penulis menyusun Karya Tulis Ilmiah Studi kasus ini.

2. Dr. Ns. Henrick Sampeangin S.Kep., M.Kes selaku direktur Akademi

Keperawatan Fatima Parepare.

3. Teman tema mahasiswa (i) AKPER Fatima Parepare angkatan XVII yang

telah memberikan dukungan, semangat dan motivasi dalam penyusunan

Karya Tulis Ilmiah Studi kasus ini.

4. Semua pihak yang tidak dapat disebut satu persatu.


Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam

penyusunan Karya Tulis Ilmiah Studi kasus ini. Oleh karena itu segala

kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan baik.

Parepare, …………… 2020

Penulis
DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN…………………………………….….ii

LEMBAR PERSETUJUAN………………………………………………….….

LEMBAR PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH……………………...…

RIWAYAT HIDUP………………………………………………………………

KATA PENGANTAR…………………………………………………………...

DAFTAR ISI…………………………………………………………………....

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang…………………………………………………………….

B. Batasan Masalah…………………………………………………….….…

C. Rumusan Masalah……………………………………………………...…

D. Tujuan Penulisan…………………………………………….……………

E. Manfaat Penulisan……………………………..……….…………………

BAB II TINJAUAN TEORI

A. KONSEP PENYAKIT ST-Elevasi Myocardial Infarction


1. Definisi……………………………………………………………….

2. Anatomi Fisiologi………………………………………………...….

3. Etiologi………………………………………………………………

4. Patofisiologi…………………………………………………………

5. Pathway………………………………………….………………..…

6. Manifestasi Klinis…………………………………….……………..

7. Penatalaksanaan ……………………..………………..…………….
8. Komplikasi…………………………………………………………

9. Pemeriksaan Penunjang…………………………………….……..
B. KONSEP NYERI
1. Definisi………………………………………………….………….

2. Batasan Karakteristik……………………………………….………

3. Faktor Yang Berhubungan……………………………….…………

C. PENGELOLAAN NYERI AKUT……………………………….……..

D. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian……………………………………………………….…

2. Pemeriksaan fisik………………………………………….……….

3. Diagnosa……………………………………………………………

4. Intervensi……………………………………………………………

5. Implementasi………………………………………………..………

6. Evaluasi………………………………………………………...…..

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian………………………………………………..………

B. Subjek Studi Kasus……………………………………………...………

C. Fokus Studi Kasus………………………………………………………

D. Definisi Operasional Studi Kasus………………………………………

E. Instrumen Studi Kasus…………………………………….……………

F. Metode Analisis Data…………………………………….…………….

G. Lokasi dan waktu penelitian……………………………………………

H. Analisa dan penyajian data………………………..……………………


I. Etika penulisan ……………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Menurut WHO, kematian akibat penyakit tidak menular (PTM)

diperkirakan akan meningkat di seluruh dunia, peningkatan terbesar akan

terjadi di negara-negara berkembang. Lebih dari dua pertiga (75%) dari

populasi global akan meninggal akibat penyakit tidak menular seperti

kanker, penyakit jantung, stroke, dan diabetes. Dalam jumlah total, pada

tahun 2030 diprediksi akan ada 52 juta jiwa kematian per tahun karena

penyakit tidak menular (bulletin jendela data dan informasi kesehatan,

2015).

Setiap tahunnya sebanyak 36 juta orang meninggal karena penyakit

tidak menular (PTM) (63% dari seluruh kematian). Lebih dari 9 juta

kematian yang disebabkan oleh penyakit tidakmenular terjadi sebelum usia

60 tahun, dan 90% dari kematian usia muda tersebut terjadi dinegara

berpenghasilan rendah dan menengah. Menurut info datin (2017)

menyebutkan secara global PTM penyebab kematian nomor satu setiap

tahunnya adalah penyakit kardiovaskuler. Salah satu penyakit

kardiovaskuler adalah hipertensi.

Komplikasi hipertensi menyebabkan sekitar 9,4 juta kematian di

seluruh dunia setiap tahunnya. Hipertensi menyebabkan setidaknya 48%

kematian karena penyakit jantung. Kematian yang disebabkan oleh

penyakit kardiovaskuler, terutama penyakit jantung koroner diperkirakan


akan terus meningkat mencapai 23,3 juta kematian pada tahun 2030 (info

datin, 2017).

Penyakit jantung koroner juga dikenal dengan istilah penyakit

jantung dan termasuk salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia.

Berdasarkan diagnosis dokter, prevalensi penyakit jantung koroner di

Indonesia tahun 2017 sebesar 1,9% atau sekitar 896.447 orang, dan

Sumatra Barat sendiri merupakan urutan ke 10 di Indonesia dengan

prevalensi penyakit jantung koroner tahun 2017 yaitu sebesar 0,8% atau

diperkirakan sekitar 21.587 orang (infodatin jantung, 2017).

Salah satu jenis penyakit jantung koroner adalah ST Elevation

Miocardial Infarction (STEMI). Infark miokard adalah gangguan aliran

darah ke jantung yang menyebabkan sel otot jantung mengalami

kekurangan oksigen/hipoksia. Sedangkan STEMI adalah rusaknya bagian

otot jantung secara permanen akibat aliran darah koroner oleh proses

degenerative yang dipengaruhi oleh banyak faktor dan ditandai dengan

peningkatan pada enzim jantung dan terdapatnya ST elevasi pada

pemeriksaan EKG. Menurut Kowalak (2011) menyebutkan STEMI adalah

cermin dari pembuluh darah koroner tertentu yang tersumbat total

sehingga aliran darah benar-benar berhenti, otot jantung yang

divaskularisasi tidak dapat nutrisi oksigen dan mati.

Penelitian Anggraini (2016) menyebutkan bahwa 435 orang

(50,46%) mortalitas dan tingkkat kejadian terjadi pada pasien dengan


infark di 3 lokasi anterior. Mortalitas terjadi dikarenakan salah satu

terjadinya komplikasi dari STEMI yang dapat meningkatkan angka

mortalitas adalah aritmia. Aritmia yang mengancam jiwa merupakan

aritmia yang disertai dengan gangguan hemodinamik yang bila tidak

segera dilakukan terapi mengakibatkan ancaman jiwa dengan gejala klinis

yang sering dijumpai kesadaran menurun, cardiac arrest, kejang,

decompensation cordis, dan apnea.

Keluhan pasien dengan STEMI dapat berupa nyeri dada. Keluhan

yang khas pada STEMI adalah nyeri dada retrosternal (di belakang

sternum), seperti diremas-remas, ditekan, ditusuk, panas atau ditindih

barang berat. Nyeri dapat menjalar ke lengan (umumnya kiri), bahu, leher,

rahang bahkan kepunggung dan epigastrium. Nyeri berlangsung lebih

lama dari angina pektoris biasa dan tidak responsif terhadap nitrogliserin.

Kadang-kadang, terutama pada pasien diabetes dan orang tua, tidak

ditemukan nyeri sama sekali. Nyeri dapat disertai perasaan mual, muntah,

sesak nafas, pusing, keringat dingin berdebar-debar atau sinkope dan

pasien sering tampak ketakutan. Keluhan Nyeri dada kiri sering

mengawali serangan jantung yang memiliki resiko lebih hebat bahkan

kematian.

Ketepatan penatalaksanaan nyeri dada kiri pada pasien STEMI

sangat menentukan prognosis penyakit. Penatalaksanaan nyeri pada

STEMI dapat dilakukan dengan memberikan asuhan keperawatan. Perawat

memiliki peran dalam pengelolaan nyeri dada pada pasien dengan STEMI.
Intervensi keperawatan meliputi intervensi mandiri maupun kolaburatif.

Intervensi mandiri antara lain berupa pemberian relaksasi, sedangkan

intervensi kolaburatif berupa pemberian farmakologis. Intervensi

nonfarmakologis mencakup terapi agen fisik dan intervensi perilaku

kognitif. Salah satu intervensi keperawatan yang digunakan untuk

mengurangi nyeri dada kiri adalah relaksasi nafas dalam.

Relaksasi merupakan teknik untuk mengurangi sensasi nyeri

dengan cara merelaksasikan otot (Ghassani,Z2016). Teknik relaksasi nafas

dalam dapat menstimulasi tubuh untuk mengeluarkan opoid endogen yaitu

endorphin dan enfekalin yang memiliki sifat seperti morfin dengan efek

analgesic (Smeltzer&Bare,2013). Menurut Handerson dalam Arfa (2014),

saat seseorang berusaha untuk mengendalikan sensasi nyeri yang dialami

dengan melakukan relaksasi nafas dalam, maka tubuh akan menstimulasi

syaraf parasimpatik yang menyebabkan penurunan kadar hormone

ekortisol dan aderenalin dalam tubuh. Hal ini akan menurunkan tingkat

stress, membuat seseorang lebih tenang untuk mengatur ritme pernafasan

menjadi lebih teratur, meningkatkan kadar pH sehingga terjadi

peningkatan kadar oksigen(O2) dalam darah. Teknik nafas dalam untuk

relaksasi mudah dipelajari dan berkontribusi dalam menurunkan atau

meredakan nyeri dengan mengurangi tekanan otot dan ansietas. Relaksasi

nafas dalam yang dihasilkan dari metode ini dapat menurunkan ansietas

dan konstraksi berlebihan.


Di Indonesia menurut Kemenkes (2015) prevalensi jantung

koroner berdasarkan wawancara terdiagnosis dokter di Indonesia sebesar

0,5 %, dan berdasarkan terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5 persen.

Prevalensi jantung koroner berdasarkan terdiagnosis dokter tertinggi

Sulawesi Tengah (0,8%) diikuti Sulawesi Utara, DKI Jakarta, Aceh

masing-masing 0,7 persen. Sementara prevalensi jantung koroner menurut

diagnosis atau gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur (4,4%), diikuti

Sulawesi Tengah(3,8%), Sulawesi Selatan (2,9%), dan Sulawesi Barat

(2,6%). Prevalensi penyakit jantung koroner (PJK) berdasarkan

wawancara yang didiagnosis dokter atau gejala, meningkat seiring dengan

bertambahnya umur, tertinggi pada kelompok umur 65 -74 tahun yaitu 2,0

%dan 3,6 %menurunsedikit pada kelompok umur ≥ 75 tahun. Prevalensi

penyakit jantung koroneryang didiagnosis dokter maupun berdasarkan

diagnosis dokter atau gejala lebih tinggi pada perempuan (0,5% dan

1,5%).

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik menyusun laporan karya

tulis ilmiah tentang asuhan keperawatan pada pasien STEMI dengan fokus

studi nyeri akut di RSUD Andi Makkasau Parepare.

B. BATASAN MASALAH

Berhubung luasnya permaslahan yang ada pada pasien ST-

Elevation Myocardial Infarction (STEMI) maka penulis membatasi

Asuhan Keperawatan pada pasien STEMI dengan fokus studi nyeri akut.
C. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana gambaran Asuhan Keperawatan pada pasien STEMI

dengan fokus studi Nyeri di Rumah Sakit Umum Daerah Andi Makkasau

Parepare.

D. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan gambaran tentang pelaksanaan Asuhan

Keperawatan pada pasien STEMI dengan fokus studi Nyeri akut.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melaksanakan pengkajian pada pasien STEMI dengan

fokus studi Nyeri akut.

b. Mampu merumuskan diagnose keperawatan pada pasien STEMI

dengan fkus studi Nyeri akut.

c. Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada pasien STEMI

dengan fokus studi Nyeri akut.

d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien STEMI

dengan fokus studi Nyeri akut.

e. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien STEMI

dengan fokus studi Nyeri akut.

E. MANFAAT PENULISAN

Dalam penulisan laporan Asuhan Keperawatan ini diharapkan memperoleh

manfaat yang meliputi :


1. Penulis

a. Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman serta dapat

menerapkan ilmu/teori yang telah diperoleh selama pendidikan.

b. Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program

Diploma III Akademi Keperawatan Keperawatan Fatima Parepare.

2. Rumah Sakit

Memberi masukan bagi Rumah Sakit untuk mengambil langkah-

langkah kebijaksanaan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan

keperawatan pada pasien STEMI dengan fokus studi Nyeri akut.

3. Pasien dan Keluarga

Menambah pengetahuan dan pemahaman pasien dan keluarga

menangani penyakit yang dialaminya dan cara untuk menanganinya.

4. Institusi

Dapat digunakan sebagai bahan bagi mahasiswa D-III Akademi

Kperawatan Fatima Parepare khususnya dalam penanganan pasien

STEMI.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep ST-Elevasi Myocardial Infarction

1. Definisi

Menurut Isnaini Amira (2016) Infark miokard akut adalah sindrom

klinis yang disebabkan oleh oklusi arteri koroner sehingga terjadi

gangguan aliran darah ke jantung yang menyebabkan sel otot jantung

yang berada di daerah suplaian arteri mati. Aliran darah dipembuluh

darah terhenti setelah terjadi sumbatan koronerakut, kecuali sejumlah

kecil aliran kolateral dari pembuluh darah. Daerah otot di sekitarnya

yang sama sekali tidak mendapatkan aliran darah atau alirannya sangat

sedikit tidak dapat mempertahankan fungsi jantung, sehingga

dikatakan mengalami infark.

Infark miokard dengan ST Elevation Myocardial Infract (STEMI)

merupakan bagian dari spectrum sindroma koroner akut yang terdiri

dari Unstable Angina (UA), ST-segmen Elevation Myocardial Infract

(STEMI) dan Non ST-segment Elevation Myocardial Infract

(NSTEMI).

2. Etiologi

Penyakit jantung disebabkan oleh adanya penimbunan abnormal

lipid atau bahan lemak dan jaringanfibrosa di dinding pembuluhdarah


yang mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi arteri dan

penurunan aliran darah ke jantung.

Infark miokard akut dengan elevasi ST (STEMI) terjadi penurunan

secara mendadak pada aliran darah koroner akibat oklusi trombotik

total dari arteria koronaria yang sebelumnya menyempit oleh

aterosklerosis, sedangkan infark miokard akut tanpa elevasi ST

(NSTEMI) oklusi hanya sebagian padaarteri koroner tanpa melibatkan

seluruh ketebalan miokardium. Progresi lesiaterosklerotik sampai pada

titik dengan pembentukan trombus yang terjadimerupakan proses yang

kompleks yang berhubungan dengan cedera vaskuler.Cedera ini

dihasilkan atau dipercepat oleh faktor seperti merokok, hipertensi,dan

akumulasi lipid (Indah Rosita, 2019).

3. Patofisiologi

Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung

akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner

berkurang. Penyebab penurunan suplai darah mungkin akibat

penyempitan kritis arteri koroner karna aterosklerosis atau

penyumbatan total arteri oleh emboli atau thrombus. Penurunan aliran

darah koroner juga bisa disebabkan oleh syok atau perdarahan. Pada

setiap kasus infark miokardium selalu terjadi ketidakseimbangan

antara suplai dan kebutuhan oksigen jantung (Suddarth, 2014).

Penyumbatan koroner, serangan jantung dan infark miokardium

mempunyai artiyang sama namun istilah yang paling disukai adalah


infark miokardium. Aterosklerosis dimulai ketika kolestrol berlemak

tertimbun di intima arteri besar. Timbunan ini, dinamakan ateroma

atau plak yang akan mengganggu absorbs nutrient oleh sel-sel endotel

yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan

menyumbat aliran darah karna timbunan lemak menonjol ke lumen

pembuluh darah. Endotel pembuluh darah yang terkena akan

mengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut, selanjutnya lumen

menjadi semakin sempit dan aliran darah terhambat. Pada lumen yang

menyempit dan berdinding kasar, akan cenderung terjadi pembentukan

bekuan darah, hal ini menyebabkan terjadinya koagulasi intravaskuler,

diikuti oleh penyakit tromboemboli, yang merupakan komplikasi

tersering aterosklerosis (Suddarth, 2014).

Aterosklerosis koroner menimbulkan gejala dan komplikasi

sebagai akibat penyempitan lumen arteri dan penyumbatan aliran darah

ke jantung. Sumbatan aliran darah berlangsung progresif, dan suplai

darah yang tidak adekuat (iskemia) yang akan membuat sel-sel otot

kekurangan komponen darah yang dibutuhkan untuk hidup (Suddarth,

2014).

Kerusakan sel akibat iskemia terjadi dalam berbagai tingkat.

Manifestasi utama iskemia miokardium adalah nyeri dada. Angina

pectoris adalah nyeridada yang hilang timbul, tidak disertai kerusakan

ireversibel sel-sel jantung. Iskemia yang lebih berat, disertai kerusakan

sel dinamakan infark miokardium. Jantung yang mengalami kerusakan


ireversibel akan mengalami degenarasi dan kemudian diganti

denganjaringan parut. Bila kerusakan jantung sangat luas, jantung akan

mengalami kegagalan, artinya ia tidak mampu lagi memenuhi

kebutuhan tubuh akan darah dengan memberikan curah jantung yang

adekuat.

Manifestasi klinis lain penyakit arteri koroner dpat

berupaperubahan pola EKG, anerusima ventrikel, disritmia dan

akhirnya akan mengalami kematian mendadak (Suddarth, 2014).


4. Pathway

Aterosklerosis, thrombosis, kontraksi arteri koronaria

Penurunan aliran darah kejantung

Kekurangan oksigen dan nutrisi

Iskemik pada jaringan miokard

Nekrosi

s
Suplay dan kebutuhan oksigen kejantung tidak seimbang

Suplay oksigen ke Miokard menurun

Metabolism
Seluler hipoksia
anaerob
Timbunan asam Nyeri
laktat meningkat Integritas membrane sel berubah

Kelemaha Kontraktilitas turun

n
Intoleransi
aktifitas
COP turun Kegagalann pompa
jantung

Gangguan perfusi
jaringan Gagal jantung
5. Pemeriksaan penunjang

Menurut Isnaini Almira (2016) Pemeriksaan laboratorium harus

dilakukan sebagai bagian dalam tatalaksana pasien STEMI tetapi tidak

boleh menghambat implementasi terapi reperfusi. Pemeriksaan

petanda kerusakan jantung yang dianjurkan adalah creatinin kinase

(CK) MB dan cardiac specific troponin (cTn) T atau cTn I,yang

dilakukan secara serial. cTn digunakan sebagai petanda optimal untuk

pasien STEMI yang disertai kerusakan otot skeletal karena pada

keadaan ini juga akan diikuti peningkatan CKMB.Terapi reperfusi

diberikan segera mungkin pada pasien dengan elevasi ST dan gejala

IMA serta tidak tergantung pada pemeriksaan biomarker. Peningkatan

nilai enzim diatas dua kali nilai batas atas normal menunjukkan adanya

nekrosis jantung.

a. CKMB meningkat setelah 3 jam bila ada infark miokard dan

mencapai puncak dalam 10-24 jam dan kembali normal

dalam 2-4hari. Operasi jantung, miokarditis, dan kardioversi

elektrik dapat meningkatkan CKMB.

b. cTn : ada dua jenis yaitu cTn T dan cTn I. Enzim ini

meningkat setelah 2 jam bila ada infark miokard dan

mencapai puncak dalam10-24 jam dan cTn T masih dapat

dideteksi setelah 5-14 hari sedangkan cTn I setelah 5-10

hari.
Pemeriksaan enzim jantung yang lain yaitu mioglobin,

creatinine kinase (CK), Lactic dehydrogenase (LDH) Reaksi non

spesifik terhadap injuri miokard adalah leukositosis

polimorfonuklear yang dapat terjadi dalam beberapa jam setelah

onset nyeri dan menetap selama 3-7 hari. Leukosit dapat mencapai

12.000-15.000/ul.

Pemeriksaan EKG 12 sandapan harus dilakukan pada semua

pasien dengan nyeri dada atau keluhan yang dicurigai STEMI,

dalam waktu 10 menit sejak kedatangan di IGD sebagai landasan

dalam menentukan keputusan terapi reperfusi. Jika pemeriksaan

EKG awal tidak diagnostic untuk STEMI tetapi pasien tetap

simptomatik dan terdapat kecurigaan kuat STEMI, EKG serian

dengan interval 5-10menit atau pemantauan EKG 12 sandapan

secara kontinyu harus dilakukan untuk mendeteksi

potensiperkembangan elevasi segmen ST. EKG sisi kanan harus

diambil pada pasien dengan STEMI inferior, untuk mendeteksi

kemungkinan infark ventrikel kanan.

6. Manifestasi klinis

Banyak penelitian menunjukan pasien dengan infark

miokardium biasanya pria, diatas 40 tahun, dan mengalami

aterosklerosispada pembulu koronernya, sering disertai hipertensi

arterial. Sarangan juga terjadi pada wanita dan pria diawal 30-an atau

bahkan 20-an. Wanita yang memakai kontrasepsi pil dan merokok


mempunyai resiko sangat tinggi. Namun secara keseluruhan angka

kejadian infark miokardium pada pria lebi tinggi dibandingkan wanita

disemua usia (Indah Rosita, 2019) .

Nyeri dada yang tiba –tiba dan berlangsung terus menerus,

terletak dibagain bawah sternum dan perut atas, adalah gejalah utama

yang biasanya muncul. Nyeri akan terasa semakin berat sampai tidak

tertahankan. Rasa nyeri yang tajam dan berat bisa menyebar ke bahu

dan lengan, bianyanya lengan kiri. Tidak seperti nyeri angina, nyeri ini

muncul secara spontan (bukan setelah kerja berat atau gangguan

emosi) dan menetap selama bebarapa jam sampai beberapa hari dan

tidak akan hilang dengan istirahat maupun nitrogliserin. Pada beberapa

kasus nyeri bisa menjalar ke dagu dan leher, nyeri sering disertai

dengan napas pendek, pucat, berkeringat dingin, pusing dan kepala

ringan, dan mual serta muntah.

Pasien dengan diabetes melitus mungkin tidak merasa nyeri

berat bila menderita infark miokardium, karena nuoropati yang

menyertai diabetes mempengaruhi neuoreseptor, sehingga

menumpulkan nyeri yang dialaminya.Meskipun pasien biasanya pria

dan berusia diatas 40 tahun, namun wanita yang mengalami gejala dan

tanda –tanda seperti yang telah disebutkan harus di tangani serius,

khususnya bila ia merokok dan juga memakai pil kontrasepsi.

7. Penatalaksanaan
Obat yang biasa digunakan dalam tatanan perawatan kritis untuk

mengobati penyakit kardiovaskuler menurut Indah Rosita (2019) :

a. Terapi Fibrinolitik, diindikasikan untuk pasien dengan infark

miokardium elevasi segmen ST akut. Tujuan terapi fibrinolitik

adalah melarutkan thrombus, menetapkan kembali aliran darah

koroner, meminimalkan ukuran infark, mempertahankan fungsi

ventrikel kiri, serta mengurangi morbiditas dan motilitas. obat

fibrinolitik yang sering dipakai yaitu Streptokinase, tenekteplase,

reteplase, alteplase.

b. Terapi Antikoagulan, seperti heparin unfractionated, inhibitor

thrombin langsung, dan wafarin membatasi pembentukan fibrin

lebih lanjut dan membantu mencegah tromboembolisme.

c. Terapi Inhibitor Trombosit, aspirin merupakan inhibitor trombosit

yang paling luas digunakan, menghambat tromboksan A2,

suatuagonis trombosit, dan mencegah pembentukan thrombus dan

vasokontriksi arteri. Aspirin digunakan untuk mengurangi

mortalitas pada pasien yang mengalami infark miokard,

mengurangi insiden infark miokard non fatal dan mortalitas pada

pasien yang mengalami angina stabil, angina tidak stabil, atau

infark miokardium sebelumnya. Aspirin juga diindikasikan untuk

mengurangi risiko stroke nonfatal dan kematian pada pasien yang

memiliki riwayat stroke iskemik atau iskemia sementara akibat

embolus trombosit.
8. Komplikasi

Menurut dr.Ahamd Muhlisin (2019) Komplikasi STEMI adalah :

a. Gagal jantung

b. Syok kardiogenik

c. Henti jantung

d. Angina

e. Perikarditis

f. Mati mendadak

g. Rupture jantung (dinding ventrikel, septum atau otot perifer)

h. Thrombosis mural

i. Sindroma dressier (nyeri dada, demam, efusi)

j. Embolis pulmo

B. Konsep Nyeri

1. Definisi

Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun

potensial atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut.

Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik yang multidimensional.

Fenomena ini dapat berbeda dalam intensitas (ringan,sedang, berat),

kualitas (tumpul, seperti terbakar, tajam), durasi (transien,

intermiten,persisten), dan penyebaran (superficial atau dalam,


terlokalisir atau difus). Meskipun nyeri adalah suatu sensasi, nyeri

memiliki komponen kognitif dan emosional, yang digambarkan dalam

suatu bentuk penderitaan (Mochammad Baharuddin, 2020)

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak

menyenangkan, bersifat sangatsubjektif. Perasaan nyeri pada setiap

orang berbeda dalam hal skala maupun tingkatannya,dan hanya orang

tersebutlah yang dapatmenjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri

yangdialaminya (Tetty, 2015).

Menurut PPNI (2016)Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik

atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau

fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas

ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.

2. Batasan karakteristik

Gejala dan tanda menurut PPNI(2016)adalah sebagai berikut:

Gejala dan Tanda Mayor

a. Subjektif : mengeluh nyeri

b. Objektif : tampak meringis, bersikap protektif (mis. waspada,

posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, dan

sulit tidur.

Gejala dan Tanda Minor

a. Subjektif: tidak tersedia


b. Objektif : tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu

makan berubah, proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus

pada diri sendiri, dan diaphoresis.

3. Faktor yang mempengaruhi nyeri

Nyeri merupakan suatu keadaan yang kompleks yang dipengaruhi oleh

fisiologi, spiritual, psikologis, dan budaya.Setiap individu mempunyai

pengalaman yang berbeda tentang nyeri. Faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi nyeri adalah sebagaiberikut:

a. Tahap perkembangan

Usia dan tahap perkembangan seseorang merupakan variable

penting yang akan memengaruhi reaksi dan ekspresi terhadap

nyeri. Dalam hal ini, anak –anak cenderung kurang mampu

mengugkapkan nyeri yang mereka rasakan dibandingkan orang

dewasa, dan kondisi ini dapat menghambat penanganan nyeri

untuk mereka. Di sisi lain, prevalensi nyeri ada individu lansia

lebih tinggi karena penyakit akut atau kronis dan degenerativeyang

diderita. Walaupun ambang batas nyeri tidak berubah karena

penuaan, efek analgesik yang diberikan menurun karena perubahan

fisiologis yang terjadi (Mubarak et al., 2015)

b. Jenis kelamin

Beberapa kebudayaan yang memengaruhi jenis kelamin misalnya

menganggap bahwa seorang anak laki –laki harus berani dan tidak

boleh menangis, sedangkan anak perempuan boleh menangis


dalam situasi yang sama. Namun, secara umum, pria dan wanita

tidak berbeda secara bermakna dalam berespon terhadap nyeri

(Mubarak et al., 2015).

c. Keletihan

Keletihan atau kelelahan dapat meningkatkan persepsi nyeri.Rasa

kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan

menurunkan kemampuan koping.Hal ini dapat menjadi masalah

umum pada setiap individu yang menderita penyakit dalam jangka

waktu lama.Apabila keletihan disertai kesulitan tidur, maka

persepsi nyeri bahkan dapat terasa lebih berat lagi. Nyeri seringkali

lebih berkurang setelah individu mengalami suatu periode tidur

yang lelap diabandingkan pada akhir hari yang melelahkan

d. Lingkungan dan dukungan keluarga

Lingkungan yang asing, tingkat kebisingan yang tinggi,

pencahayaan dan aktivitas yang tinggi di lingkungan tersebut dapat

memerberat nyeri.Selain itu, dukungan dari keluarga dan orang

terdekat menjadi salah satu faktor penting yang memengaruhi

persepsi nyeri individu. Sebagai contoh, individu yang sendiriaan,

tanpa keluarga atau teman –temang yang mendukungnya,

cenderung merasakan nyeri yang lebih berat dibandingkan mereka

yang mendapat dukungan dari keluarga dan orang –orang terdekat

(Mubarak et al., 2015)

e. Gaya koping
Koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk

memperlakukan nyeri..Seseorang yang mengontrol nyeri dengan

lokus internal merasa bahwa diri mereka sendiri mempunyai

kemampuan untuk mengatasi nyeri.Sebaliknya, seseorang yang

mengontrol nyeri dengan lokus eksternal lebih merasa bahwa

faktor-faktor lain di dalam hidupnya seperti perawat merupakan

orang yang bertanggung jawab terhadap nyeri yang dirasakanya.

Oleh karena itu, koping pasien sangat penting untuk diperhatikan

f. Makna nyeri

Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi

pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri.

Hal ini juga dikaitkan secara dekat dengan latar belakang budaya

individu tersebut. Individu akan mempersepsikan nyeri dengan

cara berbeda-beda, apabila nyeri tersebut memberi kesan ancaman,

suatu kehilangan, hukuman, dan tantangan. Derajat dan kualitas

nyeri yang dipersepsikan pasien berhubungan dengan makna nyeri

g. Ansietas

Individu yang sehat secara emosional, biasanya lebih mampu

mentoleransi nyeri sedang hingga berat daripada individu yang

memiliki status emosional yang kurang stabil.Pasien yang

mengalami cedera atau menderita penyakit kritis, seringkali

mengalami kesulitan mengontrol lingkungan perawatan diri dapat

menimbulkan tingkat ansietas yang tinggi. Nyeri yang tidak


kunjung hilang sering kali menyebabkan psikosis dan gangguan

kepribadian.

h. Etnik dan nila budaya

Beberapa kebudayaan uakin bahwa memperlihatkan nyeri adalah

sesuatu yang alamiah. Kebudayaan lain cenderung untuk melatih

perilaku yang tertutup. Sosialisasi nudaya menentukan perilaku

psikologis seseorang.Dengan demikian, hal ini dapat memngaruhi

pengeluaran fisiologis opial endogen sehingga terjadilah persepsi

nyeri.Latar belakang etnik dan budaya merupakan factor yang

memengaruhi reaksi terhadap nyeri dan ekspresi nyeri. Sebagai

contoh, individu dari budaya tertentu cenderung ekspresif dalam

mengunngkapkan nyeri, sedangkan indiviidu dari budaya lain

justru lebih memilih menahan perasaan mereka dan tidak ingin

merepotkan orang lain (Mubarak et al., 2015)

4. Penyebab nyeri pada dada

Iskemik miokard akan menimbulkan rasa tertekan atau nyeri

substernal yang menjalar ke aksila dan turun ke bawah ke bagian

dalam lengan terutama lebih sering ke lengan kiri. Rasa nyeri juga

dapat menjalar ke epigasterium, leher, rahang, lidah, gigi, mastoid

dengan atau tanpa nyeri dada substernal. Nyeri disebabkan karena

saraf eferan viseral akan terangsang selama iekemik miokard, akan

tetapi korteks serebral tidak dapat menentukan apakah nyeri berasal


sari miokard. Karena rangsangan saraf melalui medula spinalis T1-T4

yang juga merupakan jalannya rangsangan saraf sensoris dari sistem

somatis yang lain. Iskemik miokard terjadi bila kebutuhan 02 miokard

tidak dapat dipenuhi oleh aliran darah koroner. Pada penyakit jantung

koroner aliran darah ke jantung akan berkurang karena adanya

penyempitan pembuluh darah koroner.

5. Penilaian nyeri

a. NRS (Numeric Rating Scale).

Merupakan alat penunjuk laporan nyeri untuk mengidentifikasi

tingkat nyeri yang sedang terjadi dan menentukan tujuan untuk

fungsi kenyamanan bagi klien dengan kemampuan kognitif yang

mampu berkomunikasi atau melaporkan informasi tentang nyeri.

Gambar 1.1 Numeric Rating Scale

b. Faces Analog Scale

Skala ini digunakan untuk mengetahui tingkat nyeri, terdiri dari

enam wajah kartun yang diurutkan dari seorang yang tersenyum

(tidak ada rasa sakit), meningkat wajah yang kurang bahagia

hingga ke wajah yang sedih, wajah penuhair mata (rasa sakit yang

paling buruk).
Gambar 1.2 Face Analog Scale

c. Deskriptif / VRS (Verbal Rating Scale).

Pasien dapat diminta untuk membuat tingkat nyeri pada skala

verbal (misal: tidak nyeri, sediit nyeri, nyeri hebat, atau sangat

hebat; atau 0 sampai 10; 0 =tidak ada nyeri, 10 = nyeri sangat

hebat), nomor yang menerangkan tingkat nyeriyang dipilih oleh

pasien akan mewakilkan tingkat intensitas nyerinya.

Gambar 1.3 Verbal Rating Scale

C. Pengelolaan nyeri akut pada pasien ST-Elevasi Myocardial Infarction

Nyeri dapat diatasi dengan terapi farmakologi dan terapi non

farmakologi yaitu teknik relaksasi, massage, kompres, terapi musik,

murottal, distraksi, dan guided imaginary (Muhammad Irfan, 2017)

Teknik non farmakologi merupakan salah satu intervensi keperawatan

secara mandiri untuk mengurangi nyeri yang dirasakan oleh pasien.

Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika nyeri muncul

dan dapat digunakan pada seseorang sehat ataupun sakit. Teknik non
farmakologi banyak digunakan untuk mengatasi nyeri pada pasien nyeri

dada, selain itu terapi non farmakologi tidak memiliki efek samping. Salah

satu teknik nonfarmakologi untuk mengatasi nyeri yaitu dengan

melakukan teknik relaksasi nafas dalam. Teknik relaksasi napas dalam

merupakan intervensi mandiri keperawatan dimana perawat mengajarkan

kepada pasien bagaimana cara melakukan napas dalam, napas lambat

(menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan

napas secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik

relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkkan ventilasi paru dan

meningkatkan oksigenasi darah (I made Sutarna, 2017). Manfaat yang di

rasakan oleh klien setelah melakukan teknik nafas dalam adalah dapat

menghilangkan nyeri , ketentraman hati dan berkurangnya rasa cemas

(Djamil, 2019).

Teknik relaksasi nafas dalam dipercaya mampu merangsang tubuh

untuk melepaskan opoid endogen yaitu endorphin dan enkefalin. Endorfin

dan enkefalin merupakan substansi di dalam tubuh yang berfungsi sebagai

inhibitor terhadap transmisi nyeri. Endorfin merupakan neurotransmitter

yang menghambat pengiriman rangsangan nyeri sehingga dapat

menurunkan sensasi nyeri. Penurunan intensitas nyeri tersebut dipengaruhi

oleh peralihan fokus responden pada nyeri yang dialami terhadap

penatalaksanaan teknik relaksasi napas dalam sehingga suplai oksigen

dalam jaringan akan meningkat dan otak bisa berelaksasi. Otak yang

relaksasi itulah yang akan merangsang tubuh untuk menghasilkan hormon


endorfin untuk menghambat transmisi impuls nyeri ke otak dan dapat

menurunkan sensasi terhadap nyeri yang akhirnya menyebabkan intensitas

nyeriyang dialami responden berkurang (Widiatie, 2015).

Prinsip yang mendasari penurunan nyeri oleh teknik relaksasi napas

dalam terletak pada fisiologi sistem saraf otonom yang merupakan bagian

dari sistem saraf perifer yang mempertahankan homeostasis lingkungan

internal individu (Azizah, Zumrotun, Fanianurul, & Nisa, 2015). Teknik

relaksasi napas dalam dapat mengendalikan nyeri dengan meminimalkan

aktivitas simpatik dalam sistem saraf otonom.

D. Asuhan Keperawatan

Menurut Indah Rosita (2019) Pengkajian dilakukan untuk

mendapatkan data dasar tentang informasi status terkini pasien, sehingga

setiap perubahan bisa diketahui sesegera mungkin. Pengkajian

keperawatan harus sistematis dan ditujukan untk mengidentifikasi

kebutuhan jantung pasien untukmenentukan prioritas kebutuhan.

Pengkajian sistematis pasien mencakup riwayat yang cermat khususnya

yang berhubungan dengan gambaran gejala: nyeri dada, sulit bernapas,

atau keringat dingin.

Masing-masing gejala harus dievaluasi waktu dan durasinya., serta

faktor yang menvcetuskan dan yang meringankannya. Pengkajian fisik

yang lengkap dan tepat juga sangat penting untuk mendeteksi adanya

komplikasi. Setiap perubahan pada status pasien harus dilaporkan segera.


Metode sistematis yang digunakan dalam pengkajian harus meliputi

parameter berikut:

1. Pengkajian

a. Identitas Klien

Perlu ditanyakan : nama, umur, jenis kelamin, alamat, suku,

agama, nomor register, pendidikan, tanggal MRS, sertapekerjaan

yang berhubungan dengan stress atau sebab dari lingkunganyang

tidak menyenangkan. Jenis kelamin lebih sering terjadi pada laki –

laki umur 35 tahundan wanita lebih dari 50 tahun.

2. Riwayat Kesehatan

1) Alasan Masuk Rumah Sakit

Penderita dengan infark miokard akut mengalami nyeri dada, perut,

punggung, atau lambung yang tidak khas, mual atau pusing, sesak

napas dan kesulitan bernapas

2) Keluhan Utama

Pasien Infark Miokard Akut mengeluhnyeri pada dada substernal, yang

rasanya tajam dan menekan sangat nyeri, terus menerus dan dangkal.

Nyeri dapat menyebar ke belakang sternum sampai dada kiri, lengan

kiri, leher, rahang, atau bahu kiri. Nyeri miokard kadang-kadang sulit

dilokalisasi dan nyeri mungkin dirasakan sampai 30 menit tidak hilang

dengan istirahat atau pemberian nitrogliserin


3) Riwayat Penyakit Sekarang

Pada pasien infark miokard akut mengeluh nyeri pada bagian dada

yang dirasakan lebih dari 30 menit, nyeri dapat menyebar samapi

lengan kiri, rahang dan bahu yang disertai rasa mual, muntah, badan

lemah dan pusing.

4) Riwayat Penyakit Dahulu

Pada klien infark miokard akut perlu dikaji mungkin pernah

mempunyai riwayat diabetes mellitus, karena diabetes mellitus terjadi

hilangnya sel endotel vaskuler danberakibat berkurangnya produksi

nitri oksida sehingga terjadi spasme otot polos dinding pembuluh

darah

5) Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit jantung keluarga, diabetes mellitus, peningkatan

kolesterol darah, kegemukan, hipertensi, yang beresiko diturunkan

secara genetik berdasarkan kebiasaan keluarganya

6) Riwayat Psikososial

Rasa takut, gelisah dan cemas merupakan psikologis yang sering

muncul pada klien dan keluarga. Hal ini terjadi karena rasa sakit, yang

dirasakan oleh klien. Perubahan psikologis tersebut juga muncul akibat

kurangnya pengetahuan terhadap penyebab, proses dan penanganan

penyakit infark miokard akut. Hal ini terjadi dikarenakan klien kurang

kooperatif dengan perawat

7) Pemeriksaan Fisik
Inspeksi bentuk dada Untuk melihat seberapa berat gangguan

sistem kardiovaskuler. Bentuk dada yang biasa ditemukan adalah :

a) Bentuk dada thoraks phfisis (panjang dan gepeng).

b) Bentuk dada thoraks en bateau (thoraks dada burung)

c) Bentuk dada thoraks emsisematous (dada berbentuk seperti tong).

d) Bentuk dada thoraks pektus ekskavatus (dada cekung ke dalam).

e) Gerakan pernapasan : kaji kesimetrisan gerakan pernapasan pasien.

Palpasi rongga dada tujuannya untuk melihat adanya kelainan pada

thoraks, menyebabkan adanya tanda penyakit paru dengan

pemeriksaan sebagai berikut :

a) Gerakan dinding thoraks saat inspirasi dan ekspirasi.

b) Getaran suara : getaran yang terasa oleh tangan pemeriksa yang

diletakkan pada dada pasien saat pasien mengucapkan kata –kata.

Perkusi Teknik yang dilakukan adalah pemeriksaan meletakkan

falang terakhir dan sebagian falang kedua jari tengah pada tempat yang

hendak diperkusi. Ketukan ujung jaritengah kanan padajari kiri

tersebut dan lakukan gerakan bersumbu pada pergelangan tangan.

Posisi pasien duduk atau berdiri.

Auskultasi tujuannya untuk mengetahui :

a) Suara napas normal.


b) Trakeobronkhial, suara normal yang terdengar pada trakhea seperti

meniup pipa besi, suara napas lebih keras dan pendek saat

inspirasi.

c) Bronkovesikuler, suara normal di daerah bronkhi, yaitu sternum

atas ( torakal 3-4 ).

d) Vesikuler, suara normal di jaringan paru, suara napas saat inspirasi

dan ekspirasi sama.

3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan diagnose

dari TIM POKJA SDKI PPNI [ CITATION SDK16 \n \t \l 1033 ] :

Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis iskemia

jaringan miokard terhadap sumbatan arteri koronaria ditandai dengan

pasien mengatakan nyeri, wajah pasien tampak meringis.

4. Dalam perencanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan nyeri akut ini

terdiri dari Standar luaran dan intervensi yang digunakan buku TIM

POKJA SIKI PPNI [ CITATION TIM16 \n \t \l 1033 ] yaitu :

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam maka diharapkan

tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil:

a. Kemampuan meningkatkan aktivitas aktivitas cukup meningkat.

b. Keluhan nyeri menurun.

c. Ekspresi meringis menurun.

d. Frekuensi nadi membaik.

e. Pola napas membaik.


f. Tekanan darah membaik.

g. Nafsu makan membaik.

Intervensi SIKI PPNI [ CITATION TIM16 \n \t \l 1033 ] yaitu :

a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri.

b. Identifikasi skala nyeri.

c. Identifikasi respond nyeri.

d. Identifikasi faktor yang memperberat atau memperingan nyeri.

e. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.

f. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

seperti tehnik relaksasi.

g. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.

h. Kolaborasi pemberian analgetik.

5. Implementasi

Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan. Terdapat

tindakan yang bisa dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri sesuai dengan

intervensi yang direncanakan. Implementasi lebih ditujukkan pada upaya

perawatan dalam meningkatkan kenyamanan, upaya pemberian informasi

yang akurat, upaya mempertahankan kesejahteraan, upaya tindakan

peredaan nyeri farmakologis, dan pemberian terapi non-farmakologis

6. Evaluasi

Evaluasi keperawatan diobservasi terkait subjek, objektif, assesgment,

planning (SOAP), yang ditulis perawat pada catatan perkembangan setelah


dilakukan tindakan keperawatan maupun setelah batas waktu asuhan

keperawatan diberikan. Evaluasi keperawatan terhadap pasien dengan

menilai kemampuan pasien dalam merespon rangsangan nyeri, dengan

melaporkan adanya penurunan rasa nyeri.

BAB III

METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah deskriptif, dalam bentuk studi kasus .

Penelitian diarahkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan

bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada pasien ST-Elevasi

Myocardial Infarction (STEMI) dengan fokus studi nyeri akut di Rumah

Sakit Umum Daerah Andi Makkasau Parepare

B. Subyek Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien dengan ST-

Elevasi Myocardial Infarction (STEMI) di Rumah Sakit Umum Daerah

Andi Makkasau Parepare

2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah pasien dengan ST-Elevasi Myocardial

Infarction (STEMI) di Rumah Sakit Umum Daerah Andi Makkasau

Parepare. Sampel yang diambil sebanyak 1 orang. Dengan kriteria :

a. Kriteria inklusi
1.) Pasien usia dewasa ≥18 tahun

2.) Pasien dalam kondisi kompos mentis

3.) Pasien pasien dengan ST-Elevasi Myocardial Infarction

(STEMI) dengan nyeri akut.

b. Kriteria ekslusi

1.) Pasien yang tidak sadar (koma).

2.) Pasien rawat jalan.

C. Fokus studi

Asuhan keperawatan pada pasien pasien dengan ST-Elevasi Myocardial

Infarction (STEMI) dengan fokus studi nyeri akut.

D. Definisi Operasional

1. Infark miokard adalah gangguan aliran darah ke jantung yang

menyebabkan sel otot jantung mengalami kekurangan

oksigen/hipoksia. Sedangkan STEMI adalah rusaknya bagian otot

jantung secara permanen akibat aliran darah koroner oleh proses

degenerative yang dipengaruhi oleh banyak faktor dan ditandai dengan

peningkatan pada enzim jantung dan terdapatnya ST elevasi pada

pemeriksaan EKG .
2. Nyeri Akut merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat adanya kerusakan atau ancaman kerusakan

jaringan.

E. Intrumen Penelitian

Alat atau instrument pengumpulan data yang digunakan dalam kegiatan

penelitian adalah format pengkajian sampai pada evaluasi. Cara

pengumpulan data dimulai dari anamneses, pemeriksaan fisik, observasi,

dan studi dokumentasi.

Alat yang digunakan sebagai berikut :

1. Lembar atau format asuhan keperawatan

Pengkajian yang digunakan kepada pasien diantaranya menggunakan

format asuhan keperawatan yang meliputi : identitas, keluhan utama,

riwayat keperawatan, pola fungsi Gordon, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan diagnostic, dan program terapi yang diberikan.

2. Alat kesehatan

Alat kesehatan yang meliputi tensimeter, dan stetoskop, thermometer,

dan EKG.

3. Lembar Standar Operasional Prosedur

F. Metode Analisis Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulis karya tulis

ilmiah ini adalah :

1. Wawancara
Wawancara digunakan untuk mendapatkan data subyektif dengan

cara mengajukan pertanyaan terbuka terhadap pasien dan keluarga.

Data yang diperlukan didapatkan dari wawancara antara lain seperti

identitas pasien dan keluarga, keluhan utama yang dirasakan yang

dirasakan pasien, riwayat penyakit sekarang tentang sejak kapan

muncul, riwayat penyakit sekarang tentang sejakmkapan keluhan

muncul, riwayat dahulu mengenai apakah pasien pernah mengalami

sakit seperti ini, riwayat kesehatan keluarga dengan cara penulis

menanyakan apakah ada anggota keluarga yang dengan cara penulis

menanyakan apakah ada anggota keluarga yang memiliki riwayat

penyakit menular, sehingga penulis akan muda mengatahui masalah

keperawatan yang muncul pada pasien.

2. Observasi

Observasi dan pemeriksaan fisik dengan pendekatan inspeksi,

palpasi, perkusi, auskultasi. Penulis melakukan pengamatan lansung

pada keadaan klinis pasien dan respond pasien terhadap tindakan

asuhan keperawatan nyeri akut yang diberikan pada pasien penyakit

jantung koroner.

3. Dokumentasi

Dokumentasi meliputi hasil dari pengumpulan data baik dari awal

dan hasil obsevasi, pengukuran dan wawancara klien dn keluarga klien

mengenai masalah yang timbul akibat penyakit jantung koroner. Selain

itu, dokumentasi juga meliputi hasil dari penunjang yang berupa terapi
pengobatan yang mengenai masalah dan hasil pemeriksaan penunjang

seperti EKG (rekam jantung).

G. Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Andi

Makssau Parepare. Penyakit ST-Elevasi Myocardial Infarction dengan

fokus studi nyeri akut. Waktu penelitian pada studi kasus ini dimulai

adalah pada tanggal 20 Januari 2019.

H. Analisa data dan penyajian data

Data yang ditemukan saat pengkajian dikelompokkan dan

dianalisis berdasarkan data subyektif dan obyektif, sehingga dapat

dirumuskan diagnose, kemudian menyusun rencana asuhan keperawatan,

dan melakukan implementasi sert evaluasi keperawatan dengan cara

dinarasikan, analisis selanjutnya membandingkan asuhan keperawatan

yang telah dilakukan pada pasien dengan teori dan penelitian terdahulu.

Urutan dalam analisis data adalah :

1. Pengumpulan data

Data dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi, dan

dikelompokkan menjadi data subyektif dan obyektif, dianalisis

berdasarkan data hasil pemeriksaan diagnostik, kemudian

didokumentasi.

2. Penyajian data
Penyajian data dideskripsikan secara naratif meliputi :

a. Pengkajian keperawatan terdiri dari : identitas pasien,

riwayat penyakit keluarga, pola fungsi kesehatan,

pemeriksaan fisik, terapi pengobatan dan pemeriksaan

penunjang.

b. Diagosa keperawatan dengan masalah nyeri akut.

c. Rencana asuhan keperawatan/intervensi.

d. Implementasi keperawatan terdiri dari hari dan tanggal,

diagnosa keperawatan dengan masalah nyeri akut,

implementasi keperawatan, dan paraf yang melakukan

implementasi keperawatan.

e. Evaluasi keperawatan terdiri dari hari dan tanggal diagnose

keperewatan, evaluasi keperawatan dan paraf mengevaluasi

tindakan keperawatan.

3. Kesimpulan

Data yang disajikan, kemudian dibahas dibandingkan dengan hasil

penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan.

Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi. Data yang

dikumpulkan berkaitan dengan data pengkajian, diagnosis,

perencanaan,tindakan, dan evaluasi.

I. Etika penulisan

Sebelum melaksanakan studi kasus penelitian memandang perlu

adanya rekomendasi pihak institusi pendidikan atau pihak lain dengan


mengajukan permohonan izin kepada instansi tempat pelaksanaan studi

kasus, dalam hal ini dirumah sakit Fatima Parepare. Setelah mendapatkan

persetujuan, studi kasus ini dapat dilakukan dengan menekankan masalah

etika studi kasus meliputi :

1. Informed concent ( lembar persetujuan responden)

Informed concent diberikan kepada pasien diruangan untuk

meminta persetujuan responden dengan tujuan supaya subyek

mengetahui maksud dan tujuan serta dampak pengumpulan data, jika

subyek bersedia diteliti maka subyek harus menandatangani lembar

persetujuan tersebut, jika subyek tidak bersedia diteliti maka subyek

harus tetap menghormati hak klien.

2. Anonymity ( tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan subyek maka tidak dicantumkan

identitas dari subyek dengan tidak mencantumkan nama dalam lembar

pengumpulan data.

3. Confidentiatily (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari subyek

dijamin oleh peneliti hanya kelompok data tertentu yang akan

disajikan pada hasil penelitian.

Anda mungkin juga menyukai