Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke merupakan salah satu penyakit yang mengakibatkan

kematian paling sering di seluruh dunia (Saricam et al., 2019). Dalam World

Stroke Organization menyatakan bahwa 1 dari 6 orang terkena stroke.

Menurut American Health Association (AHA), orang di seluruh dunia

mengalami stroke setiap 40 detik dengan kejadian 795.000 penderita stroke.

Kasus baru atau berulang terjadi setiap tahun dan sekitar 1 pasien setiap 4

menit meninggal karena stroke (Mutiarasari et al., 2019). Di Asia, stroke

menyebabkan kematian 140.000 orang (Bougenvill & Abdul, 2022).

Berdasarkan data Survei Kesehatan Dasar 2018 mengklarifikasi

bahwa angka kejadian stroke di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke

tahun dengan angka kejadian 12,1 kasus per 1000 penduduk, stroke dapat

menjadi penyakit yang membunuh hampir setiap rumah tangga di Indonesia

(Ana & Sulianto, 2018). Prevalensi kejadian stroke di Provinsi Sumatera

Barat adalah 10,8/mil dengan urutan tertinggi ke-15 dari 33 provinsi di

Indonesia (Kemenkes RI, 2018). Menurut laporan tahunan Dinkes (2021),

capaian kejadian penyakit stroke pada keluarga binaan puskemas Kota

Padang mengalami peningkatan dari tahun 2020 dengan kasus sebanyak 119

hingga 142 kasus pada tahun 2021 (Dinkes Padang, 2022).


Stroke memiliki gejala fisik kelemahan anggota gerak yang

mengakibatkan penderitanya harus istirahat total sehingga dapat

menimbulkan salah satu komplikasi yaitu dekubitus atau yang biasa disebut

dengan luka tirah baring. Hal ini dikarenakan adanya tekanan yang terlalu

lama pada bagian tulang yang menonjol serta berkurangnya aliran darah di

daerah yang mengalami penekanan dan seiring waktu jaringan tersebut akan

mengalami iskemik, hipoksia, hingga mengalami kematian jaringan

(Agustina & Rasid, 2020). Hal ini menyebabkan banyak beban fisik,

psikologis, dan sosial (Shiferaw et al., 2020) dan berkontribusi terhadap

peningkatan kematian (Song et al., 2019). Dekubitus juga merupakan

penyebab kerugian yang signifikan dalam kehidupan, serta memiliki

pengaruh terhadap peningkatan kematian dan finansial keluarga selama

perawatan kesehatan (Burston et al., 2022).

Dalam jurnal medicina (2022), kejadian dekubitus di Amerika

Serikat terjadi pada 50% pasien kritis serta >70% terjadi pada pasien lanjut

usia. Kejadian ini biasanya terjadi pada pasien stroke yang menyebabkan

pasien mengalami gangguan kualitas hidup serta menyebabkan kematian

(Chen et al., 2022). Dekubitus terjadi pada pasien gangguan neurologis yaitu

sebanyak 58% pasien dan pada pasien penyakit akut sebanyak 3-11%

pasien. Secara keseluruhan prevalensi kejadian dekubitus adalah sekitar 17-

28% dengan dua pertiga dari kasus tersebut terjadi pada pasien usia 70 tahun

keatas (Masitoh et al., 2023).


Pada tahun 2018, World Health Organization (WHO)

memperkirakan terdapat sekitar 17 juta kasus pasien dengan tirah baring

lama di seluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus pasien menderita

dekubitus serta mengalami kematian setiap tahun. Menurut survei WHO

menunjukkan 8,7% dari 55 rumah sakit di 14 negara pasiennya mengalami

luka dekubitus. Dari 356 pasien stroke, 21% diantaranya mengalami luka

dekubitus (Sya’bani et al., 2020). Insiden luka tirah baring bervariasi di

banyak tempat, mulai dari 0-38% di unit perawatan akut, 2,2-23,9% dalam

perawatan jangka panjang, 0-7% di perawatan di rumah (home care) (The

National Pressure Ulcer Advisory Panel NPUAP, 2020).

Di Indonesia, kejadian dekubitus dapat mencapai angka 2,1-

31,3% yang merupakan angka yang cukup tinggi di Asia (Sya’bani et al.,

2020). Kejadian dekubitus dapat terjadi hingga 25% pada pasien penderita

penyakit stroke (Masitoh et al., 2023). Dalam penelitian lain, di Indonesia

22% dari pasien stroke mengalami dekubitus (Chen et al., 2022). Upaya

pencegahan terjadinya dekubitus sangat berhubungan dengan peran perawat

sehigga perlu diperhatikan pengetahuan, sikap, motivasi, dan perilaku yang

dimiliki oleh perawat (Jauhar et al., 2019).

Sebagai pendidik, perawat berperan mendidik individu, keluarga,

masyarakat, serta tenaga keperawatan dan tenaga kesehatan lainnya.

Perawat bertugas memberikan pendidikan kesehatan kepada klien, dalam

hal ini individu, keluarga, serta masyarakat, sebagai upaya menciptakan

perilaku individu/masyarakat yang kondusif bagi kesehatan (asmadi dalam


Jauhar, 2019). Peran edukator perawat mengenai dekubitus dapat berupa

definisi dan deskripsi, lokasi umum, faktor terjadinya decubitus, perawatan

kulit dan pencegahannya, cara menghindari cedera dan edukasi tentang diet

pasien. Dalam hal ini perawat harus memberikan contoh tindakan agar para

pasien maupun keluarga lebih mengerti tentang cara pencegahan terjadinya

dekubitus (Jauhar, 2019). Untuk itu, juga diperlukan keterlibatan dan

partisipasi keluarga dirumah sakit yang dapat memberikan manfaat kepada

kondisi pasien (Herrin et al., 2016).

Keberhasilan perawat di rumah sakit akan sia-sia jika tidak

diteruskan di rumah yang kemudian mengakibatkan pasien harus dirawat

kembali (kambuh), peran serta keluarga sejak awal perawatan di rumah sakit

akan meningkatkan kemampuan keluarga merawat pasien di rumah

sehingga memungkinkan pasien tidak kambuh atau dapat dicegah (Herrin et

al., 2016). Keluarga memiliki peran penting dalam perawatan dekubitus

karena keluarga bertanggung jawab untuk menjaga kesehatan anggota

keluarga mereka, peran keluarga diperlukan untuk mencegah atau merawat

anggota keluarga yang sakit bermanfaat untuk memberikan dukungan

kesehatan di rumah, membuat keputusan tentang tindakan kesehatan, dan

mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan institusi

kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan yang efektif dari sumber daya

kesehatan yang ada (Jona et al., 2022).

Anggota keluarga ingin berpartisipasi dalam perawatan dan

pencegahan penyakit yang diderita anggota keluarganya. Partisipasi


keluarga dalam melakukan perawatan rumah sakit semakin banyak

digunakan dalam berbagai cara, salah satunya adalah membantu aktivitas

rentang gerak aktif (Korenoski et al., 2020). Sebelum berpartisipasi dalam

perawatan pasien, langkah awal yang harus dilakukan adalah melihat

persepsi keluarga tersebut (Dijkstra et al., 2022). Upaya pemeliharaan

kesehatan dipengaruhi oleh persepsi ancaman terhadap suatu penyakit dan

persepsi positif sangat dibutuhkan dalam mendorong tindakan pencegahan

dekubitus, hal ini dimuat dalam teori Health Belief Model (HBM).

Dalam teori HBM, tindakan pemeliharaan kesehatan dapat

dipengaruhi oleh persepsi ancaman terhadap penyakit. Faktor yang dapat

membentuk persepsi adalah persepsi kerentanan, persepsi keseriusan,

persepsi manfaat, serta persepsi hambatan (Atiqoh, 2017). Faktor

kerentanan yang dimaksud adalah penilaian keluarga terhadap risiko

terjadinya dekubitus pada pasien stroke dan menyadari bahwa akan ada hal

yang tidak diinginkan, faktor keseriusan adalah penilaian keluarga terhadap

tingkat keparahan dan keseriusan dari kejadian dekubitus yang berisiko

terjadi pada pasien, persepsi manfaat yaitu penilaian individu terhadap

konsekuensi positif yang didapatkan jika melakukan tindakan pencega han

dekubitus, serta persepsi hambatan adalah sebuah penilaian dari keluarga

pasien mengenai pengaruh yang menghambat terjadinya tindakan

pencegahan dekubitus (Green et al., 2021).

Pembentukan persepsi tersebut dapat dipengaruhi oleh

pengetahuan seseorang (Soraya, 2018). Sehingga pengetahuan juga menjadi


perhatian perawat baik di rumah sakit maupun di puskesmas (Jona et al.,

2022). Perawatan ini merupakan perawatan yang berkelanjutan dan

membutuhkan waktu yang lama, sehingga pengetahuan tentang pencegahan

ulkus dekubitus merupakan aspek penting bagi pasien dan keluarga (Dessi

Purnamasari, 2020). Menurut Sumah (2020), memberikan informasi kepada

keluarga tentang pencegahan luka tekan dapat membantu keluarga merawat

pasien (Suharto & Manggasa, 2021). Pengetahuan keluarga mengenai

dekubitus adalah pengetahuan keluarga tentang pengobatan dan pencegahan

dekubitus pada pasien stroke meliputi menjaga asupan nutrisi, memberikan

mobilisasi, serta melakukan perawatan pada kulit pasien. Pemberian nutrisi

yang baik pada pasien akan menjaga kesehatan kulit agar terhindar dari

risiko dekubitus (Alimansur & Santoso, 2019).

Menurut Seied Hadi dalam Pressure Ulcer and Nutrition,

pemberian asupan nutrisi yang tepat merupakan salah satu hal yang

berperan penting dalam pencegahan luka dekubitus. Asupan nutrisi yang

dapat diberika kepada pasien dengan risiko dekubitus adalah asupan nutrisi

protein tinggi. Tindakan lain yang dapat dilakukan keluarga adalah kegiatan

mobilisasi pada pasien. Perubahan posisi yang sulit dilakukan oleh pasien

stroke dapat menyebabkan pasien memiliki risiko tinggi mengalami

dekubitus. Untuk mencegah hal tersebut, keluarga dapat membantu pasien

stroke untuk melakukan mobilisasi dini, perubahan posisi pasien dengan

miring kiri kanan setiap 2 jam (Alimansur & Santoso, 2019).


Selain itu, keluarga juga dapat melakukan perawatan kulit pada

pasien dengan menjaga tingkat hidrasi kulit agar tidak terlalu kering atau

tidak terlalu lembab, menjaga kebersihan kulit, memantau adanya

inkontinensia urin yang berlebihan (urin yang sulit untuk ditahan), memijat

serta menggosok kulit pasien dengan lembut menggunakan pembersih yang

memiliki pH sesuai (Alimansur & Santoso, 2019). Menurut Standar

Intervensi Keperawatan tahun 2018, Tindakan terapeutik untuk perawatan

luka tirah baring adalah gunakan tempat tidur atau kasur khusus dalam

merawat kulit akibat tonjolan tulang (Jona et al., 2022). Oleh karena itu,

sebagai orang terdekat dari keluarga pasien tirah baring, perlu mengetahui

segala sesuatu yang berhubungan dengan pasien tirah baring tersebut agar

keluarga dapat mencegah timbulnya kejadian dekubitus atau luka tirah

baring (Jona et al., 2022).

Sejalan dengan jurnal yang berjudul “Hubungan Peran Edukator

Perawat Dengan Kejadian Dekubitus Pada Pasien Stroke Di Ruang Rawat

Inap Rumah Sakit Islam Pati Tahun 2019” yang didapatkan hasil ada

hubungan yang signifikan antara peran edukator perawat dengan kejadian

dekubitus pada pasien stroke. Serta didapatkan bahwa peran edukatif

perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Pati tergolong baik

dengan prevalensi 83,3% (Jauhar et al., 2019).

Gambaran Pengetahuan Dan Persepsi Family Caregiver Tentang

Pencegahan Dekubitus Pada Anggota Keluarga Yang Berisiko Dekubitus di

Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan dan Ciputat”. Dari hasil penelitian


pengetahuan responden tentang pencegahan dekubitus sebagian besar

tergolong cukup (62,2%) dan memiliki persepsi negatif terhadap tindakan

pencegahan dekubitus yaitu sebesar 53,8% (Atiqoh, 2017). Namun, dalam

penelitian yang dilakukan oleh Wawan di RS Dr. Soekardjo Tasikmalaya

menunjukkan bahwa Sebagian besar keluarga memiliki pengetahuan rendah

tentang pencegahan dekubitus yaitu sebanyak 37 orang (87%) (Rismawan,

2014).

Penelitian “Relationship Of Family Knowledge About Prevention

Of Decubitus With The Event Of Decubitus In Patients Total Care In The

Neurology Room Of Pariaman Hospital RSUD” juga membahas

pengetahuan keluarga mengenai tindakan pencegahan dekubitus. Dari hasil

penelitian pengetahuan responden tentang pencegahan dekubitus diketahui

bahwa sebagian besar pengetahuan responden masih rendah yaitu 17 orang

(53,1%) dan responden yang memiliki pengetahuan tinggi sebanyak 15

orang (46,9%) (Asman et al., 2021).

Penelitian lain yang membahas mengenai pengetahuan keluarga

mengenai risiko terjadinya dekubitus adalah “Hubungan Tingkat

Pengetahuan Keluarga Terhadap Kejadian Resiko Dekubitus Pada Pasien

Stroke” yang dilakukan oleh Resa Nirmala Jona, dkk. Penelitian ini

mengatakan bahwa pengetahuan keluarga mengenai tindakan pencegahan

dekubitus tergolong baik yaitu sebanyak 29 responden (72,5%) sedangkan

pengetahuan cukup yaitu 11 responden (27,5%) (Jona et al., 2022).


Saat peneliti melakukan survei awal yang dilakukan di RSUP

M.Djamil Padang, terdapat 139 pasien stroke dari bulan januari 2023 hingga

maret 2023 dan 6 diantaranya mengalami dekubitus saat dirawat dirumah

sakit. Pada wawancara yang dilakukan kepada perawat ruangan, pada awal

masuk ruang rawatan keluarga pasien diberikan pendidikan kesehatan

mengenai perawatan kasur dekubitus. Saat melakukan wawancara singkat

berdasarkan pertanyaan kuesioner kepada keluarga pasien didapatkan 5 dari

8 keluarga pasien tidak mengetahui cara pencegahan dekubitus pada

perawatan pasien. Berdasarkan data awal yang didapatkan, dapat

disimpulkan bahwa persepsi keluarga pasien juga negatif terhadap tindakan

pencegahan dekubitus pada pasien.

Dengan adanya perbedaan persepsi dan pengetahuan keluarga

mengenai tindakan pencegahan dari berbagai penelitian dan masih

rendahnya pengetahuan keluarga pada saat survei awal, peneliti tertarik

untuk meneliti “Hubungan Peran Edukatif Perawat Terhadap Persepsi dan

Pengetahuan Keluarga Tentang Tindakan Pencegahan Dekubitus Pada

Pasien Stroke Di RSUP M.Djamil Padang”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian adalah apakah terdapat

hubungan peran edukatif perawat terhadap persepsi keluarga dan gambaran

tingkat pengetahuan keluarga tentang tindakan pencegahan dekubitus pada

pasien stroke di RSUP M.Djamil Padang pada tahun 2023.


C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana

hubungan peran edukatif perawat terhadap persepsi keluarga dan

pengetahuan keluarga tentang tindakan pencegahan dekubitus pada pasien

stroke di RSUP M.Djamil Padang pada tahun 2023.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi peran edukatif perawat dalam

tindakan pencegahan dekubitus pada pasien stroke.

b. Diketahui distribusi frekuensi persepsi keluarga mengenai tindakan

pencegahan dekubitus pada pasien stroke.

c. Diketahui distirbusi frekuensi pengetahuan keluarga mengenai

tindakan pencegahan dekubitus pada pasien stroke.

d. Menganalisis hubungan antara peran perawat terhadap persepsi dan

pengetahuan keluarga tentang tindakan pencegahan dekubitus pada

pasien stroke.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pembanding serta

bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dengan topik peran

edukatif perawat terhadap persepsi dan tingkat pengetahuan keluarga


terhadap tindakan pencegahan dekubitus pada pasien stroke di RSUP

M.Djamil Padang.

2. Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

pengembangan ilmu keperawatan dan menjadi salah satu tolak ukur untuk

peneliti selanjutnya serta menjadi bahan bacaan untuk menambah

pengetahuan mengenai topik ini.

3. Bagi institusi pelayanan kesehatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi literatur dan

memberikan informasi tambahan bagi tenaga kesehatan mengenai presepsi

keluarga serta tingkat pengetahuan keluarga terhadap tindakan pencegahan

dekubitus pada pasien stroke di RSUP M.Djamil Padang.

Anda mungkin juga menyukai