Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL INOVATION PROJECT

PENGGUNAAN PAPAN ALAS RJP UNTUK MEMPENGARUHI


KEBERHASILAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)PADA PASIEN
CARDIAC AREST DI RUANG ICU RSUD Dr. SOERATNO GEMOLONG

DISUSUN OLEH :
1. I GEDE WARTAMA SN172037
2. JOKO SRIYONO SN172
3. MARJOKO SN172055
4. TRIMIYINO SN172109
5. SRI WIYONO SN172.....

PROGRAM STUDI S -1 KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN 2017/2018

0
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Resusitasi Jantung Paru (RJP) pertama kali digunakan di tahun 1960
dalam prosedur bantuan hidup dasar yang terdiri dari kompresi, ventilasi dan
defibrilasi.RJP disarankan sebagai intervensi gawat darurat bagi henti napas
atau henti jantung.
Strategi RJP bertujuan untuk menolong pasien yang mengalam henti
napas atau henti jantung agar tetap hidup.RJP modern telah banyak
mengalami perubahan dan perkembangan dalam melakukan resustasi.Angka
orang yang dapat diselamatkan masih tetap konstan. Hanya 10 % dari pasien
yang dapat bertahan hidup setelah mendapatkan resusitasi(.internet journal
2008) Adapun faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari RJP antara lain
kemampuan dari tenaga kesehatan, respone time, kualitas RJP, ketersediaan
peralatan emergensi, kondisi klien, lokasi dirawat, dan kebijakan rumah sakit
dan ketepatan serta kecepatan dalam menentukan tindakan dilakukannya RJP.
Petugas kesehatan yang telah terlatih dapat meningkatkan hasil RJP internet
journal 2008.Kemampuan petugas kesehatan dalam mengambil keputusan
untuk melakukan RJP tidak kalah pentingnya untuk menolong pasien agar
tetap selamat. Semakin cepat seorang pasien yang mengalami henti jantung
diberikan bantuan hidup dasar dengan RJP kurang dari 5 menit dari saat ia
mengalami henti jantung maka kemungkinan untuk tetap dapat bertahan hidup
besar. Penelitian yang dilakukan di Punjab, India menyatakan bahwa jumlah
pasien yang paling banyak selamat dari henti jantung adalah pasien yang
mendapatkan pertolongan RJP sedini mungkin, durasi RJP kurang dari 20
menit, usia muda, laki-laki dan adanya takiaritmia. Henti jantung pada pasien
yang sedang dirawat di rumah sakit memilki kemungkinan hidup sampai ia
dipulang sebesar 15-20%. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan yang
meliputi adanya aritmia, waktu pemberian obat, waktu ditemukan, dan

1
pemberian bantuan hidup dasar dimengerti sebagai manajemen jalan napas,
ventilasi dan kompresi yakni resusitasi jantung paru.Adanya aritmia dan
waktu untuk menentukan pemberian obat sejauh ini lebih penting.Usia, jenis
kelamin, lokasi henti jantung dan kondisi klien secara tidak langsung
mempengaruhi tingkat keselatan pasien. Hasil RJP tidak hanya dipengaruhi
oleh usaha resusitasi tetapi juga kondisi sebelum diberikan RJP. Penyebab
kematian setelah resusitasi meliputi kerusakan sistem saraf pusat, dalam
sepertiga kasus, kerusakan miokard, sepsis dan komplikasi lain. Dalam dua
studi meta-analitik dari 4.937 kasus dar henti jantung napas, hasil yang buruk
yang mengikuti arrest yang dihubungkan dengan bermacam-macan variabe.
Pre-arrest variabel yakni hipotensi, gagal ginjal, pneumonia dan kanker. Intra-
arrest variabel yakni durasi arrest lebih dari 15 menit, arrest yang tidak
diketahui, ventricular tachiaritmia, hasil ECG, peningkatan penggunaan
epineprin., resusitasi antara pukul 12 malam dan pukul 6 pagi. Dan post-arrest
variabelnya seperti penurunan kesadaran lebih dari 24 jam, azotemia, arrest
berulang, dan hypotensi menetap. Tingkat keberhasilan RJP lebih tinggi jika
diberikan di ICU-ICCU dan di ruang operasi dibandingkan di bangsal. Dari
studi pendahuluan yang dilakukan dengan melihat laporan pasien yang telah
mendapat RJP, terhitung sejak februari 2010 didapatkan data bahwa 11 pasien
laki-laki meninggal dan 8 pasien perempuan, semuanya telah dilakukan RJP.
Studi pendahuluan pada tanggal 19 April2016 diruang ICCU RSUD
dr. Soeratno Gemolong, wawancara kepada perawat saat melakukan RJP tidak
memakai papan alas RJP. Papan RJP sangat di perlukan untuk keberhasilan
melakukan BHD (bantuan hidup dasar).
Keuntungan penggunaan papan RJP sendiri adalaah :
1. Memaksimalkan recoil dinding dada
2. Waktu kompresi bisa maksimal sehingga jantung bisa memompa dengan
baik
3. Untuk meminimalkan trauma
Sehingga penulis tertarik untuk membuat inovasi Project Papan Alas
RJP untuk meningkatkan keberhasilan RJP.

2
B. Tujuan
Tujuan inovasi project ini adalah :
1. Untuk meningkatkan keberhasilan Resusitasi Jantung Paru di ruang ICU
RSUD dr. Soeratno Gemolong.
2. Untuk bisa menerapkan teori Resusitasi Jantung Paru yang benar.

3
BAB II
ISI

A. Konsep Inovasi
1. Pengertian resusitasi jantung paru
Menurut Wong, yang dikutip dalam (Krisanty.dkk, 2009),
Resusitasi Jantung-Paru (RJP) adalah suatu cara untuk memfungsikan
kembali jantung dan paru.
Cardio Pulmonary Resusitation (CPR) adalah suatu teknik bantuan
hidup dasar yang bertujuan untuk memberikan oksigen ke otak dan
jantung sampai ke kondisi layak, dan mengembalikan fungsi jantung dan
pernafasan ke kondisi normal(Nettina, 2006).
2. Prosedur Cardio Pulmonary Resusitation
Pada penanganan korban cardiac arrest dikenal istilah rantai untuk
bertahan hidup (chin of survival); cara untuk menggambarkan penanganan
ideal yang harus diberikan ketika ada kejadian cardiac arrest. Jika salah
satudari rangkaian ini terputus, maka kesempatan korban untuk bertahan
hidup menjadi berkurang, sebaliknya jika rangkaian ini kuat maka korban
mempunyai kesempatan lebih besar untuk bisa bertahan hidup.
Menurut (Thygerson,2006), dia berpendapat bahwa chin of
survival terdiridari 4 rangkaian: early acces, early CPR, early
defibrillator,dan early advancecare.
a. Early acces: kemampuan untuk mengenali/mengidentifikasi gejala dan
tanda awal serta segera memanggil pertolongan.
b. Early CPR: CPR akan mensuplai sejumlah minimal darah kejantung
dan otak, sampai defibrilator dan petugas yang terlatihtersedia/datang.
c. Early defibrillator: pada beberapa korban, pemberian defibrilasisegera
ke jantung korban bisa mengembalikan denyut jantung.di lakukan pada
pasien vt tanpa nadi dengan kekuatan paling tinggi yang ada pada alat
tersebut.

4
d. Early advance care: pemberian terapi IV, obat-obatan, danketersediaan
peralatan bantuan pernafasan.
Ketika jantung seseorang berhenti berdenyut, maka dia
memerlukan stindakan CPR segera. CPR adalah suatu tindakan untuk
memberikan oksigenke paru-paru dan mengalirkan darah ke jantung dan
otak dengan carakompresi dada. Pemberian CPR hampir sama antara bayi
(0-1 tahun), anak(1-8tahun), dan dewasa (8 tahun/lebih), hanya dengan
sedikit variasi(Thygerson,2006)
Sebelum pelaksanaan prosedur, nilai kondisi pasien secara
berturut-turut: pastikan pasien tidak sadar, pastikan tidak bernafas,
pastikan nadi tidak berdenyut, dan interaksi yang konstan dengan pasien
(Krisanty. dkk,2009).
Prosedur CPR menurut (Nettina,2006;Thygerson,2006), adalah
terdiri dari airway, breathing dan circulation:
1. Menentukan ketiadaan respon/Kebersihan Jalan Nafas (airway):
a. Yakinkan lingkungan telah aman, periksa ketiadaan respon dengan
menepuk atau menggoyangkan pasien sambil bersuarakeras
“Apakah anda baik-baik saja?”
Rasionalisasi: hal ini akan mencegah timbulnya injury padakorban
yang sebenarnya masih dalam keadaan sadar.
b. Apabila pasien tidak berespon, minta seseorang yang saat
itubersama kita untuk minta tolong (telp:118). Apabila
kitasendirian, korbannya dewasa dan di tempat itu tersedia
telepon,panggil 118. Apabila kita sendiri, dan korbannya
bayi/anak-anak,lakukan CPR untuk 5 siklus (2 menit), kemudian
panggil118.
c. Posisikan pasien supine pada alas yang datar dan keras,
ambilposisi sejajar dengan bahu pasien. Jika pasien
mempunyaitrauma leher dan kepala, jangan gerakkan pasien,
kecuali bilasangat perlu saja.Rasionalisasi: posisi ini

5
memungkinkan pemberi bantuan dapatmemberikan bantuan nafas
dan kompresi dada tanpa berubahposisi.
d. Buka jalan nafas
1) Head-tilt/chin-lift maneuver: letakkan salah satu tangan
dikening pasien, tekan kening ke arah belakang
denganmenggunakan telapak tangan untuk
mendongakkankepala pasien. Kemudian letakkan jari-jari dari
tanganyang lainnya di dagu korban pada bagian yang
bertulang dan angkat rahang ke depan sampai gigi mengatub.
Rasionalisasi: tindakan ini akan membebaskan jalannafas dari
sumbatan oleh lidah.
2) Jaw-thrust maneuver: pegang sudut dari rahang bawahpasien
pada masing-masing sisinya dengan kedua tangan,angkat
mandibula ke atas sehingga kepala mendongak.
Rasionalisasi: teknik ini adalah metode yang paling amanuntuk
membuka jalan nafas pada korban yang dicurigaimengalami
trauma leher.
2. Pernafasan (Breathing)
a. Dekatkan telinga ke mulut dan hidung pasien, sementara
pandangan kita arahkan ke dada pasien, perhatikan apakah ada
pergerakan naik turun dada dan rasakan adanya udara yang
berhembus selama expirasi. (Lakukan 5-10 detik). Jika pasien
bernafas, posisikan korban ke posisi recovery(posisi tengkurap,
kepala menoleh ke samping). Rasionalisasi: untuk memastikan ada
atau tidaknya pernafasan spontan.
b. Jika ternyata tidak ada, berikan bantuan pernafasan mouth to mouth
atau dengan menggunakan BVM. Selama memberikan bantuan
pernafasan pastikan jalan nafas pasien terbuka dan tidak ada udara
yang terbuang keluar. Berikan bantuan pernafasan sebanyak dua
kali (masing-masing selama 2-4 detik). Rasionalisasi: pemberian
bantuan pernafasan yang adekuat diindikasikan dengan dada

6
terlihat mengembang danmengempis, terasa adanya udara yang
keluar dari jalan nafas dan terdengar adanya udara yang keluar saat
expirasi.
3. Circulation
Pastikan ada atau tidaknya denyut nadi, sementara
tetapmempertahankan terbukanya jalan nafas dengan head tilt-chin
liftyaitu satu tangan pada dahi pasien, tangan yang lain meraba
denyutnadi pada arteri carotis dan femoral selama 5 sampai 10 detik.
Jikadenyut nadi tidak teraba, mulai dengan kompresi dada.
a. Berlutut sedekat mungkin dengan dada pasien. Letakkan
bagianpangkal dari salah satu tangan pada daerah tengah bawah
daristernum (2 jari ke arah cranial dari procecus xyphoideus).
Jari-jaribisa saling menjalin atau dikeataskan menjauhi dada.
Rasionalisasi: tumpuan tangan penolong harus berada disternum,
sehingga tekanan yang diberikan akan terpusat disternum, yang
mana akan mengurangi resiko patah tulang rusuk.
b. Jaga kedua lengan lurus dengan siku dan terkunci, posisi pundak
berada tegak lurus dengan kedua tangan, dengan cepat dan
bertenaga tekan bagian tengah bawah dari sternum pasien ke
bawah, 1 - 1,5 inch (3,8 - 5 cm)
c. Lepaskan tekanan ke dada dan biarkan dada kembali ke posisi
normal. Lamanya pelepasan tekanan harus sama dengan lamanya
pemberian tekanan. Tangan jangan diangkat dari dada pasien atau
berubah posisi. Rasionalisasi: pelepasan tekanan ke dada akan
memberikan kesempatan darah mengalir ke jantung.
d. Lakukan CPR dengan dua kali nafas buatan dan 30 kali kompresi
dada. Ulangi siklus ini sebanyak 5 kali(2 menit). Kemudian
periksa nadi dan pernafasan pasien. Pemberian kompresi dada
dihentikan jika: a).telah tersedia AED (Automated External
Defibrillator). b). korban menunjukkan tanda kehidupan. c). tugas
diambil alih oleh tenaga terlatih. d). penolong terlalu lelah untuk

7
melanjutkan pemberian kompresi. Rasionalisasi: bantuan nafas
harus dikombinasi dengan kompresi dada. Periksa nadi di arteri
carotis, jika belum teraba lanjutkan pemberian bantuan nafas dan
kompresi dada.
e. Sementara melakukan resusitasi, secara simultan kita juga
menyiapkan perlengkapan khusus resusitasi untuk memberikan
perawatan definitive. Rasionalisasi; perawatan definitive yaitu
termasuk di dalamnya pemberian defibrilasi, terapi obat-obatan,
cairan untuk mengembalikan keseimbangan asam-basa,
monitoring dan perawatan oleh tenaga terlatih di ICU.
f. Siapkan defibrillator atau AED (Automated External
Defibrillator) segera.
CPR yang diberikan pada anak hanya menggunakan satu
tangan, sedangkan untuk bayi hanya menggunakan jari telunjuk dan
tengah. Ventrikel bayi dan anak terletak lebih tinggi dalam rongga
dada, jadi tekanan harus dilakukan di bagian tengah tulang dada.

B. Prosedur Pembuatan Alat


1. Alat dan bahan
a. Papan alas (panjang 60cm dan lebar 40 cm) bahan fiber

2. Proses pembuatan alat


a. Siapkan fiber dan persegi panjang dengan lebar 50 cm dan panjang 65
cm

8
b. Bentuk lubang di bagian atas sebagai tempat untuk mengangkat papan.

9
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEMASANGAN CARDIO PULMONARY RESUCITION
(CPR)

Prosedur tetap
Pengertian RJP ( cardio pulmonary resucition, CPR) adalah tidakan
pertolongan pertama untuk menghindari ancaman kematian yang
dilakukan pasien yang henti nafas (apnea) dan henti jantung
(gawat jantung)
Indikasi Pasien pingsan dengan henti nafas, henti jantung, karena trauma,te
nggelam,tersengat listrik,tersamabar petir, asfiksia, ventrikel
fibrilasi (VF),ventrikel takikardi (VT),dll.
Kontra indikasi Praktur iga(castae)yang membahanyakan paru-paru waspada pada
traumakepala atau ada jejas di leher
Tujuan Memepertahankan aliran oksigen ke otak dan perfusi ke jaringan s
ertamengembalikan fungsi jantung dan paru-paru seperti semula
Pelaksanaan Mahasiswa yang telah mendapatkan konsep penangannan henti jan
tung dan paru-paru
1.Pastikan lingkungan di sekitar penolong dalam kondisi aman.
Pengkajian 2.Pindahkan korban jika benar-benar diperlukan.
3. Memastikan kesadaran dari korban atau pasien.
Persiapan Pasien 1. Korban dalam posisi terlentang di atas alas yang keras, seperti
papan punggung, atau lantai.
2. Posisi penolong berlutut di sisi korban setinggi thorax.
Persiapan alat 1. Papan punggung.
2. BVM ( Bagging Valve Mask )
3. DC Shock
1. Lakukan penilaian awal ; sadar atau tidak sadar dengan cara
Prosedur tepuk ataugoyangkan korban, dan atau berikan rangsangan
nyeri.
2. Bila tidak sadar, segera mintak pertolongan dengan
mengaktifkan systemgawat darurat.
3. Memperbaki posisi korban atau pasien.
4. Mengatur posisi penolong.
C. RENCANA ANGGARAN DAN BIAYA
Biaya untuk @papan : 1XRP. 750.000 = RP. 750.000
Untuk 2 papan : 2 x RP. 750.000 =Rp. 1.500.000

10
D. HASIL
Penggunaan papan alas RJP di RSUD dr. Soeratno Gemolong sangat
di butuh kan saat melakukan RJP pada pasien cardiac arest. Sebelum
melakukan RJP harus memiliki ketepatan dalam melakukan RJP salah
satunya alat yaitu Papan Alas RJP.
Pada pasien dengan keadaan apneu harus segera dilakukan RJP jida
tidak ada respon nadi karotis. Dengan posisi pasien di atas bed, pasien harus
di tempatnya posisi yang datar dan keras. Di RSUD dr. Soeratno
Gemolongsaat melakukan RJP di atas bed tidak ada alas yang keras, sehingga
factor yang memperngaruhi ketepatan belum maksimal. Walaupun dalam
melakukan RJP dengan baik, namun ketepatan dalam melakukan RJP masih
belum semaksimal sesuai yang diharapkan.

E. Pembahasan
1. Faktor-Faktor Yang Meningkatkan Keberhasilan RJP
a. Ketersediaan alat
Ketersediaan alat merupakan faktor yang meningkatkan
keberhasilan RJP bahwa factor yang meningkatkan keberhasilan RJP
adalah adanya bagging, gudel, ET, obat-obat seperti SA, perbandingan
yang cukup antara peralatan dan ruangan, alat emergency, DC shock,
papan alas, emergency kids ambu bag, dan peralatan CPR.
Ketersediaan alat yang lengkap sudah menjadi standar
pelayanan rumah sakit.Kelengkapan alat menjadi kebutuhan vital yang
harus tersedia saat dilakukannyaRJP. Perlengkapan yang biasa
diperlukan yaitu ambu bag, selang oksigen,oksigen, suction, selang
suction, gudel, endotrakeal tube beserta mandrainnya,laringoskop,
senter, obat emergency seperti adrenalin, SA, atau amiodaron.
Adanya papan untu RJP akan memberkan kesempatan
kompresi lebih maksimaldilakukan pada pasien. Sirkulasi darah ke
otak akan maksimal karena darahdipompa manual secara maksimal
oleh perawat.

11
b. Kompetensi perawat
Kompetensi perawat merupakan faktor yang meningkatkan
keberhasilan RJP faktor yang meningkatkan keberhasilan RJP adalah
perawat yang berpengalaman, mendapat pelatihan, memperoleh
continuous education BHD maupun ACLS, adanya senior yunior dan
dapat melakukan RJP secara benar.
c. Penanganan pasca resusitasi
Penanganan pasca operasi merupakan faktor yang meningkatkan
keberhasilan RJP faktor yang meningkatkan keberhasilan RJP adalah
efektivitas waktu RJP, efisiensi dari pelaksaan RJP, RJP harus lanjut
atau dihentikan, dipindahkan ke ICU, ditransfer ICU, alat bantuan
napas mekanik, dan akses ke ICU.
d. Kolaborasi dengan dokter
Kolaborasi dengan dokter merupakan faktor yang
meningkatkan keberhasilan RJP Pelaksanaan RJP tidak dapat
dilakukan seorang diri. Pelaksanaan RJP dilakukan oleh tim yang
terdiri dari leader, ventilator, kompresor, dan sirkulator. Sirkulasi juga
dipengaruhi oleh intervensi pemberian obat.Manajemen obat adalah
salah satu faktor penting dalam menentukan keberhasilan RJP.Obat
dapat membantu mengembalikan status hemodinamik tubuh.Dokter
adalah profesi kesehatan yangmemiliki wewenang untuk memberikan
obat-obatan pada pasien.Sehingga untukpemberian obat saat resusitasi
pasien tergantung keputusan dokter.
Kehadiran dokter menjadi faktor yang sangat berperan untuk
keberhasilan RJP.Inisiasi awal pembebasan jalan napas, pemberian
ventilasi dan kompresidilanjutkan dengan pemberian obat sesuai advis
dokter dapat menolong pasienyang mengalami stroke.
e. Panduan RJP
Panduan RJP merupakan faktor yang meningkatkan
keberhasilan Setiap petugas kesehatan baik dokter dan perawat harus
memiliki panduan yangsama dalam melakukan RJP. Untuk saat ini

12
Guidlines AHA 2010 yangdigunakan sebagai pedoman dalam
memberikan RJP.Kesamaan panduan inimemudahkan petugas untuk
mengoptimalkan RJP yang diberikan ke pasien.
Perawat dan dokter dapat saling melengkapi dan mengingatkan
dalammemberikan RJP.
f. Response time
Response time merupakan faktor yang meningkatkan
keberhasilan Kecepatan dalam memberikan resusitasi dari saat pasien
mengalami arrestsampai pasien ditemukan menentukan keberhasilan
dari usaha resusitasi.Penelitian yang dilakukan oleh Mohsen Adib dkk
menyatakan bahwa kunciprediktor dari keberhasilan RJP yaitu durasi
RJP, waktu saat henti jantung, waktudari saat henti jantung sampai
inisiasi RJP dan defibrilasi pada menit pertama saathenti jantung
Mohsen Adib . Otak akan mengalami kematian jika tidak
mendapatkansuplai oksigen lebih dari4 menit. Pak J Cardiol
menyatakan bahwa durasi RJPyang melebihi 20 menit sudah tidak
efektif lagi untuk dilanjutkan. Untuk pasienyang ditemukan irama VF
atau VT harus mendapatkan defibrilasi pada 2-3 menitpertama

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kesiapan alat
Kesiapan alat merupakan faktor yang meningkatkan keberhasilan
RJP.
2. Kondisi pasien
Kondisi pasien merupakan faktor yang meningkatkan keberhasilan
RJP Laki-laki yang mengalami stroke lebih memiliki kesempatan untuk
hidupkembali setelah mendapatkan RJP.Usia yang lebih muda juga
merupakanpreditor keberhasilan RJP. Pasien dengan penyebab non
cardiac (hentinapas) memiliki kesempatan yang lebih besar untuk
selamat.PulselessEkectrical Activity (PEA) atau asistol merupakan
prediktor yang buruk untuk keberhasilan RJP. Faktor lain yang
mempengaruhi keberhasilan RJP antaralain non cancer diagnosis.

B. Saran
Tersedianya papan RJP di setiap ruangan RSUD Dr.Soeratno Gemolong.

14
DAFTAR PUSTAKA

Alkatiri, J., Bakri Syakir. 2007. Resusitasi Jantung Paru. Dalam: Sudoyo, Aru S.,
dkk (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid I. Jakarta:
Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI.

Asih, Y. 1996. Pertolongan Pertama dan RJP.Edisi 2. Jakarta: EGC.


Chandrasekaran, S., et al. 2010. Awareness of Basic Life Support Among
Medical, Dental, Nursing Students and Doctors. India J Anaesth v.54 (2)
121-126.Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2900734/

European Resuscitation Council Guidelines for Resuscitation 2010.Section 2:


AdultBasic Life Support and Use of Automated External Defibrillators.
Available from: https://www.erc.edu/index.php/doclibrary/en/209/1/

Handley, A. J. 1997.Basic Life Support.British Journal of Anasthesia. 79: 151-


158.

Komisi Trauma Ikatan Ahli Bedah Indonesia. 2004. Advanced Trauma Life
Support forDoctors. Edisi Tujuh. Jakarta: Komisi Trauma IKABI.

Latief, Said A., Kartini A. Suryani, M. Rusman D. 2009. Petunjuk Praktis


Anastesiologi. Edisi Dua. Jakarta: Bagian Anastesiologi dan Terapi
Intensif FK UI.

Mansjoer, A. 2009.Resusitasi Jantung Paru. Dalam: Sudoyo, Aru W., dkk


(editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V jilid I. Jakarta: Interna
Publishing. Universitas Sumatera Utara

Pratondo, Oktavianus. Persepsi Perawat Tentang Faktor Faktor


YangMempengaruhi Keberhasilan Resusitasi Jantung Paru (Rjp)Di Upj
Rsup Dr. Kariadi Semarang. STIKes Kusuma Husada Surakarta

15

Anda mungkin juga menyukai