Anda di halaman 1dari 8

Nama : Lusia Angela Fernandes

NIM : 191111061

Kelas/Semester : Keperawatan B/7

Mata kuliah : Keperawatan Bencana

1. Jurnal 1
 Judul : Analisis Faktor Keterampilan Triage Bencana Pada Anggota Basarnas
Surakarta
 Penulis
1) Dany Dewanto
2) Ika Subekti Wulandari
3) Gatot Suparmanto
 Tahun : 2021
 Masalah :
Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana sebanyak 2.929 bencana
alam terjadi sejak awal tahun hingga 29 Desember 2020.
Badan Search And Rescue National (BASARNAS) adalah lembaga pemerintah
yang bergerak di bidang pencarian dan pertolongan (Search and Rescue). Tugas
utama badan SAR Nasional (Basarnas) adalah pencarian dan pertolongan,
penyelamatan, serta evakuasi kepada masyarakat.
Kesiapsiagaan penolong seperti anggota Basarnas dibidang bencana perlu
ditunjang dengan berbagai hal salah satunya adalah dengan baiknya sistem triage.
Kemampuan penolong dalam melakukan triage sangat berpengaruh terhadap
tingkat keberhasilan pertolongan pada saat korban mengalami kegawatdaruratan.
Dalam melakukan triage bencana menurut anggota Basarnas Pos SAR Surakarta
pada saat bertugas dilapangan, banyak korban kritis dilapangan saat bencana tidak
dapat tertolong karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan penolong dalam
memilah memprioritaskan korban mana yang garus segera mendapatkan
pertolongan medis. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaan triage
bencana yang dilakukan oleh anggota Basarnas Surakarta pada saat bertugas di
area kebencanaan.
 Tujuan : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan pelaksanaan Triage bencana pada anggota Basarnas
Surakarta.
 Metode : Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan rancanagan
penelitian cross sectional , Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
adalah total sampling sejumlah 32 orang responden, Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kuesioner dan lembar observasi.
 Hasil : Hasil dari uji Spearman rank faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan
triage bencana adalah faktor lama kerja, dengan p value 0,042 (p<0,05). Hasil
koefisien corelasi 0,362 yang artinya kekuatan korelasi rendah. Dan faktor
pendidikan dengan p value 0,017 (<0,05). Hasil koefisien corelasi 0,421 yang
artinya kekuatan corelasi rendah. Hal ini menunjukan bahwa faktor lama kerja
dan tingkat pendidikan memiliki Hubungan dengan pelaksanaan triage bencana
anggota Basarnas Surakarta.
 Pembahasan :
a. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Rata-rata usia anggota basarnas Surakarta adalah 32 tahun dengan usia
termuda 26 tahun dan tertua 46 tahun. Usia mempengaruhi terhadap daya
tangkap dan pola pikir seorang, semakin bertambah usia seseorang akan
semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga
pengetahuan diperoleh semakin baik.
b. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Lama
Kerja
Rata-rata lama bekerja anggota basarnas Surakarta adalah 10,3 tahun
dengan jumlah lama kerja paling sedikit 5 tahun dan terlama 15 tahun.
Lama kerja mempengaruhi individu dalam melakukan pekerjaannya,
masa kerja yang cenderung lama akan mempengaruhi kinerja seseorang
dalam melakukan pekerjaanya lebih baik karena sudah lebih
berpengalaman dan menghasilkan kompetensi yang tinggi, sehingga
dalam melakukan pekerjaanya sehari-hari lebih fokus dan teliti
dibandingkan dengan pengalaman yang masih kurang

c. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat


Pendidikan
Sebagian besar responden berpendidikan SMA/sederajat yaitu 30 orang
(93,8%). Pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi persepsi seseorang, karena dapat membuat seseorang
untuk lebih mudah menerima ide-ide atau teknologi baru, seseorang
dengan pendidikan yang cukup baik akan menghasilkan keterampilan
yang bermutu tinggi
d. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Pengalaman
Sebagian besar responden yang pernah mempunyai pengalaman triage
bencana yaitu 23 orang (71,9%) dan yang tidak pernah sebanyak 9 orang
(28,1%). Pengalaman menjadi salah satu faktor penting yang
mempengaruhi pengetahuan dan keterampilan. Semakin tua seseorang
maka semakin banyak pual pengalaman yang dimiliki olehnya.
e. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Triage
Bencana
Pengetahuan rendah sebanyak 16 responden (50,0%) dan responden
berpengetahuan tinggi sebanyak 16 responden (50,0%). Pengetahuan
seseorang berperan penting dalam menerima informasi, sehingga dengan
adanya pengetahuan yang dimiliki seseorang membuat mereka bisa
dengan mudah mencari dan menerima informasi yang dibutuhkan
sehingga bisa mengubah pola pikir dan membuat cara pandang yang luas
dalam menghadapi masalah yang terjadi disekitarnya.
 Kesimpulan
a. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan keterampilan
Triage Bencana Pada Anggota Basarnas Surakarta
b. Terdapat hubungan yang signifikan antara Lama Kerja dengan
Keterampilan Triage bencana pada anggota Basarnas Surakarta
c. Terdapat hubungan yang signifikan antara Pendidikan dengan
Keterampilan Triage bencana pada anggota Basarnas Surakarta
d. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Pengalaman dengan
Keterampilan Triage bencana pada anggota Basarnas Surakarta
e. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Pengetahuan dengan
Keterampilan Triage bencana pada anggota Basarnas Surakarta

2. Jurnal 2
 Judul : Efektivitas Tabletop Disaster Exercise (Tde) Sebagai Media
Simulasi Dalam Ruang Untuk Meningkatkan Kemampuan Triage Dan Alur
Rujukan Korban Bencana
 Penulis : Widya Addiarto dan Shinta Wahyusari
 Tahun : 2018
 Masalah : Melihat besarnya dampak bencana yang terjadi, maka diperlukan
suatu usaha untuk menanggulanginya sehingga dapat mencegah atau
meminimalisir dampak terjadinya angka mortalitas dan morbiditas korban
bencana yang dapat terjadi. Salah satu kendala yang sering dijumpai dalam upaya
penanggulangan masalah kesehatan di daerah bencana adalah kurangnya skill
perawat dan tenaga kesehatan lain dalam penanggulangan bencana yang pada
akhirnya berdampak terhadap terhambatnya layanan kesehatan. Hal ini kemudian
menjadikan kesan di masyarakat tentang keterlambatan tenaga medis dan perawat
dalam merespon setiap kejadian bencana. Dari beberapa hasil penelitian maka
sangat diperlukan peningkatan skill dari mahasiswa calon perawat agar ketika
menjadi volunteer atau perawat yang terjun langsung pada lokasi bencana
nantinya dapat lebih siap dalam melakukan penanganan korban bencana
menggunakan skill yang diperoleh dari perkuliahan.
 Tujuan : Penilitian ini bertujuan untuk mempelajari efektivitas media
Tabletop Disaster Exercise dalam meningkatkan skill triage dan alur rujukan
korban bencana.
 Metode : Desain penelitian yang digunakan adalah quasy experiment
dengan menggunakan pre-post test with control group design.
 Hasil dan Pembahasan :
 Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas persentase usia responden
adalah 23 tahun yaitu sejumlah 19 responden (53%). Persentase jenis kelamin
terbanyak adalah berjenis kelamin perempuan yaitu 20 responden (56%).
 Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji wilcoxon pada tabel 2 dapat
diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan skill triage responden
sebelum dan setelah diberikan intervensi TDE dengan nilai ρ value 0,001 (ρ <
0,05).
 Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji mann whitney pada tabel 3 dapat
diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan skill triage antara
kelompok TDE dengan kelompok konvensional dengan nilai ρ value 0,013 (ρ
< 0,05).
 Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa intervensi TDE lebih signifikan
dalam meningkatkan pengetahuan responden dibandingkan dengan simulasi
konvensional. Hal ini dikarenakan perbedaan simulasi konvensional dengan
TDE adalah pada penggunaan media. TDE memfasilitasi responden bermain
peran dengan menggunakan media papan mendatar berupa gambaran lokasi
tanggap darurat bencana.
 Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan, maka dapat
disimpulkan bahwa kedua metode baik TDE dan konvensional efektif dalam
meningkatkan kemampuan triage dan alur rujukan korban bencana pada simulasi
kasus bencana. Hal ini dapat diketahui dari kenaikan yang signifikan rata-rata
skor triage dan alur rujukan sebelum dan setelah intervensi dilakukan. Akan
tetapi, hasil perbandingan metode TDE dengan metode konvensional terdapat
perbedaan skor kemampuan triage dan alur rujukan yang signifikan berbeda,
dimana metode pembelajaran TDE lebih efektif dalam meningkatkan skor
kemampuan triage dan alur rujukan.

3. Jurnal 3

 Judul : Pendidikan Bencana Untuk Mahasiswa Keperawatan Australia : Sebuah


Integratif Tinjauan Literatur Yang Diterbitkan Untuk Menginformasikan
Kurikulum
 Penulis
1) Odira W.N Ituma
2) Jamie Ranse
3) Kasia Bail
4) Alison Hutton
 Tahun : 2021
 Masalah
Secara global, setiap hari keluarga dan masyarakat terkena dampak bencana.
Perawat merupakan bagian integral untuk membantu dalam bencana, dalam
dukungan dan pemberdayaan individu dan masyarakat. Namun, beberapa
penelitian menunjukan bahwa perawat merasa tidak siap untuk membantu,
sebagian karena konten bencana tidak sepenuhnya dibahas dalam kurikulum
sarjana. Oleh karena itu, sekolah keperawatan perlu membekali mahasiswa
keperawatan sarjana dengan pengetahuan dan persiapan yang diperlukan untuk
membantu secara efektif selama dan atau mengikuti bencana.
 Tujuan
Untuk mengeksplorasi area topik bencana prioritas yang ditujukan untuk
mempersiapkan mahasiswa keperawatan sarjana Australia untuk membantu dalam
merawat para penyintas setelah bencana
 Metode : Penelitian ini menggunakan metodologi integrative review
 Hasil dan Pembahasan
 Basis pengetahuan bencana
Banyak penelitian menunjukan bahwa kurangnya pengetahuan bencana
berkontribusi pada perasaan ketidaksiapan yang luar biasa di antara
perawat yang telah dikerahkan untuk bencana. Peserta mengklaim bahwa
pengetahuan mereka tentang konsep bencana terbatas, menunjukan bahwa
keperawatan sarjana adalah tingkat pendidikan yang paling tepat untuk
memperkenalkan konten bencana
 Penilaian dan triase
Triase bencana identik dengan prinsip etika utilitarian, berbuat baik atau
dalam konteks bencana, berbuat kebaikan terbesar, untuk jumlah terbesar
orang. Peserta pelatihan dikelas yang diterima siswa sebelum simulasi
latihan bencana memungkinkan siswa untuk merespons secara efektif
skenario presentasi dan menerapkan keterampilan seperti triase.
 Berpikir kritis
Berpikir kritis adalah bawaan perawat, namum keyakinan yang dimiliki
perawat dalam kemampuan berpikir kritis mereka dapat goyah ketika
terjadi bencana. Karenanya, penekanan pada pemikiran kritis dan
kemampuan beradaptasi harus dibuat selama pendidikan bencana untuk
mahasiswa keperawatan sarjana
 Kerja tim dalam situasi stres
Kerja tim lebih efektif ketika setiap anggota menampilkan pengetahuan
yang baik. Peserta menyatakan bahwa bekerja sebagai bagian dari tim
membantu meringkankan kecemasan mereka dan meningkatkan naluri
bertahan hidup mereka
 Keterampilan teknis
Pengetahuan dan penggunaan yang tepat dari peralatan pelindung pribadi
dan kepatuhan yang ketat terhadap semua protokol pengendalian infeksi
 Kesehatan mental
Beberapa perawat kurang memiliki pengetahuan yang memadai untuk
mengidentifikasi potensi masalah kesehatan mental setelah bencana.
Dengan demikian kurikulum keperawatan harus berisi keterampilan yang
dibutuhkan untuk dukungan psikologis korban bencana.
 Pertimbangan hukum dan etika
Masalah hukum dan etika bagi perawat tentang bencana berkaitan dengan
batas-batas dimana perawat terus berlatih. Pengetahuan hukum dan etika
akan membantu perawat bekerja dalam batas-batas untuk melindungi diri
mereka sendiri dan para penyintas bencana.
 Konteks sosial budaya
Para peserta merasa tidak berdaya karena komunikasi yang tidak efektif
dengan rekan-rekan dari berbagai belahan Tiongkok dan ketika para tetua
menolak untuk meninggalkan tempat tinggal mereka yang hancur karena
alasan budaya.
 Keterbatasan
Ada beberapa keterbatasan yang terkait dengan tinjauan pustaka
metodologi. Makalah dari tahun 2020 dan seterusnya yang harus
dimasukkan dalam kurikulum keperawatan sarjana dapat berkembang
untuk dimasukkan dalam fokus yang lebih berat pada kesiapsiagaan,
respon, dan pemulihan.
 Kesimpulan
Tinjauan ini telah menyoroti beberapa bidang yang harus dimasukkan dalam
kurikulum keperawatan sarjana Australia untuk meningkatkan kesadaran bencana
mahasiswa keperawatan, sehingga meningkatkan kesiapan untuk membantu
setelah bencana.

Anda mungkin juga menyukai