Anda di halaman 1dari 9

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB V

PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat

Pada penelitian ini, jumlah responden yaitu 60 orang dimana keseluruhannya merupakan

pekerja aktif yang sudah mengikuti pelatihan pemadaman kebakaran di Hotel Sahid Jaya

Surakarta.

1. Usia

Menurut Budiman dalam Patimah et al (2021) menjelaskan bahwa semakin

bertambahnya usia seseorang maka semakin meningkat pula daya tangkap seseorang

tersebut sehingga akan meningkatkan pengetahuan yang juga didukung oleh faktor

pengalaman. Usia dapat memberikan pengaruh terkait tingkat pengetahuan individu,

semakin bertambahnya usia maka tingkat kematangan serta kesanggupan mendapatkan

informasi lebih bagus dari pada usia yang belumdewasa.

Pada penelitian ini, terdapat 27 responden pasa usia kategori dewasa awal

memiliki kualitas pelatihan pemadaman kebakaran baik, dan pekerja pada usia dewasa

akhir memiliki kualitas pelatihan pemadaman kebakaran buruk, selain itu terdapat 2

responden pada usia dengan kategori remaja akhir yang memiliki kesiapsiagaan

kebakaran kategori tidak siap dan siap. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan

bahwa semakin cukup usia, tingkat kematangan dan kekuatan individu, maka akan lebih

matang dalam berfikir dan bekerja (Dharmawati dan Wirata 2016). Hasil tersebut dapat

menunjukkan bahwa perbedaan pada usia tidak dapat menjamin kesiapsiagaan kebakaran

yang dimiliki individu pekerja. Pekerja dengan usia muda yang memiliki kualitas

pelatihan pemadaman kebakaran yang baik maka dapat memiliki kesiapsiagaan


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kebakaran yang baik pula, adapun pekerja dengan usia yang lebih dewasa namun tidak

antusias mengikuti pelatihan pemadaman kebakaran sehingga kualitas pemadaman

kebakaran buruk/tidak baik, maka kesiapsiagaan kebakaran yang dimiliki pekerja tersebut

dapat berada di bawah pekerja dengan usia muda yang kualitas pelatihan pemadaman

kebakarannya baik.

2. Tingkat Pendidikan

Peran pendidikan memiliki pengaruh yang besar terhadap kesiapsiagaan bencana

yang baik (Kurniawati & Suwito, 2017). Menurut Setyorini,A (2020) menjelaskan bahwa

semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin banyak pula ilmu yang

dimiliki orang tersebut sehingga memudahkan untuk mengikuti materi yang ada agar

dapat meningkatkan pengetahuan. Menurut Dharmawati (2016) semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang maka penyerapan informasi akan lebih baik, sehingga akan

meningkatkan ilmu pengetahuan dan kualitas yang dimiliki begitu pula sebaliknya.

Penelitian ini mengambil responden pada setiap bagian dengan latar belakang

Pendidikan yang berbeda, meskipun memiliki latar belakang Pendidikan yang berbeda,

mayoritas responden memiliki kesiapsiagaan kebakaran yang baik. Hal tersebut

dikarenakan responden telah mendapatkan pelatihan pemadaman kebakaran dan

mayoritas responden memiliki kualitas pelatihan kebakaran yang baik sehingga masing-

masing pekerja memiliki tanggung jawab dalam melakukan kesiapsiagaan kebakaran.

Selain itu, diera modern ini, dengan teknologi yang kian canggih dan mudah dalam

mengakses informasi mempermudah pekerja untuk meningkatkan wawasan di luar

pelajaran yang diperoleh melalui Pendidikan formal.

3. Masa Kerja
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Masa kerja merupakan kurun waktu pekerja melakukan pekerjaan di suatu tempat

kerja (Noli & Ratag, 2021). Hasil dari masa kerja ini dikelompokkan menjadi 3 kelompok

yaitu masa kerja baru (<6 tahun), masa kerja sedang (6-10 tahun) dan masa kerja lama

(>10 tahun).

Menurut Sutrisno 2016 Pengalaman kerja merupakan pedoman seorang pekerja

untuk meningkatkan produktivitas dan kompetensi dalam bidangnya dengan memiliki

kemampuan untuk menempatkan diri secara tepat, keberanian dalam mengambil risiko,

keberanian dalam menghadapi tantangan dengan penuh tanggung jawab serta mampu

berkomunikasi dengan baik terhadap berbagai pihak. Pekerja dengan masa kerja yang

lebih lama memiliki kemampuan yang lebih dalam beradaptasi dengan lingkungan, serta

cenderung lebih stabil emosinya (Setyawati dalam Diosma, 2019).

Pendapat lain menyebutkan bahwa tingkat kewaspadaanseseorang terhadap

bahaya dapat menurun seiring dengan bertambahnya masa kerja hal ini disebabkan

seseorang merasa telah berpengalaman sehingga kurang memperhatikan risiko kebakaran

di tempat kerja (Firiyana dalam Sabda, 2021).

Berdasarkan hasil pengambilan data yang diperoleh dari 60 responden, diperoleh

bahwa mayoritas pekerja telah memiliki masa kerja dengan kategori sedang (>6 tahun)

dengan jumlah 28 orang (46,7%), sedangkan pekerja dengan masa kerja kategori baru (<6

tahun) berjumlah 20 orang (33,3%), dan 12 orang (20%) pekerja dengan kategori lama

(10) tahun.

4. Kualitas Pelatihan Pemadaman Kebakaran

Pelatihan adalah kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan serta

sikap tertentu kepada pekerja dengan tujuan untuk meningkatkan keahlian serta mampu
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

melaksanakan tugas dengan semakin baik, sesuai dengan standar (Mangkunegara dalam

Elizar & Tanjung, 2018).

Pelatihan kebakaran bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam bidang

penanggulangan kebakaran dan kepemimpinan yang berorientasi pada kesamaan pola

pikir dan nalar (Priambudi et al., 2017). Menurut Badan Nasional Penanggulangan

Bencana (2017) kegiatan latihan kesiapsiagaan termasuk bencana kebakaran dapat

dilakukan secara rutin dan dilakukan minimal 1 tahun sekali guna mengurangi jumlah

korban bencana. Pelatihan sebagai proses pendidikan agar seseorang memperoleh

pengalaman belajar yang diharapkan terjadi perubahan perilaku (Pratiwi, 2012). Tentulah

menjadi hal penting untuk pelatihan diberikan sebelum individu melakukan sebuah

tindakan (Hartono et al., 2018).

Berdasarkan hasil pengambilan data yang diperoleh dari 60 responden, diperoleh

hasil 100% responden telah mengikuti pelatihan pemadaman kebakaran yang telah

diselenggarakan oleh Hotel Sahid Jaya Surakarta dan diperoleh bahwa diantaranya

terdapat 65% responden memberikan penilaian bahwa kualitas pelatihan yang diikutinya

sudah baik, 31.7% memberikan penilaian kualitas pelatihan sedang, dan 3,3%

memberikan penilaian kualitas pelaltihan dengan kategori buruk. Sejalan dengan

penelitian Santosa et al (2021) sebagai bentuk dukungan dari perusahaan dalam

pencegahan dan kesiapsiagaan kebakaran dilakukan intervensi berupa pelatihan

penanggulangan risiko kebakaran dengan praktik penggunaan APAR secara langsung.

Pelatihan Pemadaman kebakaran yang mengikutsertakan seluruh pekerja dari setiap unit

ini memberikan materi terkait penanganan dan simulasi saat terjadi keadaan darurat, serta

langkah-langkah memadamkan api secara tradisional dan juga menggunakan


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

APAR/Hydrant. Kepmenaker Nomor 186 Tahun 1999 pada Pasal 2 Ayat 1 menyebutkan

bahwa pengurus atau perusahaan wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan

kebakaran, latihan penanggulangan kebakaran di tempat kerja. Pada hasil kuesioner yang

diberikan pekerja, diperoleh skor terendah yaitu pada pernyataan kuesioner no. 9 dengan

skor 178 dimana mayoritas responden meberi pernyataan tidak setuju dengan jumlah

persentase 41,6%, pernyataan kuesioner no. 8 mayoritas responeden memberi pernyataan

setuju dengan persentase 46,7% pernyataan kuesioner no. 7 mayoritas responden

memberi pernyataan setuju dengan jumlah persentase 46,7%, kemudian pernyataan

kuesioner no. 3 mayoritas responden memberi pernyataan tidak setuju dengan jumlah

persentase 40%, pernyataan kuesioner no. 6 mayoritas responden memberi pernyataan

sangat tidak setuju dengan jumlah persentase 40%, lalu pada kuesioner no. 4 mayoritas

responden memberi pernyataan sangat setuju dengan persentase 46,7%, kuesioner no. 10

mayoritas responden memberi pernyataan setuju dengan jumlah persentase 50%,

kuesioner no. 5 mayoritas responden memberi pernyataab sangat tidak setuju dengan

jumlah persentase 50%, kuesioner no. 2 mayoritas responden member pernyataan sangat

setuju dengan jumlah persentase 68,5%, dan dengan skor tertinggi yaitu pada kuesioner

no, 1 dimana mayoritas responden memberi pernyataan sangat tidak setuju dengan jumlah

persentase 78,3.

Berdasarkan hasil pengukuran kesiapsiagaan kebakaran, mayoritas responden

memiliki kesiapsiagaan kebakaran pada kategori sangat siap, salah satu factor yang

memiliki dampak positif untuk Hotel Sahid Jaya Surakarta yaitu diselenggarakannya

Pelatihan Pemadaman Kebakaran. Seseorang yang berpartisipasi dalam pelatihan


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kebakaran akan mudah menerjemahkan ilmu yang dimiliki menjadi sebuah langkah yang

tepat dalam mengatasi maupun mengantisipasi kebakaran (Brown dalam Sabda, 2021).

5. Kesiapsiagaan Kebakaran

Kesiapsiagaan memberikan kontribusi dalam menanggulangi resiko yang dapat

terjadi ketika sebuah bencana berlangsung (Gunawan dalam Sabda, 2021). Hotel Sahid

Jaya Surakarta telah melakukan upaya untuk meningkatkan kesiapsiagaan kebakaran

pada pekerja dengan menyelenggarakan pelatihan pemadam kebakaran, sosialisasi terkait

pengendalian kebakaran, serta penyediaan saran prasarana penanggulangan kebakaran.

Berdasarkan hasil pengambilan data yang diperoleh dari 60 responden, diperoleh

hasil bahwa mayoritas kesiapsiagaan kebakaran responden yaitu pada kategori sangat siap

dengan jumlah 28 orang (46,7%), kategori siap 25 orang (41,7%), sedangkan responden

pada kategori tidak siap yaitu berjumlah 7 orang (11,7%).

Pada data kuesioner pengukuran kesiapsiagaan kebakaran menunjukan hasil

bahwa skor terendah yaitu pada pernyataan kuesioner nomor 9 terkait kesiapsiagaan

dalam pertolongan pertama pada saat terjadi kebakaran dengan mayoritas responden

memberikan jawaban 3 (51,7%), kuesioner no. 8 dengan mayoritas responden

memberikan jawaban 3 (50%), kemudian kuesioner no. 6 mayoritas responden

memberikan jawaban 3 (41,7%), kuesioner no. 7 dengan mayoritas responden memberi

jawaban 3 (53,3%). Kuesioner no. 3 dengan mayoritas responden memberikan jawaban 3

(60%), lalu kuesioner no. 4 dengan mayoritas responden memberkan jawaban 3 (50%),

kuesioner no. 10 dengan mayoritas responden memberikan jawbaan 3 (56,7%), kuesioner

no. 5 dengan mayoritas responden memberikan jawaban 4 (48,3%), kuesioner no. 2

dengan mayoritas responden memberi jawaban 3 (50%) dan dengan skor tertinggi yaitu
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pada kuesioner no. 1 dengan mayoritas responden memberi jawaban 4 (70%).

Berdasarkan hasil di atas, perlu adanya sosialisasi terkait Pertolongan Pertama Pada

Kecelakaan guna merefresh pekerja terkait kesiapsiagaan dalam pertolongan pertama

pada pekerja dengan materi yang menarik agar dapat meningkatkan antusiasme pekerja

dalam mengkuti sosialisasi tersebut dan juga dapat memasang poster terkait Pertolongan

Pertama Pada Kecelakaan (P3K).

Hotel Sahid Jaya Surakarta telah memasang sign terkait lokasi keberadaan APAR

serta sign petunjuk dan jalur Evakuasi, terbukti dari hasil Kuesioner pernyataan terkait

kesiapsiagaan dimana mayoritas responden menjawab dengan skor tertinggi ‘4’ yaitu

responden paham dan dapat melakukan dengan benar.

B. Analisis Bivariat

1. Hubungan Masa Kerja dengan Kesiapsiagaan Kebakaran pada pekerja Hotel Sahid Jaya

Surakarta.

Analisis uji statistic korelasi somers’d memberikan hasil bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antaran masa kerja dengan kesiapsiagaan kebakaran, dan

menunjukkan nilai p value = 0,756 ( p > 0,05 ), kemudian r = 0,037 yang artinya yaitu

memiliki kekuatan korelasi sangat lemah.

Hal ini sejalan dengan Penelitian yang dilakukan oleh Sabda (2021) dimana tidak

ada hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan kesiapsiagaan. Hasil yang sama

juga pada penelitian yang dilakukan oleh Oktaviani (2017) dimana tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan kesiapsiagaan. Terdapat juga

pernyataan L. Fitriyana et., (2017)yang menyebutkan bahwa pekerja yang memiliki masa

kerja yang lebih lama akan cenderung memiliki kemampuan yang lebih apabila terjadi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

keadaan darurat kebakaran, yang artinya kesiapsiagaan pada pekerja tersebut akan lebih

baik dibandingkan pekerja yang baru bekerja.

Hasil kuesioner menunjukkan bahwa beberapa responden dengan masa kerja

kategori baru telah memiliki kesiapsiagaan kebakaran pada kategori sangat siap. Hal ini

dikarenakan seluruh pekerja di Hotel Sahid Jaya Surakarta telah mendapatkan pembekalan

terkait pengenalan lingkungan kerja seperti safety induction, serta beberapa diantaranya

sudah mendapat pelatihan pemadaman kebakaran. Mayoritas responden dengan masa

kerja lama juga telah memiliki kesiapsiagaan kebakaran pada kategori sangat siap, akan

tetapi masih terdapat responden dengan kesiapsiagaan kebakaran kategori siap dan juga

kategori tidak siap dengan hasil kualitas pemadaman yang sedang. Oleh karena itu, masa

kerja tidak dapat menjadi factor penentu dalam kesiapsaigaan kebakaran, sebab diperlukan

factor pendukung seperti kualitas pelatihan pemadaman kebakaran pada masing-masing

individu agar dapat meningkatkan kesiapsiagaan kebakaran pada pekerja Hotel Sahid Jaya

Surakarta.

2. Hubungan Kualitas Pelatihan Kebakaran dengan Kesiapsiagaan Kebakaran pada Pekerja

Hotel Sahid Jaya Surakarta.

Hasil analisis uji statistic bivariat somers’d menginterpretasikan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara kualitas pelatihan kebakaran dengan kesiapsiagaan

kebakaran. Hal ini berdasarkan dari nilai p value = 0,00 (p < 0,05 ), sedangkan r = 0,567

dari hasil tersebut artinya memiliki korelasi sedang dengan arah korelasi positif (+).

Notoatmodjo (2012) menyatakan pelatihan diartikan sebagai kegiatan dalam proses

membantu tenaga kerja untuk memperoleh efektifitas pekerjaan melalui pengembangan

kebiasaan tentang pikiran, perbuatan, kecakapan, pengetahuan dan sikap yang layak.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriana et

al., (2017), dimana terdapat hubungan antara pelatihan kebakaran dengan kesiapsiagaan

tanggap darurat kebakaran pekerja di PT Sandang Asia Maju Abadi dengan nilai p value

0,000 (signifikan p value<0,05).

Hasil analisis tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Syihabuddin

(2018), dimana terdapat hubungan antara pelatihan kebakaran dengan kesiapsiagaan

tanggdap darurat kebakaran, pada pekerja di bagian werehouse PT VSL Indonesia dengan

nilai p value 0,014 (signifikan p value<0,05).

C. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan pada penelitian ini meliputi:

1. Tidak ditelitinya karakteristik responden yaitu tingkat Pendidikan dan usia.

2. Tidak ditelitinya kondisi alat proteksi kebakaran yang tersedia pada Hotel Sahid Jaya

Surakarta, prosedur penanganan keadaat darurat kebakaran, dan system peringatan serta

penanggulangan bencana yang ada di Hotel Sahid Jaya Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai