Anda di halaman 1dari 11

KEPERAWATAN BENCANA

TUGAS RESUME KEPERAWATAN BENCANA DAN POSTER

Dosen Pembimbing :
Herlin Lidya, Ns.,M.Kep

Disusun oleh :
Armando Puja Murya (201923010)
Fredrerikus Saldi (201923015)
Martha Indah Prahesti (201923031)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH


YOGYAKARTA
2022

1
Kata Pengantar

Puji dan Syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Bencana yang berjudul “(Tugas
resume dan poster)”. Terima kasih juga kepada Dosen Pemimbing kami yaitu Ibu
Herlin Lidya, Ns.,M.Kep yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan
makalah ini sehingga kami dapat memahami dan dapat menyelesaikan penugasan
ini dengan baik. Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan
yang telah ikut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini sehingga pembuatan
makalah ini dapat berjalan dengan lancar.
Tujuan dari penulisan makalah ini yakni untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Bencana. Makalah ini ditulis untuk menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Dalam penyusunan
makalah ini sangat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu,
kami sangat menerima kritik dan saran yang dapat membangun kami agar
kedepannya nanti kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi. Dan agar
kami dapat lebih memahami semua materi yang telah disampaikan dengan baik.

Yogyakarta, 12 September 2022

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4
1.1 LATAR BELAKANG .............................................................................. 4
1.2 RUMUSAN MASALAH ......................................................................... 5
1.3 TUJUAN .................................................................................................. 5

BAB II RESUME MATERI ................................................................................... 6

BAB III PEMBAHASAN ....................................................................................... 9

BAB IV KESIMPULAN ....................................................................................... 10

Daftar Pustaka ....................................................................................................... 11

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Bencana adalah suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak besar
bagi populasi manusia . Bencana menurut Undang- Undang Nomor 24 Tahun
2007 tentang penanggulangan bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa
yang mengancam dan menganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. (Hardiyanto, dkk.
2019).
Melihat besarnya dampak bencana yang terjadi, maka diperlukan suatu usaha
untuk menanggulangi masalah tersebut, sehingga dapat mencegah dan
meminimalisir dampak terjadinya angka mortalitas dan morbiditas korban
bencana yang dapat terjadi. Dalam penanganan terhadap korban bencana
diperlukan pemilahan triase bencana yang digunakan untuk memudahkan tenaga
Kesehatan untuk menolong sesuai dengan tingkat keparahan.
Triase bencana menurut Dany Dewanto, D. (2021) adalah proses
penggolongan pasien menurut tingkat keparahannya. Keterampilan penolong
dalam triase bencana dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain pengetahuan
penolong tentang triase, usia, tingkat pendidikan, lama waktu dalam bencana, dll.
pekerjaan dan pengalaman.
Di Indonesia, menurut penelitian yang dilakukan oleh Hermawati, Hatthakit
dan Chaowalit (2010) di Aceh menunjukkan tingkat pengetahuan dan
keterampilan perawat dalam penatalaksanaan korban bencana seperti prosedur
triage awal korban masih dalam kategori cukup yaitu 60%. Permasalahan tersebut
disebabkan karena sebagian besar perawat belum mendapatkan pembelajaran
bencana pada saat diperkuliahan, sehingga lulusan perawat belum memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang baik. (Magnaye , dkk. 2011 dalam Addiarto,
dkk. 2018).

4
Maka dengan dibuatnya tugas makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat
mengetahui konsep dan model dari triage bencana untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan dalam menangani korban bencana.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.1.1 Apa yang dimaksud dengan Triage Bencana ?
1.1.2 Apa saja klasifikasi triage bencana ?
1.1.3 Apa saja model triage bencana ?

1.3 TUJUAN
Untuk mengetahui konsep dan model dari triage bencana untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan dalam menangani korban bencana.

5
BAB II

RESUME MATERI

2.1 Definisi Triage Bencana


Triase bencana menurut Dany Dewanto, D. (2021) adalah proses
penggolongan pasien menurut tingkat keparahannya. Keterampilan penolong
dalam triase bencana dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain
pengetahuan penolong tentang triase, usia, tingkat pendidikan, lama waktu
dalam bencana, dll. pekerjaan dan pengalaman.

2.2 Klasifikasi Triage Bencana


Ada beberapa sistem triase di lapangan (pra-rumah sakit) dan di rumah sakit.
Menurut Cone, D.C, et al (2004) Quick Recognition dalam Sembiring, E. E.
dan Nurmansyah, M. (2021), klasifikasi biasanya dilakukan dengan
menggunakan warna, seperti yang dijelaskan pada tabel berikut :

Emergency Cedera serius yang mengancam jiwa yang


(Merah) membutuhkan penilaian cepat, resusitasi, transportasi,
dan rujukan

Urgent Cedera serius, tidak mengancam jiwa, masih bisa


(Kuning) menunggu untuk jangka waktu tertentu untuk perawatan

Non Urgent Untuk luka ringan, yang luka masih bisa berjalan dan
(Hijau) dapat diobati setelah jangka waktu tertentu

Dying/ Meninggal
Deceased
(Hitam)

6
2.3 Model Triage Bencana
Simple Triage and Rapid Treatment (START) adalah metode triase yang
diterima secara luas dan mudah digunakan untuk bencana 30 detik atau
kurang, berdasarkan tiga tes utama: pernapasan, pemeriksaan arteri radial,
dan status mental. (Rimadeni dkk. 2021)
Langkah-langkah penerapan metode klasifikasi START antara lain (Hogan
dan Burstein, 2007 dalam Dheanindya, 2020) :
a. Kumpulkan semua pasien yang dapat/dapat berjalan sendiri ke area yang
di tentukan dan tandai mereka dengan warna hijau.
b. Kemudian beralih pemeriksaan ke pasien yang tersisa, dan lakukan
pemeriksaan :

a) Pernapasan :
1) Jika frekuensi napas melebihi 30 kali/menit, tandai dengan warna
MERAH.
2) Jika pasien tidak bernafas, coba buka jalan napas dan bersihkan jalan
napas sekali, jika pernapasan spontan lalu ditandai warna MERAH , jika
tidak ditandai hitam.
3) Jika nafas kurang dari 30 kali/menit nilai waktu pengisian kapiler.

b) Waktu Isi Ulang Kapiler :


1) Lebih dari 2 detik berarti buruk, beri warna MERAH, hentikan jika terjadi
pendarahan hebat.
2) Jika kurang dari 2 detik maka lanjutkan menilai status mental pasien.
3) Jika cahaya tidak cukup, periksa nadi radial pasien. Jika tidakada nadi
radial, maka ini berarti tekanan darah pasien rendah, perfusi jaringan
berkurang.

7
c) Pemeriksaan status mental :
1) Periksa apakah instruksi sederhana dapat diikuti
2) Jika pasien tidak dapat mengikuti perintah sederhana , Lalu beri warna
MERAH.
3) Jika Anda dapat memberikan KUNING

Penggunaan metode klasifikasi START dan SALT telah disepakati di


Amerika Serikat dalam rangka harmonisasi dan standarisasi klasifikasi
kategori pasien menurut Lee, C.H, 2010 dalam Alfandi, 2019.
Kedua metode tersebut menggunakan tingkat klasifikasi dan kode warna
untuk mengklasifikasikan korban bencana, yaitu:
a) Klasifikasi Label Merah ("Segera Tunda" atau T2 atau Prioritas 1) :
Pasien yang hidup berbeda berada dalam bahaya langsung dan membutuhkan
perawatan segera
b) Klasifikasi Label Kuning ("Tertunda-Tertunda" atau T2 atau Prioritas 2) :
Pasien yang hidupnya tidak dalam bahaya langsung dan memerlukan
perawatan medis tidak langsung yang mendesak
c) Klasifikasi Label Hijau ("Terendah" atau T3 atau Prioritas 3) :
Pasien dengan cedera ringan yang pada akhirnya memerlukan perawatan
d) Black Triage Tag "pregnant-expectand" or not Priority) :
Pasien yang meninggal atau terluka parah yang tidak dapat diselamatkan
dengan sumber daya terbatas yang tersedia.

8
BAB III

PEMBAHASAN

Dalam lingkup keperawatan bencana, Triase memiliki arti yaitu proses


penggolongan pasien berdasarkan tingkat keparahannya. Sebagai perawat, perlu
memiliki keterampilan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor faktor
tersebut antara lain pengetahuan tentang triase, usia, tingkat pendidikan, lama
waktu bencana dll. Dan yang tidak kalah penting yaitu diperlukannya
pengalaman.
Terdapat 4 klasifikasi sistem triase di lapangan. Hal tersebut
dikelompokkan menggunakan jenis warna. Warna pertama yaitu merah
(emergency) yang digunakan untuk kasus cidera serius yang mengancam jiwa
yang membutuhkan penilaian cepat,resusitasi, transportasi dan rujukan. Warna
kedua yaitu Kuning (Urgent) yang digunakan pada kasus pasien cidera serius
tetapi tidak mengancam jiwa dan masih bisa menunggu. Warna ketiga yaitu hijau
(Non urgent) yaitu digunakan pada pasien luka ringan, masih dapat berjalan dan
dapat diobati dalam jangka tertentu. Sedangkan warna yang terakhir yaitu hitam
(Dying) digunakan untuk kasus pasien meninggal.
Ada beberapa model triase yang biasa diterapkan. Salah satu triase yang
umumnya dipakai adalah START (Simple Triage and Rapid Treatment). Model ini
mudah digunakan untuk bencana 30 detik atau kurang, berdasarkan tiga test
utama. Tiga test utama tersebut yaitu pernapasan, pemeriksaan arteri radial dan
status mental. Kemudian terdapat beberapa langkah penerapan model ini antara
lain :
- Mengumpulkan semua pasien yang dapat berjalan sendiri ke area yang
ditentukan dan ditandai dengan warna hijau.
- Kemudian beralih pemeriksaan ke pasien yang tersisa dan lakukan 3
pemeriksaan utama tadi.

9
BAB IV

KESIMPULAN

Triase adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau
penyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat darurat serta
transportasi. Tindakan ini merupakan proses yang berkesinambungan
sepanjang pengelolaan musibah massal. Proses triase inisial harus
dilakukan oleh petugas pertama yang tiba ditempat kejadian dan tindakan
ini harus dinilai ulang terus menerus karena status triase pasien dapat
berubah. Saat ini tidak ada standard nasional baku untuk triase. Metode
triase yang dianjurkan bisa secara METTAG (Triage tagging system) atau
sistim triase Penuntun Lapangan START (Simple Triage And Rapid
Transportation). Berpikir sistematis artinya memikirkan segala sesuatu
berdasarkan kerangka metode tertentu, ada urutan dan proses pengambilan
keputusan. Di sini diperlukan ketaatan dan kedisiplinan terhadap proses
dan metoda yang hendak dipakai. Metoda berpikir yang berbeda akan
menghasilkan kesimpulan yang berbeda, namun semuanya dapat
dipertanggungjawabkan karena sesuai dengan proses yang diakui luas

10
Daftar Pustaka

Addiarto, W., & Wahyusari, S. (2018). Efektivitas Tabletop Disaster


Exercise (Tde) Sebagai Media Simulasi Dalam Ruang Untuk Meningkatkan
Kemampuan Triage Dan Alur Rujukan Korban Bencana. JI-KES (Jurnal Ilmu
Kesehatan), 2(1).

DANY DEWANTO, D. (2021). ANALISIS FAKTOR TRIAGE BENCANA


PADA ANGGOTA BASARNAS SURAKARTA(Doctoral dissertation, Universitas
Kusuma Husada Surakarta).

DHEANINDYA SARI, D. S. (2020). Asuhan Keperawatan Komunitas


Dengan Penerapan Edukasi Triase Metode START Pada Kelompok Ketahanan
Bencana Lingkungan Kelurahan (KBLK) DiKelurahan Sapiran Kota Bukittinggi
Tahun 2020 (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA).

Hardiyanto, S., & Pulungan, D. (2019). Komunikasi Efektif Sebagai


Upaya Penanggulangan Bencana Alam di Kota Padangsidimpuan. Jurnal
Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi, 3(1), 30-39.

Rimadeni, Y., Munazar, M., Arnisam, A., & Yeni, M. (2021). Simple
Triage and Rapid Treatment (START) Health Education Method To Preparedness
Nurse of Public Health Center (Puskesmas). JURNAL SERAMBI ILMU, 22(2),
224-235.

M ALFANDI, M. A. (2019). Hubungan pengetahuan dan sikap relawan


bencana dengan keterampilan melakukan triase metode start kota Bukittinggi
tahun 2019 (Doctoral dissertation, stikes perintis padang)

Sembiring, E. E., & Nurmansyah, M. (2021). KEPERAWATAN


BENCANA. TOHAR MEDIA.

11

Anda mungkin juga menyukai