SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL YOGYAKARTA 2021 ANALISIS JURNAL (PICO) JUDUL JURNAL: PERSEPSI PERAWAT INDONESIA TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA TN KESIAPAN
NO. FORMAT ANALISIS
1. P Problem: Upaya penanggulangan bencana harus (Problem/Population) menjadi tanggung jawab instansi pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat. Indioaneins beberapa tahun terakhir telah mengubah bencana strategi manajemen, dari penekanan yang muncul bencana alam dan kesiapsiagaan menghadapi bencana kesiapan manajemen. Cornier menjelaskan bahwa faktor ketahuilah dari rencana manajemen darurat yang efektif untuk bencana termasuk pengetahuan publik, keterlibatan perawatan kesehatan, pelatihan komprehensif, protokol, teknologi, dan komunikasi yang efektif. Oleh karena itu, partisipasi dan asumsi tanggung jawab entitas lintas sektoral sangat penting, termasuk instansi pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat bersama dengan penyedia hecaaltrhe, terutama perawat, sangat penting. Sumber daya manusia untuk menyediakan perawatan kesehatan adalah sebuah ritm anptoelement di Indonesia khususnya untuk perawat profesional. Peran penting perawat dalam persiapan bencana adalah mendidik masyarakat untuk mengurangi kerentanan bencana dan menangani situasi bencana. Dengan demikian, pada saat bencana terjadi, perawat perlu memiliki skilldretolad yang memadai kesiapsiagaan menghadapi bencana dan penanggulangan bencana. Namun, penelitian menunjukkan bahwa perawat sering kali tidak cukup siap menghadapi tanggung jawab terkait bencana. Dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan persepsi perawat tentang pengetahuan, keterampilan, dan kesiapsiagaannya dalam menghadapi bencana yang mungkin terjadi di Indonesia. Population: Perawat Indonesia yang bekerja di bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan 2. I a. Desain penelitian (Intervention) Survei deskriptif cross-sectional digunakan untuk mengetahui persepsi perawat Indonesia tentang kesiapsiagaan mereka dalam penanggulangan bencana. Survei Usninognlaine, kami mensurvei perawat Indonesiabekerja di seluruh Indonesia. Calon peserta direkrut dari media sosial dan grup online yang terkait dengan perawat Indonesia selama empat bulan. nT survei ini anonim dan self- dikelola, pesan undangan untuk penelitian w cari ke situs media sosial yang berisi tautan. Kriteria inklusi untuk perawat termasuk perawat ing di institusi layanan kesehatan dan institusi pendidikan setuju untuk ikut parthiin s rtesearch dan terdaftar sebagai perawat di Indonesia. survei diujicobakan di antara sampel kecil Insdioannenurses untuk mengulangi prosedur dan kuesioner. b. Instrumen penelitian Data untuk penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan syurqvueestionnaire yang diadaptasi dari Alat Evaluasi Kesiapsiagaan Bencana (DPE). 12 T, 1) 7. Penerjemahan kuesioner dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia dilakukan oleh ahli traonrslaantd profesional di bidang penanggulangan bencana. DPET adalah alat evaluasi yang dirancang untuk mengukur tiga fase eissaosfter manajemen, termasuk (1) kesiapandengan reliabilitas konsistensi internal alpha Cronbach sebesar 0,879, (2) mitigasi dan respon dengan reliabilitas konsistensi internal alpha Cronbach 0,940, dan (3) evaluasi dengan reliabilitas konsistensi internal alpha Cronbach sebesar 0,940. Tsra Kuisioner lanted terdiri dari 46 kuisioner Skala Likert 6 poin. Sistem penilaian untuk pertanyaan favorit menggunakan kriteria sebagai berikut: 6 untuk 'sangat setuju', 5 untuk 'setuju', 4 untuk 'ragu-ragu / setuju atau tidak setuju', 3 untuk 'kurang setuju', r2 untuk 'tidak setuju', dan 1 untuk 'sangat tidak setuju'. Cronb'asch keandalan konsistensi internal alfa untukinstrumen asli dilaporkan 0,91. 17 c. Uji statistik Uji statistik yang digunakan untuk menganalisis peran perawat dalam kesiapsiagaan penanggulangan bencana adalah uji statistik deskriptif, ANOVA satu arah, dan t dtest dengan tingkat signifikansi 95% d. Pertimbangan etis Studi ini disetujui oleh Komite se Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga (615-KEPK). Partisipasi dalam penelitian ini adalah responden voluyntaanrd dipertahankan anonimitas 3. C Studi Muttaradk an Pothisiri 20 bahwa kualifikasi (Comparasion) pendidikan dan pengalaman serta manajemen bencana dapat meningkatkan tindakan kesiapsiagaan bencana. Selain itu, minimnya bukti bahwa kualifikasi pendidikan dapat meningkatkan kemampuan kognitif atteo muncul kesiapan. 25 item pertanyaan dalam survei diadaptasi dari DTP hET surve 1 y 7 dibagi menjadi tiga subkategori, yaitu (i) pengetahuan tentang bencana (16 sit) e, m (ii) keterampilan manajemen bencana (7 item), dan kesiapsiagaan keluarga (2 item); Uji skor rata-rata yang diperoleh dengan skala likert tipe 1-6 adalah 3.13. 17 Dari survei online yang disebarkan, sub kelompok pengetahuan rata-rata bencana adalah 3,55. Pengetahuan yang memadai tentang disasre teprapredness berkaitan dengan fakta yang dimiliki perawat pelatihan berpengalaman tentang penanggulangan bencana inr pThlaeci es pekerjaan, yang dilakukan oleh rumah sakit atau institusi pendidikan kesehatan. Selanjutnya, esohm pendidikan iklan dalam kurikulum keperawatan dasar mereka penanggulangan bencana yang terintegrasi itu. Informasinyakomponen naistioa dalam kurikulum nasional untuk pelayanan kesehatan, khususnya polyteccshnini kesehatan Indonesia. Pengalaman pendidikan perawat dapat meningkatkan pengetahuan positif mereka tentang bencana ibu nesebuah gtepreparedness Hasil survei pengetahuan tentang deisraaslitgn dengan temuan Alrazeeni integrasi mata kuliah tentang penanggulangan bencana ketujuh belas te layanan medis darurat (EMS) kurikulum; bersama dengan pelatihan praktis, w ini l hilelp mempersiapkan siswa di EMS untuk lebih memahami manajemen Bencana. Lebih lanjut, mahasiswa EMS merasakan perlunya integrasi penanggulangan bencana dalam kurikulum untuk program sarjana. Temuan serupa terungkap di Duong 22 mempelajari bahwa kesiapan perawat dan reggarre kepercayaan respon terhadap bencana dipengaruhi oleh pengalaman, pendidikan, dan pelatihan mereka sebelumnya manajemen bencana. 21 mengenai Namun perawat di Indonesia melakukan validasi dan reafftihrm di mereka tidak sepenuhnya siap untuk menangani nyata situasi bencana karena sebagian besar belum berfungsi di bawah kondisi ekstrim ini. Belum ada program perencanaan bencana yang disetujui pusat layanan debdyical di primer dan rumah sakit tingkat, meskipun sebagian besar perawat menerimanin trgai tentang penanggulangan bencana. Temuannya adalah konsisten dengan data sebelumnya dari World Health aOnrigzation, melaporkan bahwa kesiapan perawat yang bekerja di layanan medis primer dipertimbangkan owa prioritas. Selanjutnya, dilaporkan bahwa nursdeos tidak memenuhi sebagian besar peran mereka pada tingkat optimal terkait dengan kurangnya persiapan sama sekali asastoecdi institusi 2.4 Penemuan ini didukung oleh penelitian di theipPphiniles oleh Labrague et 3 aal nd Öztekin dkk 12 menunjukkan bahwa perawat belum sepenuhnya siap menghadapi bencana karena mereka tidak memahami protokol manajemen bencana di tempat kerja mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur dan lamanya tindakan tidak menimbulkan perbedaan persepsi perawat di Indonesia dalam menghadapi bencana, terutama pada kategori pengetahuan, keterampilan, dan evaluasi. Temuan ini sejalan dengan thoofseNajafi et a 1 l 8 yang melaporkan usia tidak terkait dengan kesiapsiagaan bencana. Gladston dan N 1 Sebuah 9 menunjukkan hasil yang sama dari tidak ada asosiasi antara, status perkawinan, pendidikan, dan lama kerja pada pengangkatan dan persepsi kesiapsiagaan dalam mengelola bencana. Tingkat pendidikan dan pengalaman digabungkan dalamitnra g tentang kesiapsiagaan dan tanggap bencana menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam “keterampilan” tetapi tidak berpengaruh pada pengetahuan dan evaluasi dalam menghadapi bencana. 4. O Total 1341 perawat Indonesia menyelesaikan (Outcome) thrivsesyu. Skor rata-rata kesiapsiagaan menghadapi bencana, kemampuan pulih frd oimbencana, dan evaluasi bencana adalah 3.1533,, 2. dan 2,46, masing- masing. Secara umum, pengawasan perawat dalam studi ini kurang siap menghadapi bencana, daond.