Anda di halaman 1dari 4

“Peran perawat dalam manajemen bencana”

oleh Sherina Mamangkey

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat rentan mengalami bencana
alam, sehingga berdampak pada aktivitas sosial masyarakat. Bencana diartikan
sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam
dan/ atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis (BNPB, 2008). Oleh karena itu peran tenaga kesehatan
diperlukan bukan hanya dalam pusat pelayanan kesehatan, tetapi juga dibutuhkan
saat kondisi tanggap bencana.
Menjadi salah satu profesi yang sangat berperan penting, nyatanya masih banyak
perawat di Indonesia yang tidak sepenuhnya siap untuk menangani situasi bencana.
Meskipun sebagian besar perawat telah menerima pelatihan tentang manajemen
bencana, namun tidak ada program perencanaan bencana yang disetujui pusat
layanan medis tingkat primer dan rumah sakit. Jika dilihat dari faktor kesiapsiagaan,
perawat di Indonesia belum sepenuhnya memahami peran mereka selama fase
kesiapsiagaan bencana, dan sepenuhnya organisasi koordinasi, dan kurang percaya
diri dalam kemampuan mereka dalam menangani pasien mengalami trauma fisik
dan emosional, dan secara efektif mengelola kondisi mereka (UNAIR News, 2019).
Hadi Purnomo & Ronny Sugiantoro (2010) menyebutkan bahwa 87% wilayah
Indonesia adalah rawan bencana alam, sebanyak 383 kabupaten atau kotamadya
merupakan daerah rawan bencana alam dari 440 kabupaten atau kotamadya di
seluruh Indonesia. Selain itu kondisi Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar
dan tidak merata, keanekaragaman suku, agama, adat istiadat, budaya dan
golongan menyebabkan Indonesia sangat rawan terhadap bencana alam. Bencana
alam seperti gempa bumi, tsunami, banjir, gunung meletus, tanah longsor, dan angin
topan yang sering terjadi di Indonesia tentu berdampak kehancuran, juga
menyebabkan penderitaan dan kerugian baik bagi masyarakat maupun negara.
Melihat betapa besarnya peran perawat dalam kondisi tanggap darurat bencana,
maka penulis tertarik mengangkat masalah tentang peran perawat dalam
manajemen bencana.
B. Literature Review
Perawat harus memiliki kompetensi untuk bisa beradaptasi dengan situasi bencana.
Kompetensi berarti tindakan nyata pada peran tertentu dan situasi tertentu.
Kompetensi dijelaskan juga sebagai kombinasi dari pengetahuan, keterampilan dan
perilaku yang dibutuhkan dalam sebuah pekerjaan (Daily, Padjen Birnbaum, 2010).
Arbon, dkk (2013) menjelaskan bahwa tingkat pengetahuan yang cukup dan
keahlian yang memadai mengenai manajemen bencana disemua aspek dan fase
bencana merupakan hal yang sangat mempengaruhi kompetensi perawat dalam
menghadapi bencana. Sebagai kelompok terbesar dari tenaga kesehatan, perawat
harus mengembangkan kompetensi dalam tanggap darurat penanggulangan
bencana. Bagaimanapun pendidikan tentang bencana sangat dibutuhkan oleh
semua perawat (ICN, 2009).
Pesiridis, Sourtzi, Galanis Kalokairinou (2015) mengatakan bahwa pengetahuan
merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan apakah perawat di rumah
sakit bersedia untuk memberikan perawatan. Pengetahuan perawat tentang peran
mereka dalam bencana, serta ketersediaan atau kemampuannya untuk
meningkatkan pengetahuan melalui pendidikan dan pelatihan tanggap bencana juga
mempengaruhi keinginan bekerja disituasi bencana. Perawat membutuhkan
pengetahuan yang tepat sehingga mereka dapat membuat keputusan yang tepat
tentang bekerja selama bencana.
Selain pengetahuan, keterampilan juga merupakan aset penting dalam manajemen
bencana. Keterampilan dapat diperoleh melalui pengalaman, baik itu pengalaman
melalui latihan simulasi maupun bekerja dalam situasi nyata. Penelitian
membuktikan bahwa latihan simulasi dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan perawat mengenai manajemen bencana secara efektif, dapat
dikerjakan dengan mudah dan memiliki efek jangka panjang yang kuat terhadap
pengetahuan dan keterampilan perawat. Kurangnya keyakinan akan keterampilan
dan pengetahuan seseorang telah disebut-sebut sebagai alasan tenaga kesehatan
untuk tidak bekerja selama bencana (Hope dkk, 2010).
Perawat dituntut mempersiapkan kemampuan diri sebagai upaya dalam menangani
permasalahan kesehatan korban bencana. Hammad, Arbon., Gebbie, Hutton (2012)
mengatakan bahwa kesiapan perawat bekerja dalam situasi bencana berhubungan
dengan persepsi perawat itu sendiri mengenai seberapa jauh kesiapannya dan
upaya-upaya persiapan yang telah dilakukan. Namun beberapa penelitian
menunjukkan perawat masih memiliki tingkat kesiapan yang rendah dalam
menghadapi bencana.
Tingkat kesiapan perawat yang rendah dalam bekerja disituasi bencana akan
memiliki dampak yang buruk bagi pelayanan kesehatan. Ketidaksiapan perawat
tersebut akan berdampak pada pasien, perawat maupun pelayanan kesehatan.
Menurut Ibrahim (2014) perawat yang tidak siap dalam memberikan pelayanan saat
bencana akan berdampak pada perawatan dan keselamatan pasien serta dapat
meningkatkan angka trauma dan kematian pada korban. Kollek (2013) menyatakan
perawat yang tidak siap untuk bekerja saat bencana berdampak pada pelayanan
rumah sakit yang menurun dalam memberi perawatan dan beban kerja perawat
semakin meningkat. Selain itu, Phang & Sunshine (2010) menyatakan ketidaksiapan
perawat dalam memberikan perawatan akan berdampak pada perawatan kesehatan
langsung pada korban, menyebabkan trauma massal dan agen infeksius. Oleh
karena itu, kesiapan perawat penting untuk menghadapi kedaruratan bencana.
C. Pembahasan
Berdasarkan beberapa paparan literatur di atas, menjelaskan tentang pengetahuan,
keterampilan dan sikap tentang peran perawat dalam manajemen bencana
sangatlah penting untuk berbagai askpek kehidupan pada tahap tanggap bencana.
Seperti halnya dengan penjelasan dari Arbon, dkk (2013), bahwa tingkat
pengetahuan yang cukup dan keahlian yang memadai mengenai manajemen
bencana disemua aspek dan fase bencana merupakan hal yang sangat
mempengaruhi kompetensi perawat dalam menghadapi bencana. Karena
pengetahuan merupakan tonggak dasar bagi perawat sebelum melakukan praktis
kesehatan, juga berlaku dalam manajemen bencana. Apalagi perawat merupakan
profesi yang bersifat luwes dan mencakup segala kondisi, mengharuskan profesi
perawat memiliki pengetahuan yang harus selalu update. Terdapat siklus
manajemen bencana yang harus diketahui perawat, yaitu: 1) penanganan darurat:
yaitu upaya untuk menyelamatkan jiwa dan melindungi harta serta menangani
gangguan kerusakan dan dampak lain suatu bencana. 2) pemulihan (recovery): yaitu
suatu proses yang dilalui agar kebutuhan pokok terpenuhi, 3) Pencegahan
(prevension); upaya untuk menghilangkan atau mengurangi kemungkinan timbulnya
suatu ancaman. 4) Mitigasi (mitigation); yaitu upaya yang dilakukan untuk
mengurangi dampak buruk dari suatu ancaman. 5) Kesiap-siagaan (preparedness);
yaitu persiapan rencana untuk bertindak ketika terjadi (kemungkinan akan terjadi)
bencana.
Hope, dkk (2010) menjelaskan bahwa selain pengetahuan, keterampilan juga
merupakan aset penting dalam manajemen bencana. Perawat mempunyai peranan
penting dalam penanggulangan bencana karena perawat memiliki skill serta mampu
bekerja sama dengan semua unsur penanggulangan bencana. Ada beberapa hal
yang bisa dilakukan perawat saat penanggulangan bencana, pertama perawat dapat
melakukan pencarian, penyelamatan, dan melokalisasi korban. Kedua, triage, hal itu
mengharuskan perawat untuk melakukan identifikasi secara cepat korban bencana
yang membutuhkan stabilisasi segera. Ketiga, pertolongan pertama, pertolongan
pertama yang dilakukan seperti mengobati luka rubfab serta melakukan pertolongan
bantuan hidup dasar. Keempat, membantu proses pemindahan korban. Kelima,
perawatan di rumah sakit. Keenam, melakukan Rapid Health Assesment yaitu
mengumpulkan informasi dan menilai kondisi pasien. Untuk itu, keterampilan dapat
diasah dengan mengikuti pelatihan serta perbanyak simulasi-simulasi
penanggulangan bencana
Hammad, Arbon., Gebbie, Hutton (2012) mengatakan bahwa kesiapan perawat
bekerja dalam situasi bencana berhubungan dengan persepsi perawat itu sendiri
mengenai seberapa jauh kesiapannya dan upaya-upaya persiapan yang telah
dilakukan. Namun beberapa penelitian mengatakan bahwa masih banyak perawat
yang belum sepenuhnya siap dalam penanggulan bencana. Oleh karena itu, bukan
hanya pendidikan fisik saja yang diperhatikan tetapi juga harus diberikan pendidikan
psikologis agar mental perawat siap di berbagai kondisi.
Pengetahuan, keterampilan serta sikap merupakan unsur-unsur yang tidak dapat
dipisah sehingga keberhasilan perawat dalam manajemen bencana ditentukan oleh
setiap unsur yang berjalan seiring. Sehingga diharapkan perawat Indonesia dapat
meningkatkan serta mempertahankan pengetahuan, keterampilan serta sikap dalam
menanggulangi bencana
D. Kesimpulan
Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat rentan mengalami bencana
alam, sehingga berdampak pada aktivitas sosial masyarakat. Bencana diartikan
sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam
dan/ atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis (BNPB, 2008).
Sebagai kelompok terbesar dari tenaga kesehatan, perawat harus mengembangkan
kompetensi dalam tanggap darurat penanggulangan bencana. Bagaimanapun
pendidikan tentang bencana sangat dibutuhkan oleh semua perawat (ICN, 2009).

Daftar Pustaka
UNAIR News, 2019. Mempertanyakan Peran Perawat dalam Penanggulangan
Bencana. http://news.unair.ac.id/2019/10/28/mempertanyakan-peran-perawat-
dalam-penanggulangan-bencana/. Diakses tanggal 3 oktober 2020.
Mery, 2017. https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://scholar.unand.ac.id/30307/2/2.%2520BAB
%2520I
%2520PENDAHULUAN.pdf&ved=2ahUKEwjbnqyH65rsAhWY4nMBHcAJA7cQFjAM
egQICRAB&usg=AOvVaw1Kx-kmT8uNT6QAHBONeE3s. Diakses tanggal 4 oktober
2020
Putra Ardia, 2015. Peran Dan Kepemimpinan Perawat Dalam Manajemen Bencana
Pada Fase Tanggap Darurat. https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://jurnal.unsyiah.ac.id/INJ/article/download/6635/54
29&ved=2ahUKEwjbnqyH65rsAhWY4nMBHcAJA7cQFjANegQIAhAB&usg=AOvVaw
0Sat0XExHBKnPDaRNiEVF2. Diakses tanggal 3 oktober 2020.

Anda mungkin juga menyukai