DOSEN PENGAJAR :
DESY SISWATI ANJAR SARI. S.Kep.Ns.M.Kep
OLEH :
RADETYA PRIMA
NIM : 220811013
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat mengetahui Bencana.
2. Mahasiswa dapat mengetahui Fase-fase bencana.
3. Mahasiswa dapat mengetahui Kelompok rentan Bencana.
4. Mahasiswa dapat mengetahui Paradigma penanggulangan Bencana.
5. Mahasiswa dapat mengetahui Pengurangan Risiko Bencana.
6. Mahasiswa dapat mengetahui Peran perawat Dalam tanggap Bencana.
7. Mahasiswa dapat mengetahui Jenis Kegiatan siaga Bencana.
8. Mahasiswa dapat mengetahui Managemen Bencana.
9. Mahasiswa dapat mengetahui peran perawat dalam managemen Bencana.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Bencana
Definisi Bencana menurut WHO (2002) adalah setiap kejadian yang menyebabkan
kerusakan gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia, atau memburuknya derajat
kesehatan atau pelayanan kesehatan dalam skala tertentu yang memerlukan respon dari luar
masyarakat dan wilayah yang terkena.
Bencana dapat juga didefinisikan sebagai situasi dan kondisi yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat.
Jenis-jenis bencana:
1. Bencana alam (natural disaster), yaitu kejadian-kejadian alami seperti banjir, genangan,
gempa bumi, gunung meletus dan lain sebagainya.
2. Bencana ulah manusia (man-made disaster), yaitu kejadian-kejadian karena perbuatan
manusia seperti tabrakan pesawat udara atau kendaraan, kebakaran, ledakan, sabotase dan
lainnya.
Bencana berdasarkan cakupan wilayahnya terdiri atas:
1. Bencan Lokal, bencana ini memberikan dampak pada wilayah sekitarnya yang
berdekatan, misalnya kebakaran, ledakan, kebocoran kimia dan lainnya.
2. Bencana regional, jenis bencan ini memberikan dampak atau pengaruh pada area
geografis yang cukup luas dan biasanya disebabkan leh faktor alam seperti alam, banjir,
letusan gunung dan lainnya.
Seorang perawat, khususnya perawat komunitas memiliki tanggung jawab peran dalam
membantu mengatasi ancaman bencana baik selama tahap preimpact, impact/emergency, dan
postimpact. Dalam melakukan tugasnya tentu perawat tidak bisa berjalan sendiri. Koordinasi
dan persiapan yang baik mulai dari pemerintah atas hingga ke cabang-cabang di bawahnya
mutlak diperlukan. Dimulai dari pusat studi bencana, badan meteorologi, pemerintah pusat
dan daerah, para teknisi, departemen kesehatan, palang merah nasional, tenaga-tenaga
kesehatan, departemen penerangan, dinas transportasi hingga dinas kebakaran dan lembaga-
lembaga swadaya masyarakat, semua ikut terlibat dalam perencanaan persiapan
penanggulangan bencana.
Peran perawat disini bisa dikatakan multiple, ialah sebagai bagian dari penyusun rencana,
pendidik, pemberi asuhan keperawatan, dan bagian dari tim pengkajian kejadian bencana.
Tujuan utama dari tindakan keperawatan bencana ini adalah untuk mencapai kemungkinan
tingkat kesehatan terbaik masyarakat yang terkena bencana tersebut. Jika seorang perawat
berada di pusat area bencana, ia akan dibutuhkan untuk ikut mengevakuasi dan memberi
pertolongan pertama pada korban
Ada 2 hal yang dapat dilakukan perawat dalam masa pra bencana ini, antara lain:
b. Para perawat ini, khususnya perawat komunitas mendapat pelatihan tentang berbagai
tindakan dalam penanggulan ancaman dan dampak bencana. Misalnya mengenali
instruksi ancaman bahaya; mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan saat fase emergency
(makanan, air, obat-obatan, pakaian dan selimut, serta tenda) dan mengikuti pelatihan
penanganan pertama korban bencana.
Perawat ikut terlibat bersama berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan, palang
merah nasional maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan
dan simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat.
EDUCATION
Program promosi kesehatan untuk meningkatkan kesiapan masyarakat dalam menghadapai
bencana seharusnya merupakan bagian dari perencanaan perawat komunitas. Penyuluhan atau
usaha edukasi publik harus meliputi:
b. Keluarga
e. Perawat juga dapat memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat seperti dinas
kebakaran, RS dan ambulans.
Untuk mewujudkan tindakan di atas perlu adanya beberapa hal yang harus dimiliki
oleh seorang perawat, diantaranya:
1. Perawatan harus memilki skill keperawatan yang baik.
Sebagai perawat yang akan memberikan pertolongan dalam penanaganan bencana,
haruslah mumpunyai skill keperawatan, dengan bekal tersebut perawat akan mampu
memberikan pertolongan medis yang baik dan maksimal.
2. Perawat harus memiliki jiwa dan sikap kepedulian.
Pemulihan daerah bencana membutuhkan kepedulian dari setiap elemen masyarakat
termasuk perawat, kepedulian tersebut tercemin dari rasa empati dan mau berkontribusi
secara maksimal dalam segala situasi bencana. Sehingga dengan jiwa dan semangat
kepedulian tersebut akan mampu meringankan beban penderitaan korban bencana.
3. Perawatan harus memahami managemen siaga bencana
Kondisi siaga bencana membutuhkan penanganan yang berbeda, segal hal yang
terkait harus didasarkan pada managemen yang baik, mengingat bencana datang secara tak
terduga banyak hal yang harus dipersiapkan dengan matang, jangan sampai tindakan yang
dilakukan salah dan sia sia. Dalam melakukan tindakan di daerah bencana, perawat dituntut
untuk mampu memilki kesiapan dalam situasi apapun jika terjadi bencana alam. Segala hal
yang berhubungan dengan peralatan bantuan dan pertolongan medis harus bisa dikoordinir
dengan baik dalam waktu yang mendesak. Oleh karena itu, perawat harus mengerti konsep
siaga bencana.
Managemen siaga bencana membutuhkan kajian yang matang dalam setiap tindakan
yang akan dilakukan sebelum dan setelah terjun kelapangan. Ada beberapa hal yang bisa
dijadikan pedoman, yaitu:
1. Mempersiapkan bentuk kegiatan yang akan dilakukan
Setelah mengetahui sebuah kejadian bencana alam beserta situasi di tempat kejadian,
hal yang terlebih dahulu dilakukan adalah memilih bentuk kegiatan yang akan diangkatkan,
seperti melakukan pertolongan medis, pemberian bantuan kebutuhan korban, atau menjadi
tenaga relawan. Setelah ditentukan, kemudian baru dilakukan persiapan mengenai alat alat,
tenaga, dan juga keperluan yang akan dibawa disesuaikan dengan alur dan kondisi
masyarakat serta medan yang akan ditempuh.
Seperti yang tertulis, bahwa bencana itu bisa murni sebagai kejadian alam ( gempa
bumi, topan, volcano, badai, banjir ) bisa juga karena perbuatan dan kelalaian manusia seperti
kebakaran, perang, kecelakaan transportasi. Agen primer termasuk angin, air, lumpur, asap,
dan panas. Sedangkan agen sekunder termasuk bakteri dan virus yang menkontaminasi/
menginfeksi akibat yang ditimbulkan oleh agen primer tersebut.Faktor-faktor host (manusia)
juga mempengaruhi efek dari bencana tersebut, sebut saja usia, status kesehatan, status
imunisasi, tingkat mobilisasi, dan kondisi psikologis. Secara langsung maupun tidak langsung
bencana ikut dipengaruhi oleh agen-agen lingkungan yang sifatnya fisik, kimia, biologi
maupun sosial.
Secara fisik bencana dipengaruhi oleh kondisi cuaca, ketersediaan makanan dan air.
Secara kimia termasuk kebocoran zat kimia ke dalam air, udara, dan ke dalam suplai
makanan. Secara biologi termasuk kontaminasi pada makanan dan air, pembuangan akhir dan
pengelolaan sampah yang tidak layak, dan penyimpanan makanan yang tidak sesuai. Faktor
sosial termasuklah perbedaan pendapat tentang keyakinan, fanatisme, strata sosial dan
lainnya.
BAB III
GAMBARAN KASUS NYATA
Jakarta, CNN Indonesia -- Banjir bandang yang menerjang tiga desa di Kecamatan Pamukan
Barat, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, memaksa 929 orang mengungsi. Hingga
Rabu (18/5) pagi, banjir itu juga menyebabkan tiga korban meninggal.
Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial, Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kotabaru,
Ahmad Muslim, mengatakan, seluruh korban banjir itu berasal dari 254 keluarga.
"Mereka berasal dari tiga desa, yakni, Desa Batuah, Mangka dan Sengayam, Kecamatan
Pamukan Barat," ujarnya, seperti dilansir Antara.
Tiga korban tewas adalah Jali (21 tahun), Uti (25) dan seorang nenek berusia 67 tahun.
Ahmad menuturkan, banjir bandang yang sudah terjadi lebih dari satu pekan itu juga merusak
254 rumah. Sebanyak 22 rumah di antaranya rusak berat, sementara sisanya rusak ringan.
Di Desa Mangka, kata Ahmad, terdapat 15 rumah yang terendam banjir hingga bagian atap.
Ahmad berkata, lembaganya menyiapkan dapur umum untuk mensuplai konsumsi para
korban banjir. Dapur tersebut juga menjadi titik kumpul korban.
Sebelumnya, Kepala Polsek Pamukan Barat dan Pamukan Utara, Inspektur Satu Boni Fasius,
mengatakan, hujan deras yang turun selama dua jam, Selasa (10/5), menyebabkan Sungai
Samihin meluap hingga empat meter.
Air sungai yang meluap, kata Boni, meruntuhkan Jembatan Samihin. Ia berkata, peristiwa
itulah yang menyebabkan Uti kehilangan nyawa.
Menurut catatan, banjir memang kerap melanda Kotabaru. Badan Perencanaan Pembangunan
di kabupaten tersebut telah mencatat kecenderungan itu sejak awal dekade 2000-an.
"Setiap tahun, Kotabaru selalu menghadapi persoalan banjir di musim hujan serta kekurangan
air dan kekeringan di musim kemarau," demikian tertuang pada dokumen Survey dan Desain
Penanggulangan Banjir Kotabaru tahun 2003.
http://www.cnnindonesia.com/nasional/20160518102044-20-131550/sekitar-929-orang-
terdampak-banjir-di-kalimantan-selatan/
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
b.Banjir lokal yaitu banjir yang terjadi karena volume hujan setempat yang melebihi
kapasitas pembuangan disuatu wilayah.
b.Irregular flood yaitu banjir yang diakibatkan oleh selain hujan, seperti tsunami,
gelombang pasang, dan hancurnya bendungan.
4.1.3 Penyebab Banjir
2. Erosi tanah, dimana menyisakan batuan yang menyebabkan air hujan mengalir deras
diatas permukaan tanah tanpa terjadi resapan.
4. Pembangunan tempat pemukiman dimana tanah kosong diubah menjadi jalan atau
tempat parkir yang menyebabkan hilangnya daya serap air hujan. Pembangunan tempat
pemukiman bisa menyebabkan meningkatnya risiko banjir sampai 6 kali lipat
dibandingkan tanah terbuka yang biasanya mempunyai daya serap tinggi.
5. Keadaan tanah dan tanaman dimana tanah yang ditumbuhi banyak tanaman mempunyai
daya serap air yang besar. (IDEP, 2007)
2. Aspek pemerintahan, antara lain berupa kerusakan atau hilangnya dokumen, arsip,
peralatan, perlengkapan kantor dan terganggunya jalannya pemerintahan.
3. Aspek ekonomi, antara lain berupa hilangnya mata pencaharian, tidak berfungsinya
pasar tradisional, kerusakan atau hilangnya harta benda, ternak dan terganggunya
perekonomian masyarakat.
c. Kemitraan dengan konkes (konsil kesehatan) atau BPKM (Badan Peduli Kesehatan
Masyarakat) atau BP (Badan Penyantun Puskesmas). Konsil kesehatan atau badan
peduli kesehatan masyarakat (BPKM), atau badan penyantun Puskesmas (BPP)
adalah suatu organisasi masyarakat yang merupakan mitra kerja Puskesmas yang
berfungsi sebagai penyantun dan pemberi masukan kepada Puskesmas.
Konkes/BPKM/BPP beranggotakan tokoh masyarakat yang peduli kepada
pembangunan kesehatan diwilayahnya (Trihono, 2005)
Pelayanan yang bersifat publik (public good) dengan tujuan utama memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit, tanpa mengabaikan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat minimal yang
bisa dilakukan meliputi upaya kesehatan wajib, yaitu : promosi kesehatan, kesehatan
lingkungan, kesehatan ibu dan anak, perbaikan gizi, pemberantasan penyakit menular
(Trihono, 2005). Pelayanan lain yang erat kaitannya peran tenaga kesehatan pada pasca
bencana adalah pelayanan kesehatan jiwa (Ditjen Binkesmas Depkes, 2005) Menurut
Ditjen Binkesmas Depkes (2005) , kesiapan Puskesmas dalam Sistem Penanggulangan
Gawat Darurat Terpadu Sehari-hari (SPGDT-S) disuatu wilayah akan menentukan
kemampuan wilayah tersebut pada penanganan gawat darurat bencana. Puskesmas
sebagai lini terdepan yang berperan pada pertolongan pertama pada korban,
mempersiapkan masyarakat dalam upaya pencegahan terjadinya kasus gawat darurat
maupun memberikan ketrampilan dalam memberikan pertolongan sesuai dengan
kemampuan. Apabila Puskesmas tidak sanggup melakukan pertolongan, perlu
dilakukan rujukan ke RS Kabupaten/Kota, Propinsi atau Rumah Sakit Regional
maupun swasta.
Peran Puskesmas dalam penanggulangan bencana berdasarkan tahapan bencana.
1. Pra Bencana
Merupakan kegiatan pembuatan peta wilayah kerja yang menjadi tanggungjawab Puskesmas,
yang didalamnyan terdapat :
a) Peta rawan bencana (Hazard Map) yaitu gambaran wilayah kerja yang berisikan jenis
bencana dan karakteristik ancaman bencana.
b) Peta Sumber Daya Kesehatan diwilayah kerjanya yaitu gambaran distribusi jenis
sumber daya kesehatan (tenaga medis, perawat, sanitarian, gizi, alat kesehatan,
ambulans, dan lain-lain) dan lokasinya
c) Peta Resiko Bencana (Risk Map) yaitu peta rawan bencana yang dilengkapi resiko
yang mungkin terjadi termasuk kejadian penyakit menular diwilayah tersebut.
d) Peta elemen-elemen masyarakat yang memiliki kemungkinan mengalami/menjadi
korban akibat peristiwa.
e) Peta potensi masyarakat dan lingkungan yaitu gambaran atau informasi lebih rinci
tentang masyarakat dan lingkungan suatu area.
d. Pemberdayaan masyarakat
Pada saat terjadinya bencana disuatu wilayah, Puskesmas harus segera memberi informasi
awal ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kegiatan mencakup :
Operasi pertolongan pertama dilakukan oleh tim Puskesmas bersama masyarakat yang sudah
terlatih dalam penanganan gawat darurat. Pertolongan awal pada korban dilakukan dilokasi
kejadian bila kondisi memungkinkan (lokasi aman, tidak ada bahaya susulan, tidak dalam
komando Polri/TNI). Pertolongan ynag diberikan berupa pertolongan bantuan hidup dasar
yaitu resusitasi jantung paru (RJP). Bila tidak memungkinkan dengan bantuan masyarakat,
tim SAR, polisi dan aparat setempat, korban dipindahkan kearea yang dianggap aman
disekitar lokasi atau langsung ke Puskesmas terdekat untuk dilakukan pertolongan pertama.
Pertolongan pertama korban dilapangan didasarkan pada triase yang bertujuan seleksi korban
dan jenis pertolongan yang diperlukan berdasarkan tingkat keparahan, kedaruratan dan
kemugkinan korban untuk hidup. Korban akibat bencana dapat diseleksi menjadi :
1) Kelompok Label Merah (Gawat Darurat)
Pengumpulan
1. Lokasi terdekat dan aman untuk pertolongan pertama kasus gawat darurat
2. Bawa korban ke area perawatan melalui triase
Triase
1. Temukan kegawatan korban
2. Gunakan label yang disepakati
3. Tulis diagnose & instruksi untuk tindakan dalam stabilisasi korban
Kejadian
1. Nilai apakah mungkin pertolongan pertama dilakukan dilokasi
2. Bila mungkin lakukan RJP
3. Pindahkan korban ke area pengumpulan yang aman
Perawatan
1. Lakukan pemeriksaaan ulang & prioritaskan kasus dengan kegawatan
2. Lakukan tindakan stabilisasi
3. Lakukan komunikasi untuk rujukan
4. Tentukan alat & petugas untuk evakuasi korban
5. Buat pengelompokkan untuk perawatan sementara
Transportasi
1.Kelompokkan ambulan & kru sesuai fasilitas
2.Letakkan ambulan gadar didekat area perawatan
3.Atur tujuan evakuasi
Kegiatan ini bertujuan untuk menilai suatu kejadian awal dari bencana yang terjadi diwilayah
kerja. Penilaian awal tersebut dilakukan sesegera mungkin dan mencakup : 1) jenis kejadian
bencana, 2) sumber bencana, 3) siapa yang terkena dampak, 4) berapa besar dampak yang
ditimbulkan (jumlah korban), 5) kemampuan respon oleh puskesmas, 6) resiko potensial
tambahan, 7) bantuan yang diperlukan. Penilaian awal kejadian bencana merupakan
tanggungjawab Puskesmas dan harus segera dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota untuk dilakukan penilaian cepat lanjutan dan pemberian bantuan.
3. Pasca Bencana
Stress paska trauma yang banyak dialami oleh korban bencana dapat diatasi melalui
konseling dan intervensi psikologis lainnya, agar tidak berkembang menjadi gangguan stress
paska trauma. Masalah gizi pada kelompok rentan (Balita, ibu hamil dan ibu menyusui serta
usia lanjut) memerlukan pemantauan dan pemulihan melalui pemberian makanan tambahan
yang sesuai dengan kelompok umur untuk menghindari terjadinya kondisi yang lebih buruk.
d. Pemberdayaan Masyarakat
2) Pertolongan pertama pada kecelakaan dan penyakit yang timbul paska bencana
3) Perbaikan kualitas air dengan penjernihan dan kaporisasi sumber daya air yang
tersedia
Jumlah minimal sumber daya manusia (SDM) kesehatan untuk penanganan korban bencana
berdasarkan :
1. Untuk jumlah penduduk/pengungsi antara 10.000 – 20.000 orang meliputi dokter
umum 4 orang, perawat 10-20 orang, bidan 8-16 orang, apoteker 2 orang, asisten
apoteker 4 orang, pranata laboratorium 2 orang, epidemilogi 2 orang, entomology 2
orang, sanitarian 4 -8 orang, ahli gizi 2 -4 orang.
2. Untuk jumlah penduduk /pengungsi 5000 orang dibutuhkan :
• Bagi pelayanan kesehatan 24 jam dibutuhkan dokter 2 orang, perawat 6 orang,
bidan 2 orang, sanitarian 1 orang, gizi 1 orang, asisten apoteker 2 orang dan
administrasi 1 orang.
• Bagi pelayanan kesehatan 8 jam dibutuhkan dokter 1 orang, perawat 2 orang,
bidan 1 orang, sanitarian 1 orang dan gizi 1 orang. (Depkes RI, 2007)
c. Peralatan resusitasi jantung (infuse set, cairan infuse RL, NaCL, Dektrose, obat-obatan
penatalaksanaan syok)
d. Perlengkapan perawatan luka (kapas, verban elastik, sarung tangan, minor surgery set,
antiseptik, bidai/spalk, collar neck, selimut)
i. Dukungan logistik untuk pemberian makanan tambahan pada sasaran rentan (ibu hamil,
ibu bersalin, bayi, balita)
b. Sikap
Menurut Louis Thurstone, Rensis Likert, dan Charles Osgood dalam Azwar (2011), sikap
adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seorang terhadap suatu objek adalah
perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau
tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut.
Menurut Notoatmodjo (2007), sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang
masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan
atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap itu masih
merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka. Sikap merupakan reaksi
terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Menurut
Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2007), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3
komponen pokok, yakni :
a) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
b) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.
c) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
3.1 Simpulan
Bencana alam merupakan sebuah musibah yang tidak dapat diprediksi kapan
datangnya. Apabila bencana tersebut telah datang maka akan menimbulkan kerugian dan
kerusakan yang membutuhkan upaya pertolongan melalui tindakan tanggap bencana yang
dapat dilakukan oleh perawat.
3.2 Saran
Sebagai seorang calon perawat diharapkan bisa turut andil dalam melakukan kegiatan
tanggap bencana. Sekarang tidak hanya dituntut mampu memiliki kemampuan intelektual
namun harus memilki jiwa kemanusiaan melalui aksi siaga bencana.
DAFTAR PUSTAKA
Blogspot. (2010). Bencana. http://keperawatankomunitas.blogspot.com/2010/04/
bencana.html.
Wikipedia.(2011).Bencana. www.id.wikipedia.org/wiki/bencana.