Anda di halaman 1dari 21

TUGAS INDIVIDU KEPERAWATAN BENCANA

Menganalisa jurnal

OLEH :

Ade Firman Maulana

S1 - 4A / 1810001

PRODI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

TAHUN AJARAN 2021/2022


MOTIVASI DAN PENGETAHUAN RELAWAN TENTAN PENANGGULANGAN BENCANA
1. Hasil penelitian : desain penelitian dalam riset ini adalah observasional analitik
pendekatan cross sectional. Variabel bebas adalah motivasi menjadi relawan
sedangkan variabel independen penelitian ini adalah pengetahuan penanggulangan
bencana di Surabaya. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei – Juni 2020 dengan
Populasi penelitian ini adalah relawan di Surabaya. Teknik sampling dengan simple
random sampling didapatkan sebanyak 50 sampel responden yang memenuhi
kriteria inklusi diantaranya 1) Relawan yang ada di Surabaya 2) Relawan yang aktif
di komunitasnya 3) Pernah ikut kegiatan penanggulangan bencana. Kriteria eksklusi
diantaranya Relawan yang menolak berpartisipasi dalam penelitian. Instrument yang
digunakan adalah kuesioner dan checklist observasi. Kuesioner data demografi
berupa identitas responden yang berisi: nama, usia, jenis kelamin, agama, berapa
kali mengikuti pelatihan, lama menjadi relawan. Untuk mengukur motivasi dengan
memberikan 25 pertanyaan dengan menggunakan skala likert yang terdiri dari
pertanyaan favorable sangat tidak setuju (1) tidak setuju(2) setuju(3) sangat
setuju(4). Tingkat pengetahuan penanggulangan bencana diukur dengak kuesioner
yang telah diuji validitas dan reabilitas. Kuesioner pengetahuan mengukur mengenai
Definisi Bencana alam, Macam bencana alam, Ciri-ciri setiap bencana, Cara
penyelamatan diri setiap bencana, Faktor penyebab bencana dan Upaya untuk
mengurangi risiko bencana. Data lalu dianalisis dengan menggunakan uji Spearman
Rho dengan derajat kemaknaan ρ≤ 0,05. Berdasarkan penelitian terhadap 50
relawan di Surabaya maka dapat disimpulkan bahwa motivasi menjadi relawan
berhubungan dengan tingkat pengetahuan dalam penanggulangan bencana.
Implikasi dalam penelitian ini adalah bahwa dengan motivasi yang tinggi membuat
relawan mudah belajar terkait keilmuan mengenai penanggulangan bencana dan
begitu juga sebaliknya.

2. Untuk tindak lanjut dari penelitian : untuk meningkatkan pengetahuan dan


mengembangkan keterampilan dapat diperoleh saat turun ke lapangan, membaca
dan mengikuti pelatihan sehingga relawan memiliki respon yang efektif terhadap
bencana atau keadaan darurat
MOTIVASI RELAWAN DALAM MEMBANTU KORBAN BENCANA PADA MASA
PANDEMIC COVID 19 DI MAMUJU SULAWASI BARAT

1. Hasil penelitian : penelitian ini adalah penelitian diskriptif kuantitatif dengan


pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini relawan yang berangkat
saat penanggulangan gempa bumi di Mamuju Sulawesi Barat pada bulan Januari
2021. Sampling dilaksanakan dengan simple random dan 100 responden memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi. Inklusi penelitian adalah responden yang berangkat ke
Mamuju dalam periode waktu 17 – 31 Januari 2021. Sedangkan kriteria eksklusi
adalah relawan yang tidak bersedia terlibat dalam penelitian. Instrumen yang
digunakan adalah Volunteer Function Inventory. Peneliti telah melakukan uji validitas
dan reliabilitas terkait intstrumen yang telah diterjemahkan kedalam Bahasa
Indonesia, didapatkan hasil 0,75. Hal ini sejalan dengan Chacón et al (2017) dan
Niebuur et al., (2019)yang telah melakukan systematic review terkait penggunaan
intrumen ini didapatkan koefisien reliabilitas antara 0,78 sampai 0,84. Hasil penelitian
menunjukkan mayoritas responden adalah laki laki , dengan rata rata usia 33 tahun.
Usia termuda adalah 29 tahun dan tertua 69 tahun. Hasil penelitian menunjukkan
mayoritas responden adalah laki laki , dengan rata rata usia 33 tahun. Usia termuda
adalah 29 tahun dan tertua 69 tahun. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
terhadap 100 responden, dapat disimpulkan bahwa motivasi relawan dalam bencana
meskipun pandemi COVID 19 masih tinggi dengan faktor yang mendominasi adalah
faktor karir. Implikasi dari penelitian ini adalah motivasi seorang relawan dapat
dijadikan sebagai barometer untuk mengetahui strategi apa yang dapat diberikan
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam membantu korban
bencana.

2. Untuk tindak lanjut dari penelitian : Dalam kurun waktu program pemerintah yang
mengedepankan pengurangan mobilisasi massa juga harus berhadapan dengan
upaya penanggulangan bencana yang mau tidak mau harus menerima kedatangan
relawan dari berbagai daerah yang hadir menuju daerah yang terjadi bencana.
Namun dalam kenyataannya mayoritas relawan yang menyatakan siap untuk
berangkat bahkan rela menunggu di beberapa tempat keberangkatan sebelum ada
pengumuman resmi untuk berangkat (Miller & Garrett, 2009). Hal ini menjadi menarik
untuk mengupas apa faktor yang paling mendominasi dalam motivasi relawan untuk
tetap hadir di area bencana dengan segala resikonya. Dinas Kesehatan Provinsi
Sulbar, (2021) menyebutkan terkait perkembangan COVID 19 di Sulawesi Barat
pada bulan Januari menunjukkan jumlah kasus positif sebanyak 2285, kasus
sembuh sejumlah 1654 dan meninggal 48 kasus. Sedangkan data khusus di wilayah
Mamuju sendiri terdapat 43 kasus positif, belum ada data yang menunjukkan kasus
kasus orang dengan tanpa gejala. Dari kasus bencana di Mamuju Sulawesi Barat
memerlukan penanganan khusus terkait penanggulangan bencana di masa
pandemic COVID 19. Penanganan korban bencana memerlukan tindakan
komprehensif, tidak hanya pada saat respon cepat tanggap darurat (Binti & Lubis,
2011) namun masalah pengungsi juga menjadi tantangan tersendiri pagi pemerintah
dan relawan pada saat menangani permasalahan dampak negatif bencana(Holwitt et
al., 2017) Di masa situasi normal sebelum pandemic, sanitasi dan penularan
penyakit infeksi adalah hal yang selalu menjadi perhatian khusus di pengungsian
apalagi pada kondis pandemic COVID 19 saat ini.
ORIGINAL ARTICLE

Motivasi Dan Pengetahuan Relawan Tentang Penanggulangan Bencana


Merina Widyastuti1 | Ninik Ambarsari* | Siti Nur Jannah1 | Sapto Dwi Anggoro1 | Sri Anik
Rustini1
1 Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya
*Corresponding Author: niniksht@gmail.com

ARTICLE INFORMATION ABSTRACT

Article history Introduction: High motivation to become a volunteer affects the effort
Received (February 19th, 2020) given by someone to work. They involve themselves in disaster management
Revised (March 3rd, 2020) activities that aim at the goal of helping and rescuing victims, as provisions
Accepted (March 20th, 2020) for quick and precise rescue of victims, volunteers need disaster management
knowledge so that the rescue of disaster victims is helped and the rescue
achieves the desired goals. Objectives: The purpose of this study was to
Keywords
determine the relationship between motivation to become a volunteer
Motivasi; Relawan; and knowledge of disaster management in Surabaya. Methods: The
Pengetahuan; research design was analytic observational with cross sectional
Penanggulangan Bencana; approach. The sampling technique uses Probability Sampling using
simple random sampling. The population of Surabaya volunteers with a
sample technique using simple random sampling obtained a sample of 50
respondents. Instrument used a questionnaire. Data were analyzed using
the Spearman Rho test with a degree of significance ρ≤
0.05 Results: The results showed that most respondents had high motivation
to become volunteers. Most respondents had a good level of knowledge
related to disaster management. And obtained a relationship between
motivation to become a volunteer and knowledge of disaster management
in Surabaya. From the statistical results of the Spearman rho test, it
shows the value of r = 0.357 with a value of p = 0.011 Conclusions: The
implication of this research is that high motivation makes it easy for
volunteers to learn about disaster management science and vice versa
Jurnal Ilmiah Keperawatan is a peer-reviewed journal published by Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya
(STIKES Hang Tuah Surabaya).
This journal is licensed under the Creative Commons Attribution 4.0 International License
Website: http://journal.stikeshangtuah-sby.ac.id/index.php/JIK
E-mail: jurnalilmiahkeperawatan.sht@gmail.com

Introduction
Bencana merupakan rangkaian peristiwa yang yang disebabkan oleh faktor alam
maupun non alam bersifat mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat sehingga menimbulkan korban jiwa , kerusakan lingkungan dan dampak
psikologis ( UU No 24, 2007) . Peran relawan sangat penting pada penanganan awal
bencana agar dampak bencana dapat diminimalkan. Penanganan awal pada bencana
diperlukan upaya memberdayakan relawan dan masyarakat untuk mengurangi dampak
negatif dari bencana (Ambarika, 2016). Relawan adalah individu yang dengan rela
menyumbangkan waktu, tenaga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tanpa
mengambil keuntungan finansial dan mempunyai komitmen yang tinggi terhadap
organisasi karena pelayanannya mengarah ke nilai dibandingkan dengan pekerja
berbayar (Pangestu, 2016). Untuk meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan
keterampilan dapat diperoleh saat turun ke lapangan, membaca dan mengikuti pelatihan
sehingga relawan memiliki respon yang efektif terhadap bencana atau keadaan darurat
(Syaifudin, 2018).Berdasarkan penelitian yang dilakukan Fung (2008) dalam jurnal
(Ambarika, 2016) bahwa permasalahan yang sering dihadapi adalah pengetahuan yang
Motivasi dan Pengetahuan Relawan Tentang Penanggulangan Bencana
Merina Widyastuti, Ninik Ambarsari, Siti Nur Jannah, Sapto Dwi Anggoro, Sri Anik Rustini Vol. 16
No. 1 Edition March 2021
kurang terkait apa yang harus dilakukan saat berada di area bencana sehingga ini
menimbulkan ketidaksiapan sebagian besar perawat untuk menjadi relawan. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan Usher & Mayner (2011) dalam jurnal (Ambarika, 2016)
menunjukkan 63% mahasisswa dari 39 institusi pendidikan menunjukkan keinginan untuk
menjadi relawan masih rendah. Relawan mempunyai motivasi yang berawal dari keinginan
untuk mempengaruhi perilaku seseorang untuk aktif terlibat menolong dan menyelamatkan
korban dalam kegiatan penanggulangan bencana (Sujanto, 2014). Namun sampai saat ini
belum banyak penelitian yang membahas tentang hubungan motivasi menjadi relawan
dengan pengetahuan penanggulangan bencana di Surabaya.
Menurut BNPB dalam Isa (2016) dari data kejadian Bencana, terdapat wilayah jawa
timur urutan ketiga di Indonesia setelah setelah jawa barat dan jawa tengah, antara lain jawa
tengah 23,00%, jawa barat 12,00%, jawa timur 11,00%, antara lain banjir 38,99%, tanah
longsor sebanyak 16,25%,, bencana puting beliung sebanyak 20,86%, gempa bumi dan
tsunami sebanyak 0,35%, kekeringan sebanyak 12,65%, gempa bumi sebanyak 3,28%, banjir
dan kebakaran sebanyak 1,36%, tanah longsor sebanyak 3,26%, tsunami sebanyak 0,10%.
Serta letusan gunung api sebanyak 1,01%,
Motivasi adalah suatu dorongan yang membuat manusia bertindak atau bergerak.
Motivasi terdiri dari kata yaitu motive dan action. Motivasi adalah tindakan yang
menghasilkan karena adanya motif (Arlius, 2014).Untuk mencapai tujuan motivasi
membutuhkan pengetahuan yang cukup untuk menjalankan suatu kegiatan. Menurut
(Sujanto, 2014), bahwa ada korelasi antara pengetahuan dengan tujuan karena disaat
seorang individu memiliki pengetahuan yang baik tentang apa yang akan dilaksanakan tentu
lebih efektif jika dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup.
Jadi, dengan adanya motivasi dari internal dan eksternal, maka para relawan akan
mempunyai keinginan untuk mencari pengetahuan sesuai apa yang dia inginkan. Demi
terwujudnya suatu kegiatan dalam organisasi.
Masyarakat seringkali melibatkan kegiatan tolong menolong dalam konteks
penanganan bencana, dengan personil yang tidak sedikit. Serta terdapat pula beberapa
individu yang terlibat langsung di lapangan dalam proses penanganan bencana di setiap
tahapannya (Anam et al., 2018). Sekumpulan individu dengan minat yang sama dalam
menolong akan tergabung dalam komunitas atau kelompok penanggulangan bencana alam
yang umum disebut sebagai relawan (M. H. Utomo & Minza, 2018). Seorang relawan tidak
hanya membutuhkan keterampilan saja, namun harus didukung dengan dorongan motivasi
dan pengetahuan untuk mengikuti organisasi relawan. Supaya bisa mencapai tujuan yang di
inginkan. Dari latar belakang di atas tingginya angka kejadian bencana di Indonesia, maka
akan membutuhkan petugas relawan lebih banyak, dan jika tingkat pengetahuan seseorang
kurang maka motivasi menjadi relawan juga akan turun karena jika seseorang kurang
memahami tentang penanggulangan bencana, maka seseorang akan merasa kurang
termotivasi untuk menjadi relawan, maka dari itu peneliti ingin mengetahui hubungan
motivasi menjadi relawan dengan pengetahuan penanggulangan bencana di Surabaya”.

Methods
Desain penelitian dalam riset ini adalah observasional analitik pendekatan cross
sectional. Variabel bebas adalah motivasi menjadi relawan sedangkan variabel independen
penelitian ini adalah pengetahuan penanggulangan bencana di Surabaya. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Mei – Juni 2020 dengan Populasi penelitian ini adalah relawan di
Surabaya. Teknik sampling dengan simple random sampling didapatkan sebanyak 50
sampel responden yang memenuhi kriteria inklusi diantaranya 1) Relawan yang ada di
Surabaya 2) Relawan yang aktif di komunitasnya 3) Pernah ikut kegiatan penanggulangan
bencana. Kriteria eksklusi diantaranya Relawan yang menolak berpartisipasi dalam
penelitian. Instrument yang digunakan adalah
This is an Open Access article
Distributed under the terms of the
Creative Commons Attribution 4.0 International License.
2
Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya P-
ISSN 2085-3742 │ E-ISSN 2598-1021
http://journal.stikeshangtuah-sby.ac.id/index.php/JIK

kuesioner dan checklist observasi. Kuesioner data demografi berupa identitas responden
yang berisi: nama, usia, jenis kelamin, agama, berapa kali mengikuti pelatihan, lama
menjadi relawan. Untuk mengukur motivasi dengan memberikan 25 pertanyaan dengan
menggunakan skala likert yang terdiri dari pertanyaan favorable sangat tidak setuju (1) tidak
setuju(2) setuju(3) sangat setuju(4). Tingkat pengetahuan penanggulangan bencana diukur
dengak kuesioner yang telah diuji validitas dan reabilitas. Kuesioner pengetahuan mengukur
mengenai Definisi Bencana alam, Macam bencana alam, Ciri-ciri setiap bencana, Cara
penyelamatan diri setiap bencana, Faktor penyebab bencana dan Upaya untuk mengurangi
risiko bencana. Data lalu dianalisis dengan menggunakan uji Spearman Rho dengan derajat
kemaknaan ρ≤ 0,05 section.

Results
Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Sosiodemografik( n=50)

Karakteristik Frekuensi (%)

Usia 18-21 12 24
22-25 26 52
26-29 5 10
30-33 7 14
Jenis Kelamin Laki-laki 22 44
Perempuan 28 56
Status mengikuti pelatihan Kadang-kadang 0 0
Sedang 18 36
Sering 32 64
Status lama menjadi relawan 1-5 tahun 24 48
6-10 tahun 26 52

Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil dari 50 responden adalah mayoritas usia
relawan 22-25 tahun sebanyak 26 orang (52%), untuk jenis kelamin mayoritas relawan adalah
perempuan sebanyak 28 orang (56%), untuk keterlibatan dalam mengikuti pelatihan sebanyak
32 responden atau 64% sering mengikuti pelatihan. Selanjutnya mayoritas relawan yaitu 26
responden (52%) telah menjadi relawan selama 6 – 10 tahun.

Tabel 2. Hubungan motivasi dengan pengetahuan penanggulangan bencana (n=50)

Tingkat pengetahuan penanggulangan bencana


Motivasi Menjadi Relawan Baik Kurang Total
Cukup 12%) 1(2%) 2(4%)
Tinggi 41(82%) 7(14%) 48(96%)
Total 42(84%) 8(16%) 50(100%)
Nilai uji statistik Spearman Rho ρ 0,011 nilai r=0.357

Tabel 2 menunjukkan dari 50 responden mayoritas yaitu sebesar 48 (96%) memiliki


motivasi yang tinggi menjadi relawan. Dari 48 responden tersebut 41 ( 82%) memiliki
pengetahuan penanggulangan bencana yang baik dan 7 responden (14%) memiliki
pengetahuan kurang mengenai penanggulangan bencana. Hasil uji spearman rho menunjukkan
nilai korelasi 0.357 dengan p 0.011 maka dengan demikian terdapat hubungan signifikan
antara motivasi menjadi relawan dengan pengetahuan penanggulangan bencana.

This is an Open Access article


Distributed under the terms of the
Creative Commons Attribution 4.0 International License.
3
Motivasi dan Pengetahuan Relawan Tentang Penanggulangan Bencana
Merina Widyastuti, Ninik Ambarsari, Siti Nur Jannah, Sapto Dwi Anggoro, Sri Anik Rustini Vol. 16
No. 1 Edition March 2021

Discussion
Desain penelitian dalam riset ini adalah observasional analitik pendekatan cross
sectional. Variabel bebas adalah motivasi menjadi relawan sedangkan variabel independen
penelitian ini adalah pengetahuan penanggulangan bencana di Surabaya. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Mei – Juni 2020 dengan Populasi penelitian ini adalah relawan di
Surabaya. Teknik sampling dengan simple random sampling didapatkan sebanyak 50
sampel responden yang memenuhi kriteria inklusi diantaranya 1) Relawan yang ada di
Surabaya 2) Relawan yang aktif di komunitasnya 3) Pernah ikut kegiatan penanggulangan
bencana. Kriteria eksklusi diantaranya Relawan yang menolak berpartisipasi dalam
penelitian. Instrument yang digunakan adalah kuesioner dan checklist observasi. Kuesioner
data demografi berupa identitas responden yang berisi: nama, usia, jenis kelamin, agama,
berapa kali mengikuti pelatihan, lama menjadi relawan. Untuk mengukur motivasi dengan
memberikan 25 pertanyaan dengan menggunakan skala likert yang terdiri dari pertanyaan
favorable sangat tidak setuju (1) tidak setuju(2) setuju(3) sangat setuju(4). Tingkat
pengetahuan penanggulangan bencana diukur dengak kuesioner yang telah diuji validitas
dan reabilitas. Kuesioner pengetahuan mengukur mengenai Definisi Bencana alam, Macam
bencana alam, Ciri-ciri setiap bencana, Cara penyelamatan diri setiap bencana, Faktor
penyebab bencana dan Upaya untuk mengurangi risiko bencana. Data lalu dianalisis dengan
menggunakan uji Spearman Rho dengan derajat kemaknaan ρ≤ 0,05.

Conclusion
Berdasarkan penelitian terhadap 50 relawan di Surabaya maka dapat disimpulkan
bahwa motivasi menjadi relawan berhubungan dengan tingkat pengetahuan dalam
penanggulangan bencana. Implikasi dalam penelitian ini adalah bahwa dengan motivasi
yang tinggi membuat relawan mudah belajar terkait keilmuan mengenai penanggulangan
bencana dan begitu juga sebaliknya.

Ethics approval and consent to participate


Penelitian ini telah mendapat surat rekomendasi dari Stikes Hang Tuah Surabaya dan
izin dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol). Penelitian ini telah mendapat
ijin etik dengan nomor PE/45/VI/2020/KEPK/SHT.

Acknowledgments
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada SRBP dan STIKES Hang Tuah Surabaya atas
kesempatan dan dukungan dalam penelitian ini.

References

Abraham Samuel Kaengke, Bernhard Tewal, Y. U. (2018). Pengaruh Pengembangan Karir, Pelatihan
Dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada Pt Air Manado. Jurnal EMBA: Jurnal Riset
Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 6(1), 341–350.
https://doi.org/10.35794/emba.v6i1.19099

Ambarika, R. (2016). Efektivitas edukasi Dan Simulasi Manajemen Bencana Terhadap


Kesiapsiagaan Menjadi Relawan Bencana. J.K.Mesencephalon, 245–250.

Anam, A. K., Keperawatan, J., Malang, P. K., Aguskhoirulanamgmailcom, E., Relawan, P.,
Penanggulangan, D., & Erupsi, B. (2018). Erupsi Gunung Kelud Di Kabupaten Blitar Pendahuluan
Indonesia menjadi negara yang. 1(2).
This is an Open Access article
Distributed under the terms of the
Creative Commons Attribution 4.0 International License.
4
Motivasi dan Pengetahuan Relawan Tentang Penanggulangan Bencana
Merina Widyastuti, Ninik Ambarsari, Siti Nur Jannah, Sapto Dwi Anggoro, Sri Anik Rustini Vol. 16
No. 1 Edition March 2021
Arlius, F. (2014). 5 fondasi rahasia pemimpin unggul. jakarta: PT Elex Media Komputindo.

This is an Open Access article


Distributed under the terms of the
Creative Commons Attribution 4.0 International License.
5
Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya P-
ISSN 2085-3742 │ E-ISSN 2598-1021
http://journal.stikeshangtuah-sby.ac.id/index.php/JIK

BNPB. (2014). No.1422, 2014 BNPB. Penanggulangan Bencana.Relawan.Pedoman. (1422). Budiman.

(2011). Penelitian Kesehatan. Bandung: PT Refika Aditama.

Donsu, D. J. D. T. (2019). Psikologi Keperawatan. yogyakarta: PT. PUSTAKA BARU. Geminiko, M. D.

W. (2019). Motivasi mahasiswa menjadi relawan masjid.

Hesti, N., Yetti, H., & Erwani, E. (2019). Faktor-Faktor yang berhubungan dengan
Kesiapsiagaan Bidan dalam Menghadapi Bencana Gempa dan Tsunami di Puskesmas
Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 8(2), 338.
https://doi.org/10.25077/jka.v8i2.1010

Ika Setyo Rini, Niko Dima Kristianingrum, R. W. (2019). Relationship Between Level Of
Disaster Knowledge And Attitude Of Landslide Disaster Preparedness In Volunteers
"Kelurahan Tangguh” In Malang City. Journal Of Nursing Sciene, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Ilham et al. (2013). Dengan Kinerja Kader Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Lisu Kecamatan Tanete
Riaja. 3, 84–90.

Isa, M. (2016). Bencana Alam : Berdampak Positif Atau Negatif Terhadap Pertumbuhan Ekonomi :
University Research Colloquium, 147–156.

Khambali, I. (2017). Manajemen Penanggulangan Bencana. Yogyakarta: ANDI( Anggota IKAPI). Melina, G.

G. (2012). Resiliensi Dan Altruisme Pada Relawan Bencana Alam. Jurnal Psikologi
Ulayat, Edisi I, 17–24.

Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Pedoman Skripsi,
Tesis, dan instrumen Penelitian Keperawatan. Jakaerta: Salemba Medika.

Nursalam. (2016). metode penelitian ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Nurwulandari, F. S. (2016). Kajian Mitigasi Bencana Kebakaran Di Permukiman Padat (


Studi Kasus : Kelurahan Taman Sari , Kota Bandung ). Informatek Volume, 18.

Pangestu, jangkung putra. (2016). H ubungan M otivasi dan Kepuasan Re lawan pada O rganisasi Se ni.
36–49.

Santoso, H. (2012). Jurnal penanggulangan bencana. Jurnal Penanggulangan Bencana, 3.

Sujanto, B. A. (2014). Efektivitas Peran Relawan Penanggulangan Bencana pada Tanggap


Darurat Banjir Jakarta Timur dalam Rangka Penyelamatan Korban Manusia (Studi di
Kelurahan Kampung Melayu Tahun 2014). Jurnal Prodi Manajemen Bencana, 3(2), 1–
22. Retrieved from http://jurnalprodi.idu.ac.id

Suwaryo, P. A. W., & Yuwono, P. (2017). Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

This is an Open Access article


Distributed under the terms of the
Creative Commons Attribution 4.0 International License.
5
Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya P-
ISSN 2085-3742 │ E-ISSN 2598-1021
http://journal.stikeshangtuah-sby.ac.id/index.php/JIK
pengetahuan masyarakat dalam mitigasi bencana alam tanah longsor. Urecol 6th, 305–
314.

This is an Open Access article


Distributed under the terms of the
Creative Commons Attribution 4.0 International License.
6
Syaifudin, H. (2018a). Identifikasi Penanggulangan Dan Sikap Tentang Kesiapsiagaan Bencana Dan
Relawan Bencana. https://doi.org/10.1051/matecconf/201712107005

Syaifudin, H. (2018b). Identifikasi Pengetahuan Dan Sikap Tentang Kesiapsiagaan Bencana Pada
Relawan Bencana. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Utomo, K. S., Muryani, C., & Nugraha, S. (2018). Kajian Kesiapsiagaan Terhadap Bencana
Tsunami Di Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen Tahun 2016. GeoEco, 4(1), 68–
76. https://doi.org/10.20961/ge.v4i1.19180

Utomo, M. H., & Minza, W. M. (2018). Perilaku Menolong Relawan Spontan Bencana
Alam.
Gadjah Mada Journal of Psychology (GamaJoP), 2(1),
48. https://doi.org/10.22146/gamajop.31871

Widyaswara, A. (2019). Hubungan Lama Bekerja Dan Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai.
Jurnal Bisnis Administrasi, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Yunita, E. (2015). Analisis tingkat kerawanan kebakaran permukiman dengan pemanfaatan


sistem informasi geografis di kecamatan pakualaman kota yogyakarta.

7
Jurnal Keperawatan
Volume 13 Nomor 1, Maret 2021
e-ISSN 2549-8118;p-ISSN 2085-1049

MOTIVASI RELAWAN DALAM MEMBANTU KORBAN BENCANA PADA MASA


PANDEMIC COVID 19 DI MAMUJU SULAWASI BARAT
Merina Widyastuti1, Mufarika2*, Dian Rahmadin Akbar3
1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya, RS. TNI AL Dr. Ramelan, Jl. Gadung No.1, Jagir, Kec.
Wonokromo, Kota SBY, Jawa Timur 60244, Indonesia
2
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudia Husada Madura, Jl RE. Martadinata No.45, Wr 06, Mlajah, Kec.
Bangkalan, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur 69116, Indonesia
3
Program spesialis Keperawatan Medical Bedah, Fakultas Keperawatan, Universitas Airlangga, Universitas
Airlangga Kampus C, Jl. Mulyorejo, Mulyorejo, Surabaya, Kota SBY, Jawa Timur 60115, Indonesia
*mufarika.unpad@gmail.com

ABSTRAK
Penanganan awal pada bencana sangat memerlukan kerja sama multi sector terutama pada fase
tanggap darurat. Relawan merupakan bagian dari sumber daya manusia dimana sangat
dibutuhkan keberadaannya dalam percepatan penanggulangan bencana. Pada saat ini masa
pandemic COVID 19 merupakan tantangan bagi relawan untuk tetap dapat hadir dan berkiprah
dalam misi kemanusiaan dan membutuhkan motivasi yang besar. Tujuan penelitian adalah
untuk mengidentifikasi motivasi relawan dan factor motivasi apa yang dominan saat terlibat
dalam penanganan bencana terutama di era pandemic COVID 19. Penelitian ini adalah penelitian
diskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini relawan
yang berangkat saat penanggulangan gempa bumi di Mamuju Sulawesi Barat pada bulan Januari
2021. Teknik sampling menggunakan dengan simple random sampling dan 100 responden
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Instrumen yang digunakan adalah Volunteer Function
Inventory. Hasil penelitian didapatkan mayoritas relawan memiliki motivasi yang sangat kuat
( 73%) dan sisanya sebesar 27 responden ( 27%) menunjukkan motivasi yang kuat. Dari 6 faktor
yang membentuk motivasi relawan maka didapatkan motivasi karir yang paling dominan lalui
diikuti berturut turut pada factor understanding, protektif , values, social dan yang paling rendah
adalah pada factor enhancement.

Kata kunci: bencana; COVID 19; motivasi; relawan

VOLUNTEER MOTIVATION IN HELPING DISASTER VICTIMS IN THE


PANDEMIC COVID 19 IN MAMUJU WEST SULAWESI

ABSTRACT
Early handling of a disaster requires multi-sector cooperation, especially in the emergency
response phase. Volunteers are a part of human resources that are needed to accelerate
disaster management. During the COVID-19 pandemic, as it is today, it is a challenge for
volunteers to be able to attend and take part in humanitarian missions and requires great
motivation. This study aims to identify volunteer motivation and what motivational factors are
dominant when involved in disaster management, especially in the era of the COVID-19
pandemic. This research is a descriptive quantitative study with a cross sectional approach. The
population in this study were volunteers who departed during the earthquake response in
Mamuju, West Sulawesi in January 2021. The sampling technique was simple random and 100
respondents met the inclusion and exclusion criteria. The instrument used was the Volunteer

8
Function Inventory from Clary et al. Whose validity and reliability had been tested. The results
showed that the majority had very strong motivation (73%) and the remaining 27 respondents
(27%) showed strong motivation. Of the 6 factors that make up volunteer motivation, it is found
that the most dominant career motivation is followed by successively the understanding,
protective, values, social factors and the lowest is the enhancement factor.

Keywords: COVID 19; disaster; motivation; volunteer

9
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 1 - 8, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

PENDAHULUAN
Disaat dunia sedang menghadapi bencana non alam dengan pandemi infeksi COVID 19,
Indonesia merupakan negara yang juga tidak terlepas dari pandemic tersebut. WHO
mencatat Indonesia merupakan negara yang paling banyak kasus COVID 19 di Asia
Tenggara. Namun tantangan yang harus dihadapi Indonesia adalah bencana alam yang lain
sebagai konsekuensi bahwa secara geografi Indonesia terletak di sepanjang pertemuan 3
lempeng api pasifik. BNPB mencatat sepanjang tahun 2020, Indonesia telah mengalami
bencana sebanyak 2.921 bencana alam diantaranya banjir, gempa bumi dan angin putting
beliung. Pada akhir akhir ini Indonesia kembali menghadapi gempa bumi. Gempa Bumi
terjadi di Mamuju, Sulawesi Barat pada tanggal 15 Januari 2021 pukul 02:28 WITA dengan
kekuatan momen 6,2 SR (BNPB, 2021). Korban dari gempa bumi tersebut dicatat menelan
korban meninggal sejumlah 105 orang ,banyak fasilitas sarana prasarana yang hancur dan
tidak mungkin untuk digunakan kembali. Relawan yang menjadi bagian dari tim respon
cepat tanggap siaga bencana harus dihadirkan di tempat bencana (Intan & Sitio, 2016).
Keberangkatan para relawan menjadi pertimbangan sendiri baik oleh pemerintah maupun
oleh individu yang akan diberangkatkan. Resiko terpapar infeksi COVID baik pada saat
keberangkatan ke area bencana maupun pada saat memberikan layanan pada korban
bencana adalah hal yang tidak dapat dihindari (Salma, 2021).

Dalam kurun waktu program pemerintah yang mengedepankan pengurangan mobilisasi


massa juga harus berhadapan dengan upaya penanggulangan bencana yang mau tidak mau
harus menerima kedatangan relawan dari berbagai daerah yang hadir menuju daerah yang
terjadi bencana. Namun dalam kenyataannya mayoritas relawan yang menyatakan siap
untuk berangkat bahkan rela menunggu di beberapa tempat keberangkatan sebelum ada
pengumuman resmi untuk berangkat (Miller & Garrett, 2009). Hal ini menjadi menarik
untuk mengupas apa faktor yang paling mendominasi dalam motivasi relawan untuk tetap
hadir di area bencana dengan segala resikonya.

Dinas Kesehatan Provinsi Sulbar, (2021) menyebutkan terkait perkembangan COVID 19 di


Sulawesi Barat pada bulan Januari menunjukkan jumlah kasus positif sebanyak 2285, kasus
sembuh sejumlah 1654 dan meninggal 48 kasus. Sedangkan data khusus di wilayah Mamuju
sendiri terdapat 43 kasus positif, belum ada data yang menunjukkan kasus kasus orang
dengan tanpa gejala. Dari kasus bencana di Mamuju Sulawesi Barat memerlukan
penanganan khusus terkait penanggulangan bencana di masa pandemic COVID 19.
Penanganan korban bencana memerlukan tindakan komprehensif, tidak hanya pada saat
respon cepat tanggap darurat (Binti & Lubis, 2011) namun masalah pengungsi juga menjadi
tantangan tersendiri pagi pemerintah dan relawan pada saat menangani permasalahan
dampak negatif bencana(Holwitt et al., 2017) Di masa situasi normal sebelum pandemic,
sanitasi dan penularan penyakit infeksi adalah hal yang selalu menjadi perhatian khusus di
pengungsian apalagi pada kondis pandemic COVID 19 saat ini.

Keberadaan relawan sangat dibutuhkan di area bencana (Christa López Sandelier, 2020)
Namun kehadiran relawan tidak hanya hadir secara fisik, Relawan harus memiliki
kemampuan yang mumpuni dan matang. Menurut Ashar et al (2018) belum pernah ada
penelitian yang menunjukkan burnout atau kelelahan yang dialami relawan. Hal tersebut
sebenarnya tidak lepas dari motivasi yang menjadi latar belakang kesiapsiagaan relawan
untuk hadir di area bencana kapan saja dan dimana saja. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi motivasi relawan dan factor motivasi apa yang dominan saat terlibat
dalam penanganan bencana terutama di era pandemic

2
METODE
Penelitian ini adalah penelitian diskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini relawan yang berangkat saat penanggulangan gempa bumi di
Mamuju Sulawesi Barat pada bulan Januari 2021. Sampling dilaksanakan dengan simple
random dan 100 responden memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Inklusi penelitian adalah
responden yang berangkat ke Mamuju dalam periode waktu 17 – 31 Januari 2021. Sedangkan
kriteria eksklusi adalah relawan yang tidak bersedia terlibat dalam penelitian. Instrumen
yang digunakan adalah Volunteer Function Inventory. Peneliti telah melakukan uji validitas
dan reliabilitas terkait intstrumen yang telah diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia,
didapatkan hasil 0,75. Hal ini sejalan dengan Chacón et al (2017) dan Niebuur et al.,
(2019)yang telah melakukan systematic review terkait penggunaan intrumen ini didapatkan
koefisien reliabilitas antara 0,78 sampai 0,84.

Volunteer Function Inventory memiliki 30 pertanyaan dengan 6 kriteria factor diantaranya


1)Protective factor 2)Values factor yaitu cara untuk mengekspresikan nilai-nilai altruistik
dan kemanusiaan. 3)Career factor yaitu cara untuk meningkatkan prospek karir. 4)Social
factor yaitu cara untuk mengembangkan dan memperkuat ikatan sosial. 5)Understanding
factor yaitu cara untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan
6)Enhancement factor dimana motivasi untuk cara untuk membantu ego tumbuh dan
berkembang. Selanjutnya data diolah dengan menggunakan analisis univariat atau analisis
diskriptif. Penelitian ini telah lolos uji etik dengan nomor 730/KEPK/STIKES-
NHM/EC/1/2021.

HASIL
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden adalah laki laki , dengan rata rata usia
33 tahun. Usia termuda adalah 29 tahun dan tertua 69 tahun.

Gambar 1. Sebaran Data Demografik

GENDER
3%

MALE
97% FEMALE

Gambar 2. Data Motivasi Relawan

VOLUNTERING MOTIVATION

27
Strong
73 Very Srong
Gambar 3. Faktor Motivasi

PROTECTIVE MOTIVES

1, 1%

24, 24% Strong enough


Strong

75, 75% Very strong

Values

25%
Strong
75% Very strong

The Social Factor.

25%
Strong
75% Very strong
The Career Factor
14%
Strong Very strong

86%

The Enhancement
factor.
4%
26%
Strong enough

Strong
70%
Very strong

the Understanding
factor
3%
21%
Strong enough

Strong
76%
Very strong

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar relawan yang berangkat ke mamuju
sulawesi barat memiliki motivasi sangat kuat (73%) dan sisanya dalam skala motivasi kuat.
berdasarkan 6 faktor yang mempengaruhi motivasi, skor tertinggi ada pada Career factor,
diikuti oleh understanding factor, faktor protective factor, values factor, social factor dan
hasil terendah adalah enhancement factor.

PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa career factor sangat dominan pada motivasi
relawan. Motivasi yang dilatarbelakangi pada career factor mengacu pada cara untuk
meningkatkan prospek karir (Safrilsyah et al., 2009). Beberapa indikator pertanyaan terkait
career factor diantaranya 1) menjadi sukarelawan dapat membantu saya untuk
menginjakkan kaki di tempat di mana saya ingin bekerja 2). Saya dapat membuat kontak
baru yang dapat membantu bisnis atau karier saya. 3) menjadi sukarelawan memungkinkan
saya untuk mengeksplorasi pilihan
karir yang berbeda 4) menjadi sukarelawan akan membantu saya untuk berhasil dalam
profesi pilihan saya. 5) pengalaman kerja sukarela akan terlihat bagus di resume saya. Hal ini
menjadi menarik karena dari hasil riset ini menambah informasi bagi kita bahwa di masa
pandemi covid 19 seperti saat ini, rasa kebersamaan dan meniti karir menjadi hal yang utama
bagi para relawan. Peneliti berpendapat bahwa mungkin ini disebabkan karena keterbatasan
interaksi selama hampir satu tahun, sehingga dapat menjadi faktor utama mengapa relawan
lebih mengacu pada career factor. Berdasar dari 5 indikator pertanyaan pada career factor
didapatkan pertanyaan yang membahas bahwa “dengan menjadi relawan dapat membuat
saya bekerja dimana saja” mendapatkan nilai paling tinggi pada 63 responden dari 100
responden maka hal ini menunjukkan suasana baru dan pengalaman baru menjadi salah
tujuan para relawan untuk tetap hadir di daerah bencana meskipun dalam kondisi pandemic.
Ditambah lagi menurut Agustin et al (2020) bahwa memang selama pandemic COVID 19
secara psikologis , mayoritas relawan dalam kondisi cemas ringan & stress ringan sehingga
hal ini menjadi tambahan informasi bahwa selama pandemic tidak mengubah minat relawan
untuk hadir berpartisipasi aktif dalam penanggulangan bencana alam.

Informasi berdasar hasil riset ini bahwa faktor yang dominan dalam motivasi relawan adalah
career factor ternyata berbeda dengan motivasi relawan di kalangan mahasiswa. Siregar &
Purba (2017) menemukan motivasi relawan di kalangan mahasiswa didominasi oleh faktor
understanding lalu selanjutnya factor values dan faktor enhancement, sedangkan faktor
yang paling rendah adalah factor social dan factor protective. Faktor understanding adalah
cara untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan (Barraket et al.,2013).
Dalam penelitian Siregar & Purba (2017) hal ini tidak mengherankan karena responden pada
penelitian tersebut adalah mahasiswa yang masih belajar dan pengalaman menjadi relawan
bisa dikatakan kurang mencukupi dan masih pemula. Menurut peneliti pengalaman dan
lama menjadi relawan menjadi pertimbangan faktor yang mempengaruhi pergeseran
motivasi menjadi relawan. Hal didukung Salatiga (2018) yang mengatakan bahwa usia dan
lamanya menjadi relawan juga mempengaruhi faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
secara keseluruhan.

Penelitian Liou et al (2020) menunjukkan bahwa pengetahuan dan kompetensi perawat


dalam penanggulangan bencana dapat mempengaruhi motivasi perawat untuk terlibat aktif
sebagai tim tanggap darurat. Meskipun riset tersebut berbeda dalam hal responden
penelitian akan tetapi dari hasil tersebut menggambarkan bahwa pengetahuan berkontribusi
dalam motivasi. Twigg & Mosel (2017) menambahkan bahwa selain pengetahuan, situasi
politik negara yang aman dan kondusif mempengaruhi spontanitas relawan untuk
memberikan tenaganya dalam membantu sesama. Dengan demikian peneliti berpendapat
bahwa mengapa career factor menjadi dominan pada dalam penelitian kemungkinan karena
sebagian besar relawan yang terjun dalam penanggulangan bencana di Mamuju adalah
relawan terlatih meskipun peneliti tidak melakukan pendataan.

Selanjutnya Enhancement factor mengacu pada beberapa poin termasuk 1)


Kesukarelawanan membuat saya merasa penting 2) Kesukarelawanan meningkatkan harga
diri saya 3) Kesukarelawanan membuat saya merasa dibutuhkan 4) Kesukarelawanan
membuat saya merasa lebih baik tentang diri saya sendiri. 5) Menjadi sukarelawan adalah
cara untuk mendapatkan teman baru. Berdasarkan parameter tersebut maka tampak bahwa
Enhancement factor berfokus pada rasa bahwa individu merasa dibutuhkan orang lain.
Namun dalam riset ini menunjukkan bahwa Enhancement factor merupakan faktor motivasi
paling rendah bagi sebagian besar relawan. Padahal peneliti berpendapat seharusnya
Enhancement factor menjadi faktor terbesar. Karena kita semua tahu bahwa menjadi
sukarelawan itu sukarela,
tanpa bayaran (Whittaker et al., 2015).

Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan Ashar et al (2018) yang melakukan penelitian
terhadap relawan komunitas yang berbagi nasi, menunjukkan bahwa mayoritas relawan
didominasi oleh motivasi yang membantu orang lain akan memberikan kepuasan diri sendiri
atau prososial intrinsik. motivasi. Menurut peneliti, motivasi intrinsik prososial sejalan
dengan enhancement factor pada instrumen yang ada. Terlepas faktor dominan pada
motivasi relawan , keberadaan jumlah relawan dalam penanggulangan bencana pada masa
pandemic COVID 19 di Indonesia adalah salah satu bentuk ketahanan dan ketangguhan
masyarakat Indonesia dalam menghadapi bencana. Menurut Holwitt et al (2017) jika
masyarakat ingin melestarikan atau meningkatkan ketahanan mereka dan mengurangi
kerentanan mereka terhadap bencana maka motivasi untuk menjadi relawan adalah topik
penting untuk diperhatikan

Peneliti mengakui bahwa keterbatasan dalam penelitian ini adalah peneliti tidak
mengumpulkan data terkait sudah berapa lama responden mengabdikan hidupnya untuk
menjadi relawan bencana. Dengan demikian peneliti merekomendasikan bahwa perlu dikaji
berapa lamanya menjadi relawan dapat mengalami pergeseran faktor dominan motivasi.
untuk penelitian selanjutnya adalah Hal lain dalam penelitian ini yang menjadi fokus
perhatian adalah tidak ada batasan terkait relawan pada umumnya dengan relawan dari
tenaga kesehatan. Sehingga pada penelitian selanjutnya dapat direkomendasikan terkait
faktor motivasi seorang relawan dari petugas kesehatan. Adapun kelebihan dari penelitian ini
adalah waktu pengambilan data dimana tepat pada saat para relawan bertugas dan bekerja di
wilayah bencana. Selain itu, penelitian ini dilakukan pada saat terjadinya pandemi Covid 19
dimana tantangan dan hambatan semakin besar terutama terkait dengan kebijakan
pemerintah.

SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 100 responden, dapat disimpulkan bahwa
motivasi relawan dalam bencana meskipun pandemi COVID 19 masih tinggi dengan faktor
yang mendominasi adalah faktor karir. Implikasi dari penelitian ini adalah motivasi seorang
relawan dapat dijadikan sebagai barometer untuk mengetahui strategi apa yang dapat
diberikan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam membantu korban
bencana.

DAFTAR PUSTAKA
Agustin, I. M., Nurlaila, Yuda, H. T., & Yulia. (2020). Pilot study kondisi psikologis relawan
bencana covid-19. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 3(2), 113–118.
http://www.journal.ppnijateng.org/index.php/jikj/article/view/567

Ashar, P. M., Maria, C., & Victoriana, E. (2018). Studi Deskriptif mengenai Motivasi Prososial
pada Relawan Komunitas Berbagi Nasi di Kota Bandung. Humanitas (Jurnal
Psikologi), 1(3), 197. https://doi.org/10.28932/humanitas.v1i3.757

Barraket, J., Keast, R., Newton, C., Walters, K., & James, E. (2013). Spontaneous Volunteering
During Natural Disasters. 1–58. http://eprints.qut.edu.au/61606/

Binti, N., & Lubis, D. P. (2011). Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri Perkotaan Volunteers Perception and Motivation on Implementation of
Community Empowerment National Program - Autonomous Urban. 05(02), 231–246.

BNPB. (2021). Sebanyak 73 Orang Meninggal Akibat Gempa M6,2 di Sulawesi Barat.
https://bnpb.go.id/berita/-update-sebanyak-73-orang-meninggal-akibat-gempa-
m6-2-di- sulawesi-barat

Chacón, F., Gutiérrez, G., Sauto, V., Vecina, M. L., & Pérez, A. (2017). El inventario de
funciones del voluntariado: Una revisión sistemática. Psicothema, 29(3), 306–316.
https://doi.org/10.7334/psicothema2016.371

Christa López Sandelier. (2020). Disaster Survivors ’ Experiences with Disaster Volunteers
Walden University.

Dinas Kesehatan Provinsi Sulbar. (2021). Update data Covid Sulawesi Barat Januari 2021.
https://dinkes.sulbarprov.go.id/update-data-covid-sulawesi-barat-10-januari-
2021/
Holwitt, P., Strohschneider, S., Zinke, R., Kaiser, S., Kranert, I., Linke, A., & Mähler, M.
(2017). a Study of Motivational Aspects Initiating Volunteerism in Disaster
Management in Germany. International Journal of Safety and Security
Engineering, 7(3), 294–302. https://doi.org/10.2495/SAFE-V7-N3-294-302

Intan, A., & Sitio, R. (2016). Motivasi Volunteer Sebuah Studi Deskriptif Pada Cso
Pendidikan Anak Marjinal Dan Jalanan. Jurnal Manajemen Atma Jaya, 13(1), 76–
93.

Miller, M. K., & Garrett, S. K. (2009). Improving Disaster Volunteer Safety through Data
Collection and Skills Matching. 2009.

Niebuur, J., Liefbroer, A. C., Steverink, N., & Smidt, N. (2019). Translation and validation
of the volunteer functions inventory (VFI) among the general dutch older
population. International Journal of Environmental Research and Public Health,
16(17), 1–14. https://doi.org/10.3390/ijerph16173106
Safrilsyah, S., Jusoff, K., & Fadhil, R. (2009). Prosocial Behavior Motivation of Acheness
Volunteers in Helping Tsunami Disaster Victims. Canadian Social Science, 5(3),
50– 55. https://doi.org/10.3968/j.css.1923669720090503.006

Salatiga, D. I. (2018). Hubungan Self Esteem Dengan Motivasi Relawan Pada Volunteer
Bidang Pendidikan.

Salma. (2021). Challenges for Disaster Management During the Covid-19. January.

Siregar, A. R., & Purba, R. M. (2017). Gambaran Motivasi Menjadi Relawan Di Kalangan
Mahasiswa. Universitas Sumatra Utara.
Twigg, J., & Mosel, I. (2017). Emergent groups and spontaneous volunteers in urban
disaster response. Environment and
Urbanization, 29(2), 443–458.
https://doi.org/10.1177/0956247817721413

Whittaker, J., McLennan, B., & Handmer, J. (2015). A review of informal volunteerism in
emergencies and disasters: Definition, opportunities and challenges. International
Journal of Disaster Risk Reduction, 13,
358–368. https://doi.org/10.1016/j.ijdrr.2015.07.010

Anda mungkin juga menyukai