DOSEN FASILITATOR :
MERINA WIDYASTUTI,S.KEP.,NS.,M.KEP
OLEH :
PRODI S1 KEPERAWATAN
A. DEFINISI
Cva Bleeding (Stroke Hemoragic) adalah stroke yang terjadi karena pembuluh
darah di otak pecah sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di otak (Ria Artiani, 2009).
Cva Bleeding (Stroke Hemoragic) adalah pembuluh darah otak yang pecah
sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu
daerah di otak dan kemudian merusaknya (M. Adib, 2009).
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Cva Bleeding (Stroke Hemoragic) adalah
salah satu jenis stroke yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah di otak
sehingga darah tidak dapat mengalir secara semestinya yang menyebabkan otak
mengalami hipoksia dan berakhir dengan kelumpuhan.
B. ETIOLOGI
Penyebab Cva Bleeding (stroke hemoragik) biasanya diakibatkan dari:
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Kehilangan motoric
1) Hemiplegis, hemiparesis.
2) Paralisis flaksid dan kehilangan atau penurunan tendon profunda (gambaran
lklinis awal)
2. Kehilangan komunikasi
1) Disartria
2) Difagia
3) Afagia
4) Afraksia
3. Gangguan konseptual
1) Hamonimus hemia hopia (kehilanhan sitengah dari lapang pandang)
2) Gangguan dalam hubungan visual-spasial (sering sekali terlihat pada Pasien
hemiplagia kiri)
3) Kehilangan sensori : sedikit kerusakan pada sentuhan lebih buruk dengan
piosepsi , kesulitan dalam mengatur stimulus visual , taktil dan auditori.
4. Kerusakan aktivitas mental dan efek psikologis.
1) Kerusakan lobus frontal :kapasitas belajar memori ,atau fungsi intelektual kortikal
yang lebih tinggi mungkin mengalami kerusakan disfungsi tersebut. Mungkin
tercermin dalam rentang perhatian terbatas, kesulitan dalam komperhensi, cepat
lupa dan kurang komperhensi.
2) Depresi, masalah psikologis-psikologis lainnya. Kelabilan emosional,
bermusuhan, frurtasi, menarik diri, dan kurang kerja sama.
5. Disfungsi kandung kemih :
1) Inkontinansia urinarius transia
2) Inkontinensia urinarius persisten / retensi urin (mungkin simtomatik dari
kerusakan otak bilateral).
3) Inkontinensia urin dan defekasi berkelanjutan (dapat menunjukkan kerusakan
neurologisekstensif)
(Brunner & Suddarth, 2002)
CVA INFARK
A. Definisi
CVA (Cerebro Vascular Accident) merupakan kelainan fungsi otak yang timbul
mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan perdarahan darah pada otak
yang bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja dengan gejala-gejala berlangsung
selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan cacat berupa kelumpuhan anggota gerak,
gangguan bicara, proses berfikir, daya ingat dan bentuk-bentuk kecacatan lain hingga
menyebabkan kematian (Muttaqim, 2008 : 234).
CVA adalah sindrom klinis yang awal timbul mendadak, progresif, cepat berupa defisit
neurologis fokal atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih langsung menimbulkan
kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan perdarahan otak non traumatik.
(Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, Hal 17).
CVA Infark adalah sindrom klinik yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat,
berupa defisit neurologi lokal atau global yang berlangsung 24 jam terjadi di sepanjang
pembuluh darah arteri yang menuju ke otak di suplai oleh dua arteri karotis interna dan
dua arteri verebralis. Arteri–arteri ini merupakan cabang dari lengkung aorta jantung
(arcus aorta) (Suzanne, 2002, Hal 2131).
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah gangguan neurologi mendadak yang
terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melulai system suplai arteri otak
(Sylvia A Price, 2006).
Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemik akibat emboli dan
thrombosis serebal biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau pagi
hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemik yang menimbulkan hipoksia dan
selanjutnya dapat timbul edema sekunder (Arif Muttaqin, 2008).
CVA infark adalah gangguan disfungsi otak baik sinistra atau dextra dengan sifat antara
lain :
Permulaan cepat dan akut atau sub akut
Terjadi kurang lebih 2 minggu
CT –Scan terdapat bayangan infak setelah 3 hari. (Arif Mansjoer, dkk.2000).
B. Etiologi
Ada beberapa penyebab CVA (Muttaqin,2008:235)
a. Thrombosis Serebri
Terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan
iskemik jaringan otak yang dapat menimbulkan edema dan kongesti di
sekitarnya.Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau
bangun tidur.Terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan
darah. Thrombosis serebri ini disebabkan karena adanya :
Aterosklerosis : mengerasnya/berkurangnya kelenturan dan elastistas dinding
pembuluh darah.
Hiperkoagulasi : darah yang bertumbuh kental akan menyebabkan
viskosital/haematocrit meningkat sehingga dapat melambatkan aliran darah
cerebral.
Arteritis : radang pada arteri
b. Emboli
Dapat terjadi karena adanya penyumbatan pada pembuluh darah otak oleh bekuan
darah, lemak, dan udara. Biasanya emboli berasal dari thrombus di jantung yang
terlepas dan menyumbat system arteri serebri. Keadaan-keadaan yang dapat
menimbulkan emboli :
Penyakit jantung reumatik
Infark miokardium
Fibrilasi dan keadaan aritmia : dapat membentuk gumpulan-gumpulan kecil
yang dapat menyebabkan emboli cerebri.
Endocarditis : menyebabkan gangguan pada endocardium
C. Manifestasi Klinis
Menurut Hudak dan Gallo dalam buku Keperawatan Kritis ( 1996 : 258-260), yaitu:
Lobus Frontal
1. Defisit Kognitif : kehilangan memori, rentang perhatian singkat, peningkatan
distraktibilitas (mudah buyar), penilaian buruk, tidak mampu menghitung,
memberi alasan atau berfikir abstrak.
2. Defisit Motorik : hemiparese, hemiplegia, distria (kerusakan otot-otot
bercara), disfagia (kerusakan otot-otot menelan).
3. Defisit Aktivitas Mental dan Psikologi antara lain : labilitas emosional,
kehilangan kontrol diri dan hambatan sosial, penurunan toleransi terhadap
stress, ketakutan, permusuhan frustasi, marah, kekacauan mental dan
keputusan, menarik diri, isolasi, depresi.
Lobus Parietal
- Dominan
1. Defisit sensori antara defisit visual (jarak visual terpotong sebagai
besar pada hemisfer serebri), hilangnya respon terhadap sensasi
(sentuhan, nyeri, tekanan, panas, dan dingin), hilangnya respon
terhadap propriorespsi (pengetahuan tentang posisi bagian tubuh).
2. Defisit bahasa / komunikasi
Afasia ekspresif (kesulitan dalam mengubah suara menjadi pola-
pola bicara yang dapat di pahami)
Afasia reseptif (kerusakan kelengkapan kata yang di ucapakan)
Afasia global (ketidakamampuan untuk mengerti kata yang
dituliskan)
Agrafasia (ketidakmampuan untuk mengekspresikan ide-ide dalam
tulisan)
- Non Dominan
1. Defisit perseptual (gangguan dalam merasakan dengan tepat dan
menginterprestasi diri/lingkungan) anatara lain :
Gangguan skem/maksud tubuh (amnesia atau menyangkal
terhadap ekstremitas yang mengalami paralise)
Disorientasi (waktu , tempat, dan orang)
Apraksia (kehilangan kemampuan untuk menggunakan obyek-
obyek dengan tepat).
Agnosia (ketidakmampuan untuk mengindentifikasi lingkungan
melalui indra).
Kelainan dalam menemukan letak obyek dalam ruangan
Kerusakan memori untuk meningkat letak spasial obyek atau
tempat
Disorientasi kanan-kiri
Lobus occipital :
Defisit lapang penglihatan penurunan ketajaman penglihatan, diplobia
(penglihatan ganda), buta
Lobus temporal
Defisit pendengaran,gangguan keseimbangan tubuh.
D. Klasifikasi
E. Komplikasi
a. Aspirasi
b. Paralitic illeu
c. Atrial fibrilasi
d. Diabetus insipidus
e. peningkatan TIK
f. Hidrochepalus
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Pada pemeriksaan paket stroke : viskositas darah pada pasien CVA ada
peningkatan VD > 5,1 cp, Test Agresi Trombosit (TAT), asam Arachidonic (AA),
platelet Acitiving Factor (PAF). Fibrinogen (Muttaqin,2008 : 249-252).
b. Analisis laboratorium standart mencakup urinalis, HDL pasien CVA Infark
mengalami penurunan HDL bertujuan mengukur kecepatan sel darah merah
mengedap dalam tabung menunjukkan adanya radang. Namun LED tidak
menunjukkan tabung apakah itu radang jangka lama, misalnya artritis, panel
metabolik dasar (Natrium (135-145 nMol/L), kalium (3,6-5,0 mMoI/I), klorida).
(Prince,dkk,2005:1122)
c. Pungsi lumbal
d. Pemeriksaan liquor yang merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang kecil
biasanya warna liquor masih normal sewaktu hari-hari pertama
e. Pemeriksaan sinar X toraks : dapat mendeteksi pembesaran jantung
(kardiomegali) dan infiltrate paru yang berkaitan dengan gagal jantung
kongestif. (Prince,dkk,2005:1122)
2. Ultrasonografi (USG) karotis : evaluasi standard untuk mendeteksi gangguan aliran
darah karotis dan kemungkinan memperbaiki kausa stroke.
( Prince,dkk,2005:1122)
3. Angiografi serebrum : membentuk menetukan penyebab stroke secara spesifik
seperti lesi ulseratif, stenosis, displosia fibraomuskular, fistula arteriovena,
vaskulitis, dan pembentukan thrombus di pembuluh besar. ( Prince,dkk,2005:1122)
4. Pemindaian dengan positron Emission Tomography (PET) : mengindentifikasi
sebesar besar suatu daerah otak menerima dan menerima dan metabolisme
glukosa serta luas cedera (Prince,dkk,2005:1122)
5. Ekokardiogram transesofagus (TEE) : mendeteksi sumber kardioembolus
potensial. (Prince,dkk,2005:1123)
6. CT-Scan : pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemik dan posisinya secara
terlihat di ventrikel atau menyebar ke permukaan otak. (Muttaqin,2008:140)
7. MRI : menggunakan gelombang magnetik untuk memeriksa posisi dan besar atau
luasnya daerah infark. (Muttaqin,2008:140)
H. Penatalaksanaan Medis
1. Pengobatan konservatif
a. Pemenuhan cairan dan elektrolit dengan pemasangan infus
b. Mencegah peningkatan TIK
Antihipertensi
Deuritika
Vasodilator perifer
Antikoagulan
Diazepam bila kejang
Anti tukak misal cimetidine
Kortikosteroid : pada kasus ini tidak ada manfaatnya karena pasien
akan mudah terkena infeksi, hiperglikemia dan stress ulcer/perdarahan
lambung.
Manital : mengurangi edema otak
2. Operatif
Apabila upaya menurunkan TIK tidak berhasil maka perlu dipertimbangkan
evakuasi hematoma karena hipertensi intracranial yang menetap akan
membahayakan kehidupan pasien.
3. Fase pemulihan ( >10 hari )
Terapi bicara
Terapi fisik
Stoking anti embolisme
I. Pencegahan
1. Kontrol teratur tekanan darah
2. Menghentikan merokok
3. Menurunkan konsumsi cholesterol dan kontrol cholesterol rutin
4. Mempertahankan kadar gula normal
5. Mencegah minum alkohol
6. Latihan fisik teratur
7. Cegah obesitas dan mencegah penyakit jantung dapat mengurangi resiko stroke
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan.
Salemba Medika : Jakarta
Prince, Sylvia A. 2002. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Alih bahasa
Huriawati, Hartono. Jakarta : EGC
Moorhead, Sue PhD, RN, dkk.2013. Nursing Outcomes Clasification (NOC) fifth edition.
USA: Mosby Elsevier.
https://id.scribd.com/document/36804010/Cva-Bleeding