DOSEN FASILITATOR :
Ceria Nurhayati,S.KEP.,NS.,M.KEP
OLEH :
1810001
S1-4A
PRODI S1 KEPERAWATAN
Kejang demam ditandai oleh terjadinya kejang saat demam. Gejala kejang
demam adalah hentakan pada tungkai dan lengan yang berulang (kelojotan), mata
mendelik ke atas, dan anak kehilangan kesadaran.
Kejang demam biasanya terjadi kurang dari 2 menit. Namun pada beberapa
kasus, kejang demam dapat terjadi hingga 15 menit. Anak yang mengalami kejang
demam akan langsung sadar setelah kejang reda, walaupun tampak bingung atau
lelah. Biasanya kejang juga tidak berulang dalam kurun waktu 24 jam. Kejang
demam seperti ini disebut kejang demam sederhana.
Jika kejang terjadi lebih dari 15 menit, atau terjadi lebih dari sekali selama
kurun 24 jam, kejang demam tersebut dapat digolongkan sebagai kejang demam
kompleks. Kejang yang muncul pada kejang demam kompleks juga bisa terjadi
hanya pada salah satu bagian tubuh. Anak yang pernah mengalami kejang demam
berisiko untuk mengalaminya lagi ketika demam, terutama bila usia anak masih di
bawah 15 bulan.
- Setelah imunisasi
- Infeksi
Anak dapat mengalami kejang pada saat mengalami demam akibat infeksi virus
atau infeksi bakteri.
Anak yang berusia 12-18 bulan memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami
kejang demam dibandingkan anak yang lebih tua. Selain itu, anak yang lahir dari
keluarga dengan riwayat kejang demam juga lebih berisiko mengalami kejang
demam.
Pengobatan Kejang Demam
Pada banyak kasus, kejang demam akan berhenti dengan sendirinya setelah
beberapa menit. Namun untuk melindungi anak dari cedera selama mengalami
kejang, orang tua dapat melakukan beberapa hal berikut di rumah:
Baringkan anak di lantai. Pada bayi, rebahkan di pangkuan dengan posisi wajah bayi
menghadap ke bawah. Jangan menahan tubuh anak.
Miringkan posisi tubuh anak agar muntah atau air liur dapat keluar dari rongga mulut,
serta mencegah lidah menyumbat saluran pernapasan.
Longgarkan pakaian anak dan jangan menaruh apa pun pada mulut anak untuk
mencegah tergigitnya lidah.
Hitung durasi terjadinya kejang demam dan perhatikan tingkah laku anak saat
kejang. Beritahukan hal tersebut saat berkonsultasi ke dokter.
Asuhan Keperawatan
LAPORAN KASUS
Px pernah MRS karena operasi cysta cerebri pada tanggal 5 maret 2014 di RS
Graha Amerta Surabaya
RIWAYAT ALERGI
Px tidak memiliki alergi baik terhadap makanan atau obat.
BB : 10 kg TB : 90 cm
KESADARAN : Compos mentis, TD: - , Nadi = 120 x 1menit, S = 36C , RR= 35 x 1 menit
AIRWAY : obstruksi, ada sumbatan jalan nafas saat pasien kejang, pasien mengatukan
mulutnya dan lidah jatuh kebelakang
BREATING
Pergerakan dada simetris, tidak menggunakan otot bantu nafas saat bernafas, suara
nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan, tidak ada batuk, tidak ada sesak nafas,
irama nafas regular, tidak menggunakan alat bantu nafas. Ibu mengatakan saat kejang anak
terlihat sesak nafas
SIRKULASI
Akral hangat kering merah, CRT < 2 detik, tidak ada edema, irama jantung regular,
tidak ada pendarahan
Masalah kepeawatan : -
NEUROLOGI
Pupil isokor, Refleks cahaya +/+, ukuran pupil normal, px memiliki resiko kejang
berulang namun saat ini px tidak dalam keadaan kejang
INTEGUMEN
Tidak ada luka bakar, turgor kulit baik, mukosa kulit merah muda, terdapat luka pada
kepala tertutup kasa.
Masalah keperawatan : -
ABDOMEN
Frekuensi perstatik usus 15 x 1 menit, tidaak ada mual dan muntah, tidak ada
gangguan eliminasi baik diare maupun konstipasi.
Masalah keperawatan : -
PERKEMIHAN :
Masalah keperawatan : -
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMBERIAN TERAPI
DS ½ NS (maintenance)
A. Analisa Data
1. Dignosa Keperawatan : Bersihan jalan nafas tidak efektif (SDKI D.0001)
Data Subyektif Data Obyektif
DS : DO :
- Ibu pasien mengatakan pasien kejang - dyspnea (sesak)
- Ibu pasien mengatakan saat kejang - Takikardi (120 x/menit)
anak sesak nafas - Frekuensi napas berubah
- Pola nafas berubah
- obstruksi, ada sumbatan jalan nafas
saat pasien kejang, pasien
mengatukan mulutnya dan lidah
jatuh kebelakang
Keluarga pasien mengatakan anaknya obstruksi, ada sumbatan jalan nafas saat
kejang pasien kejang, pasien mengatukan
mulutnya dan lidah jatuh kebelakang, px
memiliki resiko kejang berulang namun saat
ini px tidak dalam keadaan kejang
TTV:
S : 36˚C
Nadi : 120 x/menit
RR : 35x/menit
3. Diagnosa Keperawatan: Risiko infeksi (SDKI 0142 hal.304)
Px pernah MRS karena operasi cysta Pasien post op cysta cerebri hari ke-4
cerebri Terdapat luka dikepala sepanjang 10 cm
B. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan 1: Bersihan jalan nafas tidak efektif (SDKI D.0001)
Intervensi Utama Manajemen jalan napas 1. Monitor pola napas , bunyi napas
(SLKI 1.01012) dan sputum
2. Pertahankan kepatenan jalann
nafas
3. Posisikan semi fowler
4. Berikan minum hangat
5. Bebaskan jalan nafas
6. Anjurkan asupan cairan 20ml/hari
Intervensi Pencegahan aspirasi 1. Monitor tingkat kesadaran
Pendukung (SLKI 1.01018) 2. Monitor status pernafasan
3. Monitor bunyi nafas terutama
setelah makan dan minum
4. Posisikan semi fowler
5. Pertahankan lepatenan jalan nafas
2. Diagnosa Keperawatan 2: Risiko cedera (SDKI D.0136 hal. 294)
Intervensi Utama Pencegahan infeksi - Monitor tanda dan gejala infeksi lkal
(SIKI 1.14539 hal.278) dan iskemik
- Berikan perawatan kulit pada area
edema
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cata memeriksa kondisi luka
atau luka operasi
Intervensi Perawatan luka - Lepaskan balutan dan plester
Pendukung (SIKI 1.14564 hal. 328) secara perlahan
- Bersihkan denga NaCl
- Pasang balutan sesuai jenis luka
- Ajarkan prosedur perawatan luka
secara mandiri