Anda di halaman 1dari 7

TUGAS INDIVIDU KEPERAWATAN ELEKTIF

“RESUME + PENGKAJIAN, DIAGNOSA, INTERVENSI

PADA LUKA DAERAH PESISIR”

DOSEN FASILITATOR :

IMROATUL FARIDA, S.Kep., NS., M.Kep

OLEH :

Ade Firman Maulana

1810001 / S1 – 4A

PRODI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

TAHUN AJARAN 2021/2022


ASKEP PADA LUKA DAERAH PESISIR

A. Definisi

Pelayanan Kegawatdaruratan adalah tindakan medis yang


dibutuhkan oleh pasien gawat darurat akibat gigitan atau sengatan hewan
laut dalam waktu segera untuk menyelamatkan nyawa dan pencegahan
kecacatan (PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2018).

B. Jenis-jenis gigitan atau sengatan hewan laut


- Lionfish (ubur-ubur)
- Bulu babi
- Lele
- Ikan Pari
- Ular laut

C. Penanganan gigitan atau serangan hewan laut


Dalam penanganan keracunan laut, ada dua prinsip manajemen,
pertama adalah pertolongan pertama medis segera setelah kecelakaan,
dan yang kedua adalah stabilisasi medis dan pencegahan komplikasi di
fasilitas kesehatan. Intervensi pertolongan pertama harus dimulai dari
evakuasi korban dari makhluk laut dengan mengeluarkannya dari air dan
membuang makhluk yang menempel di bagian tubuh. Penolong tidak
boleh menyentuh bagian manapun dari makhluk laut secara langsung
karena beberapa bagian tubuh hewan masih bisa menyengat meskipun
sudah copot dari tubuh utama. Setiap korban dengan kondisi kritis harus
memiliki bantuan hidup dasar yang sesuai dan rujukan awal ke fasilitas
kesehatan (Wilcox, 2017).

D. Konsep Asuhan Keperawatan Gigitan atau Serangan Hewan Laut


1. Pengkajian
a. B1 Breathing
- Peningkatan frekuensi nafas
- Nafas dangkal
- Distress pernafasan
- Kelemahan otot pernafasan
- Kesulitan bernafas
- Penggunaan otot bantu pernafasan
b. B2 Blood
- Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takicardia
- Pendarahan di ekstremitas kiri karena gigitan binatang
- Akral dingin, pucat
- Sakit kepala
- Pingsan
- Berkeringat banyak
- Pusing, mata berkunang-kunang
- CRT > 3 detik
- Sianosis
c. B3 Brain
- Dapat terjadi penurunan kesadaran
- Kesadaran somnolen
- Pupil isokor (2mm)
d. B4 Bladder
- Tidak ada masalah
e. B5 Bowel
- Diare
- Mual Muntah
f. B6 Bone
- Akral dingin, bengkak pada luka gigitan, kekakuan. otot kaki
dextra, nyeri pada luka.
-  Kemerahan
- Bengkak
- Nyeri
- Gatal-gatal di sekitar area yang terkena gigitan
- Pada gigitan ular : Tampak kebiruan
- Keluarnya darah terus menerus dari tempat gigitan

2. Diagnosa
a. Nyeri berhubungan dengan proses toksikasi
b. Syok berhubungan dengan tidak adekuatnya peredaran darah ke
jaringan
c. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan luka akibat gigitan
binatang
d. Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Reaksi Endotoksi
e. Resiko Tinggi Infeksi berhubungan dengan Ketidakadekuatan
Pertahanan Tubuh.
f. Hipertermia berhubungan dengan Efek Langsung Endotoksin
Pada Hipotalamus
g. Rasa Gatal, Bengkak, Dan Bintik-Bintik Merah berhubungan
dengan Proses Inflamasi

3. Intervensi
a. Nyeri berhubungan dengan proses toksikasi
- Tujuan : Meredakan nyeri
- Intervensi
1. Sengatan/gigitan kalau masih ada dicabut dengan pinset
Rasional : mengeluarkan sengat serangga yang masih
tertinggal
2. Berikan kompres dingin
Rasional : meredakan nyeri dan mengurangi bengkak
3. Lakukan tehnik distraksi relaksasi
Rasional : mengurangi nyeri
4. Kolaborasi dalam pemberian obat

b. Syok berhubungan dengan tidak adekuatnya peredaran darah ke


jaringan
- Tujuan : Menangani penyebab, memperbaiki suplai darah ke
jaringan
- Intervensi
1. Atasi setiap penyebab shock yang mungkin dapat di
atasi(perdarahan luar
Rasional : Mengurangi keparahan
2. Pasien dibaringkan kepala lebih rendah.
Rasional : Kepala lebih rendah supaya pasien tidak hilang
kesadaran
3. Kaki di tinggikan dan di topang
Rasional : Meningkatkan suplai darah ke otak
4. Longgarkan pakaian yang ketat atau pakaian yang
menghalangi
Rasional : Sirkulasi tidak tergangg
5. Periksa dan catat TTV setiap 10 Menit
Rasional : Mengetahui tingkat perkembangan pasien

c. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan Luka Akibat


Gigitan Binatang
- Tujuan :
1. Wound Healing : Primari and Secondary Intention
2. Perfusi jaringan normal
3. Tidak ada tanda-tanda infeksi
4. Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan
mencegah terjadinya cedera.
- Intervensi
1. Jaga kulit agar tetap bersih dan kering
2. Monitor kulit akan adanya kemerahan
3. Observasi luka : lokasi,dimensi, tanda-tanda infeksi local,
kedalaman luka
4. Lakukan perawatan luka dengan steril
5. Ajarkan keluarga tentang luka dan perawatan luka
d. Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Reaksi Endotoksi
- Tujuan
Mengembalikan fungsi pernafasan.
- Intervensi
1. Buka jalan nafas gunakan tehnik head tilt chin lift.
2. Posisi semi fowler
3. Kolaborasi pemberian oksigen
4. Atur intake untuk cairan
5. Auskultasi bunyi nafas
e. Resiko Tinggi Infeksi berhubungan dengan Ketidakadekuatan
Pertahanan Tubuh.
- Tujuan
Infeksi tidak terjadi, leukosit dalam batas normal, memperoleh
immunisasi yang sesuai.
- Intervensi
1. Lakukan pengikatan pada daerah attas luka 15-30 cm dari
gigitan.
2. Pertahankan tehknik isolasi
3. Cuci tangan sebelum atau setelah melakukan tindakan
4. Kolaborasi pemberian anti bias
5. Kolaborasi pemberian antibiotic
f. Hipertermia berhubungan dengan Efek Langsung Endotoksin
Pada Hipotalamus.
- Tujuan
Mengembalikan suhu normal pasien (36-37 Derajat Celcius)
- Intervensi
1. Pantau suhu klien, perhatikan menggigil atau diaphoresis
2. Pantau suhu lingkungan, batasi linen tempat tidur
3. Beri kompres mandi hangat
4. Beri antipiretik
5. Beri selimut pendingin
g. Rasa Gatal, Bengkak Dan Bitnik-Bintik Merah berhubungan
dengan Porses Inflamasi.
- Tujuan
Mencegah peradangan akut
- Intervensi
1. Pasang tourniquet pada daerah di atas gigitan
2. Bersihkan area yang terkena gigitan dengan sabun dan air
untuk menghilangkan partikel yang terkontaminasi oleh
serangga (seperti nyamuk)
3. Kolaborasi pemberian antihistamin dan serum Anti Bisa
Ular (ABU) polivalen i.v dan disekitar luka. ATS dan
penisilin procain 900.000 IU.
DAFTAR PUSTAKA

Husada, S. K. (2014). Penanganan Gigitan Binatang (Animal Bites) di Area


Wisata Laut (16 ed.). Semarang: Petraya.

Ishomuddin. Wicaksono, Pribadi. William, Anton. 2011. Teror Ubur-ubur di Pantai


Selatan Jawa. Surakarta: Mahkota Kita

Larasati, Dewi M. 2015. Pengaruh Induksi Racun Ubur-Ubur (Physalia ulticulus)


Terhadap Perubahan Gambaran Morfologi Tikus Wistar (in vivo) dan
Eritrosit Manusia (in vitro). Skripsi S1 Program Studi Pendidikan
Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Jember.

Mujiono, Nova. 2011. Fauna Indonesia. Vol 10. Bogor : Masyarakat Zoologi
Indonesia.

Munawir, Al. Rumastika, Nindya S. 2014. Studi Racun Ubur-Ubur Penyebab


Kesakitan Dan Kematian Di Perairan Papuma. Departement of Pathology,
Jember School of Medicine, Jember University.

Nugroho, Nofika D. 2015. Kawanan Ubur-ubur Serang Pengunjung Pantai


Pacitan.

O’Shaughnessy, Gillian. 2014. Jangan Obati Sengatan Ubur-ubur dengan Urine.

Nuha Medika. Yogyakarta

Saraswati, N. A. (2021, February). Sengatan Landak Laut: Sebuah Studi


Laporan Kasus. WELLNESS AND HEALTHY MAGAZINE, 3(1), 1-5.

Suling, Pieter L. 2011. Cutaneous Lesions From Coastal And Marine Organisms.
P2KB Dermatoses & STIs Associated with Travel to Tropical Countries
Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai