Anda di halaman 1dari 11

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEMASAN

PADA PASIEN PRE OPERASI APPENDIKTOMI

Jurnal Publikasi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir


Dalam Rangka Menyelesaikan Pendidikan
Program Studi DIII Keperawatan

Disusun Oleh:

MILA ANIS SHOLIKHA


2016.011901

INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN (ITS)


PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEMASAN PADA PASIEN
PRE OPERASI APPENDIKTOMI

Mila Anis Sholikha1, Siti Sarifah2, Ida Utari 3


1
Mahasiwa DIII Keperawatan Institut Teknologi Sains dan Kesehatan PKU Muhammadiyah
Surakarta
2
Dosen DIII Keperawatan Institut Teknologi Sains dan Kesehatan PKU Muhammadiyah Surakarta
3
Dosen DIII Keperawatan Institut Teknologi Sains dan Kesehatan PKU Muhammadiyah Surakarta
JL.Tulang Bawang Selatan No.26 Tegalsari RT 02 RW 32, Kadipiro, Surakarta
*Email: millaanissholikha@gmail.com

Kata Kunci Abstrak


Kecemasan, Pre Latar Belakang : appendiktomi adalah tindakan pembedahan yang
Operasi, dilakukan untuk memotong jaringan appendiks yang mengalami
Appendiktomi peradangan. Prosedure appendiktomi dapat menimbulkan kecemasan
bagi pasien appendisitis menjelang operasi, jika koping yang biasa
digunakan tidak mampu mengendalikan kecemasan maka bisa
berdampak pada meningkatnya tanda-tanda vital dan penundaan
operasi. Tujuan : Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
kecemasan pasien pre operasi apendiktomi. Metode Penelitian :
penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, dengan
pendekatan cross sectional yang dilakukan di bangsal bedah RSUD
Pandan Arang Boyolali. Penelitian ini menggunakan tehnik
purposive sampling dengan 22 responden. Hasil : Kecemasan ringan
banyak terjadi pada pasien umur 26-35 tahun dan 36-45 tahun, jenis
kelamin laki-laki, pendidikan SMA dan tingkat pengetahuan ringan.
Kecemasan sedang banyak terjadi pada pasien umur 17-25 tahun,
jenis kelamin perempuan, pendidikan SMA dan tingkat pengetahuan
cukup dan kurang. Kemasan berat banyak terjadi pada pasien umur
17-25 tahun dan 26-35 tahun, jenis kelamin laki-laki dan perempuan,
pendidikan SD dan SMP dan tingat pengetahuan kurang. Kesimpulan
: kecemasan pre operasi appendiktomi banyak terjadi pada umur 26-
35 tahun (36,4%), jenis kelamin laki-laki (63,6%), pendidikan SMA
(59,1%) dan tingkat pengetahuan cukup (36,4%). Semakin dewasa
usia responden maka akan cenderung mengalami kecemasan ringan,
responden perempuan memilki resiko mengalami kecemasan berat,
semakin tinggi pendidikan responden maka akan cenderung
mengalami kecemasan ringan, dan semakin rendah pengetahuan
responden cenderung mengalami kecemasan berat.
FACTORS THAT INFLUENCE ANXIETY IN PREVENTING APPENDICTIC
PREVENTION PATIENTS

Keywords Abstract
Anxiety, Pre Background: appendectomy is a surgical procedure performed to cut
Operation, off the inflamed tissue of the appendix. Appendectomy procedure can
Appendectomy cause anxiety for appendicitis patients before surgery, if the coping
commonly used is not able to control anxiety, it can have an impact
on increasing vital signs and delaying surgery. Objective: To find out
the factors that influence patient anxiety pre appendectomy. Research
Methods: This study used a descriptive type of research, with a cross
sectional approach conducted at the surgical ward at Pandan Arang
Hospital Boyolali. This study uses purposive sampling technique with
22 respondents. Results: Mild anxiety occurs in patients aged 26-35
years and 36-45 years old, male sex, high school education and light
level of knowledge. Moderate anxiety mostly occurs in patients aged
17-25 years, female sex, high school education and sufficient and
lack of knowledge. Heavy packaging mostly occurs in patients aged
17-25 years and 26-35 years old, male and female sex, elementary
and junior high school education and lack of knowledge. Conclusion:
many preoperative appendectomy anxiety occurs at age 26-35 years
(36.4%), male sex (63.6%), high school education (59.1%) and
sufficient level of knowledge (36.4% ) The older the age of the
respondent will tend to experience mild anxiety, the female
respondents have the risk of experiencing severe anxiety, the higher
the respondent's education will tend to experience mild anxiety, and
the lower the respondents' knowledge tends to experience severe
anxiety.

1. PENDAHULUAN Insidensi appendiksitis di


Penyakit pada system Indonesia menempati urutan tertinggi
pencernaan sangat banyak, salah di antara kasus kegawatan abdomen
satunya yaitu appendisitis. lainya. Pada tahun 2013 jumlah
Apendisitis adalah peradangan dari penderita appendisitis di indonesia
apendik periformis, dan merupakan mencapai 591.819 orang dan
penyebab abdomen akut yang paling meningkat pada tahun 2014 sebesar
sering (Soewito, 2017). Apendiks 596.132 orang (Soewito, 2017).
diperkirakan ikut serta dalm system Dinas kesehatan Jawa tengah
imun sektorik di saluran pencernaan. menyebutkan pada tahun 2014
Namun, pengangkatan apendiks tidak jumlah kasus apendisitis sebanyak
menimbulkan efek fungsi system 1.355 penderita, dan 190 penderita
imun. Komplikasi utama pada diantaranya menyebabkan kematian
appendiksitis adalah perforasi (Zulfikar dkk, 2015).
apendiks yang dapat berkembang Apendisitis memiliki potensi
menjadi peritonitis atau abses untuk terjadinya komplikasi parah
(Soewito, 2017). jika tidak segera diobati, seperti
perforasi atau sepsis, dan bahkan orang tersebut. Umumnya
dapat menyebabkan kematian. Dalam individu akan merasa cemas
hal ini perlu dilakukan tindakan ketika akan menjalani tindakan
bedah sebagai terapi apendisitis, yang medis karena tindakan medis
disebut juga apendektomi, merupakan prosedur yang dapat
merupakan satu-satunya terapi kuratif
menimbulkan komplikasi yang
apendisitis (Zulfikar dkk, 2015).
Tindakan operasi pada pasien kemungkinan dapat merugikan
apendisitis banyak menimbulkan individu tersebut. Apabila
dampak biopsikososial spiritual, seseorang atau individu yang akan
salah satunya kecemasan. Respon menjalani tindakan medis seperti
pasien yang cemas ditunjukan pembedahan maka kecemasan
melalui ekspresi marah, bingung, yang dialaminya harus ditangani
apatis atau mengajukan pertanyaan terlebih dahulu (Koizer, dkk
(Soewito, 2017). 2010).
Kecemasan adalah suatu Kecemasan didasari oleh
kondisi yang menandakan suatu beberapa sebab seperti mual atau
keadaan yang mengancam keutuhan sakit pasca operasi, kesadaran intra-
serta keberadaan dirinya dan operatif, menunggu untuk operasi,
dimanifestasikan dalam bentuk kehilangan kontrol selama anestesi
perilaku seperti rasa tidak berdaya, dan kanulasi vena yang umum pada
rasa tidak mampu, rasa takut, fobia periode pra operasi. Kecemasan yang
tertentu (Nursalam, 2014). Perasaan dialami pasien pre operasi dapat
kecemasan merupakan salah satu menyebabkan munculya tanda-tanda
gejala bersamaan yang paling stimulasi simpatis dan stres. Denyut
penting dari penyakit fisik dan jantung meningkat dan peningkatan
psikologis. Hal ini dapat dilihat tekanan sistolik, kulit pucat dan
sebagai reaksi organik kompleks sering berkeringat, dan pembuluh
yang terjadi hanya dalam situasi darah mengerut. Mungkin ada
yang dianggap berbahaya. Periode ventrikel ektopik atau dalam keadaan
sekitar operasi adalah contoh dari ekstrim fibrilasi ventrikel (Ebirim
ini, sebagai pasien yang terlibat dan Tobin, 2010). Kecemasan pada
dalam situasi yang dinilai menjadi pasien pra operasi dapat
negatif (Komolafe, dkk. 2015). mengakibatkan operasi tidak
Kecemasan biasanya berhubungan terlaksana atau dibatalkan, selain itu
dengan segala macam prosedur kecemasan dapat meningkatkan
asing yang harus dijalani pasien dan tekanan darah pasien. Apabila
juga ancaman terhadap keselamatan tekanan darah pasien naik dan tetap
jiwa akibat prosedur pembedahan dilakukan operasi dapat mengganggu
dan tindakan operasi (Nugraheni efek dari obat anastesi dan dapat
dkk, 2016). menyebabkan pasien terbangun
Timbulnya kecemasan kembali ditengah-tengah operasi
terjadi karena adanya faktor- (Tantri, 2017).
faktor atau sumber yang dianggap Berdasarkan uraian diatas
sebagai ancaman atau penulis tertarik untuk melakukan
membahayakan individu itu penelitian dengan judul “Faktor-
sendiri. Jika perasaan cemas yang Faktor yang Mempengaruhi
dialami sesorang berlebihan maka Kecemasan pada Pasien Pre Operasi
dapat menggangu sebagian sistem Appendiktomi” karena kecemasan
pada pasien pre operasi appensitis
tubuh dan dapat membahayakan
dapat menyebabkan munculnya tanda No Pendidikan f %
stimulasi simpatis sehingga beresiko 1. SD 4 18,2
operasi ditunda atau dibatalkan yang 2. SMP 5 22,7
meningkatkan resiko pasien untuk 3. SMA 13 59,1
mengalami komplikasi. Jumlah 22 100
Berdasarkan tabel diatas
2. METODE PENELITIAN responden didominasi pendidikan
Jenis metode penelitian yang SMA sebanyak 13 responden
digunakan adalah metode penelitian (59,1%).
deskriptif dengan pendekatan cross d. Pengetahuan
sectional. Responden dalam Tabel 4 Distribusi Frekuensi
penelitian ini sebanyak 22 pasien pre Pengetahuan Responden
appendiktomi. Penelitian ini No Pengetahuan f %
dilakukan di bangsal bedah RSUD
1. Baik 7 31,8
Pandan Arang Boyolali. Instrumen
2. Cukup 9 40,9
penelitian dalam penelitian ini
3. Kurang 6 27,3
meliputi kuesioner kecemasan
Jumlah 22 100
(SAS/ZRAS), kuesioner pengetahuan
Berdasarkan tabel diatas
dan check list.
responden didominasi responden
3. HASIL DAN PEMBAHASAN berpengetahuan cukup sebanyak
Hasil 9 orang (40,9%).
1. Karakteristik responden e. Pekerjaan
a. Umur Tabel 5 Distribusi Frekuensi
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden
Umur Responden No Pekerjaan f %
No Umur f % 1. PNS 1 4,8
1. 17-25 tahun 7 31,8 2. IRT 3 13,6
2. 26-35 tahun 8 36,4 3. Pelajar 3 13,6
3. 36-45 tahun 7 31,8 4. Buruh 5 22,7
Jumlah 22 100 5. Wiraswasta 9 40,9
Berdasarkan tabel diatas 6. Tidak 1 4,5
umur responden didominasi oleh bekerja
usia 26-35 tahun sebanyak 8 Jumlah 22 100
orang (36,4%). Berdasarkan tabel diatas
b. Jenis kelamin pekerjaan responden didominasi
Tabel 2 Distribusi Frekuensi wiraswasta sebanyak 9 orang
Jenis Kelamin Responden (40,9%).
No Jenis f % f. Riwayat operasi
Kelamin Tabel 6 Distribusi Frekuensi
1. Laki-laki 14 63,6 Pengalaman Operasi Responden
2. Perempuan 8 36,4 Pengalaman
No f %
Jumlah 22 100 Operasi
Berdasarkan tabel diatas 1. 0 19 86,4
didominasi oleh laki-laki 2. 1 3 13,6
sebanyak 14 orang (63,6 %). Jumlah 22 100
c. Pendidikan Berdasarkan tabel diatas
Tabel 3 Distribusi Frekuensi didominasi oleh responden
Pendidikan Responden dengan belum mempunyai
pengalaman operasi sebanyak 19
responden (86,4%).
g. Kecemasan 2. Data silang
Tabel 7 Distribusi Frekuensi Data silang diperlukan
Pengalaman Operasi Responden untuk mengetahui presentase
No Kecemasan f % data yang lebih rinci dari faktor-
1. Ringan 15 68,7 faktor yang mempengaruhi
2. Sedang 5 22,7 kecemasan pada pasien pre
3. Berat 2 9,1 appendiktomi dengan
Jumlah 22 100 menyilangkan data pasien yang
Berdasarkan tabel diatas mengalami kecemasan dengan
didominasi oleh kecemasan data faktor yang mempengaruhi.
ringan sebanyak 15 orang
(68,7%).

Tabel 8 Tabel Silang Faktor Umur Yang Mempengaruhi Kecemasan Pasien Pre
Apendiktomi

Umur
Kecemasan 17-25 tahun 26-35 tahun 36-45 tahun
f % f % f %
Ringan 3 13,6 6 27,3 6 27,3
Sedang 3 13,6 1 4,5 1 4,5
Berat 1 4,5 1 4,5 0 0,0
Total 7 31,8 8 36,4 7 31,8

Berdasarkan hasil tabel diatas, dapat responden (13,6%). Kecemasan berat


dilihat bahwa kecemasan ringan didominasi oleh usia 17-25 tahun dan
didominasi kategori usia 26-35 tahun 26-35 tahun sebanyak 1 responden
dan 36-45 tahun sebanyak 6 responden (4,5%).
(27,3%). Kecemasan sedang didominasi
oleh usia 17-25 tahun sebanyak 3

Tabel 9 Tabel Silang Faktor Jenis Kelamin Yang Mempengaruhi Kecemasan Pasien Pre
Apendiktomi
Jenis Kelamin
Kecemasan Laki-laki Perempuan
f % f %
Ringan 12 54,5 3 13,6
Sedang 1 4,5 4 18,2
Berat 1 4,5 1 4,5
Total 14 63,6 8 36,4

Berdasarkan tabel diatas diketahui didominasi oleh perempuan sebanyak 4


bahwa kecemasan ringan didominasi orang (18,2%). Kecemasan berat
oleh laki-laki sebanyak 12 orang didominasi oleh laki-laki dan perempuan
(54,5%) dan kecemasan sedang sebanyak 1 responden (4,5%)
Tabel 10 Tabel Silang Faktor Pendidikan Yang Mempengaruhi Kecemasan Pasien Pre
Apendiktomi
Pendidikan
Kecemasan SD SMP SMA
f % f % f %
Ringan 3 13,6 3 13,6 9 40,9
Sedang 0 0,0 1 4,5 4 18,2
Berat 1 4,5 1 4,5 0 0,0
Total 4 18,2 5 22,7 13 59,1

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui pendidikan SMA sebanyak 4 responden


bahwa kecemasan ringan didominasi (18,2%) dan kecemasan berat
oleh responden dengan pendidikan SMA didominasi oleh pendidikan SD dan
sebanyak 9 responden (40,9%). SMP sebanyak 1 responden sebanyak
Kecemasan sedang didominasi oleh (4,5%).
Tabel 11 Tabel Silang Faktor Pengetahuan Yang Mempengaruhi Kecemasan Pasien Pre
Apendiktomi
Pengetahuan
Kecemasan Baik Cukup Kurang
f % f % f %
Ringan 6 27,3 6 27,3 3 13,6
Sedang 1 4,5 2 9,1 2 9,1
Berat 0 0,0 0 0,0 2 9,1
Total 7 31,8 8 36,4 7 31,8

Berdasarkan tabel diatas diketahui penelitian ini sejalan dengan penelitian


bahwa kecemasan ringan didominasi Yusmaidi (2016) yaitu usia 18-39 tahun
oleh responden dengan pengetahuan 61%, usia 40-60 tahun 39%.
baik dan cukup sebanyak 6 responden Umur menunjukkan ukuran waktu
(27,3%). Kecemasan sedang didominasi pertumbuhan dan perkembangan
oleh tingkat pengetahuan cukup dan individu. Umur berkorelasi dengan
urang sebanyak 2 responden (9,1%) dan pengalaman, pengalaman berkorelasi
kecemasan berat didominasi oleh tingkat dengan pengetahuan, pemahaman dan
pengetahuan kurang sebanyak 2 pananganan terhadap suatu penyakit
responden (9,1%). atau kejadian sehingga membentuk
persepsi dan sikap. Kematangan dalam
Pembahasan proses berpikir pada individu yang
Pengaruh umur terhadap kecemasan berumur dewasa lebih
pasien pre appendiktomi memungkinkannya menggunakan
Berdasarkan tabel 9 kecemasan mekanisme koping yang baik
ringan didominasi oleh usia dewasa awal dibandingkan kelompok umur remaja
(26-35 tahun) dan dewasa akhir (36-45 (Kuraesin, 2009). Semakin
tahun) masing-masing 6 responden bertambahnya usia maka semakin
(27,3%). Kecemasan sedang didominasi bijaksana seseorang dalam menghadapi
usia remaja akhir (17-25 tahun) masalah. Seseorang yang umurnya lebih
sebanyak 3 responden (13,6%). muda ternyata lebih mudah mengalami
Kecemasan berat didominasi oleh usia gangguan stress dari pada yang usia nya
remaja akhir (17-25 tahun) dan dewasa lebih tua (Yusmaidi, 2016).
awal (26-35 tahun) masing-masing
sebanyak 1 responden (4,5%). Hasil
Pengaruh jenis kelamin terhadap Kemampuan berpikir individu
kecemasan pasien pre appendiktomi dipengaruhi oleh tingkat pendidikan.
Berdasarkan tabel 10 jenis Semakin tinggi tingkat pendidikan maka
kelamin didominasi oleh laki-laki individu semakin mudah berpikir
sebanyak 14 responden (63,6%), untuk rasional dan menangkap informasi baru.
perempuan 8 reponden (36,4%). Kemampuan analisis akan
Kecemasan ringan didominasi oleh mempermudah individu dalam
responden laki-laki sebanyak 12 orang menguraikan masalah baru (Stuart,
(54,5%), kecemasan sedang didominasi 2013). Menurut Tobin (2010) lulusan
oleh responden perempuan sebanyak 4 sekolah tinggi secara signifikan kurang
orang (18,2%) dan kecemasan berat cemas dibandingkan dengan lulusan SD
seimbang dengan masing-masing 1 namun juga menuturkan ada hasil yang
responden (4,5%). Hal ini tidak sejalan bertentangan mengenai status
dengan penelitian Arifuddin, dkk (2017) pendidikan. Dimana caumo et al
dimana mayoritas responden adalah melaporkan bahwa status pendidikan
perempuan sebanyak 34 responden meningkat, tingkat kecemasan juga
(63%), namun sejalan dengan Indri, dkk meningkat seperti yang di amati dalam
(2014) yang mayoritas responden laki- studi peneliti lain. Dalam hal ini dapat
laki dengan presentase 72,2% dan dikaitkan bahwa orang berpendidikan
perempuan 27,8%. memiliki resiko cemas dalam operasi.
Kecemasan ringan didominasi Orang yang berpendidikan bisa
oleh laki-laki sebanyak 12 responden mengekspresikan tingkat kecemasan
(54,5%), kecemasan sedang didominasi mereka lebih tepat. Mungkin kadang-
oleh perempuan sebanyak 4 responden kadang informasi yang diperoleh oleh
(18,2%), kecemasan berat seimbang orang-orang berpendidikan dari sumber
masing-masing 1 responden (4,5%). yang berbeda, seperti televisi, internet
Umumnya seorang laki-laki mempunyai atau tetangga bisa menyebabkan salah
mental yang kuat terhadap sesuatu hal tafsir dan kesalah pahaman informasi
yang dianggap mengancam bagi dirinya medis.
dibandingkan perempuan Hal ini menunjukkan tidak semua
(Kuraesin,2009). Seseorang yang responden yang berpendidikan tinggi
berjenis kelamin perempuan cenderung tidak mengalami kecemasan begitu juga
mempunyai kecemasan yang tinggi responden dengan pendidikan rendah
dibandingkan laki-laki, hal ini karena akan mengalami kecemasan berat, hal
perempuan mempunyai perasaan lebih ini mungkin tergantung terhadap
sensitif dibandingkan laki-laki persepsi atau penerimaan responden
(Yusmaidi, dkk 2015). terhadap operasi yang akan dijalankan
dan mekanisme koping yang digunakan.
Pengaruh pendidikan terhadap
kecemasan pasien pre appendiktomi Pengaruh pengetahuan terhadap
Berdasarkan tabel 11 kecemasan pasien pre appendiktomi
kecemasan ringan didominasi oleh Berdasarkan tabel 12 kecemasan
jenjang pendidikan SMA sebanyak 9 ringan didominasi tingkat pengetahuan
responden (40,9%), kecemasan sedang baik dan cukup dengan masing-masing 6
didominasi oleh jenjang pendidikan responden (27,3%), kecemasan sedang
SMA sebanyak 4 responden (18,2%) didominasi tingkat kecemasan cukup
dan kecemasan berat didominasi oleh dan kurang dengan masing-masing 2
jenjang pendidikan SD dan SMP responden (9,1%) dan kecemasan berat
masing-masing sebanyak 1 responden didominasi tingkat pengetahuan kurang
(4,5%). sebanyak 2 responden (9,1%). Hasil
diatas menunjukkan bahwa tingkat 2. Kecemasan sedang sebanyak 5
pengetahuan mempengaruhi kecemasan responden (22,7%) didominasi
pasien pre operasi appendiktomi dimana oleh usia 17-25 tahun sebanyak 3
semakin baik pengetahuan seseorang orang (13,6%), responden
maka kecemasan semakin ringan. perempuan 4 orang (18,2%),
Notoatmodjo (2018) mengatakan pendidikan SMA sebanyak 4
pengetahuan merupakan salah satu orang (18,2%), tingkat
faktor yang menyebabkan seseorang pengetahuan cukup dan kurang
berperilaku, serta pemberian bukti masing-masing 2 orang (9,1%).
melalui proses mengingat atau 3. Kecemasan berat sebanyak 2
pengenalan informasi, ide dan fenomena responden (9,1%) didominasi
sebelumnya melalui penginderaan oleh usia 17-25 tahun dan 26-35
terhadap objek tertentu. Pengetahuan tahun sebanyak 1 responden
yang rendah mengakibatkan seseorang (4,5%), jenis kelamin perempuan
mudah mengalami stress. Ketidaktahuan dan laki-laki masing-masing 1
terhadap suatu hal dianggap sebagai responden (4,5%), pendidikan
tekanan yang dapat menimbulkan SD dan SMP masing-masing 1
kecemasan. Kecemasan dapat terjadi orang (4,5%), dan tingkat
pada individu dengan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 2
pengetahuan yang rendah, disebabkan orang (9,1%).
karena kurangnya informasi yang 4. Semakin dewasa usia responden
diperoleh (Lestari, 2015). akan mengakibatkan responden
cenderung mengalami kecemasan
Keterbatasan Penelitian ringan, responden perempuan
1. Kecemasan merupakan perasaan memilki resiko mengalami
subyektif responden, sehingga kecemasan berat, semakin tinggi
pengukuran kecemasaan bisa pendidikan responden akan
menjadi kurang akurat. mengakibatkan responden
2. Ada campur tangan keluarga dalam cenderung mengalami kecemasan
mengisi kuisoner pengetahuan yang ringan, dan semakin rendah
mengakibatkan hasil tingkat pengetahuan responden
pengetahuan responden kurang cenderung mengalami kecemasan
akurat. berat.

4. SIMPULAN Saran
Simpulan 1. Bagi RSUD Pandan Arang Boyolali
Berdasarkan hasil dan Diharapkan penelitian ini
pembahasan dapat diambil beberapa dapat memberikan informasi
kesimpulan sebagai berikut :: tentanng faktor-faktor yang
1. Kecemasan ringan sebanyak 15 mempengaruhi kecemasan pre
responden (68,2%) didominasi operasi appendiktomi, juga sebagai
oleh usia 26-35 tahun dan 36-45 bahan pertimbangan dan informasi
tahun masing-masing sebanyak 6 untuk rumah sakit supaya
responden (27,3%), responden meningkatkan program pelayanan
laki-laki 12 orang (54,5%), bidang keperawatan dalam asuhan
pendidikan SMA (40,9%) dan keperawatan ansietas pre operasi.
tingkat pengetahuan baik dan 2. Bagi profesi perawat
cukup masing-masing sebanyak Diharapakan penelitian ini
6 orang (27,3%). dapat menggugah keinginan perawat
dalam memberikan edukasi dan
informasi terkait pembedahan yang the perioperative care from
akan dijalani pasien dan the point of view of the
memberikan asuhan keperawan nursing staff and
ansietas pasien pre operasi. patients. Journal homepage:
3. Bagi peneliti selanjutunya http://www.elsevier.com/locate/
Diharapkan penelitian ini kontakt. Diakses tanggal
dapat menjadi sumber informasi dan 14 Oktober 2018.
bahan kajian untuk menambah
wawasan dan pengembangan terkait Kuraesin, N, D. (2009). Faktor-faktor
dengan faktor-faktor yang yang berhubungan dengan
mempengaruhi kecemasan pasien tingkat kecemasan pasien yang
pre operasi appendiktomi. akan menjalani operasi di
RSUP Fatrmawati.
5. REFERENSI http://www.repository.injkt.ac.id
Annisa, D,F. Ifdil. Konsep
Kecemasan (Anxiety) Pada Hasmawa, I, K. 2016. Identifikasi
Lanjut Usia (Lansia). Tingkat Kecemasan Pada Pasien
Konselor. Volume 5 No. 2. Pre Operasi Di Rumah
Padang : Universitas Negeri Sakit Umum Bahteramas
Padang. Diakses pada Sulawesi Tenggara.
tanggal 12 Oktober 2018. Karya Tulis Ilmiah. Kendari :
Politeknik Kementerian
Arifuddin, A., Lusia, S., Andi, P. Kesehatan Kendari.
2017. Faktor Resiko
Kejadian Apendisitis Lestari, T. 2015. Kumplan Teori
DiBagian Rawat Inap Untuk Kajian Pustaka
Rumah Sakit Umum Penelitian Kesehatan.
Antapura Palu. Jurnal Yogyakarta : Nuha Medika.
Preventif, Volume 8
Nomor 1, April 2017 : 1-58. Maryunani, A. 2014. Asuhan
Keperawatan PERIOPERATIF-
Depkes RI. 2013. Survei Kesehata PRE OPERASI (Menjelang
Rumah Tangga (SKRT). Jakarta: Pembedahan). Jakarta Timur :
Departemen Kesehatan Trans Info Media.
Republik Indonesia.
http://www.depkes.co.id Muttaqin, A. Kumala, S. 2011.
Gangguan Gastrointestinal
Digiulio, M, RN, MSN., Donna : Aplikasi Asuhan
Jackson, RN, MSN., Jim Keperawatan Medikal Bedah.
Keogh. 2014. Keperawatan Jakarta : Salemba Medika.
Medikal Bedah. Yogyakarta :
Rapha Publishing Notoatmodjo. 2018. Metodologi
Penelitian kesehatan.
Koizer, B. Glenora, E. Berman, A. Jakarta : Rineka Cipta.
2010. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, Prose Nugraheni. Yeti, N. Aria, N.
& Praktik. Jakarta: EGC. 2016. Pengaruh Inform
Consent tentang Prosedure
Komolafe, C. Csernus, M. Fülöp, E. Pre Operasi Appendiktomi
2018. Patients’ anxiety during Terhadap Kecemasan Pasien
di RSUD Pandan Arang Patients At A University
Boyolali. Naskah Publikasi. Teaching Hospital : A
Surakarta : STIKES Pilot Study. The Internet
Kusuma Husada. Journal of Anesthesiology.
Volume 29 Number 2.
Nursalam. 2014. Manajemen
Keperawatan : Aplikasi Yusmaidi, H., Zuliadi, S., Yesi, N.
Dalam Praktik 2016. Faktor-Faktor Yang
Keperawatan Profesional. Mempengaruhi Tingkat
Jakarta : Salemba Medika. Ansietas Pada Pasien pra
Operasi Di Bangsal
Sjamsuhidajat, R. Theddeus O,H. Bedah RS Pertamina Bintang Amin
Prasetyono. Rudiman, R. Tahun 2015. Jurnal
Ignatius, R. Tahalele, P. Medika Malahayati Volume
2017. Sistem Organ dan 3 No. 3 Juli 2016 :
Tindak Bedahnya (2). 121-127.
Jakarta: EGC.
Zulfikar., Prihwanto, B. Wiratmo.
Soewito, B. 2017. Faktor-Faktor 2015. Studi Penggunaan
Yang Mempengaruhi Antibiotik pada Kasus
Kecemasan Pada Pasien Bedah Apendiks di Instalasi
Pre Operasi Apendisitis Rawat Inap RSD dr.
DI Ruang Rawat Soebandi Jember Tahun
Inap Rumah Sakit Umum 2013. e-Jurnal Pustaka
Daerah Siti Aisyah Kota Kesehatan Vol. 3 No. 1
Lubuk Linggau Tahun 2017. Januari 2015. Diakses
Volume 5 No. 2 Desember tanggal 30 Oktober
2017. Diakses pada 20 2018.
Oktober 2018.

Stuart, G, W. 2013. Keperawatan


Jiwa. Jakarta : EGC.

Sujarweni, V,W. 2014. Metodologi


Penelitian Keperawatan.
Yogyakarta: Gava Media.

Tantri, D. 2017. Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Tingkat
Kecemasan Pasien Pre
Operasi di RS PKU
Muhammadiyah Gombong.
Skripsi. Gombong :
STIKES Muhammadiyah
Gombong.

Tobin, M., Ebirim, L. 2010. Factors


Responsible For Pre
Operative Anxiety In
Elective Surgical

Anda mungkin juga menyukai