Anda di halaman 1dari 15

JURNAL READING

MUSKULOSKELETAL
Kelompok 4:
Diah Fauziyah
Gabrilla Intan
Latiefah Bayu Yusril
Nur Hudzaifah
Shelly Noviana
PENGARUH PERBAIKAN POSTUR KERJA
TERHADAP NYERI MUSKULOSKELETAL
PADA PERAWAT DI KLINIK KITAMURA
PONTIANAK Mutiara Medika
Vol. 17 No. 1: 22-28, Januari 2017
Wuriani1*, Elsye Maria Rosa2, Mohammad Afandi3
1, 3 Program Studi Magister Keperawatan, Program Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2Magister Manajemen Rumah Sakit, Program Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
*Email: wureeanshie@yahoo.com
PENDAHULUAN
■ Samara (2007) mengatakan prevalensi nyeri muskuloskeletal pada perawat sebesar
45,8% dengan rasa nyeri yang meliputi kelainan saraf, tendon, otot, ligamen di sekitar
muskuloskeletal yang terganggu, contohnya leher, hal ini dapat disebabkan karena
posisi postur kerja yang salah dan dalam jangka waktu yang lama.
■ Beberapa nyeri muskuloskeletal yang paling sering terjadi pada perawat adalah myalgia
dan low back pai, hal ini terkait dengan pekerjaan perawat yang banyak menggunakan
tumpuan pada tulang belakang, seperti aktivitas membungkuk saat memasang infus,
merawat luka, dan memindahkan pasien dari tempat tidur yang satu ke tempat yang
lain, sikap perawat yang mengharuskan berdiri dalam waktu yang lama, yang
memerlukan pengelolaan ketepatan postur kerja.
■ Perawatan luka terbanyak di klinik Kitamura adalah luka diabetik yang membutuhkan
waktu rata-rata 1,5 jam setiap pasien, perawat melakukan perawatan rata-rata 7 jam
dalam sehari. Posisi perawat saat merawat luka kebanyakan membungkuk, berdiri dan
jongkok, sehingga perawat bekerja dalam posisi yang tidak baik. Hasil survey sementara
dengan menggunakan Quick Eksposure Check (QEC) didapatkan 100% perawat berisiko
mengalami keluhan muskuloskeletal.
BAHAN DAN CARA
■ Penelitian ini menggunakan jenis Quasi Eksperiment pre post test without control
group design, menilai skor nyeri dengan NBM (Nordic Body Map) pada 15 perawat
dengan tehnik sampling jenuh, kemudian memberikan perbaikan postur kerja
dengan kursi saat merawat luka selama 30 hari berturut-turut, selanjutnya menilai
NBM kembali. Data dianalisis menggunakan paired t test.
HASIL

■ Hasil penelitian ini adalah adanya nyeri leher atas 60% menjadi 0% , agak nyeri
leher bawah 80% menjadi 40%, nyeri lengan atas kiri 60% menjadi 26,7%, nyeri
pinggang 46,7% menjadi 0%, agak nyeri lutut kanan 53,3% menjadi 6,7%, dan agak
nyeri betis kiri 40% menjadi 6,7%.
SIMPULAN

■ Terdapat nilai penurunan nyeri muskuloskeletal sebelum dan sesudah dilakukan


perbaikan postur kerja pada perawat di klinik Kitamura Pontianak.
HUBUNGAN PENGGUNAAN TAS PUNGGUNG
DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA
SISWA MI NASHRUL
FAJAR METESEH KECAMATAN TEMBALANG KOTA
SEMARANG JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
Lisanti*), Martini**), Baju Widjasena **)
*)MahasiswaPeminatan Epidemiologi dan Penyakit Tropik, FKM UNDIP
Semarang
**)DosenPeminatan Epidemiologi dan Penyakit Tropik, FKM UNDIP Semarang
Email : lisaanti424@gmail.com
PENDAHULUAN
■ Tas punggung merupakan tas sekolah yang paling umum digunakan anak muda saat ini dan
sangat diminati oleh anak-anak. Meskipun tas punggung banyak diminati tetapi dapat
menyebabkan beberapa masalah dan dampak negatif apabila penggunaannya tidak tepat.
Kebiasaan yang salah dalam menggunakan tas punggung secara terus-menerus dapat
mengakibatkan perubahan yang bersifat Irreversible.
■ ACA (American Chiropratic Association) menyatakan batas berat beban tas punggung yang
diperbolehkan untuk dibawa yaitu tidak boleh lebih dari 10-15% berat badan. Selain berat beban
tas, posisi bawah tas juga berpengaruh, tas ransel yang bergantung terlalu rendah dapat
meningkatkan beban yang ditopang bahu sehingga menyebabkan anak akan condong kearah
depan ketika berjalan sehingga menimbulkan ketegangan otot.
■ Adapun beberapa kelainan postur yang dapat terjadi diantaranya yaitu lordosis, kifosis dan
skoliosis. Kondisi-kondisi ini akan lebih mudah terjadi apabila sejak usia pertumbuhan tulang
belakang sudah sering mendapatkan beban berat
■ Hal ini menunjukan adanya masalah, karena keluhan muskuloskeletal biasanya terjadi pada orang
dewasa, namun terjadi pada anak-anak untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai hubungan konsumsi kalsium dan penggunaan tas punggung dengan keluhan
muskuloskeleta pada siswa MI Nashrul Fajar Meteseh Tembalang
METODE PENELITIAN
■ Penelitian ini adalah observational analitik dengan desain crossectional..
■ Tujuan dari penelitianini adalah untuk menganalisis hubungan konsumsi kalsium
dan penggunaan tas punggung dengan keluhan musculoskeletal
■ Sampel pada penelitian ini sebanyak 115 responden, yang terdiridari kelas IV dan V
dengan menggunakan metode total sampling. Analisis data yang dilakukanbivariate
dengan uji chisquare
HASIL DAN PEMBAHASAN
■ Karakteristik Responden : Sebagian besar responden mempunyai proporsi umur 11 tahun dengan jumlah
57 orang (49,6 %), berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah 58 orang (50,4%) , dan mempunyai status
gizi normal dengan jumlah 90 orang (78,3%).
■ Krakteristik Penggunaan Tas Punggung : Sebagian besar responden membawa tas dengan berat tas yang
berisiko yaitu dengan jumlah 63 orang (54,8%), cara membawa tas responden termasuk dalam kategori
berisiko yaitu dengan jumlah 72 responden (62,6%), dan Sebagian besar lama responden dalam
membawa tasnya termasuk dalam kategori berisiko yaitu dengan jumlah 96 orang (83,5%)
■ Keluhan Muskuloskeletal: Sebagian besar responden mengalami keluhan musculoskeletal dengan
jumlah 58 orang (50,4%). Sedangkan yang tidak mengalami keluhan muskuloskeletal sejumlah 57 orang
(49,6%)
■ Hubungan Antara Umur dengan Keluhan Muskuloskeletal: Tidak ada hubungan antara umur dengan
keluhan musculoskeletal
■ Hubungan Antara IMT dengan Keluhan Muskuloskeletal: Tidak ada hubungan antara IMT dengan
keluhan musculoskeletal
■ Hubungan Cara Membawa Tas dengan Keluhan Muskuloskeletal: Nilai OR dan CI 95% (1,471-7.205)
adalah 3,255.Nilai tersebut menunjukkan bahwa responden dengan cara membawa tas berisiko
memiliki peluang 3 kali lebih besar untuk mengalami keluhan muskuloskeletal dibandingkan dengan
responden dengan cara membawa tas tidak berisiko.
■ Hubungan Antara Lama Membawa Tas dengan Keluhan Muskuloskeletal: Tidak ada hubungan antara
lama membawa tas dengan keluhan muskuloskeletal
HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT
DENGAN PENANGANAN PERTAMA PADA
PASIEN KEGAWATAN MUSKULOSKELETAL
DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO
e-journal Keperawatan(e-Kp) Volume 4 Nomor 2, Juli 2016

Daniel Piter Mawu


Hendro Bidjuni
Rivelino Hamel
Program studi ilmu keperawatan
Fakultas kedokteran
Email : Daniel.mawu@yahoo.com
PENDAHULUAN

■ Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang mempengaruhi semua sektor
kehidupan. Kecelakaan lalu lintas di indonesia oleh World Health Organisation(WHO) dinilai menjadi pembunuh terbesar
ketiga, di bawah penyakit koroner dan tubercolosis(TBC). WHO mencatat 1,2 juta orang meninggal setiap tahunnya
dalam kecelakaan lalu lintas dan 50 juta orang korban kecelakaan lalu lintas mengalami luka serius cacat tetap,
umumnya yang tewas dalam kecelakaan lalu lintas berusia 15 sampai 44 tahun, dan 77% adalah laki-laki (WHO, 2011
dalam Ratnasari, 2014).
■ Kejadian gawat darurat dapat diartikan sebagai keadaan dimana seseorang memerlukan pertolongan segera karena
apabila tidak mendapat pertolongan dengan segera maka dapat mengancam jiwanya atau menimbulkan kecacatan
permanen.
■ Perawat juga dituntut untuk melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan standart profesinya. Profesi perawat sangat
penting dalam penanganan pertolongan pertamadalam kecelakaan, seperti yang diketahui bahwaperan perawat salah
satunya adalah sebagai care giveryaitu perawat memberikan pelayanan kesehatan berdasarkan diagnosis keperawatan
sehingga dapat menentukan perencanaan dan evaluasi dari masalah tersebut (Manurung, 2009).
■ Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai ”Hubungan
Karakteristik Perawat Dengan Penanganan Pertama Pada Pasien Kecelakaan Lalu Lintas Di RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado”.
METODE PENELITIAN

■ Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan jenis peneliti surver


analitik, dan menggunakan pendekatan cross sectional dimana pengumpulan data,
baik variabel independen maupun variabel dependen, dilakukan secara bersama-
sama atau sekaligus
HASIL DAN PEMBAHASAN

■ Hasil penelitan didapatkan bahwa sebagian besar responden ada pada rentang usia 26-
35 tahun yaitu sebnyak 20 responden (42,6%) dan paling sedikit pada rentang usia 46-
55 tahun sebanyak 3 responden (6,4%).
■ Hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan
yaitu sebanyak 35 responden (74,5%) dan sisanya adalah laki-laki sebanyak 12
responden (25,5%).
■ Lama bekerja responden paling banyak ada pada rentang 1-2 tahun yaitu sebanyak 22
responden ( 46,8%) dan paling sedikit yaitu 3-5 tahun sebanyak 12 responden (25,5%).
■ Hasil penelitian dari 47 responden tentang penanganan pertolongan pertama di
Instalasi Gawat Darurat RSUP Prof. D.R. Kandou Manado didapatkan sebagian besar
berada dalam kategori baik yaitu sebanyak 36 responden (76,6%), sedangkan
responden dengan kinerja kurang baiksebanyak 11 responden (23,4%).
SIMPULAN

■ Hasil penelitian yang dilakukan diInstalasi Gawat Darurat RSUP Prof Dr. R. D. Kandou
Manado, dapat ditarik simpulan sebagai berikut: Responden dengan umur paling banyak
ada pada rentang umur 26-35 tahun (dewasa awal): Responden yang berjenis kelamin
perempuan yang paling banyak dibandingkan dengan responden laki-laki dalam
penanganan pertolongan pertama pada pasien kegawatan musculoskeletal: Responden
dengan tingkat pendidikan D3 lebih dominan dibandingkan dengan responden tingkat
pendidikan S1(Ns) dalam penanganan pertolongan pertama kegawatan pada pasien
musculoskeletal : Responden dengan tingkat pendidikan D3 lebih dominan
dibandingkan dengan responden tingkat pendidikan S1(Ns) dalam penanganan
pertolongan pertama kegawatan pada pasien musculoskeletal : Responden dengan
masa kerja yang lama lebih dominan dalam penanganan pertolongan pertama
kegawatan pada pasien musculoskeletal: Karakteristik perawat yang berhubungan
dengan penanganan pertolongan pertama pada pasien kegawatan mjuskuloskeletal
hanya masa kerja sedangkan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan tidak ada
hubungan.

Anda mungkin juga menyukai